Dengan ditetapkan keputusan presiden No. 177 tahun 2000 tanggal 15 Desember
2000 tentang susunan dan organisasi dan tugas Departemen dan keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 tahun 2001 tanggan 2 Maret 2001 tentang
organisasi dan tata kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, maka
PPPTMGB LEMIGAS dibawah Badan Penelitian Pengembangan Energi Sumber
Daya dan Mineral.
3.2 Visi dan Misi PPPTMGB LEMIGAS
Visi yang ingin dicapai oleh PPPTMGB LEMIGAS adalah menjadi lembaga
penelitian dan pengembangan yang unggul, profesional dan bertaraf internasional di
bidang minyak dan gas.
Sedangkan misi PPPTMGB LEMIGAS diantaranya adalah :
1. Meningkatkan peran lemigas dalam memberikan masukan kepada
pemerintah guna meningkatkan iklm yang kondusif bagi pengembangan
industri migas.
2. Meningkatkan kualitas jasa litbang untuk memberikan nilai tambah bagi
pelanggan.
3. Menciptakan produk unggulan dan mengenbangkan produk andalan.
4. Meningkatkan iklim kerja yang kondusif melalui sinergi koordinasi serta
penerapan sistim manajemen secara konsisten
3.3 Tugas Pokok PPPTMGB LEMIGAS
Tugas pokok suatu kegiatan seputar penelitian dari PPPTMGB LEMIGAS
adalah melaksanakan :
1. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan meliputi Kelompok Program Riset Teknologi
Eksplorasi, Ekspoitasi, Proses, Aplikasi Produk dan Teknologi Gas bagi perindustrian
minyak dan gas bumi.
2. Dokumentasi dan Informasi Ilmiah
Tugasnya mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh
PPPTMGB LEMIGAS seperti perayaan hari-hari besar agama, workshop, kegiatankegiatan
olahraga, penelitian dan pengembangan dan lainnya serta memberikan
informasi dalam bentuk publikasi dan situs internet.
3. Pelayanan Jasa Teknologi di Bidang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
Tugas ini merupakan tugas utama dalam memberikan layanan konsultasi
teknologi dalam industri Migas
4. Aktifitas PPPTMGB LEMIGAS
Berbagai aktifitas penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh PPPTMGB
LEMIGAS di fokuskan pada kegiatan di bidang Migas. hal tersebut direalisasikan
IV
Identifikasi limbah B3
1. Limbah Padat
1.1 Pengertian Limbah Padat
Limbah padat adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang
yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat (Kusnoputranto, 2002). Secara umum yang
disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk
limbah tersebut dapat berupa gas, debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah
ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity,flammabi lity, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
1.2 Sumber Limbah Padat
Beberapa sumber dari limbah padat antara lain (Kusnoputranto, 2002) :
1. Sampah buangan rumah tangga termasuk sisa bahan makanan, sisa pembungkus
makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa tumbuhan kebun
dan sebagainya.
2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan sebagainya)
termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan dan sampah pembungkus
lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya. 3. Sampah buangan jalanan termasuk
diantaranya sampah berupa debu jalan,
sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan
lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.
4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa
bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya.
5. Pertanian
1.3 Kategori Limbah Padat
Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah :
1. Limbah padat non B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya lumpur,
boiler ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare part alat berat, sarung
tangan, dan sebagainya.
2. Limbah padat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya bahan radioaktif,
bahan kimia, toner catridge, minyak, dan sebagainya
2. Penyusutan Ukuran
Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen
sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya
dengan maksud antara lain :
a. Ukuran bahan menjadi lebih kecil
b. Volume bahan lebih kecil
c. berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini umumnya dilakukan dengan
pembakaran (insenerasi) pada alat insenerator. 3. Pengomposan
Bahan kimia yang terdapat di dalam limbah diuraikan secara biokoimia, sehingga
menghasilkan bahan organik baru yang lebih bermanfaat. Pengomposan banyak
dilakukan terhadap limbah yang sudah membusuk, buangan industri, lumpur
pabrik dan sebagainya. Untuk beberapa jenis buangan tertentu barang kali tidak
membutuhkan pengomposan, tetapi pembakaran (insenerasi) dengan tahap
sebagai berikut :
a. Pemekatan
b. Penghancuran
c. Pengurangan air
d. Pembakaran
e. Pembuangan.
1.6 Dampak Limbah Padat Industri
1. Terhadap Lingkungan
a. Dampak Menguntungkan
Dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat
memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang (Slamet,
2000).
b. Dampak merugikan
Limbah padat organik akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat
penguraian limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar
akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh.
Dapat juga menimbulkan pendangkalan pada badan air bila dibuang ke
badan air (Wardhana, 2004).
2. Terhadap Manusia
a. Dampak menguntungkan
Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan sebagai
sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk
dimanfaatkan (Slamet, 2000). b. Dampak merugikan
Limbah padat dapat menjadi media bagi perkembangan vektor dan
binatang pengguna. Baik tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan
penyakit menular bagi manusia diantaranya Demam berdarah, Malaria,
Pilariasis, Pes, dan sebagainya (Wardhana, 2004).
2. Limbah Gas
2.1 Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) udara
oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Kristanto, 2002).
2.2 Sumber Pencemar Udara
Berdasarkan asal dan kelanjutannya di udara pencemar udara dapat dibedakan
menjadi pencemar udara primer dan pencemar udara sekunder. Pencemar udara primer
yaitu pencemar di udara yang ada dalam bentuk yang hampir tidak berubah, sama seperti
pada saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemar
udara primer umumnya berasal dari sumber-sumber yang diakibatkan oleh aktifitas
manusia seperti dari industri (cerobong asap industri), dari sektor industri transportasi.
Pencemar udara sekunder adalah semua pencemar di udara yang sudah berubah
karena reaksi tertentu antara dua atau lebih kontaminan/ polutan. Umumnya polutan
sekunder merupakan hasil antara polutan primer dengan polutan lain yang ada di udara.
Reaksi-reaksi yang menimbulkan polutan sekunder diantaranya adalah reaksi fotokimia
dan reaksi oksida katalis. Reaksi fotokimia misalnya oleh pembentukan ozon, reaksireaksi
oksida katalis diwakili oleh polutan berbentuk oksida gas (Kristanto, 2002).
2.3 Komposisi Pencemar Udara
Pencemar udara primer dapat digolongkan menjadi lima kelompok yaitu
(Wardhana, 2004):
1. Karbon Monoksida (CO), komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari
berat air dan tidak dapat larut dalam air. CO yang terdapat di alam terbentuk
dari satu proses sebagai berikut pembakaran tidak sempurna terhadap karbon
atau komponen yang mengandung karbon, reaksi antara karbon dioksida dan
komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Pada suhu tinggi
karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan atom O.
2. Nitrogen Oksida (Nox), Nox adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfir,
terdiri dari gas NO dan NO2. NO merupakan gas yang tidak berwarna dan
tidak berbau, sebaliknya NO2 mempunyai warna coklat kemerahan dan
berbau tajam. 3. Hidrokarbon (HC), yaitu komponen-komponen hidrokarbon terdiri dari
elemen hidrogen dan karbon. Hidrokarbon yang sering menimbulkan
masalah dalam pencemaran udara adalah yang berbentuk gas pada suhu
normal atmosfir atau hidrokarbon yang bersifat sangat volatil (mudah
berubah menjadi gas) pada suhu tersebut.
4. Sulfur Oksida (Sox), yaitu pencemaran olah Sox terutama disebabkan oleh
dua komponen gas yang tidak berwarna yaitu SO2 dan SO3. SO2 mempunyai
karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara sedangkan
SO3merupakan komponen yang tidak reaktif.
5. Partikel, polutan udara disamping berwujud gas dapat pula berbentuk
partikel-partikel kecil padat dan dropled cairan yang terdapat dalam jumlah
cukup besar di udara. Gas dan uap dibedakan menjadi :
a. Yang larut dalam air, misalnya oksigen larut dalam air.
b. Yang tidak larut dalam air. Dibedakan lagi menjadi yang tidak larut tetapi
berekasi dengan salah satu komponen dalam air lambat sekali, misalnya benzena.
2.4 Parameter Limbah Udara