Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Hewan harus ditangani dengan baik untuk mencapai kesejahteraan hewan, penting
bahwa pengurus hewan ternak memahami perilaku hewan dan prinsip-prinsip dasar
penanganan hewan dengan stres rendah.
Mengendalikan dan mengekang hewan sangat diperlukan untuk berbagai tujuan
baik dalam tatalaksana pemeliharaan ataupun yang terkait dengan kesehatan hewan, seperti
melakukan pemeriksaan atau pengobatan. Diperlukan cara cara mengendalikan dan
mengekang hewan dengan benar dan baik, agar hewan terkendali dengan baik tanpa
menyebabkan stress, luka atau trauma baik pada hewan ataupun pengendali, baik pemilik,
paramedik ataupun dokter hewan.
Tujuan dari praktikum yaitu,mengajarkan kepada mahasiswa cara menghandling
hewan dengan baik dengan memperhatikan prisip kesejahteraan hewan dan mengajarkan
cara memasang iv catheter dan melakukan anestesi yang tepat.
II.PEMBAHASAN
a. Handling dan Pemasangan Restrain
Handling dan restrain menjadi bagian yang sangat penting terutama bagi praktisi
veteriner. Sebagian besar aktifitas praktisi hewan kesayangan atau ternak, mulai
memeriksa hingga melakukan terapi membutuhkan restrain. Demikian juga bagi praktisi
pada hewan coba, dalam melakukan treatment atau perlakukan juga memerlukan restrain.
Handling merupakan tindakan untuk menangani hewan meliputi cara memegang
yang baik dan benar sedangkan restrain merupakan tindakan untuk menguasai hewan atau
memberikan batasan baik dalam pergerakan hewan baik menggunakan peralatan maupun
tanpa peralatan khusus. Handling dan restrain dilakukan agar tidak terjadi cidera baik pada
hewannya maupun pada orang yang menanganinya. Untuk tindakan anestesi pada hewan
sebelum masuk pada tindakan premedikasi anestesi hewan terlebih dahulu di handling atau
jika diperlukan dilakukan restrain dengan peralatan yang disesuaikan dengan jenis hewan
yang digunakan.
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan
aktivitas fisik pasien atau bagian tubuh pasien (kozier,2004). Restrain di
klarifikasi mendadi 2 yaitu fisikal (physical) dan kemikal (chemical) restrain.
Fisikal restrain adalah restrain dengan metode manual atau alat bantu
mekanik,atau alat-alat yang dipasang pada tubuh pasien sehingga pasien
tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas geraknya, sedangkan
kemikal restrain yaitu restrain yang menggunakan bahan kimia yaitu
neuroleptics,anxioulytics,sedatif,dan psikotropika yang digunakan untuk
mengontrol tingkah laku sosial yang merusak.
Penggunaan jangka pendek restrain hanya di izinkan apabila pasien
melakuakan tindakan yang agresif dan berbahaya bagi pasien dan orang di
sekitarnya. Penggunaan restrain harus melalui instruksi dokter,observasi
setiap 2 atau 4 jam dan melakukan dokumentasi pasien setiap kondisi
apapun (videbeck,2008).
Berikut adlah 5 kriteria dalam memilih restrain:
Membatasi gerak pasien sedikit mungkin
Bisa di terima oleh pasien dan klien
Tidak mempengaruhi proses perawatan
Mudah di lepas atau di ganti
Aman untuk pasien
1. Anjing
Pemasangan brangus
1. Anjing harus berada pada posisi duduk pada meja periksa atau lantai,
tergantung ukuran anjing. Kadang-kadang dibutuhkan seorang asisten untuk
memasangkan brangus.
2. Berdiri disamping anjing dengan memegang brangus pada tangan.
3. Letakkan brangus pada moncong anjing dan tarik tali dengan kedua tangan dan
ikatkan di belakang.
4. Ikatan yang tepat akan memungkinkan untuk menyelipakn satu jari pada tali
Restrain anjing
1. Tempatkan tali jerat pada anjing.
2. Lingkarkan lengan kanan di bagian bawah dagu anjing hingga menyentuh
punggungnya, dan tangan kiri melingkar pdari bagian bawah perut hingga
punggungnya. Jauhkan moncong anjing dari orang yang melakukan prosedur
agar terhindar dari gigitan.
3. Pegang tubuh anjing hingga merapat pada tubuh. Pindahkan salah satu lengan
tergantung pemeriksaan apa yang akan dilakukan. Apakah pemeriksaan pada
dubur atau pada muka.
.
3. Dengan posisi anjing yang merapat pada tubuh, angkat tungkai dengan pelan
yang memungkinkan anjing rebah lateral pada meja.
4. Jangan lepaskan kaki dari genggaman hingga anjing tidak merasa stress.
Lengan kanan dapat digunakan untuk memberi tekanan pada leher jika
dibutuhkan dan memberi control lebih.
5. Jika anjing berukuran besar, diperlukan 2 orang untuk menahannya. Satu orang
menahan bagian tubuh depan, dan satu lagi menahan bagian belakang.
2. Kucing
3. Letakkan kucing pada meja operasi dengan posisi rebah lateral dan pegangi
bagian kaki.
b. Catheter
Catheter adalah alat berupa pipa kosong yang terbuat dari logam, gelas, karet,
plastic dengan cara penggunaanya yaitu dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui
saluran atau kanal.
Gambar 1.catheter
IV catheter adalah catheter yang dimasukkan ke dalam pembuluh vena.
Kegunaanya yaitu sebagai vena tambahan (perpanjangan vena) untuk pengobatan iv
catheter dapat digunakan dalam terapi cairan melalui intravena yaitu pada pemberian
cairan infus dalam jangka lama yang lebih dari 48 jam.
Terapi cairan merupakan tindakan pengobatan esensial untuk pasien dalam kondisi
kritis atau memerlukan perawatan intensif. Terapi cairan harus menjadi pilihan dan
mendapat perhatian yang serius terutama pada pasien anjing dan kucing yang telah lama
tidak mau makan dan minum. Hewan masih dapat hidup dalam beberapa minggu tanpa
makan, tetapi akan mati hanya dalam beberapa hari atau beberapa jam jika tidak ada air.
terapi cairan pada hewan dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu melalui oral,
subcutan, intraperitoneal dan melalui intravena.( Suartha,2010)
Pemberian cairan secara intravena dilakukan jika tingkat dehidrasi yang diderita
oleh hewan mencapai 7% atau lebih. Lokasi tempat pemberian secara intravena yaitu vena
periperal (misal vena saphena), vena jugularis dan intraosseus. Pemberian secara intra vena
juga dilakukan untuk perbaikan volume cairan ekstraseluler yang harus segera dilakukan
pada kasus hemorhagic shock karena luka atau operasi (bedah).( Suartha,2010)
Efek samping pemberian secara intravena yaitu ( Suartha,2010) :
periksa secara rutin kulit disekitar tempat masuknya catheter, terutama adanya
kemerahan, dan bengkak dan periksa adanya demam, leukositosis atau aritmia. Jika
gejala itu teramati segera cabut catheter dan berikan antibiotika pada pasien,
jika harus menggunakan catheter dalam waktu lama, ganti catheter setiap 4-5 hari
dengan yang baru
c. Anestesi
Anestesi atau yang di kenal dengan istilah pembiusan adalah tindakan untuk
menghilangkan rasa sakit pada proses pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Istilah Anestesia digunakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes pada tahun
1948. Anestesi terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi keadaan sadar.
Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa
nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang
lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap
sadar. Obat-obatan anestetik yang diberikan pada hewan akan membuat hewan tersebut
tidak peka terhadap rasa sakit sehingga hewan menjadi lebih tenang, dengan demikian
pembedahan dapat dilaksanakan lebih aman dan lancar. (Latief, dkk, 2001).
Tujuan umum pemberian anestesi adalah sebagai berikut (staf pengajar anestesi,1989) :
1. Mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dengan meminimalkan kerusakan
beberapa organ tubuh terutama pada pasien dengan kondisi khusus seperti pada
pasien tua, bayi atau penderita penyakit komplikasi
2. Membuat hewan tidak terlalu banyak bergeak bila dibutuhkan relaksasi muskulus
(mengendalikan hewan)
Dalam melakukan anestesi harus diperhatikan beberapa faktor antara lain: kondisi
hewan, lokasi pembedahan, lama pembedahan, ukuran tubuh/jenis hewan, kepekaan
hewan terhadap obat anestetik dan penyakit-penyakit yang diderita hewan. Sebelum
anestesi sangat perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan hewan, karena kadang-kadang
anestesi umum mempunyai resiko yang jauh lebih besar dibandingkan pembedahan yang
dijalankan. Ada beberapa tipe anestesi antara lain sebagai berikut (staf pengajar
anestesi,1989):
Obat bius memang diciptakan dalam berbagai sediaan dan cara kerja. Namun,
secara umum obat bius atau istilah medisnya anestesi ini dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu anestesi lokal, regional, dan umum (Joomla, 2008).
1. Anestesi lokal
Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat
konduksi saraf (terutama nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik
(Biworo, 2008). Pada anestesi umum, rasa nyeri hilang bersamaan dengan
hilangnya kesadaran penderita. Sedangkan pada anestesi lokal (sering juga
diistilahkan dengan analgesia lokal), kesadaran penderita tetap utuh dan rasa nyeri
yang hilang bersifat setempat (lokal) (Bachsinar, 1992).
Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan untuk banyak hal.
Misalnya, sulam bibir, sulam alis, dan liposuction, kegiatan sosial seperti
sirkumsisi (sunatan), mencabut gigi berlubang, hingga merawat luka terbuka yang
disertai tindakan penjahitan (Joomla, 2008). Anestesi lokal bersifat ringan dan
biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu waktu singkat. Oleh karena
efek mati rasa yang didapat hanya mampu dipertahankan selama kurun waktu
sekitar 30 menit seusai injeksi, bila lebih dari itu, maka akan diperlukan injeksi
tambahan untuk melanjutkan tindakan tanpa rasa nyeri (Joomla, 2008).
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang
digunakan sebagai anestetika lokal, antara lain: tidak merangsang jaringan, tidak
mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf, toksisitas sistemik
yang rendah, efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput
lendir, mula kerjanya sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang
cukup lama, dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga tahan
terhadap pemanasan/sterilisasi, anestetika yang ideal adalah anestetika yang
memiliki sifat antara lain tidak iritatif/merusak jaringan secara permanen, onset
cepat, durasi cukup lama, larut dalam air, stabil dalam larutan, dan dapat disterilkan
tanpa mengalami perubahan. Contohnya: Tetrakin, Benzokain, Kokain, dan
Prokain. Senyawa amida contohnya adalah Dibukain, Lidokain, Mepivakain dan
Prilokain. Senyawa lainnya contohnya fenol, Benzilalkohol, Etilalkohol,
Etilklorida, dan Cryofluoran ( Siahaan, 2000).
2. Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu
dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar,
bila pasien tak sadar. Misalnya, pada persalinan Caesar, operasi usus buntu, operasi
pada lengan dan tungkai. Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada
bagian utama pengantar register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di
dalam tulang belakang. Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls saraf
di area itu.
3. Anestesi umum
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama
narkose umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel (Miharja, 2009). Anestesi
umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan
ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang, misalnya pada kasus bedah
jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan lain-lain
(Joomla, 2008). Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri,
menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot.
Maka, selama penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi
jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama
operasi dilakukan (Joomla, 2008).
Menurut sardjana dkk (2000), tahapan dalam anestesi terdiri dari 4 stadium
yaitu stadium pertama berupa analgesia sampai kehilangan kesadaran, stadium 2
sampai respirasi teratur, stadium 3 dan stadium 4 sampai henti napas dan henti
jantung. Dalam memberikan anestesi kita perlu mengetahui stadium2 anestesi
untuk memonitoring sejauh manapasien bisa diberikan intervensi seperti
pembedahan.
Anticholinergic
Analgesic
Neuroleptanalgesik
Transquilizer
Obat dissosiatif
Barbiturate
III.PENUTUP
a. Kesimpulan
Handling dan restrain menjadi bagian yang sangat penting terutama bagi praktisi
veteriner. Sebagian besar aktifitas praktisi hewan kesayangan atau ternak, mulai
memeriksa hingga melakukan terapi membutuhkan restrain.
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan
aktivitas fisik pasien atau bagian tubuh pasien.
Catheter adalah alat berupa pipa kosong yang terbuat dari logam, gelas, karet,
plastic dengan cara penggunaanya yaitu dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui
saluran atau kanal.
Anestesi atau yang di kenal dengan istilah pembiusan adalah tindakan untuk
menghilangkan rasa sakit pada proses pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi
saraf (terutama nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik
Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat reversibel.
DAFTAR PUSTAKA
Archibald, 1966 . Pemantauan pasien yang dibius. London: churchchill livingstone
Bachsinar, 1992. Bedah minor. Jakarta: hipokrates
Biworo, 2008. Penuntun praktis anestesi. Jakarta: EGC