KOMODITAS KAILAN
135040100111004
135040100111008
135040100111025
135040100111042
135040100111029
6. Irfan Fahrizza
7. Dinna Fitri N.J
8. Cindy Pasaribu
9. Julius Parahsian
Kelas F
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB 1
135040100111082
135040100111060
135040100111054
135040100111121
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani
mengalokasikan sumber daya yang terbtas secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan. Usahatani dilakukan oleh petani tinggi pada waktu
tertentu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya seperti memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Dalam usahatani, terdapat beberapa perhitungan untuk memperoleh
keuntungan yang akan diterima. Perhitungan tersebut meliputi analisis biaya,
analisis pendapatan, analisis BEP (Break Event Point), dan R/C ratio. Dimana
perhitungan-perhitungan itu digunakan agar orang yang melakukan usahatani
mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk usahatani, apakah
biaya-biaya tersebut melebihi atau memenuhi target keuntungan yang
diinginkan.
Pertanian perkotaan ini dilakukan agar mahasiswa dapat memahami dan
mengaplikasikan usahatani perkotaan. Komoditas yang kami tanam adalah
kailan. Dengan diadakannnya praktikum pertanian perkotaan atau disebut juga
agropolitan, maka akan mengatasi masalah lahan sempit/konversi lahan yang ada
di perkotaan. Selain itu juga dapat membantu memberikan kapasitas tambahan
pangan bagi warga perkotaan.
1.2
Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Usaha Tani Perkotaan Kreatif
2. Untuk memahami cara menghitung biaya dan analisis data sesuai dengan
kegiatan usaha tani yang telah dilakukan
3. Untuk lebih memahami tentang komoditas kailan yang telah dikembangkan.
4. Untuk
menentukan
dikembangkan
berusahatani
kalian
layak
atau
tidak
untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Usahatani Perkotaan Kreatif
Pertanian Kota (Urban Agriculture/Urban Farming) memiliki berbagai
macam pengertian, di antaranya adalah praktek pertanian (meliputi kegiatan
Tanaman Pangan, Peternakan, Perikanan, Kehutanan) di dalam atau di pinggiran
kota. Lahan yang digunakan bisa tanah tempat tinggal (pekarangan, balkon, atau
atap-atap bangunan), pinggiran jalan umum, atau tepi sungai. Oleh sebab itu
masih banyak pengertian usahatani perkotaan kreatif, antara lain:
Pertanian kota dilakukan untuk menambah pendapatan atau menghasilkan
bahan pangan. Peran Pertanian Kota untuk keamanan dan keselamatan pangan
dalam dua jalan: Pertama, meningkatkan jumlah makanan yang tersedia bagi
orang yang tinggal di kota. Kedua, tersedianya buah-buahan dan sayur-mayur
segar untuk konsumen-konsumen kota. Karena itu Pertanian Kota sebagai
promosi penghematan energi produksi makanan lokal, Pertanian Kota dan
pinggiran kota adalah praktek-praktek ketahanan Pangan. (Luc Mougeot, 1999).
Karakteristik dari pertanian kota diantaranya adalah kedekatannya dengan
pasar, kompetisi tinggi untuk lahan, lahan yang sangat terbatas, menggunakan
sumber daya kota seperti sampah organik dan air buangan, rendahnya tingkat
organisasi petani, mengandalkan produk yang dapat terurai dan memiliki tingkat
spesialisasi yang tinggi.
Berdasarkan UNDP (1996), pertanian kota memiliki pengertian, yaitu satu
aktivitas produksi, proses, dan pemasaran makanan dan produk lain, di air dan di
daratan di dalam kota dan di pinggiran kota, menerapkan metode-metode
produksi yang intensif, dan daur ulang (reused) sumber alam dan sisa sampah
kota, untuk menghasilkan keanekaragaman peternakan dan tanaman pangan.
e) Berbagai bahan di sekitar rumah seperti karung bekas, batang bambu, pipa
paralon, dan bekas gelas air mineral dapat dimanfaatkan sebagai wadah
budidaya vertikultur.
f) Tempat dibangunnya bangunan vertikultur menampilkan nilai estetika, atau
dapat dikatakan sebagai tanaman hias.
g) Bangunan vertikultur dapat dipindah-tempatkan ke tempat yang diinginkan,
terutama untuk vertikultur dengan konstruksi yang dapat dipindahpindahkan.
Pada kelompok kalian memakai sistem vertikultur yang bertingkat keatas,
karena dari segi lahan yang dipakai lebih efisien, dan dengan sistem vertikultur
bertingkat kami bisa menanam kalian lebih banyak, dan dapat menghasilkan
hasil yang banyak pada saat panen, dan dari segi desain lebih mudah dan praktis,
untuk segi pengairan kami bisa tidak menyiram dari tingkatan atas, sehingga air
mengalir turun kebawah dan mengenai tanaman yang dibawah, sehingga air pun
bisa dimanfaatkan semua, dan tidak ada yang terbuang.
2.3 Tinjauan Komoditas Kailan
Tanaman kailan (Brassica oleraceae) merupakan salah satu jenis sayuran
famili kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga berasal dari negeri China.
Kailan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17, namun sayuran ini sudah cukup
populer dan diminati di kalangan masyarakat. Oleh sebab itu, beberapa ahli
memberikan berbagai definisinya mengenai tanaman kalian, antara lain:
Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas
dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan
cabang-cabang akar yang kokoh. Cabang akar (akar sekunder) tumbuh dan
menghasilkan akar tertier yang akan berfungsi menyerap unsur hara dari dalam
tanah (Darmawan, 2009).
Tanaman kailan mempunyai batang berwarna hijau kebiruan, bersifat
tunggal dan bercabang pada bagian atas. Warna batangnya mirip dengan
kembang kol. Batang kailan dilapisi oleh zat lilin, sehingga tampak mengkilap,
pada batang tersebut akan muncul daun yang letaknya berselang seling
(Sunarjono, 2004).
Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran daun, dimana rasanya enak
serta mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh manusia, seperti
protein, mineral dan vitamin. Kandungan gizi serta rasanya yang enak, membuat
kailan menjadi salah satu produk pertanian yang diminati masyarakat, sehingga
mempunyai potensi serta nilai komersial tinggi.
Menurut Rukmana (1995), klasifikasi tanaman kailan adalah sebagai
berikut:
Kingdo
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Papavorales
Famili
: Cruciferae (Brassicaceae)
Genus
: Brassica
Spesies
atau ketersediaan air yang terbatas. Curah hujan terlalu banyak dapat
menurunkan kualitas sayur, karena kerusakan daun yang diakibatkan oleh hujan
deras (Cahyono, 2001).
2.4 Tinjauan Biaya Usahatani
Dalam berbudidaya, analisis usaha tani sangat diperlukan untuk
mengetahui biaya-biaya yang digunakan, adapun beberapa hal yang dibahas
dalam analisis antara lain:
a. Biaya Tetap (FC)
Yaitu seluruh biaya yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah
tanaman yang dihasilkan diatas lahan (biaya ini harus dibayar apakah
menghasilkan sesuatu atau tidak, termasuk didalamnya sewa lahan, pajak
lahan, pembayaran kembali pinjaman, biaya hidup).
Biaya tetap atau bisa disebut overhead adalah biaya-biaya yang dalam
batas tertentu tidak berubah ketika tingkat kegiatan berubah. Jadi, kenaikan
penggunaan lahan sebanyak 20% untuk suatu jenis tanaman, atau jumlah
ternak, tidak meningkatkan biaya tetap. Apabila kenaikan sebesar 100%
sekalipun, akan meningkatkan biaya tetap. Pada kebanyakan usahatani,
biaya-biaya tetap tidak terlalu banyak berubah mengikuti tingkat atau
campuran perubahan kegiatan, kecuali kenaikan karena pertambahan biaya.
Biaya tetap total (TFC) dilukiskan sebagai garis lurus (horizontal)
sejajar dengan sumbu kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun
jumlah output yang dihasilkan, besarnya biaya tetap total (TFC) tidak
berubah, yaitu sebesar n.
Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan
tertentu.
2) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding
terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume
2)
d. Penerimaan
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual dan biasanya produksi berhubungan dengan negatif dengan harga,
artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. (Soekartawi, 1995)
TR = P . Q
Dimana P adalah harga (price) sedangkan Q adalah quantity yang
dihasilkan.
e. Keuntungan
Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan
dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan,
selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari
perhitungan berkala. Hal itu diketahui secara pasti saat perusahaan
menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi. (Soemarso, 2005).
Rumus untuk mencari keuntungan adalah:
= TR TC
f. Break Event Point
Menurut Riyanto (1995) analisis break event adalah suatu teknik
analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena itu analisis tersebut
mempelajari hubungan antar biaya, keuntungan dan volume kegiatan.
Dalam perencanaan keuntungan, analisis break event merupakan
profit planning approach yang mendasarkan pada hubungan antar biaya
(cost) dan penghasilan penjualan (revenue). Untuk menghitung BEP bisa
dihitung dalam bentuk unit atau price tergantung untuk kebutuhan.
g. R/C Ratio
Analisis return cost (R/C) rasio merupaan perbandingan (rasio / nisbah)
antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Penyataan tersebut dapat
dinyatakan dalam rumus sbb:
a = R/C
R = Py x Y
C = FC + VC
a = Py x Y(FC+VC)
Dimana:
a = R/C ratio
Py = Harga output
Kriteria keputusan;
R/C > 1, usahatani untung
R/C<1, usahatani rugi
R/C=1, usahatani impas (tidak untung dan tidak rugi)
h. B/C Ratio
Analisis benefit cost (B/C) ratio merupakan perbandingan (rasio atau
nisbah) antara manfaat (benefit) dan biaya (cost).
R/C ratio = Penerimaan Biaya
Kriteria keputusan :
BAB III
METODOLOGI
3.1 Teknik Pembuatan Desain Usahatani Perkotaan Kreatif
Potong bambu dengan ukuran panjang 2,5 m. Pilih 4 bambu
dengan ukuran diameter yang sama
Haluskan kulit bambu supaya tidak melukai tangan
Mika plastik
Sprayer
Gergaji
Palu
Tali ijuk
Kawat
Linggis
Cutter
b. Bahan
Bibit kailan
Tanah
Pupuk
Air
Agen hayati
2. Pembenihan
Menyiapkan alat dan bahan (mika plastik, sprayer, bibit
kailan, tanah dan air)
Masukan tanah ke dalam mika plastik
Masukan benih kailan ke dalam tanah
Tutup tipis permukaan tanah yang terdapat benih kailan
dengan sedikit tanah
3. Persiapan lahan
Menyiapkan alat dan bahan (bambu, kawat, tali ijuk, linggis,
gergaji, dan palu)
4. Transplanting
Menyiapakan bibit yang telah tumbuh minimal sudah
tumbuh 3 helai daun
5. Perawatan
Menyiram tanaman setiap hari dengan air
6. Panen
Lakukan panen pada 70 atau 75 hari setelah tanam
Pembelian produk
b. BEP Unit
Harus diketahui berapa jumlah total biaya tetap (TFC),
harga produk (P), kuantitas produk (Q), dan total biaya
variabel (TVC).
TFC
TVC
P(
)
Q
c. BEP Rupiah
Harus diketahui berapa jumlah total biaya tetap (TFC),
harga produk (P), kuantitas produk (Q), dan total biaya
variabel (TVC).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kegiatan Budidaya
Kegiatan budidaya kailan dilakukan dengan menyemaikan benih terlebih
dahulu. Penyemaian benih dilakukan di tray atau tempat penyemaian benih.
Sebelum disemaikan, benih direndam selama sekitar 12 jam agar benih
mengembang dan kulit benih mengelupas sehingga waktu disemaikan cepat
tumbuh. Setelah selesai direndam selama 12 jam benih di semaikan kedalam
tray atau tempat persemaian benih. Setiap lubang tray diisi terlebih dahulu
dengan menggunakan media tanam berupa tanah yang telah dicampurkan
kompos dan menyiram media tersebut.
Benih dimasukkan kedalam media tanam tersebut, tidak terlalu dalam,
kemudian ditutup kembali menggunakan media tetapi tidak terlalu tebal.
Menunggu sekitar 2 minggu untuk benih dapat tumbuh menjadi bibit. Setelah
benih sudah menjadi bibit atau sudah muncul 4 daun, bibit tersebut di pindah
kan atau ditanam kedalam botol air mineral yang telah dibuat. Botol air mineral
dipotong bagi 2 bagian dan digunakan sebagai tempat penanaman, dan pinggiran
botol air mineral dipasang kawat agar bisa digantungkan di bambu yang telah
dibuat.
Setelah penanam selesai, melakukan penyiraman agar tanaman dapat
tumbuh
dengan
baik.
Begitu
pula
pemeliharaan
setelah
penanaman,
pemeliharaan sangat perlu dilakukan agar tanaman kalian tetap tumbuh dengan
baik, tidak mati dan tidak terserang hama dan penyakit. Pemeliharaan dilakukan
antara lain penyiraman rutin, pemberian agen hayati, menghilangkan daun yang
rusak.
Biaya Variabel
Komponen
Media Pembenihan
Benih
a) Kailan
Agen Hayati
a) B.bassiana
b) A. niger dan
Trichoderma
Pupuk Organik
Jumlah
b.
Jumlah
Unit
Satuan
Biaya
Satuan
(Rp)
Total
Biaya
(Rp)
140.000
40.000
Total
Biaya per
Kelas
(Rp)
10.000
2.857
Total Biaya
per
kelompok
(Rp)
3.333
2.857
2
4
Sak
Pak
5.000
20.000
0.03
0.06
Liter
Liter
50.000
50.000
21.000
42.000
1.500
3.000
500
1.000
150
Kg
450
945.000
30.190
67.500
22.500
Tenaga Kerja
Jumlah
Orang
3
2
3
4
2
4
Jumlah
Hari
2
1
1
60
8
1
Jumlah
Jam/Hari
2
1
1
1
1
1
HOK
Upah/HOK
-
Penanaman
Pemupukan
Penyiraman
Pemberian Pestisida
Panen
2
5
5
2
5
1
1
60
8
1
1
1
1
1
1
Penerimaan
Keterangan
Kailan
d.
Jumlah Unit
56
Satuan
Tanaman
Total Penerimaan
56 x 5.000 = 208.000
e.
Perhitungan
Laki-Laki
HOK Pembuatan Vertikultur : 3 x 2 x 2 / 2
:6
HOK Penanaman
:2x1x1/2
:1
HOK Pemupukan
:3x1x1/2
: 1.5
HOK Penyiraman
: 4 x 60 x 1 / 2
: 120
:2x8x1/2
:8
HOK Panen
:4x1x1/2
:1
Perempuan
HOK Penanaman
:2x1x1/2
:1
HOK Pemupukan
:5x1x1/2
: 2.5
HOK Penyiraman
: 5 x 60 x 1 / 2
: 150
:2x8x1/2
:8
HOK Panen
:5x1x1/2
: 2.5
Biaya Penyusutan
B. Penyusutan Tray
= 1 buah @ 15.000
Umur ekonomis 3 tahun
Asumsi di pasar saat 3 tahun 0
1 (15.000 0) / 3 = 5.000 / 4
= 1.250
B. Penyusutan Gembor
= 3 buah @ 45.000
Umur ekonomis 5 tahun
Asumsi di pasar saat 5 tahun 2.000
3 (45.000 - 2.000) / 5 = 25.800 / 4
= 6.450
B. Penyusutan Selang
= 1 buah @ 80.000
Umur ekonomis 10 tahun
= TFC + TVC
= 65.700 + 30.190
= 95.890
= P output x O ouput
= 5.000 x 56
= 280.000
Keuntungan (Profit)
Profit
= TR-TC
= 280.000 - 95.890
= 184.110
Biaya Tetap
Harga
Akhir
per unit
(Rp)
Tahun
Ekonomis
Total
Biaya
(Rp)
Total
Biaya per
kelas
(Rp)
Total
Biaya per
kelompok
(Rp)
Jumlah
Unit
Satuan
Harga
Awal per
unit (Rp)
Tray
Buah
15.000
15.000
1.071
357
Gembor
Buah
45.000
2.000
135.000
9.642
3.214
Selang
Buah
80.000
10
80.000
5.714
1.904
Tanah
Kawat
besar
525.000
37.500
12.500
Gulungan
6.000
6.000
Komponen
Kawat
kecil
Tempat
Pembibitan
Tali Ijuk
Shanding
Net
Gulungan
5.000
5.000
Buah
2.000
2.000
Gulungan
10.000
10.000
Meter
33.000
33.000
Jumlah
73.975
R/C Ratio
= TR/TC
= 280.000 / 95.890
= 2,920
b.
BEP ( Unit )
c.
Selain itu, tanaman kalian yang sudah di transplanting tidak tumbuh dengan
baik, dikarenakan lahan yang kami tempati tidak terkena penyinaran
matahari yang baik.
4.6 Solusi
Solusi yang kami lakukan, pada proses penanaman bibit ulang kami
melakukan penyiraman yang intensif (pagi dan sore) setiap harinya, dan
ditempatkan dibawah sinar matahari selama 1 jam. Dan setiap anak dikelompok
kami juga membuat penanaman bibit ulang agar dibuat cadangan tanaman
kalian. Dan solusi yang kedua, karena tanaman kami yang kurang penyinaran,
kami melakukan solusi dengan memindahkan tanaman kalian ke tingkat yag
paling atas agar tanaman mendapat penyinaran yang cukup.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terdapat beberapa teknik budidaya tanaman kalian, antara lain:
pengolahan lahan, pemupukan, pembibitan, pemeliharaan, panen, dan pasca
panen. Dengan diketahuinya BEP dan R/C Ratio dapat disimpulkan bahwa
usahatani yang kami lakukan tidak layak untuk dilakukan, karena dapat
menimbulakn
kerugian
bagi
petani
atau
orang
lain
yang
ingin
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. (2004). Budi Daya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Cetakan I. 13,5. Jakarta: Penebar Swadaya.
Baumgartner, N, and H. Belevi. 2007. A Systematic Overview of Urban Agriculture in
Developing Countries AWAG Swiss Federal Institute for Environmental
Science & Technology. SANDEC Dept. of Water & Sanitation in
Developing Countries
Irawan, Rudi. 2011. Budidaya Tanaman Kailan. Sumatra Utara: Universitas Sumatera
Utara
Kustiwan, Iwan. 1996. Tesis: Permasalahan dan Kebijaksanaan Pengendalian
Konversi Lahan Pertanian di Wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Bandung:
Institut Teknologi Bandung. Tesis tidak diterbitkan.
Kustiawan, Iwan. 2013. Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan Untuk
Mewujudkan Kawasan Perkotaan Bandung yang Berkelanjutan. Volume 2,
No.
1.
(online)
http://sappk.itb.ac.id/jpwk2/wp-
content/uploads/2013/09/V2N1-Potensi-Pengembangan-Pertanian-PerkotaanUntuk-Mewujudkan-Kawasan-Perkotaan-Bandung-yang-Berkelanjutan.pdf.
Diakses pada 27 November 2014
Leitmann, Josep. 1999. Sustaining Cities: Environmental Planning and Management
in Urban Design. USA: Mc Graw Hill.
Sarosa, Wicaksono. 2002. A Framework for the Analysis of Urban Sustainability.
Jakarta: URDI.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI-Press.
UNDP. 1996. Urban Agriculture; Food, Jobs and Sustainable Cities. New York:
UNDP
Widarto, L. 1996. Perbanyakan Tanaman Dengan Biji, stek, Cangkok, Sambung,
Okulasi dan Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius.
LAMPIRAN