Anda di halaman 1dari 30

Penyebab dan Akibat Seks Bebas Terhadap

Perilaku Remaja
Posted: 08/05/2012 in Guidance and Counseling

0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, yaitu usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama, terutama dalam masalah hak. Integrasi dalam
masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa
puber. Seperti, perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari
cara berpikir remaja ini, dapat memungkinkan seorang remaja untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial orang dewasa, yang pada kenyataannya hal tersebut merupakan ciri khas yang
umum dari periode perkembangan ini.[1]
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak
kuper dan jomblo yang biasanya jadi anak mama. Banyak teman maka banyak
pengetahuan. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin
mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap
terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di
dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya
rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada
akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan
psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik
elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu
remaja tersebut.
Dan hal tersebut di atas terjadi kepada siswa SMK salah satu di kota Bandung yang bernama Izal
(nama disamarkan) berumur 16 tahun. Yang awalnya hanya sekedar coba coba, hingga
akhirnya menjadi hypersex. Ini semua tidak lepas dari penyebab mengapa dia melakukan hal
tersebut baik faktor dari diri sendiri, teman, ataupun keluarga. Permasalahan yang terjadi pada
klien akan kam kupas dalam laporan penelitian yang telah kami buat dengan judul Penyebab
dan Akibat Seks Bebas Terhadap Perilaku Remaja.
1.2

Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat di ambil rumusan masalah di antaranya sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
1.3

Pola asuh yang seperti apa yang diberikan oleh orang tua?
Pendidikan apa saja yang didapat oleh klien dilingkungan keluarga?
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, sekolah, dan masyarakat?
Apakah yang menjadi latar belakang klien melakukan hubungan seks?
Bagaimana sikap keluarga terhadap keadaan klien saat ini, begitupun sikap dia terhadap
keluarga?
Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang bersifat
kualitatif (deskripsi kualitatif). Metode ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
1. Survey
Survey yang kami lakukan langsung kepada klien. Kebetulan salah satu orang dari kelompok
kami kenal dengan klien.
1. Eksplorasi data
Eksplorasi data dilakukan dengan menggali semua yang kami perlukan untuk hasil penelitian
tentang Penyebab dan Akibat Seks Bebas Terhadap Perilaku Remaja.

1. Teknik Pengumpulan Data


Untuk menghasilkan data data yang akurat dan bermutu, maka kami melakukan beberapa
teknik pengumpulan data data diantaranya:

Studi Pustaka

Teknik ini kami lakukan sebagai penunjang data yang akan kami sesuaikan dengan data dari
narasumber. Berbagai sumber sumber data yang berkenaan dengan seks bebas, baik dari buku
ataupun dari media seperti internet.

Teknik Membuat Pertanyaan

Teknik ini bertujuan untuk mempermudah kami dalam hal mendapatkan informasi berupa data
dari klien secara sistematis. Adapun pertanyaan dan jawaban dari klien telah kami lampirkan.

Teknik Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan pada tanggal 10 April 2011. Selain face to face secara langsung,
kami pun memperoleh data dari klien dengan melakukan via sms dan via telepon.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengertian Sex


Sexualitas adalah perilaku keseluruhan seseorang yang menunjukkan ia laki-laki atau wanita.
Perilaku sexual yang normal adalah yang dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan
masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan diri sendiri (dan pasangannya bila sudah menikah)
dalam hal mencapai kebahagiaan dan pertumbuhan, juga dapat meningkatkan kemampuan
mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik. Sexualitas dalam arti luas adalah semua
aspek badaniah, psikologis, dan sosiobudaya yang berhubungan langsung dengan sex dan
hubungan sex manusia. Sexologi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek ini. Maka, sex juga
bio-psiko-sosio-kultural-spritual, karena itu pendidikan terhadap sex harus holistic pula. Bila
dititkberatkan hanya pada salah satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan
dalam hal ini pada individu atau padamasyarakat dalam jangka pendek atau jangka panjang.

Untuk mengerti sexualitas manusia, baik yang normal maupun abnormal, perlu dimilki
latar belakang pengetahuan bukan saja psikiatri dan ilmu perilaku, tetapi juga anatomi dan daal
sexual serta kebudayaan dan agama.
2.2.Teori Psikosexual
Menurut teori libido Freud, insting sexual dalam perkembangan dari masa kanak-kanak sampai
dewasa melalui beberapa fase: oral, anal, falik dan genital. Tiap fase didominasi oleh sebuah
organ somatic. Bila pada suatu fase tertentu tuntutan tidak terpenuhi secara wajar, maka
terjadilah fixasi atau pemberhentian pada fase itu. Fixasi pada fase oral berarti bahwa selanjutnya
sampai dewasa terdapat tuntutan-tuntutan akan pemuasan oral yang tidak cocok dengan umur.
Teori interpersonal memandang gangguan sexual sebagai manifestasi kekacauan hubungan
antarmanusia yang dinyatakan dalam bidang sexual. Teori kebudayaan menganggap bahwa
kepercayaan, adat-istiadat, dan norma-norma yang khas bagi suatu masyarakat tercermin dalam
psikologi dan psikopatologi seseorang, juga dalam bidang sexual. Teori adaptasi mengatakan
bahwa gangguan sexual adalah akibat ketakutan terhadap hubungan heterosexual, bahwa
ketakutan ini timbul karena pengalaman hidup yang jelek. Perilaku sexual yang patologis
merupakan adaptasi dari ketakutan ini.
2.3.Dorongan Sexual
Dorongan sex, seperti dorongan-dorongan lain pada manusia, merupakan kejadian yang normal
dan netral. Tergantung pada manusia dorongan itu akan disalurkan dengan bagaimana. Dorongan
sex menimbulkan rasa ingin tahu pada anak yang sedang tumbuh (menjadi lebih besar) dan yang
sedang berkembang (memperoleh cirri-ciri baru). Bila rasa ingin tahu ini tidak terpenuhi secara
baik, maka anak akan memperolehnya dari sumber-sumber lain yang diragukan efek edukatifnya.
Sumber-sumber itu senantiasa siap member penerangan yamng sering tidak akurat, seperti
majalah, komik, film dan lain-lain. Karena itu anak-anak perlu diberi pendidikan sex.
Tujuan pendidikan sex adalah agar anak mengembangkan perilaku sexual yang normal
dengan terjadinya perkembangan psikosexual yang sehat dan sex itu ditempatkan secara wajar
dalam kehidupan individu dengan keteguhan hati dan penalaran (bukan dengan emosi). Dengan
demikian, maka pendidilkan adalah lebih daripada penerangan sex, karena dalam pendidikan
termasuk juga apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan sehari-hari dari ucapan dan sikap orangorang sebagian besar terjadi di luar kelas, terutama di rumah.
2.4.Pengertian Dan Faktor-Faktor Seks Bebas
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat sexual yang ditujukan dalam
bentuk tingkah laku. Faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas karena danya pertentangan
dari lawan jenis, adanya tkanan dari keluarga dan teman. Dari tahun ke tahun data remaja yang
melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat, dari 5% pada tahun 1980-an menjadi 20%
di tahun 200 dan meningkat drastis pada tahun 2010 menjadi 75%. Hal ini terbukti dalam
penelitian dari KOMNAS Perlindungan anak ataupun BKKBN, mengenai perilaku remaja yang
melakukan hubungan seks pra nikah. Ironisnya, hal ini bukan hanya menimpa wilayah desa
namun juga sudah merambah ke kota-kota besar seperti Medan, Bandung, Jakarta, Surabaya,
Dan Yogyakarta.
Hasil senada juga ditunjukkan oleh riset yang dilakukan ileh YAYASAN Kita dan Buah
Hati (YKB) selama tahun 2010. Pada awalnya riset YKB lebih kea rah kesiapan anak
menghadapi masa pubertasnya. Tetaoi hal mengjutkan terjadi ketika YKB menemukan bahwa
anak-anak kelas 4-5 SD justru memberikan informasi mengenai sejauh mana mereka telah
mengetahui tentang pornografi, tentu saja hal ini sangat mngejutkan. Kecenderungan perilaku
seks bebas dikalangan usia 13 hingga 18 tahun ini tentu saja membawa dampak tidak hanya pada
rentannya kesehatan alat reproduksi, selain meningkatnya kasus penularan HIV/AIDS, tetapi
juga tingginya kasus kehamilan di luar nikah yang memicu permasalahan lain seperti praktek

aborsi illegal. Hal ini bagaikan efek domino yang dipicu dari habitat awal dimana seharusnya
anak dan remaja ini tumbuh dan berkembang denga sehat jasmani maupun rohani.
Ada suatu pesan yang menarik dan membuat kita terhenyak yaitu : Seks bebas adalah bencana
nasional yang menimpa generasi muda dan mengancam ketahanan Negara, hal ini bukan hanya
menjadi suatu fakta yang hanya didengar oleh telinga saja, tapi hal ini harus di dengar oleh
hati. Hal ini sangat memilukan namun masih bisa ditanggulangi (Elly Kasim, Psikolog dari
Yayasan Kita dan Buah hati dalam acara Kick Andy tanggal 23 Januari 2011)
2.5.Pengaruh Negatif Penyimpangan Sex Terhadap Pelakunya
Penyimpangan sex selain mempunyai hukum haram juga mempunyai pengaruh yang negatif
pada pelakunya, diantaranya:
1. Pengaruh Terhadap Jiwa adalah goncangan batin yang ada pada diri seorang yang
melakukan penympangan sex, bila ia merasakan kelainan-kelainan insting sexnya.
2. Pengaruh Terhadap daya fikir atau kerja otak, sehingga tidak dapat berfikir secara
abstrak, minat terhadap sesuatu amat kurang sehingga membuat lemahnya otak.
3. Pengaruh Terhadap Mental yakni terjadinya sesuatu syndrome mental disebut
Neurasthenia (penyakit lemah syahwat). Juga depresi mental, akibat suka menyendiri
serta mudah tersinggung, sehingga tidak dapat merasakan bahagianya hidup.
Pengaruh Terhadap Akhlaq yaitu apabila seseorang melakukan penyimpangan sex jelas telah
rusak akhlaqnya, sebab ia melanggar sesuatu yang diharamkan agamanya. Dan kerusakan akhlaq
dan bejadnya moral agama merupakan suatu penyakit jiwa yang berbahaya. Seseorang yang
keranjingan penyimpangan sex homosex misalnya sudah pasti gelap mata, sehingga tidak dapat
membedakan mana yang haq dan mana yang bathil.
2.6. Dampak seks bebas bagi kesehatan

Hamil di luar nikah


Aborsi
Penyakit psikologis
Penyakit menular seksual diantaranya HIV/AIDS, gonorea, jengger ayam, virus herpes,
sifilis, HPV (human papiloma virus)

BAB III
PEMAPARAN HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan kepada seorang siswa SMK salah satu di kota Bandung yang berumur 16
tahun dan bernama Izal (nama disamarkan), dia duduk di kelas XI. Dia adalah seseorang yang
sering melakukan seks bebas dengan pacarnya, menyalurkan hasratnya dengan melakukan
penyimpangan seks (sex abuse) jenis Masturbasi, dan sekarang telah menjadi hypersex.
pertama kali dia melakukan hubungan seks yaitu dengan pacar ketiganya yang berinisial K.
dan dia hanya melakukan satu kali dengan tujuan coba coba saja. Sekarang dia berpacaran
dengan Pipit (nama disamarkan) wanita berjilbab, pacar ke delapan dan telah melakukan
hubungan seks sebanyak lima kali dalam jangka waktu baru tiga bulan berpacaran. Sebenarnya,
ini berawal dari kecemburuannya terhadap teman teman sebayanya yang telah duluan
melakukan hubungan seks dengan teman wanitanya. Dari sinilah Izal pertama kali melakukan
hubungan seks.
Di sekolah Izal mempunyai teman dekat sebanyak lima orang. Teman dekat itulah yang kami
simpulkan memberikan pengaruh negatif terhadap Izal. Izal tidak terlalu diperhitungkan dan

tergolong anak berprestasi di sekolahnya. Namun dia ahli hanya dalam bidang praktisnya saja. Di
sekolah permasalahan Izal memang tidak terlalu besar dan bertentangan dengan moral.
Permasalahan dia hanya di penugasan mata pelajaran dan seringnya kesiangan masuk sekolah.
Ketika kita menanyakan kondisi lingkungan masyarakat di sekitar rumahnya kepada Izal, dia
tidak tahu apa apa. Dia hanya kenal beberapa orang di sekitar rumahnya dan itupun teman
sebayanya waktu SMP. Karena waktunya dia habiskan di luar dengan teman teman dekatnya.
Trek trekkan, nonton konser musik aliran keras, clubbing, dan nongkrong di sekitaran daerah
Dago. Hanya minggu siang dan malam hari sekolah dia ada di rumah. Dan itupun hanya berdiam
diri di kamar menonton tv atau main Play Station.
Pertama kali melakukan hubungan seks dengan Pipit memang saya yang meminta terlebih
dahulu. Awalnya dia menolak tapi akhirnya nurut juga. Kedua kalinya kami melakukan
hubungan seks malah Pipit yang meminta, dan setiap kali kami melakukan hal tersebut itu
dirumah pacar saya, setiap ke rumahnya pasti kami melakukan hubungan seks. Dan kami tidak
takut terjadi hal yang tidak diinginkan (hamil), karena kami selalu memakai alat pengaman yang
berkualitas. Jika saya ingin melakukannya lagi dan pacar saya tidak ada, saya selalu
menyalurkannya dengan melakukan penyimpangan seks (masturbasi) tutur Izal.
Selain pernah melakukan hubungan seks, Izal juga pernah mengkonsumsi Narkoba jenis Sabu
sabu dan Ganja, tapi hal itu hanya berlangsung satu kali karena efek sakit di kepala yang
langsung dia rasakan. Menurutnya, lebih enakan melakukan seks daripada mengkonsumsi
Narkoba, tutur Izal.
Izal menyadari bahwa apa yang dilakukannya itu salah, dan dia merasa kotor dengan
keadaannya, namun ketika hal itu terjadi hanya kenikmatan yang dia rasakan tanpa
menghiraukan salah atau tidaknya akan perbuatan yang dia lakukan. Dan ketika kami
menanyakan hubungannya dengan Sang Pencipta, dia menjawab, Hubungan saya memang tidak
baik, saya jarang shalat. Tapi Alhamdulillah pacar saya rajin shalat, berjilbab lagi.
Ketika kami menanyakan, apakah kamu pernah mempunyai cinta pertama? Pesan pasialnya
memperlihatkan kekesalan dan kemarahan terhadap suatu objek. Dan kita menyimpulkan bahwa
dia pernah disakiti oleh seorang wanita (pacarnya) yang berinisial S, hingga membekas sampai
sekarang. Sempat dia ditawarkan oleh teman dekatnya untuk menjalin hubungan dengan seorang
wanita dan dia bebas melakukan hubungan apapun, tapi Izal menolaknya. Ini membuktikan
bahwa Izal butuh dihargai (Teori Hierarki Kebutuhan, Abraham H. Maslaw).
Begitupun dengan kehidupannya di keluarga. dia anak tunggal dan hidup dengan sorang Ibu
yang sekaligus menjadi tulang punggung keluarga. Orang tuanya bercerai sejak Izal berusia 1
tahun (Pernikahan terjadi karena perjodohan). Sedikitpun dia tidak pernah merasakan kasih
sayang seorang figur Ayah. Meskipun kondisinya seperti ini tapi tidak membuat Izal dan Ibunya
dekat, melainkan komunikasi di antara mereka sangatlah kurang. Disini, kita melihat adanya
Oedipus Kompleks dimana terjadi kegagalan citra seorang Ibu terhadap anaknya.
BAB IV
PENUTUP
4.1

Solusi

Dalam penelitian yang kami lakukan, masalah yang dihadapi oleh Izal sehingga dia terjerumus
dan menjadi hypersex karena adanya faktor dari keluarga (broken home), faktor dari
lingkungannya yaitu pergaulannya yang bebas dan lingkungan yang mendukungnya untuk
melakukan hal tersebut, serta kurangnya pengetahuan tentang seks.
Dan solusi yang kami berikan ialah kebutuhan Sex education. Sex education pada remaja
bertujuan agar dapat mengerti identitas dirinya dan terlindung dari masalah seksual yang dapat

berakibat buruk bagi remaja. Sex education untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari
berbagai akibat buruk karena persepsi dan perilaku seksual yang keliru. Pendidikan seksual
selain menerangkan tentang aspek aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang
aspek aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur
unsur hak asasi manusia. Juga nilai nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan
merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Remaja harus mempelajari pola pola perilaku
seksual yang diakui oleh lingkungan serta nilai nilai sosial sebagai pegangan dalam memilih
teman hidup. Remaja juga harus belajar mengekspresikan CINTA pada lawan jenisnya, dan
belajar memainkan peran sesuai jenis kelamin, sebagaimana yang diakui oleh lingkungan. Tugas
tugas tersebut di antaranya:
1. Memperoleh pengetahuan mengenai seks dan juga peran sebagai pria atau wanita dewasa
yang diakui oleh lingkungan masyarakat sekitarnya.
2. Mengembangkan sikap terhadap seks.
3. Belajar bertingkah laku dalam hubungan heteroseksual menurut cara yang diakui oleh
lingkungan masyarakat.
4. Menetapkan nilai nilai dalam memilih pasangan hidup.
5. Belajar untuk mengekspresikan cinta.
4.2

Rekomendasi

Masalah ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon
penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya
masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain:
1. Peran orangtua

Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita.
Membekali anak dengan dasar moral dan agama.
Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua anak.
Menjalin kerjasama yang baik dengan guru.
Menjadi tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga
lingkungan yang sehat.
Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak.

1. Peran guru

Bersahabat dengan siswa.


Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman.
Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP.
Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas.
Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain.
Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat.
Mewaspadai adanya provokator.
Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalam
hal fisik, mental, spiritual dan sosial.
Penyuluhan seks secara kontinuitas.

1. Peran pemerintah dan masyarakat

Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas.


Memberikan keteladanan.
Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan.

1. Peran Media

Sajikan tayangan atau berita sesaui usia.


Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus
untuk remaja
DAFTAR PUSTAKA

Feist, Jess. Theories of Personality. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2008.


http://himikaung.wordpress.com/dampak-seks-bebas-bagi-kesehatan/ diambil pada tanggal 03
Mei 2011
Haqiqi Alif, Masa Remaja Penuh Sensasi, Lintas Media. Jombang
http://www.zaharuddin.net/index.php?option=com_content&task=view&id=282&Itemid=89
Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan.Erlangga.
Maramis, Willy. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. 2009.
MAKALAH TENTANG PENDIDIKAN SEKS BEBAS

Saturday, 28 May 2011


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, karena atas rahmat dan inayahnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan kami membuat makalah ini adalah agar
bisa belajar bersama untuk mengetahui latar belakang dari seks bebas. Dan
memahami pendidikan tentang seks bebas.
Dengan semangat kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini tidak mungkin
terlaksana dengan baik, tanpa adanya tekad, niat dan bantuan dari guru
pembiming. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para guru SMKN
JATIROGO atas support yang diberikan kepada kami, sehingga dengan semangat
tugas dapat terselesaikan dengan baik. Dalam hal ini kami ucapkan kepada :
- Wahyu Puji Lestari, S.Pd , selaku Pembimbing, yang telah banyak memberikan
arahan serta masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis, dengan penuh
perhatian dan kesabaran.
- Kedua Orang Tua kami, yang selalu memberikan doa serta motivasi yang sangat
penting bagi penulis sehingga tugas ini selesai tepat pada waktunya.
- Teman-temanku di SMKN JATIROGO , terima kasih atas segala supportnya.
kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum
sempurna oleh karena itu dalam kerendahan hati, kami mohon semua pihak
pembaca dan guru pembimbing berkenan memberikn saran dan kritik sebagai
bahan penyempurna untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Tuban, Pebruari 2011


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Dan Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pendidikan Seks ..................................................................................
2.2. Bahaya Seks Bebas ..........
2,3. Menghindari Seks Bebas
2.4. Faktor Penyebab Seks Bebas...............................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..........................................................................................
3.2. Saran....................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan
tanpa adanya ikatan perkawinan.Perilaku seks bebas yang terjadi pada remaja
dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua terhadap anak yang
disebabkan karena kesibukan masing-masing sehingga anak tidak memperoleh
pengetahuan tentang seks bebas dari orang tua dan oleh sebab itulah kadang kala
anak terjerumus pada pergaulan yang salah. Perilaku seks bebas juga dapat terjadi
jika remaja kurang mempunyai pemikiran yang matang untuk berbuat sesuatu di
tambah lagi karena dorongan dari teman sebaya. Kadang teman mempunyai
pengaruh yang buruk dan memaksa mencoba sesuatu yang baru sehingga mereka
mencoba melakukan hubungan seks dengan lawan jenis tanpa memikirkan akibat
yang akan terjadi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah yang di hadapi antara lain adalah:
Pertama perubahan jasmani yang begitu cepat mengakibatkan kegoncangan bagi
remaja, karena pertumbuhan menyebabkan remaja itu mulai menyukai lawan jenis.

Kedua, masalah hubungan dengan orang banyak, banyak orang tua yang
mengekang anak-anaknya untuk berbuat dan melakukan sesuatu sehingga dalam
hal ini remaja mengalami konflik dengan orang tua.
Kenakalan remaja disebabkan oleh 2 faktor pertama, faktor intern yang berasal dari
diri pribadi dan atas kemauan remaja sendiri untuk berbuat sesuatu yang mereka
inginkan dan tanpa paksaan dari orang lain.Kedua, faktor ekstern yang bisa timbul
karena pengaruh lingkungan dan pergaulan yang salah.
Contoh bentuk-bentuk kenakalan remaja antara lain adalah seks bebas,
penyalahgunaan narkotik, pelacuran dan tawuran.
1.3. TUJUAN
Tujuan penulis mengambil makalah dengan tema seks bebas yaitu sebagai berikut:
Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan
proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada
remaja.
Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua
manifestasi yang bervariasi
Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa
kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan
perilaku seksual.
Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu
kesehatan fisik dan mentalnya.
Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan
eksplorasi seks yang berlebihan.
Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai
istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.
1.4. MANFAAT
Manfaat pendidikan seks ini adalah:
Mendapat pandangan positif tentang pendidikan seks.
Mengetahui akibat dan bahaya tentang pergaulan bebas atau seks bebas.
Dapat mengetahui tindakan yang menyimpang dan dapat menghindarinya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah generasi yang paling berpengaruh dalam mewujudkan cita-cita
suatu bangsa, sebagai generasi penerus suatu bangsa dan suatu generasi yang

diharapkan oleh suatu bangsa bisa merubah keadaan bangsanya menjadi bangsa
yang lebih baik.Di Indonesia sendiri keadaan remajanya saat ini sangat
memprihatinkan, hal tersebut dapat di lihat dari kondisi remaja saat ini yang
cenderung lebih bebas dan jarang meperhatikan nilai moral yang terkandung dalam
setiap perbuatan yang mereka lakukan.Remaja mempunyai sifat yang cenderung
lebih agresif, emosi tidak setabil, dan tidak bisa menahan dorongan nafsu.
Rusaknya moral remaja dipengaruhi oleh beberapa hal dan yang paling dominan
mempengaruhi perubahan moral remaja adalah faktor pergaulan. Dan banyak
remaja di indonesian yang salah dalam memilih pergaulan sehingga mereka
terjerumus dalam pergaulan bebas diantaranya mengkonsumsi obat-obatan
terlarang (narkotika), minum-minuman keras, perkelahian antar pelajar, dan seks
bebas an lain sebagainya.
Mereka tidak mengetahui apa dampak buruk dari perbuatan yang mereka lakukan,
mereka hanya berfikir jangka pendek, yang terpenting dan yang terlintas dalam
pikiran mereka sekarang hanyalah bersenang-senang saja, tanpa memikirkan apa
akibat buruk yang akan mereka terima jika terjerumus dalam pergaulan bebas. Dan
semuanya dampaknyaakan sangat merugikan diri mereka sendiri, keluarga dan
orang-orang di sekitar mereka. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa semua
tingkahlaku anak lebih mudah terpengaruh pada lingkungan sekitar, oleh sebab itu
dalam menghadapi hal ini peranan orangtua sangat di butuhkan untuk
memonitoring sekaligus memberikan pengarahan kepada anaknya tentang
bahayanya pergaulan bebas.
1.2 Rumusan Masalah
Dari realita diatas, dapat diangkat berbagai pertanyaan mengenai pergaulan bebas
remaja Indonesia, diantarnya :
1. Apa penyebab timbulnya pergaulan bebas dikalangan remaja saat ini ?
2. Apa bentuk-bentuk dari pergaulan bebas, sehingga bisa dikatakan bahwa
pergaulan bebas bisa menyebabkan kerusakan moral remaja Indonesia ?
3. Apa dampak yang bisa timbul dari pergaulan bebas remaja saat ini ?
4. Langkah apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi pergaulan bebas yang
dapat merusak moral anak bangsa ?
1.
1.
1. Batasan Masalah
Di dalam makalah ini penulis hanya membahas tentang masalah narkoba dan
dampaknya, minuman keras dan akibat yang ditimbulkan, seks bebas dan
dampaknya, jadi penulis tidak membahas keseluruhan karena 3 hal tadi yang lebih
dominan yang dapat merusak moral anak bangsa.
1.
1.
1. Batasan Istilah

Narkoba : (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya)


HIV: Human Immunodeficiency Virus
AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome
1.3 Tujaun Penulisan
1. Dengan dikemukakannya bahaya yang bisa timbul akibat dari pergaulan bebas
yang terdapat dalam makalah ini bisa menjadi acuan untuk para generaasi muda
yaitu generasi penerus bangsa bisa memilih pergaulan yang baik, aman dan tidak
menjerumuskan ke jurang kesesatan yang dapat merugikan diri mereka dan dapat
mengetahui dampak dari pergaulan bebas.
2. Dengan adanya makalah ini remaja Indonesia tahu ampak yang bisa timbul dari
pergaulan bebas yang ada dikalangan remaja inonesia, sehingga bisa menekan
angka kematian akibat narkoba, miras dan menekan angka aborsi dan seks bebas
yang ada di Inonesia.

PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN REMAJA


TERHADAP PERGAULAN BEBAS
( Studi Pustaka Tentang Peran Orang Tua Dalam Perlindungan Remaja
Terhadap Pergaulan Bebas )

Oleh
WIGUNA MIHARJA
No. Induk : 0809-1509
Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial
MADRASAH ALIYAH
PONDOK PESANTREN MODERN DAARUL ULUUM I
BOGOR
2010 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fase remaja adalah masa penuh gairah, semangat, energi, dan pergolakan, saat seorang anak,
tidak saja mengalami perubahan fisik tetapi juga psikis. Semua ini mengakibatkan perubahan
status dari anak-anak menjadi remaja. Ada kebanggaan, karena sebagai remaja, status sosial
mereka berubah, keberadaan atau eksistensi mereka harus selalu diperhitungkan. Tetapi, ada juga
kebingungan, kegelisahan, kecanggungan, kegalauan, atau salah tingkah (teenage clumsinees)
karena perubahan hormonal menyebabkan mereka mengalami pertarungan identitas.
Pertumbuhan fisik remaja, juga diikuti oleh perkembangan daya intelektual. Mereka mulai
mengembangkan pola pikir sendiri, lepas dari orang tua mereka. Jika pada masa kanak-kanak
pola pikir mereka adalah konkret. Pada masa remaja mereka mulai mengembangkan konsep
berpikir abstrak, seperti kejujuran, loyalitas, atau keadilan. Kemampuan berpikir secara abstrak
membuat dunia mereka menjadi tidak terbatas, mampu memahami perbedaan, dan mendorong
mereka untuk menentukan pilihan mereka untuk menjadi apa kelak mereka di kemudian hari.
Selain itu, remaja umumnya sudah mampu memahami logika dan konsekuensi dari sebuah
tindakan logis. Pola berpikir logis membuat mereka selalu menuntut alasan (reasoning) dibalik
sebuah tindakan. Itulah sebabnya, para remaja seringkali diberi label sebagai kelompok yang
suka menentang (argumentative). Seringkali remaja memandang orang tua mereka terlalu
lamban, dan dalam banyak hal mereka lebih unggul ketimbang orang tua mereka. Meskipun
tidak salah, namun pandangan ini juga tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan orang tua terlambat
menyadari kondisi dan jalan pikiran anak remaja mereka sehingga menimbulkan konflik.
Para remaja juga seringkali mempertanyakan eksistensi orang tua mereka, Apakah mereka jujur
sebagai orang tua? Apakah perkataan mereka dapat dipercaya? Apakah mereka memiliki
moral dan nilai-nilai? Apakah tindakan mereka sesuai dengan ucapan mereka? pertanyaanpertanyaan yang merupakan gugatan ini memerlukan jawaban yang jujur dari para orang tua.
Jika orang tua tidak berani menjawab pertanyaan ini secara jujur, atau menganggapnya sebagai
tantangan yang harus ditumpas, inilah awal konflik orang tua - remaja yang tidak akan ada ujung
pangkalnya.
Tidak sedikit orang tua bingung menghadapi sikap anak-anak remaja mereka yang mulai berani
melancarkan protes atau penentangan, terutama menentang otoritas orang tua yang mereka
anggap membelenggu kemerdekaan mereka. Mereka menuntut dengan keras agar identitas dan
eksistensi komunitasnya diakui. Di dalam keluarga, para remaja menuntut supaya pendapat,
pikiran, gagasan, atau ide-ide mereka didengarkan dan dipertimbangkan ketika rumah tangga
sebagai sebuah institusi membuat keputusan atau kebijakan. Mereka melakukan protes keras atau
mengkritik dengan tajam kalau merasakan keadilan tidak berpihak kepada kelompok mereka. [1]
Atas latar belakang tersebut saya tertarik untuk meneliti sejauh mana peran orang tua dalam
perlindungan remaja terhadap pergaulan bebas. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
mengkaji dengan judul : Peran Orang Tua Dalam Perlindungan Remaja Terhadap Pergaulan
Bebas
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
1. Bagaimana peran orang tua dalam pembentukan identitas remaja ?
2. Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan remaja dan pergaulan bebas ?
3. Bagaimana peran orang tua dalam perlindungan remaja terhadap pergaulan bebas ?
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana seharusnya orang tua untuk
melindungi anak mereka dari pergaulan bebas diantaranya :
1. Untuk mengetahui peran orang tua dalam pembentukan identitas remaja
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan remaja dan pergaulan bebas
3. Untuk mengetahui peran orang tua dalam perlindungan remaja terhadap pergaulan bebas
Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup
kematangan mental,emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh
Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia
dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak
merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama,
atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif,
lebih atau kurang dari usia pubertas.
Masa remaja adalah waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda mayoritas, yang
diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan
berhadapan dengan masalah besar. Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara
umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi
pria. Rentang usia remaja ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun
sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21
atau 22 tahun adalah masa remaja akhir.
Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan
anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang
dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali
dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu
menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun fase
remaja merupakan fase perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari
aspek kognitif, emosi maupun fisik (Monks dkk; 1989).[2]
B. Identitas Remaja
Remaja adalah transisi antara masa kanak-kanak menuju dewasa. Posisi sebagai transisi
menyebabkan posisi ini labil. Prosesnya dimulai ketika terjadi perubahan masa kanak-kanak
memasuki pubertas. Pubertas sendiri terjadi akibat meningkatnya hormon di dalam aliran darah
sebagai respon atas isyarat dari hypothalamus daerah otak. Sepanjang masa kanak-kanak, baik
fisik anak laki-laki maupun perempuan sebenarnya memproduksi hormon androgen dan estrogen
dalam tingkat yang sama.
Ketika seorang anak bertumbuh dan berkembang menuju ke tahap remaja, ia sedang mengalami
perubahan status sosial dari anak menjadi remaja. Sayang, pada saat terjadinya proses
perubahan status ini banyak remaja kurang mendapat perhatian dan pengarahan yang baik dari
orang tua mereka sehingga terombang-ambing. Patut dipahami bahwa pada masa transisi,
seorang remaja mengalami krisis identitas sehingga mudah sekali terinfeksi bermacam-macam
isu, baik positif maupun negatif.
Remaja seringkali menyatakan identitasnya dengan berbagai hal untuk membedakannya dengan
komunitas lain. Dengan demikian, remaja dapat dikenali dari sisi psikis, fisik, aktivitas,
kapasitas, kapabilitas, gagasan, angan-angan, mimpi-mimpi, potensi, energi, kekhawatiran,
gairah, pergolakan, dan kerentanan mereka. Demikian banyak ciri remaja yang menonjol, unik,

dan khas. Itulah dunia remaja, dunia yang dipenuhi berbagai gejolak harmoni dan pertentangan.
[3]
C. Perkembangan remaja
c.1. Perkembangan Potensial
Kelompok remaja dapat dikenali dari potensinya yang dahsyat. Pada umumnya remaja tidak
mengenal rasa takut bahkan cenderung nekad sehingga banyak aktivitas mereka yang menyentuh
bahaya atau bersinggungan dengan bahaya, misalnya, memanjat tebing, mendaki gunung,
olahraga balap, tinju, menjelajah gua, atau bertualang ke hutan belantara. Mereka mendirikan
kelompok-kelompok atau perkumpulan-perkumpulan (gangs) untuk mengaktualisasikan identitas
kelompok mereka. Jika aspirasi mereka tersumbat atau mendapatkan rintangan, mereka
mengajukan protes atau melakukan perlawanan dengan hebat tanpa memperhitungkan risiko
yang akan ditimbulkan akibat tindakan mereka yang tanpa perhitungan.
c.2. Perkembangan Emosional
Masa remaja selalu berhubungan dengan berbagai pergolakan emosional yang belum stabil. Ada
keyakinan diri, kegelisahan, iri hati, malu, harga diri, dan emosi lainnya yang dulu muncul
sewaktu kanak-kanak, sekarang menjadi bagian penting dari kehidupan mereka. Emosi sosial
yang sudah muncul ketika berusia enam tahun sangat penting dalam menunjang pergaulan
mereka dengan teman-teman sebayanya. Emosi remaja juga dapat dikenali dari berkembangnya
perasaan atau emosi baru seperti romantisme, cemburu, cinta, sedih, atau perasaan kesepian.
c.3. Perkembangan Psikososial
Ketika anak-anak memasuki masa remaja, terjadi perubahan karena pertumbuhan fisik mereka
yang berkembang sangat pesat. Pada masa ini, dorongan seksual muncul dengan kuat dan wajah
mereka mulai mengarah kepada bentuk dewasa. Perubahan fisiologis ini diikuti pula oleh
perubahan psikologis, yakni berkembangnya mental mereka.
c.4. Perkembangan Intelektualitas
Beberapa remaja sudah terlihat kehebatan intelektualitas mereka dalam berbagai bidang
pemikiran dan perasaan sehingga mampu melahirkan karya-karya bermutu dalam bidang seni,
sains, dan teknologi. Menurut Jean Piaget, kelompok remaja berada pada tahap operasional
formal, dan merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognisi. Perkembangan yang sehat dan
normal membuat mereka mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan berbagai
alternatif dan memahami berbagai masalah yang kompleks dan rumit. Fokus mereka adalah:
kemampuan berpikir secara abstrak dan berpikir secara hipotetis.
c.5. Perkembangan Moral
Menurut Lawrance E. Kohlberg, remaja dapat dikenali dari moral mereka yang berorientasi
kepada membangun dan membina hubungan saling menguntungkan (mutual interpersonal
relationship). Bagi mereka moralitas yang baik adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain,
misalnya, berguna bagi saudara, teman-teman, masyarakat, melaksanakan peraturan, menjaga
ketertiban, dan seterusnya.
c.6. Perkembangan Psikoseksual
Menurut pengamatan Freud, pada usia remaja perkembangan psikoseksual mereka berada pada
tahapan genitalia. Fokusnya adalah ketertarikan terhadap lawan jenis dan energi seksual
diarahkan terhadap organ genital. Dorongan seksual yang besar menyebabkan remaja mencari
pemuasannya. Berdasarkan psikoanalisa Freud, fase genital berlangsung sejak masa pubertas
sampai meninggal dunia. Fase genital sangat dipengaruhi oleh fase pragenital. Artinya,jika

tahapan sebelumnya berhasil dilewati dengan baik, tahapan genital akan berlangsung dengan
baik, tetapi jika fase tahapan pragenital mengalami masalah, tahapan genital juga akan
bermasalah.[4]
D. Pergaulan Bebas
Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang
mana bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah
pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja
adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar.
Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul
bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.
[5]
Pergaulan bebas yang terjadi saat ini sudah sangat memperhatikan. Banyak sekali terjadi perilaku
yang telah menyimpang dan melanggar nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Perilaku anak
muda atau remaja zaman sekarang telah jauh dari norma agama sebagi pegangan hidup. Nilai
etika dalam pergaulan telah dilanggar seperti tidak menghormati yang tua, mengucapakan
permisi kepada orang lain jikalau lewat dan yang paling memperhatikan adalah pegunaan obat
terlarang ( Narkoba ) dan Seks bebas atau kumpul kebo.[6]
Pergaulan bebas juga merupakan sisi paling menakutkan bagi orang tua terhadap anak remaja
mereka. Dorongan seksual, rasa ingin tahu yang besar, namun tidak disertai pengetahuan dan
pengalaman yang memadai menyebabkan banyak remaja terjerumus melakukan seks bebas atau
menggunakan narkoba atau obat-obat psikotropika lainnya. Ini merupakan sisi gelap kenakalan
remaja yang paling meresahkan semua orang tua di dunia ini. Namun, seandainya semua orang
tua di dunia ini sepakat bersatu untuk memerangi penyebab pergaulan bebas, dapat di pastikan
tidak akan ada remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan sejenisnya.[7]
E. Kenakalan Remaja
kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo, S.H adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya
dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran
dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.[8]
Kenakalan remaja bukanalah masalah yang berdiri sendiri. Banyak faktor, baik internal maupun
eksternal yang menjadi pemicunya. Pengawasan yang berlebihan menyebabkan mereka menjadi
terkekang, dan tergantung kepada orang tua. Akibatnya, aktivitasnya terganggu dan
kreativitasnya terbelenggu. Sebaliknya memberikan kebebasan yang berlebihan juga akan
menghasilkan generasai hura-hura yang tujuan hidupnya tidak jelas. Kewajiban utama orang tua
adalah memberikan keteladanan hidup yang terpuji kepada anak remajanya sehingga mereka
dapat menyaksikan kejujuran dan kesalehan hidup di dalam diri orang tuanya.
Orang tua yang bijaksana tidak akan membiarkan anak remajanya berjalan sesuka hati menuruti
kehendaknya sendiri. Perlu rambu-rambu dan batasan-batasan peraturan yang tidak boleh
dilanggar oleh mereka. Oleh karena itu, walaupun kurang menyenangkan, tetapi untuk
membentuk kehendak remaja supaya tertib dan tingkah lakunya terkendali, diperlukan cara
pendisiplinan yang keras dan tegas. Fakta menunjukkan bahwa bukan banyaknya jumlah
larangan, ketatnya peraturan, atau besarnya ancaman yang membuat mereka tunduk dan
mematuhi ketentuan, melainkan siapa di balik larangan itu. Meskipun tampaknya anak-anak

remaja cenderung mengacuhkan segalanya, namun mereka tetap peka dengan berbagai
perubahan di sekelilingnya, apalagi jika perubahan tersebut menyangkut kepentingan mereka.
Anak-anak remaja sangat peka dengan perilaku orang tua atau orang-orang dewasa di
sekelilingnya, serta mudah terinfeksi oleh berbagai desas-desus. Hal inilah yang sering kurang
mendapat perhatian kebanyakan orang tua.
Jikalau ditelusuri dengan saksama, remaja sebenarnya kelompok masyarakat yang memiliki
potensi sangat hebat bila diberdayakan secara baik dan benar. Kelompok mereka ibarat berlian
yang tersembunyi di dalam batu cadas. Kemilaunya akan sangat tergantung siapa dan bagaimana
mengasahnya agar menjadi berlian indah dan bernilai tinggi. Kesalahan mengasahnya dapat
berakibat fatal, oleh karena tidak akan menghasilkan berlian yang bernilai, melainkan berubah
menjadi kerikil tajam yang terbuang. Kesadaran ini belum sepenuhnya di pahami oleh
kebanyakan orang tua.
Tindakan paling rasional terhadap anak remaja adalah melakukan pengawasan yang memadai.
Sayang, sebagian orang tua malah kurang mempedulikan pergaulan anak-anak ramajanya.
Sebagai contoh, mereka tidak pernah tau ke mana saja anak-anak remajanya kalau sedang berada
di luar rumah dan apa yang mereka kerjakan. Biasanya orang tua semacam ini akan panik ketika
sesuatu di luar dugaan manimpa anak remajanya. Kepanikan biasanya timbul karena
koordinasi antara rasio dan emosi tidak seimbang sehingga melahirkan reaksi yang kacau.[9]
BAB III
PEMBAHASAN
A. Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Identitas Remaja
Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam perjalanan hidup seorang remaja adalah
pembentukan identitasnya. Salah satu identitas diri yang harus dimiliki oleh setiap remaja adalah
tata nilai. Melalui sistem tata nilai yang dianutnya, seorang remaja mengungkapkan siapa,
mengapa, dan bagaimana dia sebagai sosok pribadi. Dapat dikatakan, setiap remaja adalah
pribadi yang unik dan khas sehingga memiliki identitas diri atau tata nilai yang belum tentu sama
dengan identitas atau tata nilai yang dianut remaja lain.
Sistem tata nilai sebagai identitas remaja merupakan pengajaran melalui pembelajaran,
pengalaman, atau peniruan sehingga selalu terbuka kemungkinan kekeliruan atau pemahaman
lain. Tata nilai bukanlah dogma yang bersifat absolut dan statis, melainkan sistem pengaturan
atau penataan hidup yang bersifat kenyal (fleksibel) dan dinamis. Tata nilai sebagai salah satu
identitas remaja mengatur pola hidup, tingkah laku ke dalam maupun ke luar, sekaligus sebagian
landasan moral maupun spiritual dalam melakukan interaksi, menata hidup, melakukan
perenungan hidup, menciptakan remaja yang berkepribadian, dan memiliki budi pekerti yang
luhur.
Tata nilai seorang remaja terbentuk oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Faktofaktor internal adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, atau adik. Patut dicatat
bahwa dalam sistem kekerabatan budaya timur, faktor keluarga merupakan inti pembentukan tata
nilai seorang remaja. Faktor-faktor eksternal adalah semua faktor di luar keluarga inti dan
keluarga besar, misalnya, budaya, agama, sekolah, lingkungan, atau ideologi. Unsur-unsur ini
diproses di dalam diri sehingga menghasilkan reaksi maupun refleksi.[10]
Sumber utama tata nilai keluarga adalah orang tua. Sebagai kepala keluarga orang tua
mempunyai otoritas terhadap pembentukan dan penentuan sistem tata nilai keluarga. Pengajaran
tata nilai yang lebih mengedepankan kelimpahan materi dan kemakmuran ekonomi akan
mendorong anak-anak remaja setelah dewasa menjadi hamba keserakahan, dan ketamakan. Hati
nurani mereka tumpul dan menilai sesama berdasarkan kemampuan dan kekuatan ekonomi
semata.

1. Keluarga sebagai sebuah sistem


Keluarga adalah sebuah sistem yang digerakan oleh anggotanya berdasarkan asas saling
menghormati, menghargai, dan mendukung peranan masing-masing sehingga tercipta sinergi dan
keteraturan. Adanya aturan main membuat keluarga terus-menerus mengalami perubahan dan
secara instink setiap anggota keluarga bereaksi terhadap perubahan tersebut.
Keluarga sebagai sebuah sistem merupakan tempat seorang remaja membentuk dan
mengembangkan kepribadian dan karakter. Betapa pentingnya keluarga sebagai sebuah sistem
terlihat dari banyaknya variasi produk rumah tangga yang menjadi komponen pembentuk
masyarakat. Betapa banyak rumah tangga dewasa ini yang mengalami disfungsi karena masingmasing anggotanya sebagai komponen yang menggerakan sistem rumah tangga bermasalah
dengan anggota yang lain atau dengan dirinya sendiri.
Sistem keluarga bisa dihancurkan oleh pribadi-pribadi yang miskin tenggang rasa, tidak peduli,
atau mementingkan diri sendiri. Dalam kenyataan sehari-hari, sering kali keluarga-keluarga itu
sendiri hancur berantakan akibat orang-orang di dalam keluarga itu sendiri menghancurkannya.
Seperti apa pun baiknya sebuah sistem keluarga dirancang tidak akan memberi manfaat dan tidak
akan bertahan lama jika individu-individu yang terlibat di dalamnya tidak mendukungnya,
sebaliknya malah menghancurkannya dari dalam.
2. Peran ayah sebagai pembentuk identitas
Seorang ayah merupakan panutan dalam segala hal bagi anak-anaknya. Melalui perilakunya
anak-anaknya belajar tentang falsafah hidup. Tidak bisa dipungkiri, seorang ayah adalah
kebanggaan bagi anak-anaknya. Anak-anak remaja bangga jika ayah mereka memiliki pendirian
yang teguh, komitmen yang tidak mudah goyah, emosi yang terkendali, konsep diri yang kuat,
perencanaan hidup yang cemerlang, dan mentalitas yang tangguh. Seorang ayah memainkan
peran yang sangat besar terhadap pembentukan tata nilai anak remajanya karena peran ayah
sebagai sentral keluarga biasanya lebih dominan di dalam keluarga.
3. Beberapa kelemahan ayah
Ayah adalah figur kekuatan dana kekuasaan di dalam keluarga. Ia merupakan simbol wibawa dan
kedaulatan keluarga. Personifikasi dirinya mendorong keberanian anggota keluarganya untuk
menantang berbagai persoalan hidup. Tetapi, tidak ada ayah yang sempurna di dunia ini sehingga
mampu memainkan perannya secara sempurna tanpa pernah melakukan kesalahan. Beberapa
kesalahan yang seringkali dilakukan ayah adalah bertindak otoriter, sering tergesa-gesa, malu
mengakui kelemahannya, atau melanggar peraturan yang dia tetapkan sendiri.
4. Peran ibu sebagai pembentuk identitas
Kodrat selalu dekat dengan kelemah-lembutan, cinta, dan kasih-sayang. Itulah citra perempuan
yang membuatnya menjadi tempat bagi anak-anaknya untuk mendapatkan kehangatan cinta dan
kasih-sayang. Intinya seorang ibu berperan sebagai pengasuh yang memberikan rasa nyaman
bagi anak remajanya. Pada wajah ibu selalu terpancar kesejukan yang memberikan kedamaian
yang membuat setiap remaja menemukan dermaga tempat untuk melabuhkan hati yang sedang
gundah gulana. Ibu merupakan penerjemah utama sifat, kepribadian, maupun integritas ayah.
Artinya, pengaruh ibu sangat besar terhadap pembentukan persepsi anak-anak tentang ayah
mereka.
5. Beberapa kelemahan ibu
Kaum ibu adalah ibarat mata rantai, kelemahannya terletak pada kekuatannya atau sebaliknya
kekuatannya terletak pada kelemahannya. Demikian halnya, para ibu di seluruh dunia tampaknya
memiliki persamaan kelemahan, yakni tidak tega, mudah terharu, ragu-ragu, mudah larut dalam

suasana emosional, tidak berani mengambil keputusan strategis, atau mudah dipengaruhi anakanaknya.
6. Kekeliruan tata nilai
Banyak orang tua yang keliru menanamkan tata nialai terhadap anak-anak remajanya, misalnya,
menekankan tata nilai materi kepada anak-anak remaja mereka seakan-akan kesuksesan erat
sekali kaitannya dengan keberhasilan secara ekonomi. Masih banyak orang tua yang belum sadar
bahwa sesungguhnya semua yang hidup adalah ibarat rumput dan segala kemuliaan hidup
manusia adalah seperti bunga rumput. Akan tiba waktunya rumput menjadi kering dan bunga
menjadi gugur.
7. Tata nilai yang tersingkirkan
Tata nilai yang kekal sebetulnya hanyalah nilai-nilai rohani yang menuntun seseorang kepada
keseimbangan relasi vertikal dan relasi horisontal terhadap sesama. Namun, tata nilai itulah yang
sekarang sudah dilupakan orang karena tergiur tata nilai kemakmuran yang memabukkan.[11]
B. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja dan Pergaulan Bebas
Menjadi orang tua yang baik tidak semudah yang dibayangkan, tetapi tidak berarti orang tua
menghindar untuk mempunyai anak remaja. Banyak orang tua frustasi ketika menghadapi
kelakuan anak-anak remaja mereka karena sebelumnya tidak punya gambaran yang jelas tentang
psikologi anak remaja.
Dunia remaja selalu membuat kebanyakan orang tua pusing kepala. Para remaja selalu ingin tahu
sampai batas mana mereka diperbolehkan melanggar aturan. Orang tua yang lemah dan raguragu akan menjadi permainan anak remajanya dan secara tidak langsung sebenarnya turut
mendorong anak remajanya menuju ke jurang kehancuran. Perlu sikap tegas dalam mendidik
remaja. Tetapi, perlu diperhatikan bahwa ketegasan tidak identik dengan kemarahan yang disertai
kekerasan dan penganiayaan.
Hal yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa kenakalan remaja tidaklah berdiri sendiri dan
terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses. Di dalam proses tersebut, banyak unsur yang
terlibat yang membentuk mentalitas remaja. Dalam hal ini, orang tua adalah unsur paling penting
yang membentuk identitas remaja. Para remaja adalah ibarat pilot pesawat ruang angkasa yang
setelah berhari-hari berada di luar angkasa, kembali ke bumi. Ketika pesawat mereka memasuki
atmosfer bumi, keselamatan mereka akan sangat tergantung kepada kemampuan pesawat
menahan beban panas yang mencapai ratusan atau mungkin ribuan derajat celsius. Kesalahan
sekecil apa pun di dalam pengendalian dan penempaan posisi dapat membuat pesawat mereka
terbakar menjadi abu.
Sama halnya anak remaja, mereka memasuki dunianya dengan bekal pendidikan yang
dipersiapkan selama bertahun-tahun oleh orang tua. Namun, pada suatu tahapan tertentu dalam
masa keremajaan mereka, para remaja seakan-akan sedang memasuki orbit tertentu yang
membuat mereka enggan berbicara dengan siapa pun sehingga sunyi dari proses komunikasi. Hal
ini tidak hanya berlangsung selama tujuh sampai sepuluh menit, melainkan bisa berlanjut selama
bertahun-tahun.
Beberapa bentuk kenakalan para remaja yang seringkali memusingkan kepala para orang tua
adalah sebagai berikut:
1. Pornografi
Marknya situs pornografi di internet dan mudahnya mengakses situs tersebut turut mendorong
percepatan para remaja terjerumus ke jurang kehancuran moral dan spiritual. Kebebasan seks di
kalangan remaja semakin merajarela tidak saja di kota-kota besar tetapi juga di kota-kota kecil

bahkan telah merambah ke kampung-kampung. Kemerosotan moral remaja tampaknya sudah


demikian parah dan memprihatinkan.
2. Penentangan
Tampaknya ada persamaan sifat para remaja di seluruh dunia, yakni cenderung menentang
otoritas orang tua. Pembebasan dari otoritas orang tua maupun dari ketergantungan emosional
kepada orang tua sebenaranya telah dimulai dari masa kanak-kanak, tetapi proses pembebasan
tersebut terasa sangat kuat pada usia remaja. Bagaimanapun, transisi menuju kebebasan yang
lebih besar pada masa remaja sangat tergantung kepada sikap dan kerelaan orang tua. Beberapa
orang tua yang tetap melanjutkan pengawasan yang ketat terhadap anak remajanya tanpa
memberikan kesempatan untuk mengambil inisiatif.
3. Perkelahian
Salah satu ciri khas remaja adalah ingin membuktikan eksistensinya di dalam komunitasnya.
Remaja laki-laki umumnya ingin mengatakan identitasnya dengan menenunjukkan keberanian.
Oleh karena itu, laki-laki selalu dipersepsikan dengan kekuatan dan keberanian, banyak remaja
laki-laki yang terobsesi menjadi hero dengan menunjukkan keberanian terutama dalam bentuk
perkelahian.
4. Narkoba
Remaja banyak yang terlibat di dalam peredaran obat-obat terlarang mulai dari obat-obat
psikotripika sampai narkoba, apakah sebagai pemakai atau pengedar. Sebenarnya, para remaja
hanyalah koraban permainan orang-orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesarbesarnya dengan mengorbankan mereka.
Sulit membayangkan anak-anak remaja menjadi perancang sistem peredaran obat bius yang
demikian rahasia, rapi, dan canggih. Para remaja hanyalah kurir atau pemakai yang selalu
menjadi korban atau sengaja dikorbankan. Sementara orang tua yang menjadi perancang
sistemnya tetap aman dan bebas berkeliaran untuk menjerat mangsa baru.
5. Tindak kriminal
Pada banyak kota besar di Indonesia tiada hari tanpa perkelahian anak-anak pelajar remaja.
Bahkan banyak pelajar ramaja sudah terlibat perbuatan kriminal berat, seperti penodongan,
penganiayaan, pemerasan, perampasan, pemerkosaan, pelecehan, dan pembunuhan. Semua ini
terjadi bagaikan badai dahsyat yang tiba-tiba datang menghancurkan seluruh benda yang
dilewatinya. Remaja yang seharusnya menjadi energi perubahan, justru bertumbuh menjadi
remaja yang menghancurkan masa depan peradaban.
6. Melalaikan tanggung jawab
Melalaikan tanggung jawab adalah salah satu bentuk kenakalan remaja yang paling umum.
Mereka cenderung mengabaikan atau menghindar dari segala sesuatu yang berkaitan dengan
kewajiban, apalagi jika kewajiban tersebut dengan kewajiban, apalagi jika kewajiban tersebut
terasa memberatkan, namun menuntut dengan tegas hak mereka. Sebagai contoh, kebanyakan
remaja enggan belajar, apalagi terhadap mata pelajaran yang tidak menarik bagi mereka, namun
menuntut nilai tinggi.
7. Kemalasan
Para remaja tampaknya erat sekali dengan kemalasan. Banyak sekali yang malas mengurus diri
sendiri termasuk mengurus lingkungannya. Tidak sedikit orang tua yang frustasi menyaksikan
kemalasan anak remajanya. Sebagai contoh, seringkali kamar tidur mereka lebih menyerupai

gudang yang sudah berhari-hari tidak dibersihkan ketimbang kamar tidur. Namun, kebanyakan
remaja sangat menikmati suasana yang mereka ciptakan.
8. Budaya instan
Banyak remaja terjebak dalam budaya instan, ingin meraih sukses tanpa melalui proses kerja
keras, melainkan jalan pintas. Inilah yang yang disebut sebagai budaya instan. Sebuah budaya
yang menawarkan kemudahan, angan-angan, dan impian tanpa perjuangan yang panjang.
Peran orang tua sangat diperlukan dalam pembentukan watak dan tata nilai anak remaja yang
kelak menjadi identitasnya. Bagaimanapun, setiap anak remaja pasti mempunyai ciri khas
masing-masing yang berbeda dengan yang lain. Ada remaja yang pendiam, penurut, mudah
bergaul, pemurung, gembira, pembangkang, bahkan pemberontak.
Seringkali remaja memandang rumah sebagai penjara dan kedua orang tuanya tidak lebih sebagai
makhluk yang kegemarannya meciptakan peraturan dan larangan. Tidak sedikit remaja mengeluh
karena banyak aktifitas mereka yang terhalang larangan jangan tanpa disertai alasan yang
rasional. Banyak orang tua menutupi kekurangan dan kesalahannya dengan mengeluarkan jurus
pamungkas, yakni marah-marah untuk membungkam dan menghentikan argumentasi anak
remaja mereka.[12]
C. Peran Orang Tua Dalam Perlindungan Remaja Terhadap Pergaulan Bebas
Peran orang tua sangatlah penting bagi perlindungan remaja terhadap pergaulan bebas, karena
orang tua merupakan orang pertama yang mendidik anak mereka dari mulai dini hingga dewasa.
Jadi orang tua berhak memberikan perlindungan terhadap anak dengan cara mendidik dengan
pendidikan yang baik dan mengarahkan anak agar tidak terjerumus pergaulan bebas yang akan
dihadapi anak mereka saat remaja nanti, serta orang tua harus memberi pengertian tentang
pergaulan bebas dan dampak buruk yang akan dialaminya apabila ia terjerumus dalam pergaulan
bebas sehingga saat remaja, dia tidak akan terjerumus karena telah mengetahui dampak buruk
dari perbuatan tersebut.
Peran orang tua sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan anak remajanya. Jika orang tua
selalu memaksakan kehendaknya, anak remaja akan kehilangan kesempatan untuk
mengembangkan dirinya sendiri secara dewasa. Akibatnya mereka akan bertumbuh menjadi
remaja yang secara emosional tidak dewasa, tergantung, dan terombang-ambing.
Jika orang tua memberikan perlindungan yang berlebihan, terdapat kecenderungan anak
remajanya, akan kehilangan indepedensinya. Sebaliknya jika orang tua terlalu memberikan
kebebasan, anak remajanya akan bertumbuh menjadi generasi hura-hura, tanpa tujuan hidup
yang jelas.
Sebagai orang tua harus tahu jadwal kegiatan sang anak bila ada waktu kosong berilah sang anak
less tambahan atau less bakat yang dimilikinya kemudian ajaklah anak-anak berlibur diakhir
pekan supaya pemikiran lebih fresh.[13]
BAB IV
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan
dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak.
Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang
tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Oleh karena itu tidak sedikit remaja
yang jatuh kedalam perbuatan negatif, salah satunya adalah seks bebas atau hubungan seks yang
dilakukan diluar pernikahan.
Banyak sekali alasan mengapa remaja melakukan hubungan seks bebas, mulai dari biar di bilang
gaullah sampai untuk mendapatkan uang. Gara-gara ingin dibilang gaul baik laki-laki maupun
perempuan rela memberikan harga dirinya dengan sia-sia tanpa memperhatikan dampak yang
akan di timbulkan oleh perbuatannya itu. Oleh karena itu hubungan seks bebas banyak sekali
terjadi di kalangan remaja pada umumnya, yang masih labil dalam pergaulan.
Pergaulan bebas antar lawan jenis sendiri mendorong terjadinya hamil pra-nikah, lebih parah jika
setelah hamil laki-laki ini tidak bertanggung jawab dengan meninggalkannya, gadis yang sudah
tidak gadis lagi ini untuk menghindari rasa malu terhadap orang tua, teman dan masyarakat,
atau karena suruhan dari teman laki-lakinya yang tidak mau menikahinya cenderung mengambil
jalan pintas dengan menggugurkan kandungannya. Inilah fenomena social remaja yang makin
marak dalam kehidupan manusia dimana praktek aborsi sebagai mediator alternative bagi para
pelaku seks bebas dalam mencari jalan pintas menjadi solusi terakhir.

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa yang di maksud dengan seks bebas?

2.

Faktor apa saja yang dapat menimbulkan hubungan seks bebas?

3.

Apa saja dampak dari seks bebas?

4.

Bagaimana cara mencegah seks bebas?

C.

Tujuan

1.

Mengetahui apa yang dimaksud dengan seks bebas.

2.

Mengetahui factor-faktor yang dapat menimbulkan seks bebas.

3.

Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari seks bebas.

4.

Mengetahui cara mencegah seks bebas.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.

Pengertian Seks Bebas

Seks merupakan naluri alamiah yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup di muka bumi ini. Seks
diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup hidup suatu spesies atau suatu kelompok (jenis)
makhluk hidup. Artinya setiap makhluk hidup melakukan seks untuk memperoleh keturunan agar
dapat menjaga dan melestarikan keturunannya. Selain itu tujuan seks adalah sebagai sarana
untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia).
Hubungan seks yang dilakukan di luar pernikahan disebut seks bebas (free sex). Hawa nafsu
merupakan hal yang sangat menentukan terjadinya seks bebas. Seks bebas merupakan pengaruh

budaya yang datang dari barat dan kemudian diadopsi oleh masyarakat Indonesia tanpa
memfilternya terlebih dahulu.
Survei Komnas Anak Di 12 Provinsi (4500 remaja sebagai responden)
1. 93,7% pernah berciuman hingga petting (bercumbu)
2.

62,7% remaja SMP sudah tidak perawan

3.

21,2% remaja SMA pernah aborsi

Survey Perkumpulan Keluarga Berencana (100 remaja SMP & SMA Di Samarinda) 56% Pelajar
sudah berhubungan seks. Bahkan ada yang terang terangan mengaku berhubungan seks dengan
pekerja seks.
Survey Synovate Research
1. 44% mengaku punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun.
2. 16% mengaku pengalaman seks di dapat di usia 13-15 tahun.
3. Tempat melakukan seks di rumah (40%), kamar kos (26%) dan hotel (26%)
Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia
1.

32% remaja 14 18 tahun pernah berhubungan seks

2.

21,2% remaja putri pernah melakukan aborsi

3.

97% penyebab remaja melakukan seks yaitu dari internet.

Dari survey di atas dapat dikatakan bahwa seks bebas bukanlah lagi hal yang tabu dikalangan
remaja saat ini. Maraknya seks bebas di kalangan pelajar seolah menjadi trend bahwa jika
seorang siswi masih perawan maka akan tergolong siswi yang nggak gaul dan terkucilkan
dalam pergaulan anak zaman sekarang.

B. Faktor-faktor yang Mendorong Terjadinya Seks Bebas


Seks bebas pada umumnya dilakukan oleh para remaja. Faktor-faktor yang mendorong remaja
melakukan hubungan seks di luar nikah, adalah :
1. Karena mispersepsi terhadap makna pacaran yang menganggap bahwa hubungan seks
adalah bentuk penyaluran kasih sayang.
2. Karena kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai
dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama
dengan baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun.
3. Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri
cenderung berakibat Negatif, yakni terjadi hubungan seksual pranikah dimasa pacaran.
Sebaliknya kematangan biologis yang disertai dengan kemampuan mengendalikan diri
akan membawa kebahagian remaja dimasa depannya sebab ia tidak akan melakukan
hubungan seksual pranikah.

Faktor lain yang menyebabkan orang melakukan seks bebas:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kurangnya pemahaman individu akan ajaran agamanya secara benar dan mendalam
Kurangnya perhatian orangtua
Merasa bukan anak gaul, dengan pernah melakukan seks dianggap Gaul
Cueknya masyarakat akan situasi linkungan
Pendidikan tentang seks bagi remaja yang belum tertata secara benar
Terlupakannya intisari adat budaya luhur bangsa sebagai katalisator dalam pergaulan
akibat

pengaruh globalisasi.

C. Dampak Seks Bebas


Seks bebas banyak sekali dampak negative yang di timbulkan terutama bagi individu yang
melakukannya dan lingkungannya. Dampak tersebut dianataranya :
1. Beberapa penyakit seperti, herpes, HIV Aids, gonore, sifilis dan penyakit-penyakit
menular seksual lainnya.
2. Hamil di luar nikah, yang nantinya akan menimbulkan permasalahan baru, yaitu
mencoreng nama baik keluarga bahkan ada yang nekat melakukan tindakan aborsi.
3. Menikah di usia muda, menyebabkan banyak masalah yang biasanya belum siap
dihadapi, seperti masalah keuangan, masalah kebiasaan dan masalah anak.
4. Ketika terjadi kehamilan diluar nikah dan pasangan tidak mau bertanggung jawab dapat
menyebabkan bunuh diri, berpikir tidak rasional yang mengakibatkan gangguan mental
atau gila.

D. Cara Mencegah Hubungan Seks Bebas


Perilaku seks bebas dapat dicegah dengan cara salah satunya dengan pendidikan seks.
1. Pendidikan seks
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh
Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan :
1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidaktidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan
contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh
diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu
menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin,
karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap
kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.

1. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan
dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan
pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus
anak.
2. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual
perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh
sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian
dari pengetahuannya.
1. Menanamkan nilai religious yang kuat dalam keluarga
2. Mendukung anak melakukan kegiatan yang positif dan mengembangkan bakatnya
misalnya seperti seni dan olah raga.
3. Mengawasi pergaulan anak
BAB III
PEMBAHASAN

1. A.

Penyakit penyakit Akibat Seks Bebas.


1. Gonorrhea

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata
(konjungtiva). Infeksi ini dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah berhubungan
intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini. Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke
bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.
Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul
sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi yang bisa menyebabkan kemandulan
apabila tidak segera diobati. Sedangkan pada pria penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan
dari kemaluan pria dan buang air kecil terasa sakit.
Gambar. 2.1 Penyakit Gonorrhea. (http://ariesulaeman.files.wordpress.com/2011/04/ penyakit
akibat seks bebas.jpg)

1. Herpes
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral,
sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya). Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami
oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang
sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air). Herpes ini dapat diobati
tetapi tidak dapat disembuhkan. Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim
dengan penderita penyakit ini. Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi
lubang kecil dan berair. Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang. Virus menetap dalam tubuh dan
dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering. Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia
menderita herpes karena lecet terjadi di dalam vagina.
Gambar. 2.2 Penyakit Herpes (http://ariesulaeman.files.wordpress.com/2011/04/ penyakit akibat
seks bebas.jpg)

1. Infeksi Jamur
Disebabkan oleh jamur yang dapat menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria
yang tidak disunat. Pada wanita akan ke luar cairan putih kental yang menyebabkan rasa gatal.

1. Syphilis
Syphilis adalah penyakit infeksi yang serius oleh bakteri Treponema pallidum dengan perjalanan
penyakit yang kronis, adanya remisi dan dapat menyerang organ dalam tubuh terutama system
kardiovaskular, otak dan susunan saraf. Penyakit syphilis disebut juga Mal de naples, morbus
gallicus, lues venereal (Prat), disease of the isle of espanole (Dias), Spanish of French disease,
Italian or Neopolitan disease atau raja singa. Penderita penyakit ini, luka terlihat seperti lubang
pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit dan luka akan hilang
setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul
berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang
bagian tubuh lain.
Gambar. 2.3 Penyakit syphilis (http://ariesulaeman.files.wordpress.com/2011/04/ penyakit akibat
seks bebas.jpg)
1. Vaginistis
Infeksi pada vagina yang biasanya menyebabkan keluarnya. cairan dari vagina yang berbau dan
menimbulkan ketidak nyaman. Disebabkan oleh berbagai jenis bakteri (bakteri gonorrhea atau
jamur dan Juga dapat disebabkan oleh berbagai bakteri tidak berbahaya yang memang menetap
pada vagina. Dapat diselidiki dengan meneliti cairan vagina tersebut dengan mikroskop.
1. Bisul Alat Kelamin
Dapat disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV). Muncul berupa satu atau
banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun setelah berhubungan intim dengan
penderita penyakit tersebut. Pada umumnya tidak dapat terlihat pada wanita karena terletak di
dalam vagina, atau pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan lapisan cuka. Dapat
berakibat serius pada wanita karena dapat menyebabkan kanker cervix.
1. Kutu Kelamin
Sangat kecil (lebih kecil atau sama dengan 1/8 inch), berwana kelabu kecoklatan, menetap pada
rambut kemaluan.
1. Kutu di Bawah Kulit
Mirip dengan kutu kelamin, tetapi ukurannya lebih kecil dan menetap di bawah kulit.
Menyebabkan luka-luka kecil dan gatal di seluruh tubuh. Diobati dengan obat cair yang
diusapkan ke seluruh tubuh. Pakaian, seprei dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena
kutu dapat menetap pada kain-kain terebut.
1. HIV/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang menyebabkan
timbulnya AIDS. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu. Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan
tidak bekerjanya sistim kekebalan tubuh. Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah.
Dapat menyebabkan kematian setelah sepuluh tahun setelah terinfeksi virus HIV, tetapi
pengobatan telah ditemukan walaupun sifatnya hanya memperlambat penyebaran virusnya.

Disebarkan melalui hubungan intim seperti berciuman mulut dan melakukan seks dan hubungan
dengan lendir penderita dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan. Janganlah
menjerumuskan diri sendiri kedalam lembah yang sangat merugikan diri kita, gunakanlah masa
hidupmu dengan baik, isilah dengan kegiatan yang positif dan bisa berguna bagi orang lain tentu
ini sangat membanggakan diri kita sendiri
B.

Cara Pengobatan Penyakit Akibat Seks Bebas


1. Gonorrhea

a)

Medikamentosa

Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau
dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan
doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di
rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).
b) Non-Medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
o Bahaya penyakit menular seksual
o Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
o Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
o Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
o Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
1. Herpes
a)

Pengobatan Umum

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada orang
lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun. Usahakan agar
vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk mencegah
infeksi sekunder jaga kebersihan badan.
b)

Pengobatan Khusus

Obat Antivirus

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir dan
famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus. Asiklovir dapat
diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui
intravena biasanya hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita yang
tidak bisa minum obat. Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah
valasiklovir. Valasiklovir diberikan 31000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam
plasma tinggi. Selain itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai
inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir diberikan 3200 mg/hari selama 7 hari.

Analgetik

Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster. Obat
yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah 1500 mg/hari
diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri muncul.

Kortikosteroid

Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini
mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednison dengan dosis
320 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis prednison
setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antivirus.
Infeksi Jamur
Dapat disembuhkan dengan krim anti jamur.
1. Syphilis
Antibiotik dapat digunakan sebagai perawatan jika dapat terdeteksi dini. Syphilis biasanya
diobati dengan antibiotik penicilin, tetapi jika penderita alergi terhadap penicilin dapat diobati
dengan tetracycline, doxycycline, erythromycin atau ceftriaxone. Tetapi obat-obatan tersebut
tidak seefekti penicilin, sehingga perlu tes ulang alergi sebelum diberi antibiotik. Namun
pengobatan tidak dapat mengembalikan kerusakan yang terjadi akibat penyakit ini.
Konsultasikan segera pada dokter spesialis jika keluhan berlanjut.
1. Vaginistis
Pada umumnya dapat disembuhkan dengan obat yang tepat sesuai dengan penyebabnya.
1. Kutu Kelamin
Dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut kelamin.
1. Kutu dibawah Kulit
Diobati dengan obat cair yang diusapkan ke seluruh tubuh.
Pakaian, seprei dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena kutu dapat menetap pada
kain-kain terebut.
1. HIV/AIDS
Sampai saat ini belum ada jenis obat khusus untuk menyembuhkan orang yamg terkena infeksi
HIV/ AIDS. Hanya saja perkembangan virus ini dapat diperlambat. Kombinasi yang tepat antara
berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV
pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.

Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya sex education sudah
seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun
informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di
kalangan remaja. Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo 1994 (The Cairo Consensus) tentang kesehatan
reproduksi yang berhasil ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia, diputuskan tentang perlunya pendidikan
seks bagi para remaja. Dalam salah satu butir konsensus tersebut ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan
merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi
para remaja.
Sementara meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro kontra di masyarakat,
lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja
untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks seolah
sebagai suatu hal yang vulgar.

M. Sofyan Sauri, S.Sos selaku senior koordinator Centra Mitra Remaja (CMR) yang merupakan salah satu unit kegiatan dari
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyebutkan, selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka
yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang
membedakan cowok dan cewek secara biologis. Seksualitas menyangkut beberapa hal antara lain dimensi biologis, yaitu
berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatan; dimensi psikologis, seksualitas berkaitan
dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk
seksual; dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antarmanusia serta bagaimana
lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks; dan dimensi
kultural, menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Menurut Sofyan, ada dua faktor mengapa sex education sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anakanak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa
membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak
bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial
masyarakat, hal lain ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat
pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang
seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, lanjut Sofyan, banyak hal-hal negatif terjadi,
seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Nah, ketika kita berbicara mengenai sex education, tidak hanya mengenai organ tubuh reproduksi saja, tetapi banyak hal
yang harus kita pelajari antara lain ekonomi, sosial budaya, bahkan politik, ujar Sofyan dan mencontohkan banyaknya
PSK (Pekerja Seks Komersial) di mana-mana, hal ini disebabkan faktor ekonomi, sehingga mereka tidak lagi bertanggung
jawab terhadap organ reproduksinya dan tidak menyadari akan terjadinya penularan virus HIV dan penyakit kelamin
lainnya.
Oleh karena itu, tambah Sofyan, dengan belajar tentang sex education, diharapkan remaja dapat menjaga organ-organ
reproduksi pada tubuh mereka dan orang lain tidak boleh menyentuh organ reproduksinya khususnya bagi remaja putri.
Organ reproduksi remaja adalah hak remaja dan menjadi tanggung jawab remaja itu sendiri untuk melindungi dari hal-hal
yang tidak diinginkan, ujar Sofyan.
Bagi remaja yang ingin mengetahui sex education, remaja dapat mengaksesnya lewat lembaga-lembaga yang
menyediakan informasi tentang sex education, salah satu di antaranya Centra Mitra Remaja (CMR) Jl. Lobak No. 4 Medan.
Di sini para remaja dapat mengakses tentang informasi-informasi mengenai organ reproduksi dan seksual.
Masuk kurikulum
Nggak bisa dipungkiri kalo ngomongin tentang seks di mana aja adalah topik yang seru dan heboh. Bagaimana serunya
kalau seks dijadikan topik yang dibahas tuntas di sekolah? Heboh, penuh kejutan tapi banyak juga nilai edukasinya. Saat
ini seks bukan lagi merupakan hal yang tabu yang bikin kita malu-malu untuk membahasnya.
Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pengetahuan tentang seks karena banyak kasus pergaulan bebas muncul
di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita ngomongin tentang pergaulan bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul dari dulu,
hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan bebas remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin
canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari faktor perekonomian global. Namun hanya menyalahkan itu semua
juga bukanlah hal yang tepat.
Namanya remaja, masa puber (13 thn ke atas) adalah masa di mana mereka mencari jati diri dan arti dari hidup. Pada
masa-masa ini pula remaja memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Bisa dibilang karena rasa ingin tahunya yang besar,
semakin dilarang, semakin penasaran dan akhirnya mereka berani untuk mengambil resiko tanpa pertimbangan terlebih
dahulu.
So..ada beberapa pendapat yang bilang, sex education memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah
menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. Sex education sangat perlu sekali untuk mengantisipasi,
mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif lainnya, tutur Ahmad
(20 thn, mahasiswa).
Menurut Ahmad, ketika ia duduk di bangku sekolah, ia merasa pengetahuan tentang seks sangat kurang sekali, hanya
sebatas teori tanpa ada pembahasan yang melibatkan tanya jawab langsung dari siswa. Ada indikasi karena lebih terkesan
formalitas, maka si siswa pun agak malu-malu untuk melontarkan rasa penasaran dan ingin tahunya.
Belajar tentang seks berbeda dengan kita belajar tentang keterampilan yang lain. Misalnya kita belajar renang agar
mengetahui tentang teknik berenang yang baik, namun belajar tentang seks bukanlah belajar bagaimana aktivitas seks
yang baik, melainkan apa yang akan timbul atau dampak dari aktivitas seks tersebut, ujar Said (penyiar radio).
Berarti memang terbukti pada masa puber, banyak remaja yang melakukan sesuatu hanya untuk menjawab rasa ingin
tahu mereka atau hanya ikut-ikutan trend. Kita ambil contoh, dalam benak mereka mungkin muncul pendapat bahwa, kalo
pacaran nggak pernah ciuman nggak sah. Makanya pada usia pacaran atau cinta monyet mereka nggak malu-malu dan
nggak canggung lagi buat ciuman, tanpa tahu maksud dari ciuman itu sendiri. Dan begitu tahu enaknya ciuman, mereka
malah melangkah melakukan hal-hal yang belum pantas untuk dilakukan. Mereka nggak sadar dari rasa yang enak tadi,
akan muncul masalah baru yang dapat merusak masa depan mereka.
Kalau sudah kebablasan bukan saja remajanya sendiri yang akan kena batunya, namun orang tua juga nggak kuasa untuk
menahan rasa malu. Pembekalan tentang seks ini penting dan perlu sekali. Pengenalan atau pendidikan tentang seks, bisa
dimulai dengan ngomongin atau diskusi langsung tentang kesehatan reproduksi. Dengan cara yang lebih akrab atau
curhat, mungkin si siswanya pun nggak perlu malu-malu lagi. Bisa juga dengan sering nya membuat sebuah seminar
tentang seks dengan mengundang pakar yang bisa menjelaskan lebih detil lagi. Misalnya dokter atau psikolog, yang cakap
dan paham dalam urusan gaya hidup remaja.

Ada beberapa sekolah yang sudah memberikan pelajaran tentang sex education yang disisipkan ke dalam pelajaran
Biologi, Agama dan Bimbingan Konseling. Namun hanya dapat bekal dari sekolah tentu nggak cukup. Komunikasi dari
orang tua dan anak pun perlu juga. Bisa dibilang nggak banyak remaja yang berani cerita tentang first kiss-nya ke ibu
mereka. Kalau kita tanya di mana mereka bisa tahu tentang Love, Sex dan Dating, banyak yang jawab dari teman. Bisa
jadi cerita dari teman lebih banyak yang seru-serunya aja kan, yang membuat kita jadi pengen ngelakuinnya juga. Ada
yang bilang kalau cewek masih virgin, nggak gaul. Akhirnya, karena ketidak tahuannya banyak yang merelakan
mahkotanya hanya karena empat huruf tadi Gaul, trus juga nggak kepikiran ngelakuin hubungan suami istri di luar nikah
bisa menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Sepertinya tidak hanya remaja saja yang berhak mendapatkan pengetahuan tenatng seks dan gaya hidup remaja saat ini.
Menurut Said, Sebelum si remaja-nya yang dikasih pelajaran, orang tua pun mesti menadapatkan pengetahuan tentang
gaya hidup remaja saat ini, hal-hal apa saja yang sedang trend di kalangan remaja, jadi akan terjalin komunikasi yang
terbuka antara orang tua dan anak. Karena bukan nggak mungkin mereka yang tidak dekat atau jauh dari kontrol orang
tualah yang lebih sering terjerumus ke hal-hal yang negatif.

Anda mungkin juga menyukai