Borang Portofolio SH Tika
Borang Portofolio SH Tika
Borang Portofolio SH Tika
Nama peserta
: dr. Kartika
Nama wahana
: RS Marinir Cilandak
Topik
: Penurunan Kesadaran, Hipertensi Emergensi dan Stroke Hemoragik
Tanggal kunjungan : 1 April 2016
Nama pasien
: Ny. M, Pr, 63 th
No RM
: 33-63-74
Tanggal presentasi : 20 April 2016
Nama pendamping : dr. Shahnaz Fathia
Tempat presentasi : Ruang Bangdiklat RS Marinir Cilandak
Objektif presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Deskripsi : Pasien datang diantar oleh keluarganya dengan keluhan tidak sadarkan diri
saat ditemukan dikamar mandi sejak 3 jam SMRS. Menurut anak os, saat
pagi-pagi anak os mengantar sarapan ke kamar os, os tidak ada kemudian os
melihat ke kamar mandi, anak os melihat orangtuanya tidak sadarkan diri di
kamar mandi dengan posisi terduduk diatas wc jongkok. Malam sebelumnya
os mengeluh sulit BAB kemudian diberi potongan buah pepaya oleh
anaknya, tidak lama kemudian os tidur malam. Os memiliki riwayat
penyakit stroke 2 tahun lalu(januari 2014) dan pernah di rawat di RSMC.
Setelah stroke tersebut os mengalami kelemahan anggota gerak sebelah
kanan namun masih dapat bejalan sendiri menggunakan alat bantu jalan. Os
juga memiliki riwayat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol. Menurut
anak os, os tidak memliki riwayat penyakit diabetes mellitus. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat dengan
kesadaran Coma, GCS 3 E1V1M1. TD: 230/140 mmHg, Nadi: 126x/menit
ireguler, isi cukup, RR: 24x/menit, Suhu: 36. Pupil isokor diameter
(2mm/2mm), RCL/RCTL (+/+). Pemeriksaan Neurologis didapatkan reflek
fisiologis (+/+), reflek patologis (-/-) nervus cranialis sulit dinilai. Pada
pemeriksaan EKG: ireguler, pemanjangan interval PR, tidak ada ST
Depresi/Elevasi. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Lekosit:
13.100/iu, GDS: 322 mg/dL.
Tujuan : melakukan diagnosis dan tatalaksana emergency kasus Penurunan kesadaran,
Hipertensi emergensi dan stroke hemoragik
Bahan bahasan
Tinjauan pustaka Riset
Kasus
Cara membahas
Presentasi & diskusi
Diskusi
1
Audit
Email Pos
Riwayat penyakit stroke (+) 2 tahun lalu dan dirawat (Januari 2014) dengan
hemiparesis dextra
Riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol
Riwayat penyakit lain disangkal.
Riwayat alergi makanan dan alergi obat disangkal.
4. Riwayat keluarga
Tidak diketahui riwayat penyakit dalam keluarga.
5. Riwayat sosial
Pasien sehari-hari tinggal dan diurus oleh anaknya yang terakhir. Suami os meninggal
dunia sejak 5 tahun yang lalu karena sakit hepatitis. Sebelum kejadian ini pasien masih
dapat berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan keluarganya. Memiliki asuransi
kesehatan berupa Kartu BPJS.
Kepustakaan
1. Plum, F. Posner, JB. Saper, CB. Schiff, ND. (2007). Plum and Posners Diagnosis
of Stupor and Coma. Oxford University Press. New York. Hal. 5-9.
2
2. Greenberg, MS. (2001). Coma dalam Handbook of Neurosurgey. 5th ed. Thieme.
NY. Hal 119-123
3. Batubara, AS. (1992). Koma dalam Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Ed 80. FK
USU. Hal 85-87.
4. Dewanto G, Suwono W.J, Riyanto B, Turana Y. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana
Penyakit Saraf. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf di Indonesia (PERDOSSI).2011. Guideline
Stroke. Jakarta : PERDOSSI.
6. Ropper AH, Brown RH. 2005. Adams and Victors Principles of Neurology:
Cerebrovascular diseases. Ed.8. New York: The Mc-Graw-Hill Companies.
7. Soertidewi L, Tiksnadi A. Buku Saku Tentorium Neurologi. Jakarta: Departemen
Neurologi FKUI/RSCM.
Hasil pembelajaran
1. Mengetahui berbagai penyebab penurunan kesadaran
2. Memberikan penatalaksanaan pada kasus penurunan kesadaran
3. Memahami penyakit stroke secara keseluruhan
4. Mengenali manifestasi klinis yang timbul pada Stroke Hemoragik.
5. Mendiagnosis kasus Stroke baik Stroke Non Hemoragik maupun Stroke Hemoragik
6. Memberikan penatalaksanaan kasus Stroke Hemoragik
hemiparesis dextra
Riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol
Riwayat penyakit lain disangkal.
Riwayat alergi makanan dan alergi obat disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien kontrol ke poli saraf 1 bulan sekali semenjak serangan stroke yang pertama,
kemudian sejak tahun 2015 os jarang kontrol. Os beberapa kali kontrol ke poli jantung
untuk hipertensinya tetapi tidak rutin dan mendapat obat valsartan 2x sehari yang diminum
3
tidak rutin.
Riwayat Keluarga
Tidak diketahui riwayat penyakit dalam keluarga. Suami pasien meninggal dunia 3 tahun
yang lalu karena sakit jantung.
Riwayat Sosial
Pasien sehari-hari tinggal dan diurus oleh anaknya yang terakhir. Suami os meninggal
dunia sejak 5 tahun yang lalu karena sakit hepatitis. Sebelum kejadian ini pasien masih
dapat berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan keluarganya. Memiliki asuransi
kesehatan berupa Kartu BPJS..
Objektif
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: GCS E1 M1 V1
Keadaan umum
Tekanan darah
: 230/140 mmHg
Nadi
Suhu
: 36oC
Pernapasan
: 24 x/menit
Mata
THT
Leher
Jantung
Paru
Abdomen
: Datar, distensi (-), supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas
Status Neurologis
Kaku kuduk
: (-)
Kernig
: (-)
Laseque
: (-)
Brudzinski I
: (-)
4
Brudzinski II
: (-)
Saraf kranial
N.I
: tidak dilakukan pemeriksaan
N.II
: tidak dilakukan pemeriksaan
N. III-IV-VI
Kedudukan bola mata : di tengah, simetris
Ptosis
: -/Eks/en-oftalmus
: -/Diplopia
: sulit dievaluasi
Gerak bola mata
: sulit dievaluasi
Pupil
: bulat, isokor, 2mm/2mm
Refleks cahaya
Langsung
: +/+
Tidak langsung
: +/+
N. V
Motorik : sulit dievaluasi
Sensorik : sulit dievaluasi
N. VII
Raut wajah
: kesan simetris
Angkat alis
: tidak dilakukan pemeriksaan
Tutup mata rapat-rapat
: tidak dilakukan pemeriksaan
Kembungkan pipi
: tidak dilakukan pemeriksaan
Memperlihatkan gigi
: tidak dilakukan pemeriksaan
Mencucurkan bibir
: tidak dilakukan pemeriksaan
Rasa kecap 2/3 depan
: tidak dilakukan pemeriksaan
N. VIII
n. Vestibularis
Nystagmus
: sulit dievaluasi
Vertigo: sulit dievaluasi
Keseimbangan: sulit dievaluasi
n. Koklearis
Tinitus
: sulit dievaluasi
Gesekan jari : sulit dievaluasi
N. IX-X
Suara
Menelan
Batuk
Arkus faring
: sulit dievaluasi
: sulit dievaluasi
: sulit dievaluasi
: Istirahat
: sulit dievaluasi
Fonasi
: sulit dievaluasi
Refleks faring : sulit dievaluasi
N. XI
Menoleh (m. Sternokleidomastoideus)
: sulit dievaluasi
Mengangkat bahu (m. trapezius atas)
: sulit dievaluasi
N. XII
Disartria
: sulit dievaluasi
Posisi lidah : di dalam mulut
: sulit dievaluasi
saat menjulur
: sulit dievaluasi
Motorik
A. Kekuatan
Biseps
: +2/+2
Triseps
: +2/+2
Patella
: +2/+2
Achilles
: +2/+2
Patologis
Babinski
: -/Chaddock
: -/Oppenheim
: -/Gordon
: -/Schaeffer
: -/Hoffman Tromner
: -/C. Klonus
Patella
:-/Achilles
:-/D. Tonus
Lengan
Istirahat
: normotonus/normotonus
Gerakan pasif : normotonus/normotonus
Tungkai
Istirahat
: normotonus/normotonus
Gerakan pasif : normotonus/normotonus
E. Trofik : normotrofik/normotrofik
F. Koordinasi fungsi serebelar : sulit dievaluasi
Sensibilitas : tidak dilakukan pemeriksaan
Sistem Otonom
Miksi
:+
Defekasi
:+
Sekresi keringat
:+
Fungsi Luhur
Afasia motorik
: sulit dievaluasi
Afasia sensorik
: sulit dievaluasi
Daya ingat, menghitung
: sulit dievaluasi
Apraksia
: sulit dievaluasi
Pemeriksaan Penunjang :
Darah Rutin : (1 April 2016)
Hb
: 14 g/dL
Ht
: 42 %
Leukosit
: 13.100 /uL
Trombosit
: 252.000 /uL
Kesan :
Lesi hemoragik(hematom) akut regio thalamus dextra dengan perluasan hematom ke
interventrikel dan tanda-tanda hydrocephalus.
Assessment
1. Penurunan Kesadaran
2. Hipertensi Emergensi
3. Stroke Hemoragik
Atas dasar :
Anamnesis: Os diantar oleh keluarganya dengan penurunan kesadaran sejak 3
jam SMRS. Os ditemukan oleh keluarganya dikamar mandi tidak sadarkan diri dengan
posisi terduduk diatas closet. Os memiliki riwayat penyakit stroke 2 tahun yang lalu,
dan memiliki riwayat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol.
Pemeriksaan Fisik :
GCS 3 E1M1V1
Tekanan darah
: 230/140 mmHg
Nadi
Suhu
: 36oC
Pernapasan
: 24 x/menit
Pemeriksaan penunjang :
Leukosit : 13.100/ul
CT Scan Kepala tanpa kontras : Lesi hemoragik(hematom) akut regio thalamus
dextra dengan perluasan hematom ke interventrikel dan tanda-tanda
hydrocephalus.
Planning
1. Tatalaksana Awal :
Pemasangan guedel
Pemasangan monitor
Amlodipin 10 mg SL
IVFD RL 20 tpm
7
Rencana Terapi
Konsul DPJP (Sp.S)
NRM 5 L/menit
IVFD RL 20 tpm
Elevasi kepala 30
Pro ICU
4. Rencana Edukasi
Penjelasan mengenai penyakit dan rencana terapi yang akan diberikan dalam hal ini pasien
mengalami komplikasi dari hipertensi emergensi yaitu stroke dan keadaan bahwa telah
terjadi serangan stroke yang berulang.
5. Rencana Konsultasi
Konsul Sp.S
Konsul Sp.BS
Konsul Sp.JP
Konsul Sp.PD
TINJAUAN PUSTAKA
PENURUNAN KESADARAN
I. Definisi
Kesadaran adalah suatu keadaan dimana seseorang sadar penuh atas dirinya sendiri
dan lingkungan sekitarnya. Komponen yang dapat dinilai dari suatu keadaan sadar yaitu
kualitas kesadaran itu sendiri dan isinya. Isi kesadaran menggambarkan keseluruhan dari
fungsi cortex serebri, termasuk fungsi kognitif dan sikap dalam merespon suatu
rangsangan. Pasien dengan gangguan isi kesadaran biasanya tampak sadar penuh, namun
tidak dapat merespon dengan baik beberapa rangsangan-rangsangan, seperti membedakan
warna, raut wajah, mengenali bahasa atau simbol, sehingga sering kali dikatakan bahwa
penderita tampak bingung. Penurunan kesadaran atau koma menjadi petunjuk kegagalan
fungsi integritas otak
kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal otak dengan akibat
kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran maka terjadi disregulasi dan disfungsi
otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh. Dalam beberapa kasus,
kesadaran tidak hanya mengalami penurunan, namun dapat terganggu baik secara akut
maupun secara kronik/progresif.
II.1 Menentukan penurunan kesadaran secara kualitatif
Kompos mentis berarti kesadaran normal, menyadari seluruh asupan panca indera
(aware atau awas) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan dari luar
maupun dari dalam (arousal atau waspada), atau dalam keadaaan awas dan waspada.
Somnolen atau drowsiness atau clouding of consciousness, berarti mengantuk, mata
tampak cenderung menutup, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat
menjawab pertanyaan walaupun sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap
sekitarnya menurun.
Stupor atau sopor lebih rendah daripada somnolen. Mata tertutup dengan rangsang
nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu-dua kata. Motorik hanya
berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri.
Semikoma atau soporokoma, merupakan tahap pertengahan antara spoor dan koma,
mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa
arti, motorik hanya berupa gerakan primitif.
Koma merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah. Dengan rangsang
apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara, maupun reaksi
motorik.
II.2 Menentukan penurunan kesadaran secara kuantitatif
Secara kuantitatif, kesadaran dapat dinilai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS) yang meliputi pemeriksaan untuk Penglihatan/ Mata (E), Pemeriksaan Motorik
(M) dan Verbal (V). Pemeriksaan ini mempunyai nilai terendah 3 dan nilai tertinggi
15.
Pemeriksaan derajat kesadaran GCS untuk penglihatan/ mata:
E1 tidak membuka mata dengan rangsang nyeri
E2 membuka mata dengan rangsang nyeri
E3 membuka mata dengan rangsang suara
E4 membuka mata spontan
Motorik:
M1 tidak melakukan reaksi motorik dengan rangsang nyeri
M2 reaksi deserebrasi dengan rangsang nyeri
M3 reaksi dekortikasi dengan rangsang nyeri
M4 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak mencapai sasaran
M5 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi mencapai sasaran
M6 reaksi motorik sesuai perintah
Verbal:
V1 tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri (none)
V2 respon mengerang dengan rangsang nyeri (sounds)
V3 respon kata dengan rangsang nyeri (words)
V4 bicara dengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat (confused)
V5 bicara dengan kalimat dengan orientasi baik (orientated)
10
Jika nilai GCS 14-13 menandakan somnolen, 12-9 sopor, dan kurang dari 8
menandakan koma.
III. Klasifikasi Penurunan Kesadaran
Gangguan kesadaran dibagi 3, yaitu gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan
fokal/ lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk; gangguan kesadaran tanpa disertai
kelainan fokal/ lateralisasi disertai dengan kaku kuduk; dan gangguan kesadaran disertai
dengan kelainan fokal.
III.1
III.2
Gangguan iskemik
Gangguan metabolik
Intoksikasi
Infeksi sistemis
Hipertermia
Epilepsi
Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk
1. Perdarahan subarakhnoid
2. Radang selaput otak (meningitis)
3. Radang selaput otak dan jaringan otak (meningoencefalitis)
Tumor otak
Perdarahan otak
Infark otak
Abses otak
misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan oleh gangguan ARAS di
batang otak, terhadap formasio
retikularis
mesensefalon.
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan derajat
(kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan isi (kualitas, awareness,
alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat mengganggu interaksi ARAS dengan korteks
serebri, apakah lesi supratentorial, subtentorial, infratentorial, dan metabolik akan
mengakibatkan menurunnya kesadaran.
11
12
Lesi Supratentorial
Pada lesi supratentorial, gangguan kesadaran akan terjadi baik oleh kerusakan
langsung pada jaringan otak atau akibat penggeseran dan kompresi pada ARAS
karena proses tersebut maupun oleh gangguan vaskularisasi dan edema yang
diakibatkannya. Proses ini menjalar secara radial dari lokasi lesi kemudian ke arah
rostro kaudal sepanjang batang otak.
Lesi infratentorial
Pada lesi infratentorial, gangguan kesadaran dapat terjadi kerusakan ARAS baik
oleh proses intrinsik pada batang otak maupun oleh proses ekstrinsik.
Gangguan difus (gangguan metabolik)
Pada penyakit metabolik, gangguan neurologik umumnya bilateral dan hampir
selalu simetrik. Selain itu gejala neurologiknya tidak dapat dilokalisir pada suatu
susunan anatomic tertentu pada susunan saraf pusat.
Kekurangan 02
Otak yang normal memerlukan 3.3 cc 0 2 /100 gr otak/menit yang disebut Cerebral
Metabolic Rate for Oxygen (CMR 02). CMR 02 ini pada berbagai kondisi normal
tidak banyak berubah. Hanya pada kejang-kejang CMR 02 meningkat dan jika
timbul gangguan fungsi otak, CMR 02 menurun. Pada CMR 02 kurang dari 2.5
13
cc/100 gram otak/menit akan mulai terjadi gangguan mental dan umumnya bila
kurang dari 2 cc 02/100 gram otak/menit terjadi koma.
Glukosa
Energi otak hanya diperoleh dari glukosa. Tiap 100 gram otak memerlukan 5.5 mgr
glukosa/menit. Menurut Hinwich pada hipoglikemi, gangguan pertama terjadi pada
serebrum dan kemudian progresif ke batang otak yang letaknya lebih kaudal.
Menurut Arduini hipoglikemi menyebabkan depresi selektif pada susunan saraf
pusat yang dimulai pada formasio reti-kularis dan kemudian menjalar ke bagianbagian lain.Pada hipoglikemi, penurunan atau gangguan kesadaran merupakan
gejala dini.
dapat terganggu oleh adanya gangguan asam basa darah, elektrolit, osmolalitas,
ataupun defisiensi vitamin.
sistemik
Elektrolit imbalans
Endokrin
Vaskular
Toksik
Nutrisi
Gangguan metabolik
Gagal organ
2
3
4
5
6
7
c. Herniasi unkus
Herniasi unkus terjadi bila lesi menempati sisi lateral fossa kranii media
atau lobus temporalis; lobus temporalis mendesak unkus dan girus
hipokampus ke arah garis tengah dan ke atas tepi bebas tentorium yang
akhirnya menekan mesensefalon.
2. Koma infratentorial
Ada dua macam lesi infratentorial yang menyebabkan koma.
1) Proses di dalam batang otak sendiri yang merusak ARAS atau/ serta
merusak pembuluh darah yang mendarahinya dengan akibat iskemi,
perdarahan dan nekrosis. Misalnya pada stroke, tumor, cedera kepala dan
sebagainya.
2) Proses di luar batang otak yang menekan ARAS
a. Langsung menekan pons
b. Herniasi ke atas dari serebelum dan mesensefalon melalui celah
tentorium dan menekan tegmentum mesensefalon.
c. Herniasi ke bawah dari serebelum melalui foramen magnum dan
menekan medulla oblongata.
Dapat disebabkan oleh tumor serebelum, perdarahan serebelum dan
sebagainya.
Ditemukan lateralisasi (pupil anisokor, hemiparesis) pada kelainan
struktural yang menyebabkan penurunan kesadaran dan dapat dibantu dengan
pemeriksaan
penunjang
(CT-Scan)
untuk
menentukan
lokasi
terjadinya
lesi/kerusakan.
Tabel 2. Penyebab Struktural pada Kasus Penurunan Kesadaran
No
1
2
3
4
5
6
Penyebab struktural
Vaskular
Infeksi
Neoplasma
Trauma
Herniasi
Peningkatan
Keterangan
Perdarahan subarakhnoid, infark batang kortikal
bilateral
Abses, ensefalitis, meningitis
Primer atau metastasis
Hematoma, edema, kontusi hemoragik
Herniasi sentral, herniasi unkus, herniasi singuli
tekanan Proses desak ruang
intrakranial
IV. Diagnosis banding penurunan kesadaran karena metabolik dan struktural
Menentukan kelainan neurologi perlu untuk evaluasi dan manajemen
penderita berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada penderita dengan penurunan kesadaran, dapat ditentukan apakah akibat
16
kelainan struktur, toksik atau metabolik. Pada koma akibat gangguan struktur
mempengaruhi fungsi ARAS langsung atau tidak langsung. ARAS merupakan
kumpulan neuron polisinaptik yang terletak pada pusat medulla, pons dan
mesensefalon, sedangkan penurunan kesadaran karena kelainan metabolik terjadi
karena memengaruhi energi neuronal atau terputusnya aktivitas membran neuronal
atau multifaktor. Diagnosis banding dapat ditentukan melalui pemeriksaan
pernafasan, pergerakan spontan, evaluasi saraf kranial dan respons motorik
terhadap stimuli.
- Pola pernafasan
- Pergerakan spontan
- Pemeriksaan saraf kranial
- Repons motorik terhadap stimuli
V.
sekali
untuk
mengeluarkan
cairan
trakeobronkhial, pastikan jalan nafas lapang, keluarkan gigi palsu jika ada,
elektrokardiogram (EKG).
Pasang nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah
aspirasi, lakukan bilas lambung jika diduga ada intoksikasi. Berikan tiamin
100 mg iv, berikan destrosan 100 mg/kgbb. Jika dicurigai adanya overdosis
opium/ morfin, berikan nalokson 0,01 mg/kgbb setiap 5-10 menit sampai
kesadaran pulih (maksimal 2 mg).
Khusus
- Pada herniasi
Pasang ventilator lakukan hiperventilasi dengan target PCO 2: 25- 30
mmHg.
17
Berikan manitol 20% dengan dosis 1-2 gr/ kgbb atau 100 gr iv. Selama
10-20 menit kemudian dilanjutkan 0,25-0,5 gr/kgbb atau 25 gr setiap 6
jam.
Edema serebri karena tumor atau abses dapat diberikan deksametason 10
mg iv lanjutkan 4-6 mg setiap 6 jam.
Jika pada CT scan kepala ditemukan adanya CT yang operabel seperti
epidural hematom, konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi.
- Pengobatan khusus tanpa herniasi
Ulang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti.
Jika pada CT scan tak ditemukan kelainan, lanjutkan dengan
pemeriksaan pungsi lumbal (LP). Jika LP positif adanya infeksi berikan
antibiotik yang sesuai. Jika LP positif adanya perdarahan terapi sesuai
dengan pengobatan perdarahan subarakhnoid.
STROKE HEMORAGIK
I.
Definsi
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara
lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis
stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah
tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
II.
Etiologi
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
18
Usia
Jenis Kelamin
Keturunan / genetik
Etnis / ras
Merokok
Unhealthy diet : lemak, garam berlebihan, asam urat, kolesterol, low
fruit diet.
Alkoholik
Obat obatan: narkoba (kokain), antikoagulansia, antiplatelet, obat
kontrasepsi.
Penyakit hipertensi
Penyakit jantung
Diabetes mellitus
Infeksi
Gangguan ginjal
Kegemukan (obesitas)
Polisitemia, viskositas darah meninggi dan penyakit perdarahan
darah
Kelainan anatomi pembuluh darah - dan lain-lain.
19
III.
Patofisiologi
perubahan
struktur
dinding
permbuluh
darah
Manifestasi Klinik
a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri
kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada
pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering
kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya
menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara
1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).
b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher
dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan
dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi
rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi
saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat,
maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai
peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.
V.
Komplikasi
21
Penatalaksanaan
b.
Obat
anti
trombotik:
Pemberian
ini
diharapkan
mencegah
peristiwa
trombolitik/emobolik.
c.
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Dilakukan dalam keadaan darurat untuk penanganan tekanan tinggi intra kranial,
mengeluarkan hematoma dan penanganan hidrosefalus akut, juga untuk mencegah
perdarahan ulang dan meminimalkan terjadinya vasospasme.
Kala resiko perdarahan sekunder lebih kecil pada AVM dibandingkan aneurisma,
maka tindakan pembedahan dilakukan secara elektif setelah episode perdarahan.
23