Suprakondiler Humerus
Suprakondiler Humerus
Supracondylar Humeri
Penguji: dr. Iman
RicoRasaki(110100186)
NizaNovrizal(110100036)
FannieRizkiAnanda(110100069)
A. Hoshinea/pAsokKumar(110100521)
WindaWahyuni(110100129)
Definisi
Fraktur suprakondiler humerus
merupakan fraktur 1/3 distal
humerus tepat proksimal troklea dan
capitulum humeri. Garis fraktur
berjalan melalui apeks koronoid dan
fossa olekranon, biasanya fraktur
transversal.
Epidemiologi
Fraktur ini sering terjadi pada anak
anak, yaitu sekitar 65 % dariseluruh
kasus patah tulang lengan atas.
Mayoritas fraktur suprakondiler
padaanak anak terjadi pada usia 3
10 tahun, dengan puncak
kejadiannya padausia 5 dan 7 tahun.
Dan biasanya paling sering
ditemukan pada anak laki laki
daripada anak perempuan dengan
Etiologi
1.Adanya riwayat trauma atau
cedera
2.Kecelakaan kendaraan bermotor
3.Jatuh dari ketiggian
4.Luka tembak
5.Sidewipe injuries
Klasifikasi
1. Tipe Ekstensi
2. Tipe Fleksi
Patofisiologi
Mekanisme Cedera
Fraktur Suprakondiler
Tipe Fleksi
Diagnosis
Anamnesis
Anak biasanya datang karena
adanya nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak,
krepitasi atau datang dengan gejalagejala lain.
Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik, ada beberapa hal yang umumnya
dapat terlihat pada fraktur suprakondiler humerus:
1.Tipe ekstensi
sendi siku dalam posisi ekstensi daerah siku tampak
bengkak
tonjolan fragmen di bawah subkutis.
2.Tipe fleksi
posisi siku fleksi (semifleksi), dengan siku yang bengkak
dengan sudutjinjing yang berubah.
3.Gangguan sirkulasi perifer dan lesi pada saraf tepiwarna
kulit, palpasi pulsasi, temperatur, waktu dari capilarry
refillmemerlukan tindakan reduksi fraktur segera.
4. 4. N. Medianus (28-60%)tidak
dapat oposisi ibu jari dengan jari lain.
Okay Sign
Pointing Sign
Wrist Drop
Froment Sign
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Pada umumnya, kasus trauma yang kita temui pada lapangan harus dievaluasi
dengan primary survey dan secondary survey. Primary survey pada fraktur
supracondylar sama prinsipnya dengan fraktur lainnya, yaitu 1 :
Airway
Menilai jalan napas
Membuat dan mempertahankan jalan napas (suction, jawtrus dan chin lift )
Breathing
Memastikan dapat oksigen yang tinggi
Menilai dinding dada (simetris apa tidak pada saat bernapas, suara pernapasan paru kiri
sama dengan paru kanan)
Nilai adanya tension pneumothorax, massive pneumothorax, and fail chest
Circulation
Adanya pendarahan apa tidak
CRT
Arteri di sekitar fraktur teraba atau tidak ( NVD )
Adanya shok apa tidak
Disability
GCS
Environment
Tipe II
Perlu dilakukan reposisi tertutup untuk mengembalikan posisi humerus distal karena
akan terdapat gangguan didalam pergerakan ekstensi dan fleksi sendi siku
dikemudian hari.
Tipe III
Reposisi tertutup sebaiknya dengan mempergunakan image intensifier dan dapat
difiksasi dengan K-wire perkutaneus atau tanpa fiksasi dan dipasang gips. Apabila
tidak berhasil, maka dianjurkan tindakan operasi terbuka dengan pemasangan K-wire,
juga pada penderita yang datang setelah beberapa hari terjadinya fraktur.
Pemasangan gips untuk imobilisasi selama 3 4 minggu dan kemudian dipertahankan
dengan mempergunakan mitela. Gerakan aktif dapat dimulai dengan fleksi.
Pada fraktur suprakondilar yang disertai pembengkakan hebat dapat dilakukan traksi
Dunlop atau traksi skeletal untuk beberapa hari dan setelah pembengkakan mereda
dapat dicoba kembali dengan reposisi tertutup.
Pada tipe fleksi dimana fragmen distal berada disebelah depan dilakukan reposisi dan
setelah itu diimobilisasi dalam keaadan ekstensi maksimal
Komplikasi
Komplikasi Akut
1. Iskemik Volkmann
2. Trauma saraf perifer
Komplikasi Kronik
1. Pembentukan lepuh kulit
2. Maserasi kulit pada daerah antekubiti
3. Mal Union
4. Miositis osifikan
Gunstock Deformity
Prognosis