Anda di halaman 1dari 14

HASIL OBSERVASI

ANAK BERBICARA LIRIH


Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Modifikasi Perilaku
Dosen pengampu : Prilya Shanty S.Psi, M.Psi

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Safitri
Asri Munfiatun P.
Intan Nurwiyati H.
Mila Prastiawati
Nur Rahma A.

A520120002
A520120006
A520120016
A520120022
A520120026

Kelas : 6 C

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Identitas Subjek
1. Nama Lengkap
2. Nama Panggilan
3. Tanggal lahir
4. Usia Anak
5. Jenis Kelamin
6. Urutan Kelahian
7. Jumlah Saudara
8. Agama
9. Nama Orang Tua
- Ayah
- Ibu
10. Alamat Rumah
11. Makanan Kesukaan
12. Penyakit yang diderita
13. Hobi
14. Rentang waktu tidur

: Dimas Wahyu Anggoro


: Dimas
: 29 April 2009
: 6 tahun 1 bulan 28 hari
: Laki-laki
: Ke-1
:1
: Islam
: Suyatno
: Tumini
: Mendungan RT 02/03 Pabelan
: Sayur
:: Bermain bola
: Tidur jam 8 malam, tidak tidur siang

B. Ilustrasi Kasus
Dimas adalah anak tunggal yang tidak memiliki kakak maupun adik. Dimas anak
yang pendiam yang dalam mengucapkan perkataan saat berbicara dia masih terbata-bata
belum jelas. Dalam berbicara dimas masih terbata-bata dan nada suara yang digunakan
sangatlah pelan terutama saat berbicara dengan orang tua dan ibu gurunya di sekolahan.
Dalam berbicara dimas masihlah belum bisa dengan jelas dalam pengucapan huruf R.
C. Keadaan Orang Tua
Dimas berada pada lingkungan keluarga yang ekonominya tergolong menengah
kebawah. Saat dimas masih kecil ayah dimas bercerai dengan ibunya, dimas ikut dengan
ibunya. Dimas tinggal bersama dengan kakek, nenek dan ibunya di rumah yang sangat
sederhana. Rumah yang dimas tinggali dengan keluarga adalah rumah kontrakan. Dan
semenjak orang tua dimas bercerai dimas menganggap kakek yang ada dirumahnya
adalah ayahnya sehingga dia memanggil kakeknya dengan sebutan ayah. Dan ibu dimas
bekerja sebagai pramuniaga di PGS yang berangkat pagi-pagi dan pulang sore.
D. Perilaku Anak Ketika Dirumah
Dimas adalah anak yang pemalu disekolahnya, tetapi saat dirumah dia sering
bermain dengan teman satu kelasnya di TK yang tinggal didepan rumahnya yang
namanya Tio. Dimas sering bermain sepeda, bermain sepak bola dengan Tio setelah
sepulang sekolah sampai sore. Tetapi akhir-akhir ini dia ulang tahun diberi hadiah oleh

ibunya sebuah Gadget sehingga biasanya dia bermain dengan Tio sekarang dia sibuk
dengan Gadget nya yang baru.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Perilaku yang di Modifikasi
Dimas adalah anak yang berusia 5 tahun yang pendiam, dan pemalu. Pada saat
anak berbicara dengan pengukuh dan temannya, berbicaranya sangat lirih dan memiliki
vocal pengucapan yang belum begitu jelas. Ia sering sekali berbicara dengan nada yang
lirih, dan apa yang anak ucapkan juga tidak begitu jelas didengar oleh guru, teman,
maupun pengukuh. Namun, pada saat dirumah Dimas sedikit bisa berbicara keras dan
dengan pengucapan yang jelas. Mungkin hal ini disebabkan karena Dimas termasuk anak
yang pendiam dan pemalu, sehingga ia masih malu-malu untuk berbicara dengan orang
lain.
B. Teori Yang Menunjang
1. Introvert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan
sosialnya. Minat, sikap ataupun keputusan-keputusan yang diambil selalu didasarkan
pada perasaan, pemikiran dan pengalamannya sendiri. Orang-orang yang memiliki
kecenderungan introvert, biasanya pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena
merasa segala kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri.
2. Berbicara Lirih

Berbicara adalah suatu proses berkomunikasi dengan penyampaian maksud (ide,


pikiran, gagasan, atau isi hati kepada seseorang dengan menggunakan bahasa lisan
agar dapat dipahami oleh orang lain. Melalui berbicara anak dapat mengungkapkan
pendapat, pikiran dan perasaannya. Berbicara lirih dapat diartikan sebagai berbisik.
Berbisik adalah berkata dengan suara perlahan-lahan (seakan hanya mendesis dan
tidak nyaris), berbicaranya tidak bisa ditangkap dengan jelas, sehingga orang lain
tidak bisa mendengar bicaranya.
3. Pendiam
Pendiam merupakan sifat yang alami bagi anak-anak, khususnya ada tahun-tahun
pertama kelahiran.
4. Pemalu
Rasa malu biasanya sudah terlihat sejak anak sudah mengenal orang-orang
disekitarnya. Rasa malu sebenarnya normal dan wajar, apabila anak sering kali
menunjukkan rasa malu maka hal inilah yang dianggap sebagai masalah.
Anak biasanya tidak menunjukkan rasa malu pada orang yang sudah
dikenalnya, tetapi pada orang yang belum dikenal anak bersikap pemalu. Pada umur
5 tahun perasaan malu yang berlebihan tidak hanya ditunjukkan pada orang yang
tidak dikenal, tetapi juga pada orang yang sudah dikenal, yaitu orang yang akan
memberikan penilaian terhadap tingkah lakunya. Anak selalu cemas dan takut pada
reaksi orang lain terhadap perbuatan atau tingkah lakunya. Biasanya hal ini terjadi
pada pada anak anaak yang sering dipermalukan atau dicela didepan orang lain.
Kejadian-kejadian semacam ini akan menyebabkan anak dimasa mendatang tidak
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

BAB III
MODIFIKASI PERILAKU

1. Target Perilaku
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama tiga hari, maka observer
mengharapkan adanya perubahan perilaku yang dimiliki dimas melalui modifikasi
perilaku yang akan diterapkan pada anak. Target perilaku yang diharapkan untuk dimiliki
oleh anak antara lain sebagai berikut :
Anak bisa berbicara lantang
Anak memiliki rasa percaya diri
2. Baseline
Baseline adalah hasil pengamatan kepada anak sebelum dilakukan modifikasi
perilaku. Pengamatan tersebut dilakukan selama 4 kali selama 1 minggu. Berikut adalah
hasil pengamatannya :

Perilaku

Waktu

Berbicara dengan jelas

Pertemuan
I

II

III

IV

Pagi

10x

16x

13x

Siang

16x

Waktu : 08.00 10.30 WIB


Berdasarkan baseline diatas rata-rata hasil pengamatan sebelum perlakuan adalah
Hasil = Jumlah anak berbicara jelas
= 10+ 16 + 13 + 16
4 pertemuan
4
= 55

4
= 13,75 = 14x sehari
3. Teknik Modifikasi Yang Digunakan
Teknik yang digunakan dalam modifikasi perilaku yang kami adalah teknik
pengukuhan positif. Pengukuhan positif adalah suatu peristiwa yang dihadirkan dengan
segera yang mengikuti perilaku yang menyebabkan perilaku tersebut meningkat
frekuensinya. Dalam modifikasi perilaku pengukuh memberikan reward berupa bintang
jika subjek mengurangi intensitas berbicara lirih, pengukuh memberi bintang sebanyak 4
buah jika subjek mampu berbicara dengan lantang, sedangkan jika subjek kembali
berbicara lirih pengukuh hanya memberikan 1 bintang.
4. Tahap-Tahap Modifikasi Perilaku
a. Antecendent ( latar belakang permasalah perilaku)
Pada kasus ini penyebab perilaku adalah kurang adanya stimulasi dari orang
tua dalam mengajak anak untuk berkomunikasi. Disebabkan oleh beberapa hal
seperti berikut :
1) Orang tua single parents ( Ibu )
2) Orang tua yang bekerja dari pagi sampai sore.
3) Kalau siang subjek hanya ditemani oleh neneknya, neneknya sibuk
membuat jualan gorengan sehingga subjek sering menonton tv dan bermain
tab.
4) Sosok seorang kakek dianggap sebagai ayah.
5) Anak malu-malu saat diajak berbicara dengan orang yang baru dikenal.
b. Behavior ( hal mengenai perilaku yang dipermasalahkan)
Perilaku yang di permasalahkan dalam hal ini yaitu subjek masih bebicara
dengan lirih walaupun sudah di panggil dengan suara lantang secara berulangulang oleh guru maupun pengukuh walaupun sudah diberikan motivasi tapi tetap
saja belum berbicara dengan lantang. Apalagi ketika kegiatan membaca doa,
menyanyi, asmaul husna subjek masih mengucapkannya dengan suara yang lirih.
c. Consequence ( Akibat setelah yang diperoleh setelah perlakuan terjadi )
Dari perilaku tersebut dapat menyebabkan orang yang diajak berbicara tidak
mengetahui maksud dari perkataan subjek karena suara subjek yang sangat lirih.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Dari pengamatan yang telah kami lakukan, berikut ini adalah hasil modifikasi
perilaku setelah diberi perlakuan.

Perilaku

Waktu

Berbicara dengan jelas

Sore

Pertemuan
I

II

III

IV

19x

25x

23x

25x

Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa ada penurunan suara lirih anak.
Berikut ini adalah rata-rata hasil dari pemberian perlakuan.
Hasil = Jumlah anak berbicara jelas
4 pertemuan

= 19 + 25 + 23 + 25
4
= 92
4
= 23x

2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemberian perlakuan selama 4 kali menunjukkan peningkatan
berani berbicara lantang anak. Peningkatan berani berbicara lantang ini terjadi karena
adanya reward yang berupa bintang. Jika subyek mampu mengurangi intensitas
berbicara lirih, pengukuh memberikan 4 bintang jika subyek mampu berbicara lantang.
Sedangkan jika subyek kembali berbicara lirih maka pengukuh memberi 1 bintang.
Apabila sesudah mencapai 12 bintang maka anak akan mendapatkan baju bola.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dimas adalah anak tunggal yang tidak memiliki kakak maupun adik. Dimas anak
yang pendiam yang dalam mengucapkan perkataan saat berbicara dia masih terbata-

bata belum jelas. Dalam berbicara dimas masih terbata-bata dan nada suara yang
digunakan sangatlah pelan terutama saat berbicara dengan orang tua dan ibu gurunya di
sekolahan. Dalam berbicara dimas masihlah belum bisa dengan jelas dalam pengucapan
huruf R.
Adanya permasalahan yang dialami dimas maka kami ingin merubah/
memodifikasi perilaku dari dimas dengan menggunakan teknik pengukuhan positif.
Dalam modifikasi perilaku pengukuh memberikan reward berupa bintang jika subjek
mengurangi intensitas berbicara lirih, pengukuh memberi bintang sebanyak 4 buah jika
subjek mampu berbicara dengan lantang, jika subjek kembali berbicara lirih pengukuh
hanya memberikan 1 bintang. Pengukuhan yang pertama yaitu dengan mengajak anak
menulis dan membaca satu kalimat, pengukuhan yang kedua yaitu dengan
menggunakan bisik-bisik kata dari gulungan kertas, pengukuhan yang ke tiga yaitu
dengan mengajak anak mendengar lalu menceritakan kembali cerita dari buku
bergambar, dan pengukuhan yang terakhir yaitu dengan bercerita dengan boneka
tangan.
Berdasarkan hasil pemberian perlakuan selama 4 kali menunjukkan peningkatan
berani berbicara lantang anak. Peningkatan berani berbicara lantang ini terjadi karena
adanya reward yang berupa bintang. Dari pengukuhan yang diberikan anak mengalami
peningkatan berani berbicara dengan lantang dan anak tersebut mendapatkan 13
bintang dari jumlah yang di telah ditetapkan 12 bintang, hasil akhirnya anak diberi baju
bola.
B. Saran
Menurut modifikasi yang telah kami lakukan di harapkan dari pihak orang tua
lebih memberikan stimulasi kepada anak dan perhatian yang lebih, tidak hanya
memberikan fasilitas saja pada anaknya. Karena yang dibutuhkan oleh anak adalah
perhatian, bimbingan dan sosialisasi. Untuk kakek harus bisa memberikan contoh
bahwa seorang lelaki dalam berbicara harus jelas dan lantang.
Menurut pengamatan yang kami lakukan sebelum observasi guru sudah baik
dalam menstimulasi anak dengan sering memanggil nama anak dan sering meminta
anak untuk berbicara lebih keras. Disini pihak sekolah harus lebih menjalin komunikasi
dan kerjasama dalam menstimulasi anak agar mau berbicara dengan lantang. Kedua
pihak yaitu orang tua dan guru harus bersama-sama dalam hal ini tidak bisa hanya salah
satunya saja.

DOKUMENTASI
Pengamatan hari kedua

Kegiatan awal

Saat dimas sedang mengerjakan tugas

Dimas melapor pada gurunya selesai


mengerjakan tugas

ketika waktu istirahat dimas tidak bemain


tetapi makan snack yang di bawa dari rumah

Pengamatan hari ketiga

Ketika kegiatan awal membaca doa

ketika dimas mengerjakan tugas

Setelah selesai mengerjakan

ketika teman meminta bintang dimas hanya


melihat tidak mau meminta

Tindakan hari pertama

Hasil anak membuat buku

tulisan dimas kemudian anak diminta untuk


membaca tulisanya.

Tindakankedua

Potongan lagu yang di susun anak

saat anak sedang bermain bersama tiyo dan


intan

Dimas diminta untuk menulis dan


menggambar

dimas dan tiyo

Tindakan Ketiga

Buku cerita yang di gunakan hari ini

Saat anak bercerita dengan buku

Pertemuan keempat

Bercerita dengan boneka tangan

Hasil akhir dari pengukuhan

Hasil perolehan bintang dari setiap tindakan dari awal sampai akhir

Reaward yang diperoleh dimas dan tio yaitu snack dan kaos bola

DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, Ali., Rachmawati, Yeni. 2006. Metode Pengembangan Sosial Emosionaal. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Hadi, Purwaka. 2005. Modifikasi Perilaku. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Shofa, Mila Faila. 2014. Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui
Permainan Sandiwara Boneka. Jurnal : Vol. 1 Nomor 2.
Setiawan, Ebta. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online:Kbbi.web.id/bisik.

Anda mungkin juga menyukai