PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan
oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.1
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan
terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Insidens
hernia meningkat dengan bertambahnya usia mungkin disebabkan meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan
jaringan penunjang. 75% dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal ( lipat
paha) di mana yang lain dapat terjadi di umbilikus atau daerah perut lainnya. Hernia
inguinalis dibagi menjadi dua antara lain medialis dan lateralis dimana hernia
inguinalis lateralis lebih sering terjadi dibanding medialis dengan perbandingan 2:1
dan di antaranya ternyata pria lebih sering terkena 7 kali lipat dibandingkan dengan
wanita. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar),
hernia disebut hernia skrotalis.
Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari
problem sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum
dibawa ke rumah sakit atau dokter, ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu
bila penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang
memperlambat penanganan.
2.1 Tujuan
Pada laporan ini disajikan kasus seorang laki-laki 72 tahun dengan diagnosis
hernia skrotalis sinistra inkarserata. Pasien dirawat di bangsal Dahlia RSU Kartini
Jepara selama 5 hari dan telah dilakukan hernioraphy + mesh pada tanggal 19 Juli
2013. Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara menegakkan
1
diagnosis dan mengelola pasien dengan hernia skrotalis inkarserata sekaligus untuk
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan sesuai dengan kepustakaan yang ada.
3.1
Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
abdominis
eksternus,
m.obliquus
abdominis
internus
dan
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut.
Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia bawaan, akuisita maupun iatrogenik. Fungsi lain otot
dinding perut adalah untuk pernapasan, proses berkemih dan buang air besar
dengan meningkatkan tekanan intraabdomen. Perdarahan dinding perut antara lain
craniodorsal diperoleh dari cabang aa. intercostales VI s/d XII dan a.epigastrika
superior, caudal diperoleh dari a. iliaca sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda
eksterna dan a.epigastrika inferior. Persarafan dinding perut secara segmental oleh
n.thorakalis VI s/d XII dan n. lumbalis I. 2
dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica
externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah tepi
lateral m. rectus abdominis, batas inferior adalah ligamentum inguinale dan batas
posterior adalah fascia transversalis2. Annulus inguinalis interna adalah suatu
lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, yang terletak sekitar 3 cm di atas
ligamentum inguinale, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah
medial annulus inguinalis interna terdapat a.v.epigastrika inferior. Pinggir annulus
merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian
dalam ligamentum rotundum uteri pada wanita.2
Pada laki laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini
memerlukan pengetahuan embriologis yang berhubungan dengan turunnya testis.
Mula-mula testis tumbuh sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam abdomen
(retroperitoneal). Selama pertumbuhan fetus, testis akan turun (descensus testis)
dari dinding belakang abdomen menuju ke dalam scrotum. Selama penurunan ini,
peritoneum yang ada di depannya ikut terbawa serta sebagai suatu tube, yang
melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Penonjolan peritoneum ini
disebut processus vaginalis. Sebelum lahir, processus ini akan mengalami
obliterasi, kecuali bagian yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis.
Jika tunika vaginalis ini tetap ada, akan ditemukan hubungan langsung antara
Hernia
Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau
bagian
lemah
dari
dinding
rongga
bersangkutan
(fascia
dan
muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1,2
Klasifikasi1,2
a. Hernia secara umum
1. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosaekalis
atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya setelah anastomosis
usus. Hernia yang terjadi di dalam tubuh pasien sehingga tidak dapat
dilihat dengan mata. Contohnya hernia diafragmatika, hernia obturatoria
dan hernia winslowi.
2. Hernia eksterna yakni hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau peritoneum. Hernia ini dapat dilihat oleh mata disebabkan
benjolan hernia menonjol keluar secara lengkap. Misalnya hernia
inguinalis, hernia femoralis, hernia epigastrium, hernia umbilikus dan
hernia lumbalis.
b. Hernia berdasarkan terjadinya
8
1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah ada
semenjak pertama kali lahir.
2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak lahir,
tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir.
c. Hernia menurut sifatnya
1. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri.
2. Hernia irreponibel
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi tidak dapat dimasukkan lagi. Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih
besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
irreponible dibandingkan usus halus. Kadang juga disebabkan oleh
perlekatan isi kantong di perineum kantong hernia yang disebut hernia
akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan akibat
perlekatan.
3. Hernia incarserata
Bila isi hernia semakin banyak yang masuk akan terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong hernia terperangkap dan tidak dapat kembali
ke rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase. Secara
klinis, hernia incarserata merupakan hernia irreponible dengan gangguan
pasase. Pada keadaan ini akan timbul gejala ileus antara lain perut
kembung, muntah dan obstipasi.
4. Hernia strangulata
Hernia ini terjadi gangguan vaskularisasi, sebenarnya gangguan
vaskularisasi sudah mulai terjadi saat jepitan dimulai dengan berbagai
tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis(2). Disebut hernia
ritcher bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus. Pada
9
keadaan ini nyeri timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi warna merah dan pasien menjadi gelisah.
penutupan luka operasi yang kurang baik, jenis insisi, obesitas dan
peninggian tekanan intra abdomen.
4. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan crista illiaca, ada dua buah trigonum
yaitu trigonum costolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga
terbalik dan trigonum costolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis
(petit) yang berbentuk segitiga. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba
benjolan di pinggang tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi
cranial dipanggul dorsal.
5. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia
Spieghel.
6. Perienalis
merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar panggul
yang dapat secara primer pada perempuan multipara atau sekunder setelah
operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau reseksi rectum secara
abdominoperienal.
7. Diafragma
8. Inguinalis
9. Pantalon
merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu
sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga
berbentuk seperti celana.
10. Umbilikal
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Hernia
umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit
11. Femoralis
merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang atau ketika batuk. Hernia femoralis adalah hernia
11
12
Klasifikasi
Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, antara lain
1.
2.
ujung jari
jari
Melalui canalis inguinalis
Tidak melalui canalis inguinalis
Biasa karena proc. vaginalis Biasa karena adanya lokus minoris
yang terbuka
resistant
Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dan
14
lebih sering pada sisi kanan dibanding kiri disebabkan ukuran ligamentum
rotundum dan persentase obliterasi dari processus vaginalis testis lebih kecil
dibanding obliterasi canalis nuck. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia di annulus inguinalis internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu, diperlukan
juga faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar tersebut.
Canalis inguinalis adalah canal yang normal pada fetus. Pada masa
perkembangan embrional, testis awalnya berada di dalam rongga peritoneum.
Pada bulan ke 8 kehamilan, testis turun melalui canalis inguinalis untuk masuk ke
dalam scrotum (decensus testis), penurunan testis ini akan menarik peritoneum ke
daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut processus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, testis turun ke dalam scrotum,
processus vaginalis akan mengalami obliterasi dan menjadi sejenis tali fibrosa
tanpa lumen sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui canalis tersebut. Ujung
distal dari processus vaginalis tetap bertahan menjadi suatu membran yang
mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Namun dalam beberapa hal,
seringkali canalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu maka
canalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila canalis inguinalis kiri terbuka
biasanya canalis inguinalis kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, canalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Jika ada processus vaginalis
yang tetap terbuka (paten) maka akan ada hubungan antara rongga peritoneum
dan regio inguinal dan scrotum. Jika ukuran processus vaginalis paten kecil,
maka hanya cairan saja yang dapat masuk melewatinya sehingga terbentuk
hidrokel komunikantes. Jika ukurannya cukup besar, maka usus, omentum dan
isi rongga peritoneum lain dapat masuk sehingga terbentuk hernia inguinalis
lateralis kongenital. Pada orang tua, canalis tersebut telah menutup. Namun
karena merupakan lokus minoris resistant maka keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdomen meningkat akan menyebabkan canal dapa terbuka kembali
dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
15
16
Reponib Nyeri
Obstruksi
Tampak
Toksik
Reponibl
le
+
sakit
-
e
Irreponib
le
Incarsera -
ta
Strangul
++
++
++
ata
b.
Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia,
apakah masih dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam
keadaan berdiri dan berbaring serta saat batuk atau mengedan untuk melihat
benjolan yang dikeluhkan. 1
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang mengikuti
arah dan struktur dari kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah
ukuran hernia, apakah hernia terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja.2
Pada palpasi, di titik tengah antara SIAS dan tuberculum pubicum
ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan disebelah
medial berarti hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah lateral
tuberculum pubicum ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateral berari hernia inguinalis lateralis. Kantong hernia yang
kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari
dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera.
Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
18
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.2
Pada perkusi akan terdengar pekak. Pada auskultasi hiperperistaltik,
biasanya pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).2
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, thumb
test dan ziemanns test. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak
(finger test), dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari
masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan untuk
meningkatkan tekanan intraabdominal. Kalau ujung jari menyentuh hernia,
artinya hernia tersebut berada di dalam kanalis inguinalis berarti benjolan itu
adalah hernia inguinalis lateralis. Apabila sisi jari yang menyentuh hernia
berarti hernia tersebut berada diluar kanalis kemungkinan hernia tersebut
adalah hernia inguinalis medialis.2
19
Selain itu dapat dilakukan three finger test (Ziemanns test) dengan
cara meletakkan tiga jari yaitu jari kedua ketiga dan keempat masing-masing
di annulus internus, trigonum Hesselbach dan canalis femoralis, kemudian
minta pasien mengedan. Apabila benjolan terasa pada jari 2 maka benjolan itu
adalah HIL, di jari 3 HIM dan di jari 4 adalah hernia femoralis.2
c. Pemeriksaan Penunjang
20
21
dapat dilakukan.
Jika pasien menderita BPH, sebaiknya dilakukan penanganan untuk BPH
terlebih dulu. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan
gejala strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan
24
TEP
mengharuskan
adalah
masuk
ke
prosedur
laparoskopi
cavum
peritoneal
langsung
untuk
yang
diseksi.
sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti hernia femoralis dan obturatoria,
lebih sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia akan makin bertambah sehingga peredaran
darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi
transudat berupa cairan serosanguinus. Jika isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi
perforasi yang akan menyebabkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika
berhubungan dengan rongga perut. Gambaran klinis hernia inkarserata yang
mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila terjadi strangulasi, terjadi
keadaan toksik akibat ganggren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat
serius. Pasien mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia dan nyeri akan menetap
karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan ditemukan benjolan yang tidak
dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia,
dapat ditemukan peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan
gawat darurat dan perlu mendapat pertolongan pertama.
Diagnosis banding hernia incarserata dengan obstruksi usus dan hernia
strangulata yang menyebabkan nekrosis atau gangren
26
Gejala / tanda
Obstruksi
Nyeri
Suhu badan
Denyut nadi
Leukosit
Rangsang peritoneum
Sakit
usus
pada Nekrosis/
gangren
hernia incarserata
pada
hernia
Kolik usus
Normal
Normal / meningkat
strangulata
Menetap
Normal / meningkat
Meningkat
/
tinggi
Normal
Tidak ada
Sedang / berat
sekali
Leukositosis
Jelas
Berat sekali / toksik
Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan 1-3% dalam jangka waktu
10 tahun kemudian. Kekambuhan dikarenakan tegangan yang berlebihan saat
perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasty yang tidak adekuat dan hernia
yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan lebih umum pada pasien
hernia inguinalis direct terutama bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya
akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantong. Kebanyakan
kekambuhan adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberculum pubicum, di
mana tegangan garis jahitan adalah yang terbesar.
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Penderita
Nama
: Tn. K
Umur
: 72 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
27
Alamat
: Banturung RT 12 RW 4
Pekerjaan
: Buruh tani
Status
: Menikah
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
No. CM
: 504764
Masuk RS
: 18 Juli 2013
Kesadaran
: komposmentis
Tanda vital
RR
Suhu
: 37C axiller
BB
: 63 kg
Kulit
Kepala
: mesosefal
Mata
Telinga
: discharge -/-
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thorax
Jantung
Ekstremitas
: superior
inferior
Edema
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Cap. Refill
: <2/<2
<2/<2
Status lokalis
Regio inguinalis s/d regio scrotalis sinistra:
Inspeksi : Terlihat benjolan berbentuk seperti buah pir dari regio ingunalis
sampai pada skrotum sinistra, warna kulit seperti kulit sekitar
Inguinal dan skrotum dextra tidak ada kelainan
30
Palpasi
: -
- Posisi Tredelenburg
- Pro Hernioraphy
- Infus RL 20 tpm
- Pasang NGT
- Pasang kateter
- Inj. Diazepam 1 x 10 mg
- Inj. Ketorolac 1 x 30 mg
- Inj. Ceftriakson 1 x 2 gr
31
bisa BAB/kentut.
Menjelaskan kepada
penderita
dan
keluarga
penderita
tentang
beban berat.
Menyarankan pasien untuk makan-makanan berserat agar buang air besar
lancar.
3. 5 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Nama/Macam operasi
: Hernioraphy + Mesh
Jam operasi
Laporan operasi
3. 6 Perjalanan Penyakit
Tangg
al
19
Juli
2013
Keadaan Klinis
Keluhan: nyeri berkurang
KU : komposmentis
TV : TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 18x/menit
t : 36,4C
Kulit : turgor cukup
Program
R/
- Pro Hernioraphy
- infus Rl 20 tpm
- inj. ceftriakson 1x2 gr
- inj. ketorolac 3x30 mg
- inj. ranitidin 3x50 mg
- Puasa operasi
33
21
Juli
2013
R/
- Tirah baring
- infus Rl 20 tpm
- inj. ceftriakson 1x2 gr
- inj. ketorolac 3x30 mg
- inj. ranitidin 3x50 mg
- Diet tunda
- Aff NGT dan kateter
R/
- infus Rl 20 tpm
- inj. ceftriakson 1x2 gr
- inj. ketorolac 3x30 mg
- inj. ranitidin 3x50 mg
- Mobilisasi bertahap
- Diet lunak
34
23
Juli
2013
R/
- infus Rl 20 tpm
- inj. ceftriakson 1x2 gr
- inj. ketorolac 3x30 mg
- inj. ranitidin 3x50 mg
- Mobilisasi aktif
- Diet : biasa
- Aff drainage
R/
-
infus Rl 20
tpm
- inj. ceftriakson 1x2 gr
- inj. ketorolac 3x30 mg
- inj. ranitidin 3x50 mg
- Diet : biasa
- Boleh pulang
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pda
pasien ini, didapatkan diagnosis hernia skrotalis sinistra inkarserata.
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan keluarga, diketahui bahwa
keluhan benjolan pada buah pelir kiri. Didapatkan riwayat penyakit, benjolan muncul
sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, benjolan pada lipat paha kiri, awalnya
35
36
penderita. Pemeriksaan laboratorium lain, EKG, serta x-foto thorax dilakukan untuk
persiapan anestesi pre operasi.
Penatalaksanaan pada kasus ini dibagi menjadi penatalaksanaan awal yang
bersifat suportif dan penatalaksanaan lanjut yang bersifat definitif. Untuk
penatalaksanaan awal, penderita dapat diposisikan Tredelenburg, dimana posisi
kepala lebih rendah dari kaki. Karena terjadi inkarserata pada hernia penderita,
diperlukan pemasangan NGT untuk dekompresi (mengurangi tekanan intraabdomen
akibat obstruksi), pemasangan infus RL 20 tpm untuk menghindari dehidrasi akibat
obstruksi usus yang terjadi, dan pemasangan kateter urin untuk memantau balance
cairan. Sedasi diberikan untuk mengistirahatkan pasien agar tekanan inraabdomen
tidak meningkat, sedasi yang diberikan berupa injeksi diazepam 1 x 10 mg.
Analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri pada penderita, analgetik yang
diberikan berupa injeksi ketorolac 1 x 3 mg..
Penatalaksanaan definitif pada kasus hernia adalah dengan operasi
hernioraphy. Operasi pada penderita harus dilakukan segera karena adanya tanda
awal inkarserata yang harus segera dilakukan reposisi untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut pada usus. Pada penderita dilakukan operasi hernioraphy dengan
pemasangan mesh. Pada operasi ini dilakukan pembukaan kantong hernia dan
reposisi usus, serta untuk memperbaiki defek ditempatkan sebuah prosthesis, mesh
yang tidak diserap. Hasil yang baik dengan teknik ini dapat mengurangi angka
kekambuhan hingga kurang dari 1 %. Program pre operasi yang dilakukan pada
penderita adalah puasa 8 jam serta pemberian antibiotik profilaksis berupa injeksi
ceftriakson 1 x 2 gr.
Pada tanggal 19 Juli 2013, dilakukan operasi hernioraphy dengan mesh. Post
operasi penderita diberikan antibiotik berupa injeksi ceftriakson 1 x 2 gr, analgetik
berupa injeksi ketorolac 3 x 30 mg, ranitidin 2 x 50 mg, serta dilakukan aff NGT dan
kateter. Pasien pulang dengan kondisi perbaikan setelah hari perawatan ke 4 post
operasi.
37
38