BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Dapat
dijadikan
sebagai
pedoman
oleh
pihak
Manajemen
dalam
Tujuan Khusus
1. Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi RS
2
1.3.
Manfaat
Untuk dapat menjadi sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi
(CSSD) dalam meningkatkan mutu pelayanan yang bertujuan untuk mencegah
resiko terjadinya infeksi RS
1.4. Pengertian
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen oksida
pada sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2. AAMI adalah singkatan dari Associaton for the advancement of Medical
Instrumentation
3. AHA adalah singkatan dari American Hospital Association
stearothermophylus
adalah
mikroorganisme
yang
dapat
membentuk spora serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji
efektifitas sterilisasi
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9. Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi
uap berpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
(panas) atau kimia
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan syhu
tertentu secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten
terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan
bahwa sterilisasi telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana
pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa
inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik
maupun pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur
perbedaan suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin
sterilisasi.
BAB II
SARANA FISIK DAN PERALATAN CSSD RS
Timbangan
Meja
Kursi
Lemari linen
Lemari alat
Ember tertutup
Baskom
Tromol
Bahan pengemas
Jam dinding
Termometer
Tensimeter
Tissue
Peralatan Medik
Bahan/zat kimia
Detergen
Desinfektan
Kapas, kasa
dalam
kantong
sterilisasi,
masukkan
Dosimeter,
10
BAB III
PENGELOLAAN CSSD RS
3.1. Pengertian
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi/infeksi nosokomial
Fungsi pusat sterilisasi (CSSD) adalah : menerima, memproses, memproduksi,
mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai
ruangan di Rumah Sakit untuk kepentingan perawatan pasien.
3.2. Prinsip Dasar Operasional
Memberikan
pelayanan
sterilisasi
dengan
sebaik-baiknya
dengan
11
12
Pencucian
Alat-alat/instrument bekas pakai operasi dicuci bersih dengan desinfectan
Savlon, kemudian direndam dengan larutan desinfektan dalam waktu yang
cukup lama untuk terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan mendeaktivasi
sel-sel
patogen.
Mencuci
bersih
adalah
proses
yang
13
Sterilan pada proses uap, EO, atau panas-kering harus dapat menyerap
dengan baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
Sterilisasi Uap.
Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan penyerapan
uap yang baik pada kemasan dan isinya. Pada beberapa sterilisasi uap,
terjadi juga proses penghisapan. Karenanya, bahan kemasan harus
memudahkan pelepasan udara secara total tanpa mengganggu bentuk
kemasan dan segelnya, Bahan kemasan juga harus mudah kering dan
memudahkan pengeringan isinya.
Sterilisasi EO.
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang
baik, dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya
selama waktu aerasi
Sterilisasi Panas-Kering.
Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama waktu yang
diperlukan untuk siklus panas-kering tanpa meleleh, terbakar, atau rusak.
Dapat Menahan Mikroorganisma dan Bakteri
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas dan
melindungi isinya yang sudah steril, dari sumber-sumber kontaminasi
mikroba mulai dari saat kemasan dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampai
kemasan dibuka untuk dipakai. Karenanya, bahan yang dipakai sebaiknya
tidak berbulu, juga dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap (air
atau cairan lainnya).
Kuat dan Tahan Lama
14
Bahan kemasan harus cukup kuat untuk menampung isinya selama proses
sterilisasi dan penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak
boleh terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara. Selama
penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan kemasan tidak boleh
berkerut, berlubang jika dilipat, kusut, atau melekat satu sama lain jika
ditumpuk, dan segel tidak tidak boleh terlepas.
Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, dan harus sesuai dengan
ukuran dan bentuk alat yang akan dikemas, dan harus membungkus alat
rapat-rapat.
Tidak mengandung Racun.
Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna yang
bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja, atau yang
luntur jika terkena sterilan. Sebaliknya, bahan-bahan pakai ulang yang sudah
dilaundry atau kotak kontainer pakai ulang harus bebas dari detergen bahan
pemutih, atau bahan kimia lainnya yang dapat bereaksi dengan uap sehingga
menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau menimbulkan
perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.
Segel yang baik
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga sterilitas.
Pembungkus datar dapat disegel dengan indikator tape atau diikat dengan
tali kain. Kantong terbuat dari plastik, kombinasi plastik dan kertas, atau
kertas saja harus disegel dengan segel panas atau tape. Kantong bersegel
harus disegel sesuai instruksi produsen. Kotak kontainer sterilisasi biasanya
disegel dengan pengunci tahan hancur. Saat membuka kemasan, semua
metode segel harus rusak dan tidak dapat dipakai lagi untuk menghindari
kesalahan.
15
16
- Kertas mentega yang non-glaze (7,2 kg/rim) bisa dipakai untuk sterilisasi
uap tetapi mudah robek.
- Kertas krep : menggantung dengan baik dan tidak mudah robek. Bisa
dipakai untuk membungkus sekaligus sebagai area steril (duk).
Tape indikator kimia harus dilekatkan pada setiap kemasan. Tape ini
berubah warna untuk identifikasi kemasan yang sudah melalui proses
sterilisasi.
Film Plastik
Film plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan atau uap,
karenanya film plastik tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi
uap. Kantong biasanya didisain dengan kertas di salah satu sisinya untuk
penetrasi uap. Polyethylene (PE) dapat menyerap EO dan dapat dipakai
sebagai tas plastik dengan disain khusus, tetapi biasanya kantong plastik
untuk EO juga dikombinasikan dengan kertas. Polyvinyl Chloride (PVC)
tidak boleh dipakai karena tidak dapat menyerap EO dengan baik dan
menyimpan gas untuk waktu yang cukup lama. Nylon atau polyamide juga
tidak direkomendasikan untuk uap dan EO. Ketebalan film plastik biasanya
1-3 milimikron untuk porositas terhadap EO. Film plastik sering dipakai
setelah proses sterilisasi untuk menjaga kelembaban dan pelindung terhadap
debu.
Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-nampan
operasi. Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung
yang cukup yang baik, mudah digunakan, dan sangat baik untuk duk.
Kelemahannya:
- Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.
- Suhu panas menyebabkan mudah robek. Sebaiknya memakai kain yang
baru di laundry
- Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan, dan kerusakan lainnya
17
18
19
BAB IV
KETENAGAAN
4.1.
Status Kesehatan
Kepada seluruh tenaga/pegawai yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit
dianjurkan sebelum dan pada saat melakukan tugas sehari-hari untuk :
Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X ray untuk TBC
Status imunisasi untuk hepatitis B, Tetanus, Typhoid fever.
Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di pusat sterilisasi
seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, tertusuk
jarum maupun infeksi pada mata.
4.2.
Mengikuti
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
ketrampilan
dan
20
Kualifikasi Tenaga :
-
21
Kualifikasi Tenaga :
-
Kualifikasi Tenaga :
-
22
Kualifikasi Tenaga :
4.3.
Kompetensi Tenaga
Bahwa tenaga yang bertugas di pusat sterilisasi pada Rumah Sakit harus
mampu untuk memberikan pelatihan teknis tentang pelayanan CSSD di
Rumah Sakit
23
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
5.1. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan
proses sterilisasi dan cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal
mungkin, untuk dapat menemukan dan selanjutnya
memperbaiki masalah
dan keterangan
siklus
keberapa
dari mesin
sterilisasi.
recall
atau
penarikan
terdistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi.
24
kembali
kemasan
yang
sudah
Nomor lot
Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
Nama operator
3. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi
stok, walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada
kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
5.2. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada
tahap pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan
dalam rangka kinerja dari pengelolaan sterilisasi di RS
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi RS
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang
yang disterilkan di jamin kesterilannya.
25
potensi
bahaya
yang
dapat
di
timbulkannya.
Dengan
26
Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alatalat, lalu pindahkan alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian
yang runcing dari instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita
pada saat transportasi.
Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang
tahan tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.
Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari
instrument lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah
kemungkinan terjadinya luka pada petugas lain dengan penanganan
normal
6.3.
maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap
atau kereta barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan
instrument/alat listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga
pemakaian alat pelindung mata diperlukan.
Saran tindakan aman
Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin
sterilisasi atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD
lain untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
6.4.
pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptic dan benar
sesuai dengan SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas
untuk mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima
barang yang belum di uji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat
mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi
atau on-steril (seperti instrument bedah) apabila di gunakan pada pasien dapat
menimbulkan infeksi nosokomial.
Saran tindakan aman
6.5.
29
Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan
sebagai
desinfektan
intermediat
dengan
kemampuan
bakterisidal,
Akut
: 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm
lakrimasi berat,10-20 ppm susah bernafas, batuk, terasa
30
: Sensitisasi dermatitis
Kronik
Jika tertelan
31
Kontak kulit : Pemaparan jangka pendek : reaksi alergi, kulit terasa panas,
melepuh, frostbite.
Kontak mata : Pemaparan jangka pendek : terasa panas, frostbite, mata
berair, pemaparan jangka panjang : dapat menimbulkan
kontak
32
Tertelan
Kerusakan
hati,
potensial
karsinogen
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.
Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10
menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan
dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1. Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)
33
Pemaparan mata
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
34
35
juga digunakan sebagai disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat
korosif dan bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam
lambung akan melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang
apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru
Bahaya utama terhadap kesehatan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi.
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yan terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.
Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10
menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan air mengalir minimal
10 menit
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan
dan buanglah dalam wadah /plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk
anak-anak maksimal 100 ml
36
37