Relokasi Sumber Gempa Di Kep. Ascension, 5 DESEMBER 1997: Bagus Jaya Santosa
Relokasi Sumber Gempa Di Kep. Ascension, 5 DESEMBER 1997: Bagus Jaya Santosa
ABSTRACT
If an earthquake occurred, the epicenter of the quake is immediately announced by the local state
seismological Institution. This hypocenter location is determined through the perception to the arrival time of
some especial wave phases, and the result is written in the catalogue of ISC and CMT. The result of
epicenter's determination that mentioned in the CMT catalog is later restudied using seismogram comparison
between observed and synthetic seismogram. The synthetic seismogram is calculated from an earth model of
earth and the earthquake parameters as in catalogue CMT with the GEMINI method. In the reality we met the
differences between the measured and calculated time arrival of the wave phases. Problem to solve in this
research is to execute the earthquake hypocenter relocation, so that the differences are minimized.
The relocation is conducted by noting the differences in the arrival time of some wave phase that were
recorded in some stations that are around the earthquake epicenter. Problem is accomplished by solving the
discrepancies using smallest the least square method, that is method of SVD. The result of relocation
indicates the change of time origin 6,26 second later and depth change of 1,2 km shallower. Using the new
hypocenter parameters the differences in arrival time were minimized.
Keywords: ISC, difference in arrival time, hypocenter
1. PENDAHULUAN
Jika sebuah gempa terjadi, segera stasiun
seismologi di sekitar daerah gempa melaporkan
terjadinya gempa dan para seismologi segera
menganalisa seismogram rekaman pada kertas dan
mencatat waktu-waktu tiba dari fase-fase
gelombang utama. Dari catatan selisih waktu tiba
beberapa fase gelombang utama dari berbagai
stasiun observasi ditentukan kemudian lokasi dan
besar gempa bumi dan diumumkan dalam katalog
ISC (International Seismological Center).
Beberapa bulan kemudian juga parameter CMT
(Central Moment Tensor) dari gempa bumi
tersebut1.
Sebuah masalah yang dijadikan topik untuk
penelitian ini adalah Gempa bumi di Kep Kuril,
Ascension, yang terjadi pada 12 Mei 1997.
Adapun parameter lengkap CMT dari gempa bumi
tersebut adalah sebagai berikut:
C120597C 12 05 97 11 26 54.7 54.84 162.04
33.06.37.6NEAR EAST COAST OF KAMCH
PDE 37 90 45 40113 135
26.6 0.1 54.31
0.01 161.91 0.01 33.6 0.3
17.1 27 3.61 0.02 -0.87 0.01 -2.74 0.01 2.57
0.05 2.80 0.05 -1.79
0.1 5.25 66 321 0.14 6 217 -5.39 23 124
5.32 202 23 74 39 68 97
143
T
h
1
r
pcos Z
dT
T
dh
h
dT 0
dT
cosi
dh
v r
2
1
2 2
r v p ,
r
dimana p r sin i v . Perubahan lintang sebesar
T
h
sehingga
T
1
T0
Turunan parsial yang menyatakan perubahan
waktu tempuh terhadap kedalaman sumber gempa
ini
memperlihatkan
bahwa
perubahannya
tergantung pada p, yaitu parameter sinar, dan
bukan pada azimuthnya.
T
h
12
h,
T
m
Ai
(3)
dengan
= 1,2, ..., D dan
= 1,2,3,4,
menyatakan nomor elemen dalam matriks m0; D
adalah banyaknya data pengamatan, sedangkan
r sin d
T m
p
i
T m0
Ai
p
i
r sin i
cos Z
v
Perubahan
1
2 2
sehingga
jarak
1
r
(2)
(1)
psin Z sin
T
h
gempa, dan
adalah lintang dan bujur
episenter gempa, maka waktu tempuh untuk fase
gelombang P (Tp) pada sebuah stasiun observasi
1
2 2
T
Lokasi sumber gempa disebut juga fokus sumber
gelombang, diindikasikan dengan hiposenter (H),
dan proyeksinya di permukaan bumi disebut
sebagai episenter. Ini adalah titik pada permukaan
bumi yang tepat di atas hiposenter. Estimasi awal
lokasi diperoleh dengan prediksi atas tabel waktu
tempuh.
sehingga
r sin i
sin Z sin
v
T T
T m0
144
Ti
i 1
Gambar 2. Geometri untuk menghitung derivatif parsial dari waktu tempuh terhadap perubahan koordinat
hiposenter
Melalui azas kuadrat terkecil, dimana parameter E
dideferensialkan pertama dan dicari akarnya
sehingga nilai E menjadi nol, didapatkan
persamaan
simultan
sederhana
untuk
menyelesaikan komponen-komponen
4
m yaitu:
Ai Ai
1 i 1
Ai
Ti
(4)
Persamaan (4) untuk waktu tempuh terprediksi
merupakan pendekatan yang berlaku jika
m
kecil. Lokasi baru m dapat digunakan sebagai
basis untuk pencarian lokasi lebih baik, dengan m
menggantikan m0 sebagai perkiraan awal. Iterasi
diulang sampai
m sangat kecil dan jika
prosedurnya bersifat konvergen. Nilai-nilai p dan
elemen dari matriks A dihitung dengan program
TTIMES8, yang didasarkan pada sebuah model
bumi IASPEI91.
Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk
matriks :
Ax b
Tanda titik menyatakan adanya perkalian matriks,
dengan A adalah sebuah matriks dengan koefisienkoefisien matriks derivatif, dan b ditulis dalam
bentuk vektor kolom.
a11
a21
a12
a22
a1N
a2N
aM1 aM2
aMN
Ti
Ai
= derivatif parsial dari masing-masing
koordinat hiposenter
Ai
dimana
i 1
A A m A
b1
b2
dT 1
dT 2
bM
dT M
m = besar
hiposenter
perubahan
pada
koordinat
Ai adalah
2. METODE PENELITIAN
Dalam riset ini, seismogram terukur dibandingkan
dengan seismogram sintetik, yang dibangun dari
sebuah model bumi IASPEI91 dan solusi CMT
dari gempa tersebut di atas. Seismogram terukur
diperoleh
dari
Databank
IRIS
(http://
dmc.iris.washington.edu) . Seismogram sintetik
dihitung dengan menggunakan program GEMINI.
Untuk mengidentifikasikan fase-fase gelombang
digunakan program perhitungan waktu tempuh
TTIMES. Seismogram terukur, sintetik dan data
waktu tempuh digambarkan secara bersama-sama
dalam sebuah seismogram. Hasil analisa daata
waktu tempuh pada fase-fase gelombang ditera
dengan memperbandingkan letak-letak maksium
145
146
Stasiun
Phase
T dt
No
Stasiun
Phase
T dt
BILL
Pn
5.25
42
KMI
4.24
Sn
43
PcP
3.95
SbSb
-1.64
44
PP
2.34
PcP
8.56
45
ScP
6.31
ScP
4.92
46
8.26
ScS
9.38
47
ScS
9.7
PKiKP
16.33
48
SS
8.27
SkiKP
10.67
49
PKKPdf
-4.17
PKKPdf
10.21
10
SKKPdf
-5.94
11
5.41
50
12
MAJO
PcP
7.31
51
13
ScP
8.99
14
ScS
8.85
15
SKiKP
9.84
16
PKKPdf
8.28
7.36
PP
4.41
52
12.65
53
PkiKP
-6.02
54
SS
11.26
55
SkiKP
7.91
SKKPdf
-4.95
6.41
56
12.27
PcP
3.31
57
9.27
20
PP
21
ScP
5.52
58
PkiKP
0.65
9.63
59
ScS
-9.82
22
23
PKiKP
14.26
60
SkiKP
16.48
ScS
12.37
61
PKKPdf
15.01
24
SKiKP
18.93
62
SKKPdf
4.87
25
PKKPdf
3.97
26
SKKPdf
9.23
27
SKKSdf
7.26
17
18
SFJ
19
28
KBS
10.69
63
PcP
3.56
64
30
12.42
31
ScS
13.53
32
SKiKP
33
SKKPdf
ENH
KIP
6.45
PcP
14.83
65
9.37
66
SnSn
4.68
14.53
67
ScP
13.59
9.19
68
ScS
19.25
SKKSdf
-3.75
69
PKKPdf
16.320
Pn
16.96
70
6.03
36
Sn
22.61
71
PcP
-10.55
37
SbSb
10.67
72
PP
4.14
29
34
35
ADK
HIA
DAV
38
PcP
2.77
73
PkiKP
8.12
39
PkiKP
-7.91
74
ScS
-7.5
40
PKKPdf
3.25
75
SKiKP
8.75
41
SKKPdf
5.96
76
PKKPdf
8.11
77
SKKPdf
-10.36
78
SKKSdf
10.36
147
Tabel 2. Jarak dan azimuth (Z) antara stasiun pengamat dan sumber gempa
No
Stasiun
Delta
Azimuth
BILL
13.383500
108.965561
KMI
52.172050
38.821342
MAJO
24.496286
34.137844
SFJ
55.731491
-22.086035
ENH
44.395947
40.804943
KIP
44.797585
-31.650663
KBS
45.054462
23.928719
ADK
12.981326
-68.465988
HIA
26.176302
61.465378
10
DAV
55.912659
24.409779
Notasi
Nilai Eigen
w1
3548.090088
w2
1819.226807
w3
8.338865
w4
0.561552
148
Notasi
Nilai Koreksi
T0
6.260000 s
-1.191115 km
-0.003989 rad
-0.005498 rad
Gambar 3. Perbandingan seismogram riil dan sintetik, yang dibentuk dari hasil relokasi sumber gempa di
stasiun SFJ, Greenland.
yang relatif mendekati nol (tegak lurus vektor
Dengan mengasumsikan waktu tempuh untuk
eigen yang real) dihilangkan, maka sumbangan
masing-masing gelombang sebagai Ti(m) = T(m,
dari V kosong hilang, dan akibatnya E2 < E1. Oleh
T
, ) dari sebuah sumber gempa pada m = (T0,
karena itu elemen w yang terkecil harus dinolkan
h, , ) ke sebuah receiver yang berada pada
agar didapatkan solusi untuk perubahan koordinat
lokasi yang stabil.
koordinat ( , ) dapat ditentukan, maka model
tersebut dapat ditulis dalam bentuk :
Hasil akhir dari metode SVD yang telah dilakukan
T cal i T i T 0
terhadap problem untuk menentukan perubahan
dengan Tcal ini merupakan waktu datang yang
lokasi sebuah sumber gempa yang terjadi di
dihitung pada masing-masing gelombang dengan i
Kamtshatka dapat dilihat pada Tabel 4.
menyatakan nomor fase-fase gelombang yang
Tabel 4 memperlihatkan perubahan nilai origin
terobservasi. Karena Ti (m, i , i ) menyatakan
time T0 yang cukup besar. Hal ini menunjukkan
perhitungan waktu tempuh gelombang terhadap
bahwa
koordinat lokasi sumber gempa tersebut
struktur kecepatan yang komplek di dalam interior
tidak
sensitif
terhadap waktu awal gempa terjadi,
bumi yang bulat, maka jelas bahwa perhitungan Ti
karena
koordinat
lokasi sumber gempa itu sendiri
bukanlah suatu persamaan linier, melainkan
sebenarnya tidak tergantung pada waktu awal
bersifat non-linear.
kejadian, tetapi tergantung pada waktu datang
berbagai fase gelombang. Hasil dari relokasi ini
Sebuah problem liniearisasi atas persamaan non
kemudian digunakan sebagai input pada program
liniear (lihat bagian Tcal) untuk menentukan
GEMINI guna mendapatkan seismogram sintetik,
perubahan pada masing-masing koordinat lokasi
kemudian dibandingkan dengan seismogram
sebuah sumber gempa dinyatakan dengan :
sintetiknya. Perbandingan seismogram dilaksaAi m
t
nakan pada stasiun observasi SFJ, Greenland,
seperti dapat kita lihat dalam Gambar 3.
A
sendiri merupakan sebuah matriks
dimana i
yang terdiri atas derivatif-derivatif masing-masing
Kedalaman dan waktu origin adalah dua parameter
koordinat. Persamaan ini kemudian diselesaikan
yang paling sulit ditentukan secara bersamaan,
secara iteratif dengan menggunakan metode
diantara parameter-parameter yang lain. Kedua
inversi kuadrat terkecil.
parameter ini terkopel, sehingga ada resiko kolom
pertama dan kedua dalam matriks A akan
Dari hasil diagnosa metode
Singular Value
mendekati independen. Ini dapat dihindari
Decomposition (SVD), didapatkan eigen value dari
menggunakan nilai parameter sinar p dengan
matriks A, dimana matriks A didekomposisi
variasi yang lebar. Ini didapatkan jika kita dapat
T
menjadi A U w V , dimana nilai-nilai Eigen w
menganalisa fase-fase gelombang yang menjalar
dapat dilihat dalam Tabel 3.
dalam arah dekat datar dan menjalar dalam arah
tegak ke bawah. Fase-fase ini sendiri didapatkan
Apabila dilihat kondisi angka pada matriks Eigen
dari gelombang-gelombang yang mengalami
w, yaitu perbandingan antara elemen w terbesar
refleksi pada permukaan, yaitu sP dan pP. pP
-3
dengan yang terkecil sebesar (wn/wk) < 10 ,
merupakan gelombang yang impulsif dan cukup
kondisi angka tersebut dianggap berhingga
mudah dibaca secara akurat. Ini dapat kita peroleh
sehingga matriks tersebut tidak bisa dikatakan
jika gempa yang dianalisa adalah gempa dalam,
singular. Tetapi oleh adanya satu nilai dari wj yang
sehingga ada beda waktu yang cukup antara waktu
nilainya kecil menyebabkan solusi terhadap
tempuh gelombang P dan gelombang pP. Gempa
perubahan lokasi sumber gempa menjadi sangat
yang dianalisa dalam riset ini adalah termasuk
sensitif terhadap elemen koordinat yang ada.
gempa dangkal, sehingga kita tidak dapat
Elemen wj yang kecil berkaitan dengan
memanfaatkan fase gelombang pantul. Sebagai
ketidakstabilan, dan mempunyai vektor eigen yang
alternatifnya kita manfaatkan analisa pada
relatif yang relatif mendekati nol. Apabila nilai wj
gelombang dalam, yaitu PcP, ScP, dan sebagainya.
yang kecil ini berkorespondensi dengan kolom
Karena itu kedua parameter gempa, yaitu
dalam matriks V yang memberikan kombinasi
kedalaman dan waktu origin, dapat kita pisahkan
linier pada solusi perubahan lokasi sumber gempa,
dengan baik, sebagaimana ditunjukkan oleh
hal ini bisa menyebabkan timbulnya kesalahan
distribusi nilai Eigen matriks w, seperti dapat kita
dalam perhitungan yang berkaitan dengan solusi
lihat pada Tabel 3.
vektornya. Artinya nilai wj yang kecil ini menjadi
penyumbang terbesar pada sumasi E, dimana
4. KESIMPULAN
E
V T V . Dengan mengenolkan wj yang
nilainya relatif mendekati nol, berarti vektor eigen
Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan
149
DAFTAR PUSTAKA
1. Dreger, D.S. 2002. Time-Domain Moment
Tensor INVerse Code (TDMT\_INVC), The
Berkeley Seismological Laboratory (BSL),
report number 8511.
2. Gubbins, D., 1990. Seismology and Plate
Tectonics, Cambridge University Press,
Cambridge
3. Dziewonski, A.M. and Anderson, D.L., 1981,
Preliminary reference Earth model, Phys. of the
Earth and Plan. Int., 25: 297 -356
5. Dalkolmo,
J.
1993.
Synthetische
Seismogramme
fuer
eine
sphaerisch
symmetrische, nichtrotierende Erde durch
direkte Berechnung der Greenschen Funktion,
Diplomarbeit, Inst. fuer Geophys., Uni.
Stuttgart
6. Friederich, W. and Dalkolmo, J. 1995.
Complete synthetic seismograms for a
spherically symmetric earth by a numerical
computation of the green's function in the
frequency domain}, Geophys. J. Int., 122: 537550.
7. Santosa, B.J. 2001 Mempelajari Model Bumi
Berlapis dengan Seismogram, Majalah IPTEK,
13(3): 25 - 33.
8. Bulland, R. and Chapman, C. 1983. Travel
time Calculation, BSSA, 73: 1271 - 1302
9. Press, W.H., Flanery, B.P., Teukolsky, S.A.
and Vetterling, W.T. 1996. Numerical Recipes,
Cambridge University Press.
150