Anda di halaman 1dari 20

15

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Implementasi Kebijakan Pemerintah daerah
Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul Sabatier
(1979) sebagaimana dikutip dalam Coleman M. & Bush T. (2006; 65),
mengatakan bahwa:
Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah
suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus
perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman
kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak
nyata pada masyarakat atas kejadian-kejadian.
Implementasi secara sederhana diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Browne dan Wildavsky (dalam Diana A. & C. Tjipto, 2003:7)
mengemukakan bahwa:
implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.
Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk memengaruhi
apa yang oleh Lipsky disebut street level bureaucrats untuk memberikan
pelayanan atau mengatur prilaku kelompok sasaran (target group).
Berdasarkan uraian mengenai kedua pendapat tentang pengertian
implementasi, perlu kami memberikan batasan. Implementasi adalah
pelaksanaan dari apa yang telah ditetapkan dan menerima segala
akibat/dampak setelah dilaksanakan tersebut.

16
Proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang
penting dan mutlak, seperti dikemukakan oleh Adi, Tarwiyah (2005;11),
yaitu:
a. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan;
b. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan
diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut, perubahan
atau peningkatan;
c. Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan, yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan
dari proses implementasi tersebut.
Budi Winarno (2002), menyatakan bahwa:
implementasi kebijakan dibatasi sebagai menjangkau tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh individu-individu pemerintah dan individu-individu
swasta (kelompok-kelompok) yang diarahkan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijaksanaan
sebelumnya.
Teori-Teori Implementasi Kebijakan

Teori Merilee S. Grindle (1980 )

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (1980) dipengaruhi


oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi.
Variabel isi kebijakan ini mencakup:
1. sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups
termuat dalam isi kebijakan.
2. jenis manfaat yang diterima oleh target group.
3. sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan.

17
4. apakah letak sebuah program sudah tepat.
5. apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya
dengan rinci, dan
6. apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.
variabel lingkungan kebijakan mencakup:
1. seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki
oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
2. karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.
3. tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier ( 1983 )


Ada tiga variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi,

yakni:
A. Karakteristik dari masalah
(1) tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu pihak
ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, dipihak
lain terdapat masalah-masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan,
seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan sebagainya. Oleh
karena itu, sifat masalah itu sendiri akan memengaruhi mudah tidaknya
suatu program diimplementasikan.
(2) tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berarti bahwa suatu
program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok
sasarannya heterogen, maka implementasi program akan relatif lebih

18
sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran
terhadap program relatif berbeda.
(3) proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.sebuah program
akan relatif sulit implementasikan apabila sasaranya mencakup semua
populasi. Sebaliknya sebuah program relatif mudah diimplementasikan
apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar.
(4) cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang
bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif
mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk
mengubah sikap dan prilaku masyarakat.
B. Karakteristik kebijakan/undang-undang
(1) kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah
kebijakan akan mudah diimplementasikan karena implementor mudah
memahami dan menterjemahkan dalam tindakan nyata.
(2) seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.kebijakan
yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat lebih mantap karena sudah
teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada
modifikasi.
(3) besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut.
(4) seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai
institusi pelaksana.kegagalan program sering disebabkan kurangnya
koordinasi vertikal dan horizontal antarinstansi yang terlibat dalam
implementasi program.

19
(5) kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.
(6) Tingkat komitmmen aparat terhadap tujuan kebijakan
(7) seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi
dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan
peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat akan relatif mendapat
dukungan daripada program yang tidak melibatkan masyarakat.
C. Variabel lingkungan
(1) kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tigkat kemajuan teknologi.
Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relatif mudah
menerima

program-program

pembaruan

dibanding

dengan

masyarakat yang masih tertutup dan tradisional.demikian juga,


kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasialan
implementasi program, karena program-program tersebut dapat
disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi
modern.
(2) dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Kebijakan yang
memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik.
Sebaliknya kebijakan yang bersifat dis-intsentif, seperti kenaikan
BBM, atau kenaikan pajak akan kurang mendapatkan dukungan
publik.
(3) sikap dari kelompok pemilih (constituency groups) kelompok pemilih
yang ada dalam masyarakat dapat memengaruhi implementasi
kebijakan melalaui berbagai cara antara lain:

20

kelompok

pemilih

dapat

melakukan

intervensi

terhadap

keputusan yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai


komentar dengan maksud untuk mengubah keputusan.

kelompok

pemilih

dapat

memiliki

kemampuan

untuk

memengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak langsung


melalui kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan
pelaksana, dan membuat pertanyaan yang ditujukan kepada
badan legislatif.
(4) tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor. Pada
akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan
yang telah tertuang dalam kebijakan adalah variabel yang paling
krusial. Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan dalam
membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan prioritas
tujuan tersebut.

Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:


1) Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga
dapat direalisir.
2) Perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia (human
resources)

maupun

sumberdaya

non-manusia

resourse).
3) Perlu dukungan dan koordinasi dengan intansi lain.

(non-human

21
4) Karakteristik agen pelaksana.
5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi.
6) Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni:
respon implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi
kemauannya

untuk

melaksanakan

kebijakan.

dan

intensitas

disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh


implementor.

Teori G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli


Ada empat variabel yang dapat memengaruhi kinerja dan dampak
suatu program, yakni: kondisi lingkungan, hubungan antara organisasi,
sumberdaya organisasi untuk implementasi program, karakteristik dan
kemampuan agen pelaksana.

Teori David L. Weimer dan Aidan R. Vining


Dalam pandangan weimer dan vining(1999:396) ada tiga variabel besar
yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu program,
yakni: logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dioperasikan, dan
kemampuan implementor kebijakan.
1) Logika dari suatu kebijakan yakni: kebijakan yang ditetapkan masuk
akal dan mendapat dukungan teoritis.

22
2) Lingkungan sosial, politik, ekonomi, hankam, dan fisik atau geografis
tempat

kebijakan

tersebut

dioperasikan

akan

mempengaruhi

keberhasilan implementasi suatu kebijakan.


3) Keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi oleh tingkat
kompetensi dan keterampilan dari implementor kebijakan.
Tahapan implementasi kebijakan

Tahapan implementasi kebijakan yang menempatkan kebijakan dalam


pengaruh berbagai faktor dalam rangka pelaksanaan kebijakan itu
sendiri. Disini akan dapat dipahami, bagaimana kinerja dari suatu
kebijakan, bagaimana isi yang berinteraksi dengan kelompok sasaran
dan bagaimana sejumlah faktor yang berasal dari lingkungan (politik,
sosial dan lain-lainnya) berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan.

Terhadap berbagai faktor dalam implementasi kebijakan, Nugroho


(2003: 39) memberikan gambaran dalam bentuk bagan atas determinan
kinerja implementasi kebijakan. Dijelaskan bahwa ada 4 faktor yang
saling berinteraksi yang berfokus pada kinerja kebijakan, faktor tersebut
secara berturut-turut adalah: 1) isi kebijakan, 2) political will, 3)

karakteristik kelompok sasaran, dan 4) dukungan lingkungan.


Pemerintah Daerah
Pemerintah secara harfiah berasal dari kata dasar perintah yang
mempunyai arti kata verbal atau bentuk dari kata kerja.Kata perintah sendiri
secara leksikal ini berarti perkataan yang bermaksud menyuruh atau berarti

23
aba-aba/komando. Kata perintah juga mempunyai pengertian aturan dari pihak
atas yang harus dilakukan.
Definisi

Pemerintah

secara

KBBI

adalah

sebuah

sistem

yang

menjalankan wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan sosial


ekonomi, dan politik suatu Negara atau bagian-bagian; sekelompok orang
yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas; untuk
menggunakan kekuasaan; penguasa suatu Negara atau bagian Negara; dan
badan tertinggi dari yang memerintah suatu Negara seperti Kabinet dalam
sistem pemerintahan Indonesia, yaitu DPR, MPR dan Presiden.
Definisi pemerintah secara luas dapat diartikan sebagai sekumpulan
orang-orang yang mengelola kewenangan dan kebijakan dalam mengambil
keputusan dan melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan
serta pembangunan masyarakat dan wilayahnya yang membentuk sebuah
lembaga dimana mereka ditempatkan.
Pemerintah Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang
disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk
kabupaten disebut bupati dan untuk kota adalah walikota. Kepala daerah
dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil
Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil
walikota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan
kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk
memberikan

laporan

penyelenggaraan

pemerintahan

daerah

kepada

Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban

24
kepada

DPRD,

serta

menginformasikan

laporan

penyelenggaraan

pemerintahan daerah kepada masyarakat.


Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No 12 Tahun 2008 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut :
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sedangkan menurut Andi Gadjong (2007:15) menyebutkan, bahwa yang
dimaksud

dengan

Pemerintahan

Daerah

adalah

daerah

otonom

diselenggarakan secara bersama-sama oleh seorang kepala wilayah yang


sekaligus merupakan kepala daerah otonom.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka pengertian
dari Pemerintahan Daerah pada dasarnya sama yaitu suatu proses kegiatan
antara pihak yang berwenang memberikan perintah dalam hal ini pemerintah
dengan yang menerima dan melaksanakan perintah tersebut dalam hal ini
masyarakat. penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas desentralisasi dan unsur penyelenggara pemerintah
daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah.
Pemerintah daerah memperoleh pelimpahan wewenang pemerintahan
umum dari pusat, yang meliputi wewenang mengambil setiap tindakan untuk
kepentingan rakyat berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Urusan
pemerintahan umum yang dimaksud sebagian berangsur-angsur diserahkan

25
kepada pemerintah daerah sebagai urusan rumah tangga daerahnya, kecuali
yang bersifat nasional untuk menyangkut kepentingan umum yang lebih luas.
2.1.2 Pendidikan Gratis
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Mudyahardjo R.,
2001: 68)

Adapun itu menurut Hasbullah (2006:51) mengatakan:


pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan
adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu
Gratis menurut Poerwadarminta (1985), secara harfiah adalah cumacuma (tidak dipungut bayaran). Jika kata gratis difrasekan dengan kata
pendidikan maka dapat diartikan bahwa pendidikan gratis adalah pelayanan
yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan pegawai sekolah untuk
menyiapkan kebutuhan dan melayani segala keperluan siswa tanpa
memungut biaya dari orangtua/wali dan siswa.

26
Pendidikan gratis adalah pembebasan segala biaya penyelenggaraan
pendidikan bagi peserta didik/orang tua peserta didik yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar dan kegiatan pembangunan sekolah (Syafaruddin,
2008: 34).
Manfaat Pendidikan Gratis
1.

menjamin tersedianya lahan, sarana dan prasarana pendidikan


gratis.

2. Pendidikan,

tenaga

kependidikan,

dan

biaya

operasional

penyelenggaraan dengan pembagian beban tugas dan tanggung


jawab sebagaimana yang diatur dalam perundang-undangan yang
mengantur pendidikan.
3. Menopang terselenggaranya dan suksesnya wajib belajar sembilan
tahun.
4. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh warga
masyarakat

usia

sekolah

dan

mengantisipasi

kesenjangan

masyarakat khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan


sebagai warga masyarakat dalam mengisi kemerdekaan bahagian
dari upaya pencerdasan Bangsa.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan gratis
1. Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar bagi semua anak usia
sekolah.
2. Meningkatkan mutu penyelenggaraan dan lulusan.
3. Meningkatkan relevansi pendidikan yang berbasis kompetensi agar
dapat mengikuti perkembangan global.

27
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan
gratis untuk memenuhi mutu dan produktivitas sumber daya manusia
yang unggul.
Pendidikan Gratis di Kabupaten Mamuju
Program pendidikan gratis merupakan salah satu program unggulan
Pemerintah Kabupaten Mamuju dan bantuan diberikan langsung oleh
Pemerintah Daerah kepada satuan pendidikan untuk membiayai kegiatan
operasional satuan pendidikan menengah atas baik negeri maupun swasta.
Sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2008 tentang: Pemberian
biaya subsidi pendidikan pra sekolah,

pendidikan dasar dan pendidikan

menengah.
Sesuai Surat Keputusan Bupati Mamuju 10 tahun 2008 dan Nomor 167
Tahun 2011, penggunaan biaya subsidi tersebut digunakan dalam hal :
1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru.
Digunakan untuk biaya pendaftaran,penggandaan formulir, administrasi
pendaftaran ulang, termasuk didalamnya penyaluran alat tulis, honor,
transport dan konsumsi panitia pendaftaran siswa baru.
2. Pengadaan buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi di
perpustakaan. Dalam pengadaan buku teks pelajaran dan buku referensi
untuk di perpustakaan yang harus diperhatikan adalah kualitas buku yang
baik

dan

harga

yang

layak

dan

sistem

pembayarannya

dapat

dipertanggungjawabkan.
3. Membeli bahan-bahan habis pakai. Digunakan untuk pembelian bahan
pendukung proses belajar mengajar seperti ATK, buku tulis, spidol, buku
kas BOSDA, kwitansi BOSDA.

28
4. Membiayai kegiatan kesiswaan yang meliputi: remedial, pengayaan,
olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja,
majalah dinding.
5. Membiayai ulangan harian, ulangan susulan, ujian sekolah, dan laporan
hasil belajar siswa. Dapat digunakan membiayai kegiatan pengelolaan
ulangan harian,ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar
siswa seperti pengeluaran untuk uang lelah pengawas, penulis soal ujian,
koreksi hasil ujian, panitia ujian, bahan dan penggandaan soal.
6. Pengembangan profesi guru digunakan untuk membiayai kegiatan
pelatihan MGMP dan MKKS.Pengeluaran untuk kegiatan tersebut seperti
honorarium narasumber, penulis naskah materi paparan, honor peserta,
pengadaan alat tulis, penggandaan materi, transpor dan konsumsi;
7. Membayar biaya perawatan sekolah;
8. Membiayai insentif honor guru.
Nilai subsidi yang diberikan per-siswa sesuai SK Bupati Mamuju Nomor
167 Tahun 2011 yakni sebesar Rp.50.000; - Rp.525.000; yang diberikan
sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Besarnya total subsidi
untuk siswa dalam satu sekolah sebesar Rp.560.000;-Rp.416.000.000; sesuai
kriteria sekolah dan jumlah muridnya.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi (Pasal 11 ayat 1 Sikdisnas). Oleh
karena itu, tidak ada alasan bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk
tidak menyelenggarakan pendidikan secara

berkualitas. Maka pemerintah

melalui Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

29
(PKPS-BBM) Bidang pendidikan memberikan layanan pendidikan gratis bagi
seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar dalam bentuk Bantuan
Operasional Sekolah Daerah (BOS). Khusus di Kabupaten Mamuju, bantuan
pendidikan gratis telah sampai pada tingkat SMA/MA dan SMK dalam bentuk
Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) dan DANA RUTIN yang
dianggarkan melalui APBD Kabupaten Mamuju.
Sesuai dengan yang termaktub pada Lembaran Daerah Kabupaten
Mamuju tahun 2008 nomor 10 mengenai Peraturan Daerah Kabupaten
Mamuju

tentang

Pemberian

Subsidi

Biaya

Pendidikan

Pra

Sekolah,

Pendidikan Dasar dan Menengah, dijelaskan bahwa maksud dari pemberian


subsidi biaya pendidikan adalah untuk mengurangi beban masyarakat / orang
tua siswa dalam mendapatkan pendidikan yang layak dan bermutu.
Sedangkan tujuannya adalah:
a. Mewujudkan perluasan akses, pemerataan, peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan, melalui proses penyelenggeraan pembelajaran yang
bermutu pada tingkat pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan
menengah;
b. Mendorong sekolah penerima subsidi, melaksanakan manajemen efisiensi
penyelenggaraan pendidikan pra sekolah , pendidikan sekolah dasar dan
menengah;
c. Motifasi dan melanjutkan upaya reformasi pendidikan pra sekolah,
pendidikan sekolah dasar dan menengah.
Pada buku tersebut juga dijelaskan mengenai program dan jenis subsidi
yakini:

30
a. Program pemerataan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan
menengah;
b. Program peningkatan mutu pendidikan dan relevansi pendidikan pra
sekolah, pendidikan dasar dan menengah; serta
c. Program peningkatan perluasan akses pendidikan efisiensi dan efektifitas
manajemen pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah;
Adapun jenis subsidi biaya pendidikan yang diberikan untuk TK/RA,
SMA, MA dan SMK baik negeri maupun suasta antara lain: biaya operasional
manajemen sekolah, sumbangan penyelenggaraan pendidikkan (SPP), dan
buku

pelajaran,

yang

diperuntukkan

kegiatan

kurikuler,

kokurikuler,

ekstrakurikuler, administrasi pendidikan, kompetensi, PSG, pengembangan


siswa dan gaji/honorarium guru.
Tertera

juga

bahwa

pemberian

tiap-tiap

jenis subsidi

dihitung

berdasarkan jumlah siswa yang secara nyata terdaftar selaku peserta didik
sekolah, serta besarnya subsidi persiswa tiap-tiap jenis subsidi disesuaikan
dengan

kondisi

keuangan

daerah

yang

ditetapkan

dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Mamuju.


Di dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mamuju tahun 2008 nomor 10
mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju tentang Pemberian Subsidi
Biaya Pendidikan Pra Sekolah, Pendidikan Dasar dan Menengah terseburt
juga tecantum mengenai penerima dan persyaratan memperoleh subsidi pada
sekolah neegeri dan swasta, yakni taman Kanak-kanak/ raudatul atfhal,
sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/

31
madrasah tsanawiyah/syalafiah, SMA, Madrasah Aliyah, serta sekolah
Menengah Kejuruan.
Sedangkan, syarat-syarat sekolah yang diberi subsidi biaya pendidikan
tersebut adalah:
a. Memiliki Surat Keputusaan Pendirian Sekolah bagi sekolah negeri dan Izin
Pendirian / Operasional bagi sekolah swasta,
b. Memiliki kepala sekolah yang sah,
c. Sanggup melaksanakan dan mengelola

dana

subsidi

sesuai

peruntukannya secara transparan, jnujur, demokratis tidak diskriminatif,


akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah.
2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi implemensi
Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak
variabel

atau

faktor,

dan

masing-masing

faktor

tersebut

saling

berhubungan satu sama lain. untuk memperkaya pemahaman kita tentang


berbagai faktor yang terlibat didalam implementasi, maka dari itu ada
pembatasan dalam penelitian.
Secara garis besar faktor yang mempengaruhi implementasi
kebijakan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pendidikan gratis dibagi
menjadi dua faktor yaitu:

a. Faktor Pendukung

32
Faktor pendukung adalah segala sesuatu yang menyebabkan
implementasi itu dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.

b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat adalah segala sesuatu yang menyebabkan
implementasi itu tidak dapat berjalan dengan baik atau terhambat
dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Faktor ini menurut pendekatan yang dikemukakan oleh Edwards
III dalam bukunya Tilaar (2008:134-135), implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh empat variabel. Berdasarkan pendekatan Edwards III
dapat menjadi faktor pendukung apabila semua berjalan dengan lancar
tetapi apabila tidak maka akan menjadi faktor penghambat. Variabel
tersebut yakni: (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4)
struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan
satu sama lain dapat.
2.2 Kerangka Konseptual
Implementasi adalah realisasi dari rencana yang ditetapkan sebelumnya.
Tindakan

yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang diarahkan pada

pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan


tersebut.

33
Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten mamuju yakni Bupati mamuju
dalam bentuk PERDA nomor 10 tahun 2008 tentang pemberian biaya subsidi
pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam
penyelenggaraan pendidikan gratis.
Pendidikan gratis adalah pembebasan segala biaya penyelenggaraan
pendidikan bagi peserta didik/orang tua peserta didik yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar dan kegiatan pembangunan sekolah. Dalam hal ini
adalah bebas SPP dan biaya masuk sekolah.
Program subsidi biaya pendidikan merupakan salah satu program
unggulan Pemerintah Kabupaten Mamuju. Dalam program tersebut disalurkan
bantuan dana pendidikan secara langsung kepada satuan pendidikan untuk
membiayai kegiatan operasional satuan pendidikan mulai dari tingkat SD
sampai tingkat SMA. Alokasi penggunaan dan mekanisme pengelolaan dana
tersebut harus sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan dan standar
pengelolaan.
Khusus di Kabupaten Mamuju, bantuan subsidi biaya pendidikan telah
sampai pada tingkat SMA/MA dan SMK dalam bentuk Bantuan Operasional
Daerah (BOSDA) dan dana RUTIN yang dianggarkan melalui APBD
Kabupaten Mamuju dengan membebaskan segala jenis pembiayaan.
Implementasi

kebijakan

pemerintah

daerah

dalam

pelaksanaan

pendidikan gratis ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor
pendukung maupun faktor penghambat. Faktor pendukung adalah faktorfaktor yang menyebabkan kebijakan yang ditetapkan dapat terlaksana dengan

34
baik, sedangkan faktor penghambat adalah faktor-faktor yang menyebabkan
kebijakan mengalami hambatan dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas, maka dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual


Kebijakan Pemerintah daerah
PERDA NO.10 TAHUN 2008 Tentang
penyelenggaraan pendidikan gratis
di Kabupaten Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat

Implementasi Program
pendidikan Gratis

Meringankan
beban Sekolah
dan orang
tua/wali peserta
didik

Faktor Yang
Mempengaruhi
1. Faktor Pendukung
2. Faktor
Penghambat

Pelaksanaan
Pendidikan dalam :
1. Proses belajarmengajar
2. Pemeliharaan/
Perbaikan Ringan
3. Insentif Tenaga
Pendidik dan
Tenaga

Anda mungkin juga menyukai