zat besi pada wanita dewasa: 35 mg/bb (setelah menopause
kadarnya sama) Besi heme: hemoglobin, mioglobin, dan sitokrom Besi nonheme: enzim-enzim terkait besi dan besi jaringan seperti hemosiderin, feritin atau besi yang terikat dalam plasma darah. Besi yang diabsorbsi harus seimbang dengan yang diekskresi Absorbsi besi melalui: absorbsi besi heme dan absorbsi besi ferro Absorbsi meningkat: asam lambung, asam askorbat, dan faktor intrinsik. Absorbsi menurun: protein nabati, protein susu sapi, fitat, polofenol, fosfat dan logam lainnya
Hepcidine: regulator absorbsi besi di mukosa
intestinalis, pada eritrosit.
Hepcidine terikat pada ferroprotein, ferroprotein meninggalkan lisosom dan didegradasi, zat besi masuk pembuluh darah Besi disimpan dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Sebagian kecil akn terikat transferin dan masuk peredaran darah dikirim ke sumsum tulang (TICB). Transferin akan terikat pada reseptor normoblas (TFRC) dan mengalami endositosis. Besi akan terlepas masuk ke mitokondria dan diikat protofirin menjadi hemoglobin. Semakin terdiferensiasi sel eritroid, TFRC makin banyak.
Patogenesis Anemeia Defisiensi
Besi Ada 3 faktor harus diidentifikasi: gangguan sintesis
akibat defisiensi cadangan besi, defek sel, dan
pengurangan usia prekursor eritroid dan eritrosit Ketika saturasi transferin berkurang hingga di bawah 15 %, pasokan zat besi tidak mencukupi -> jumlah protofirin berlebih -> produksi hemoglobin menurun -> eritrosit mengandung sedikit hemoglobin -> eritrosit mikrositik hipokrom Proliferasi sel terganggu ->pengurangan jumlah eritrosit matur yang terbentuk Bisa ditemukan hiperplasia pada sumsum tulang tetapi tidak sebanding dengan yang anemia bukan defisiensi besi. Eritropoesis yang menyimpang ini disebut eritropoesis inefektif.
Eritropoesis inefektif mengahsilkan eritrosit imatur yang cepat
rusak dan memperparah derajat anemia.
Besi sisa destruksi akan dipakai kembali untuk eritropoesis di sumsum tulang. Daya tahan eritrosit memendek pada anemia defisiensi besi. Semakin abnormal semakin pendek usia eritrosit. Tempat utama dektruksi terjadi di limpa, tetapi karena fleksibilitas yang berkurang, dekstruksi bisa terjadi di kapiler. Akibat jumlah besi berkurang maka enzim-enzim besi pun berkurang, seperti sitokrom c, sitokrom oksidase, suksinil dehidrogenase dan aconitase. Defesiensi besi juga mempengaruhi defek alfa gliserofosfat yang menyebabkan gangguan pada glikolisis. Sehingga banyak mengahsilkan asam laktat. Maka inilah yang dapat menjelaskan gejala klinis anemia yaitu mudah lelah.
Defisiensi tembaga berkaitan dengan
metabolisme zat besi.
Seruloplasmin (6 atom tembaga) berfungsi sebagai katalisator ferro menjadi ferri Hephaestin (mengandung tembaga) berperan dalam absorbsi besi di saluran cerna