Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA I
STUDI GERAK DAN STUDI WAKTU

Disusun oleh :
Kelompok A2
Delia Yani Manduapessy (11/312054/TP/09988)
Defri Fajar Setiawan (11/311597/TP/09965)
Isnaini Puspitasari (11/311538/TP/09955)
Co-ass
Fajar Kurniawan
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu industri, sangat dibutuhkan suatu kondisi pekerjaan yang baik,
efisien, tetapi optimal agar didapatkan hasil yang optimal juga. Untuk itu
perancangan suatu sistem kerja yang baik sangat mutlak diperlukan agar hasil yang
diinginkan dapat tercapai. Untuk mendapatkan sistem kerja yang baik diperlukan
suatu analisis mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja apakah sudah
sesuai dan efktif. Apabila suatu sistem kerja sudah efektif tentu akan terus kita pakai,
akan tetapi apabila tidak, tentu memerlukan suatu perbaikan bahkan penggantian
sistem kerja. Dalam melakukan analisis tersebut sangat dibutuhkan suatu studi
gerakan dan studi waktu.
Studi gerakan merupakan suatu analisa yang dilakukan terhadap beberapa
gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan studi
gerakan ini diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif selama bekerja dapat
dikurangi bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh efektifitas dalam waktu kerja,
yang berarti dapat pula menghemat biaya karena pekerjaan yang tidak perlu sehingga
dapat dicapai produktivitas yang semakin naik.
Dalam studi gerakan juga sangat berhubungan erat dengan studi waktu, sebab
pekerjaan yang baik tentu harus sesuai antara gerakan dengan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seorang
pekerja adakalanya sudah tepat atau sesuai dengan gerakan-gerakan yang diperlukan,
tetapi adakalanya seorang pekerja melakukan gerak yang tidak perlu atau disebut
gerakan yang tidak efektif. Dalam setiap perancangan sistem kerja, sebaiknya
gerakan yang tidak efektif dihindari karena akan berdampak pada waktu yang
diperlukan dan fasilitas kerja yang digunakan. Dengan praktikum tentang studi gerak
ini diharapkan praktikan dapat melakukan analisis terhadap suatu industri, sehingga
dapat memberikan solusi yang tepat untuk melakukan perbaikan dari sistem yang

sudah ada. Selain itu dengan praktikum ini praktikan akan mempunyai bekal,
sehingga kelak ketika terjun di dunia industri dapat memberikan solusi yang tepat.
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan dapat mengidentifikasi elemen gerakan dasar yang dilakukan dalam
proses produksi
2. Praktikan dapat mengelompokkan elemen derakan dasar tersebut menjadi
elemen kerja yang teridentifikasi dan terukur untuk keperluan studi gerak dan
studi waktu.
3. Praktikan dapat menentukan waktu siklus, waktu normal, rating factor,
allowance factor dan waktu standar dari seluruh elemen kerja tersebut.
4. Praktikan dapat melakukan analisa kerja menggunakan Peta Tangan Kiri
Tangan Kanan, Peta Pekerja Mesin dan Peta Proses Kelompok Kerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam suatu dunia industri, sangat penting untuk melakukan suatu pekerjann
dengan seefektif mungkin agar didapat hasil yang optimal. Untuk itu diperlukan studi
gerakan untuk mengetahui apakah gerakan yang sudah dilakukan sudah dalam
kondisi yang paling efektif. Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap
beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan
demikian diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau
dihilangkan sehingga diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya
dapat pula menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan
tersebut (Sutalaksana, 1979).
Dalam studi gerakan, perlu dikenal terlebih dahulu gerakan-gerakan dasar.
Saat ini ada 17 elemen gerakan yang dinamakan Therblig. Berikut ini adalah elemenelemen gerakan Therblig (Sutalaksana, 1979):
1. Mencari (Search)
Mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi
obyek, yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat
mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan.
2. Memilih (Select)
Memilih merupakan gerakan untuk menemukan obyek yang tercampur.
3. Membawa (Grasp)
Gerakan membawa ini merupakan gerakan yang sulit untuk dihilangkan,
namun dapat dikurangi.
4. Menjangkau (Reach)
Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik
gerakan mendekati maupun menjangkau obyek.
5. Membawa (Move)

Gerakan ini didahului oleh memegang dan dilanjutkan melepas ataupun


mengarahkan.
6. Memegang untuk memakai (Hold)
Memegang untuk memakai berbeda dengan memegang. Perbedaannya dengan
memegang adalah pada perlakuan obyek yang dipegang. Pada memegang,
pemegangan dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangkan memegang
untuk memakai tidak demikian.
7. Melepas (Release load)
Gerakan ini merupakan gerakan yang singkat dan dimulai pada saat pekerja
mulai melepaskan obyek dari tangannya dan berakhir bila seluruh jarinya
sudah tidak menyentuh obyek lagi.
8. Mengarahkan (Position)
Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan biasanya
diikuti oleh gerakan merakit.
9. Mengarahkan sementara (Preposition)
Tujuan dari penempatan sementara adalah untuk memudahkan pemegangan
apabila obyek tersebut akan dipakai kembali.
10. Memeriksa (Inspection)
Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan membandingkan obyek dengan
sesuatu yang standar.
11. Merakit (Assemble)
Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek
yang lain sehingga menjadi satu kesatuan.
12. Mengurai (Desassemble)
Gerakan ini merupakan gerakan kebalikan atau lawan dari gerakan merakit.
13. Memakai (Use)
Memakai adalah bila satu tangan atau keduanya dipakai untuk menggunakan
alat.
14. Kelambatan yang tidak dapat dihindari (Unavoilable delay)

Kelambatan di sini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang


terjadi di luar kemampuan pengendalian pekerja. Misalnya adalah padamnya
listrik yang menyebabkan kelambatan pekerja.
15. Kelambatan yang dapat dihindari (Avoilable delay)
Kelambatan ini disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu
kerja oleh pekerjanya baik disengaja maupun tidak disengaja.
16. Merencana (Plan)
Merencanakan merupakan proses menentukan tindakan yang akan diambil
selanjutnya.
17. Istirahat untuk menghilangkan fatique (Rest to overcome fatique)
Suatu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan ekonomis, sehingga perlu diketahui
prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan tersebut adalah
sebagai berikut (Sutalaksana, 1979):
-

Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan tubuh manusia dan


gerakannya.

Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama pada waktu
istirahat.

Kedua tangan sebaiknya bergerak simetris dan berlawanan arah antara

satu

dengan yang lain.

Gerakan badan harus dihemat, yaitu dengan menggerakkan anggota badan


yang diperlukan saja.

Memanfaatkan momentum pada saat bekerja untuk mengurangi kerja otot.

Gerakan yang patah-patah dan perubahan arah yang banyak akan


memperlambat gerakan.

Gerakan balistik akan lebih menyenangkan, cepat dan lebih teliti dari pada
gerakan yang dikendalikan.

Pekerjaan yang dirancang semudah-mudahnya sesuai dengan irama kerja yang


alamiah pada pekerja.

Gerakan mata diusahakan sedikit mungkin.


Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja.

Sebaiknya diusahakan bahan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.


Tempatkan bahan-bahan di tempat yang mudah, cepat dan enak untuk

dicapai.
Tempat

penyimpanan

bahan

yang

akan

dikerjakan

sebaiknya

memanfaatkan prinsip-prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan

dipakai selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil.


Sebaiknya untuk menyalurkan obyek yang sudah selesai, dirancang

mekanisme penempatan yang baik.


Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa

sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.


Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga

gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.


Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga pekerja yang

mendudukinya bersikap pada anatomi yang baik.


Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.

Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan perancangan peralatan.

Tangan dibebaskan dari semua pekerjaan jika


pekerjaan dapat menggunakan alat pembantu yang dapat digerakkan
dengan kaki.

Peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga


mempunyai lebih dari satu kegunaan, mudah dalam pemegangan dan
penyimpanan.

Beban yang didistribusikan pada jari yang


bekerja sendiri-sendiri harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.

Roda tangan, palang dan peralatan sejenis


diatur sedemikian rupa sehingga badan dapat melayani dengan posisi yang
baik dan menggunakan sedikit tenaga.

Pengukuran waktu dilakukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian


yaitu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan
secara wajar oleh seorang pekerja normal yang dilakukan dengan metode terbaik.
Pada dasarnya teknik-teknik pengukuran terhadap pekerja dapat dibagi ke dalam dua
bagian yaitu (Sutalaksana, 1979):
1.

Pengukuran waktu secara langsung, yaitu pengukuran yang


dilakukan langsung pada pekerjaan yang sedang dikerjakan atau pada
sampel-sampel yang mewakili. Cara pengukuran waktu ini dibagi lagi
menjadi dua yaitu pengukuran jam henti (menggunakan stop watch) dan
sampling pekerjaan (work sampling).

2.

Pengukuran waktu secara sintesis, yaitu pengukuran waktu yang


dilaksanakan dengan cara tidak langsung. Pengukuran ini antara lain
dengan menganalisis data-data waktu suatu pekerjaan yang ada. Cara ini
dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu data waktu baku dan data waktu gerak.

Ada 3 metode pembacaan jam henti yang biasa dilakukan dalam study waktu
(Barnes, 1980), yaitu Continous timing, Repetitive timing dan accumulative timing.
a.

Continous Timing

Pembacaan jam henti dilakukan pada setiap akhir elemen kerja, tanpa mematikan
jam henti. Dengan cara ini waktu masing-masing elemen ditentukan dari perbedaan
pembacaan elemen terdahulu dengan elemen kerja berikutnya.
b.

Repetitive Timing

Pembacaan jam henti dilakukan setiap akhir elemen kerja. Saat pekerjaan selesai
jam henti dimatikan, dibaca kemudian dikembalikan lagi ke nol. Pembacaan alemen
berikutnya segera dimulai lagi. Kelemahan metode ini adalah keharusan untuk
memulai pembacaan dari angka nol lagi. Padahal begitu elemen kerja terdahulu
selesai, segera disusul elemen kerja berikutnya. Kemudahannya adalah waktu
masing-masing elemen kerja segera dapat diketahui.
c.

Accumulative Timing

Pembacaan jam henti dilakukan dengan menggunakan dua buah jam henti yang
dihubungkan secara mekanis, sehingga apabila jam henti pertama dihidupkan, jam

henti kedua akan mati secara otomatis, demikian juga sebaliknya. Pembacaan
dilakukan pada akhir elemen kerja dan pada saat itu jam henti yang diamati segera
dimatikan kemudian pembacaan waktu dilakukan.
Hal yang paling sulit dan paling penting dalam pengukuran waktu adalah
mengevaluasi kecepatan bekerja seorang operator selama dilakukan pengamatan.
Pengukur harus dapat memperkirakan besarnya ketidakwajaran yang terjadi. Untuk
itu diperlukan faktor penyesuaian untuk menormalkan ketidakwajaran tersebut.
Rating didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan performance factor yang
di observasi dengan konsep performance yang normal. Faktor penyesuaian menjadi
faktor yang akan diterapkan dalam penetapan waktu normal. Terdapat 6 cara untuk
menentukan faktor penyesuaian yaitu (Barnes, 1980) :
-

skill and effort rating

westing house

penyesuaian sintetis

penyesuaian obyektif

physiological evaluation of performance level

performance rating

Langkah-langkah yang dilakukan dalam studi waktu (Sutalaksana, 1979):


Memilih operator
1. Dalam proses pemilihan operator ini mempunyai syarat-syarat seperti
operator memiliki kemampuan normal, dapat bekerja sama dan dapat bekerja
secara wajar. Selain itu, diperlukan juga pemberian penjelasan tentang maksud
pengukuran serta sikap operator ketika sedang diukur.
2. Melatih operator
Pelatihan diperlukan jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama atau
mengalami perubahan dengan yang biasa dijalankan operator.
3. Pembagian operasi menjadi elemen-elemen kerja.
Elemen pekerjaan merupakan bagian dari pekerjaan yang akan diukur
waktunya. Waktu siklus merupakan jumlah dari waktu setiap elemen tersebut.
Langkah selanjutnya setelah mendapatkan data yaitu mengolah data tersebut
sehingga diperoleh waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang
terkumpul adalah sebagai berikut:

1. Menghitung waktu siklus rata-rata dengan:

Wn

x
N

X adalah data dari hasil studi waktu yang sudah mencukupi dan N adalah jumlah
data yang sudah mencukupi.
2. Menghitung waktu normal dengan:
Wn = Ws x p
p adalah faktor penyesuaian. Jika pekerja bekerja dengan wajar maka p = 1,
artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika pekerjanya terlalu lambat maka
untuk menormalkannya harga p < 1, tetapi jika bekerjanya terlalu cepat maka
harga p lebih dari satu.
3. Menghitung waktu baku dengan:
Wb = Wn + 1
Dimana 1 adalah kelonggaran diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin timbul yang
tidak dapat dihindarkan oleh pekerja.
Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang dilakukan secara wajar oleh seorang pekerja normal yang
dilaksanakan dengan metode tertentu. Sedangkan waktu siklus merupakan waktu
yang tercatat selama pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Waktu siklus diperoleh
dari penjumlahan rata-rata waktu elemen. Sedangkan waktu normal diperoleh dari
perkalian waktu siklus dengan faktor penyesuaian dan waktu baku diperoleh dari
perkalian waktu normal dengan faktor kelonggaran (Sutalaksana, 1982).

Faktor Penyesuaian (Rating Factor/RF)


Penyesuaian adalah perbandingan kinerja operator yang diamati dengan
kinerja normal dari operator yang ada dalam konsep (Barnes, 1980). Penyesuaian
dilakukan agar data yang diperoleh mendekati kondisi normal.

Menurut Barnes (1980), waktu normal dapat ditentukan setelah faktor


penyesuaian ditentukan. Waktu normal merupakan hasil kali antara waktu siklus
dengan suatu harga penyesuaian (P). jika pekerja bekerja di atas normal maka nilai
P>1 sedangkan jka dibawah normal maka nilai P<1.
Waktu normal dapat dihitung dengan rumus (Miller dan Schmidt, 1984) :

1
Ts = Tn
Keterangan

( P F D)

100

Tn = normal time
P = personal allowance
F = fatique allowance
D = delay allowance

Metode menentukan faktor penyesuaian ada 4 macam (Wignjosoebroto,


1995):
1. Metode sangat subyektif, ditentukan oleh pengamat selama pengukuran.
2. Metode Shumard, memberi patokan penilaian melalui kelas-kelas performance,
dimana kelas tersebut dibagi: superfast, fast +, fast -, excellent, good -, good dan
seterusnya.
3. Metode Westhinghouse, mengerahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap
mempengaruhi

kenormalan

atau

ketidaknormalan

dalam

bekerja,

yaitu

ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam
kelas-kelas dengan nilainya masing-masing, namun keempat faktor tersebut harus
digunakan secara bersama-sama dalam menentukan faktor Rf.
4. Metode Syntethic, untuk mengevaluasi tempo kerja operator berdasar nilai waktu
yang ditetapkan lebih dahulu. Rasio untuk menghitung indeks performansi dapat
dirumuskan sebagai: R = P/A
Dimana:
R = faktor penyesuaian
P = predetermined time untuk elemen kerja yang diamati
A = rata-rata dari waktu elemen kerja yang diamati

Dengan studi gerakan ini, bisa dianalisa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
seorang pekerja selama melakukan pekerjaannya. Berdasarkan studi ini, maka kita
bisa membuat Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri, yang merupakan alat dari studi
gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang lebih efisien, yaitu gerakangerakan yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Peta ini
menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan
oleh tangan kanan dan tangan kiri, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang
dibebankan pada tangan kanan dan tangan kiri ketika melakukan suatu pekerjaan
(Sutalaksana, 1979).
Secara umum Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri mempunyai kegunaan yang
sebagai berikut (Sutalaksana, 1979):
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak
produktif, sehingga akan dapat mempersingkat waktu.
3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.
4. Sebagai alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang ideal.
Studi waktu diperlukan antara lain untuk (Sutalaksana, 1979):
1. Perhitungan upah bagi tenaga kerja langsung maupun tak langsung.
2. Penentuan jadwal dan perencanaan tenaga kerja
3. Penentuan biaya standar dan estimasi biaya produksi sebelum diproduksi.
4. Menentukan efektifitas mesin, jumlah mesin yang dioperasikan oleh tenaga kerja.
Work study dapat digunakan untuk menganalisis pekerjaan dengan maksud
untuk memperbaikinya maupun meningkatkannya, dengan kata lain harus
dipergunakan teknik-teknik dari method study dan work measurement yang
merupakan bagian dari work study untuk menjamin pendayagunaan sumber-sumber
manusia dan material. Bagian yang terpenting dari studi gerak dan studi waktu adalah
terlaksananya penerapan desain metoda pada proses produksi yang juga merupakan
perbaikan metoda yang sudah ada karena desain metoda merupakan suatu bentuk
pemecahan masalah yang kreatif yang memberi masukan pada proses umum
pemecahan masalah (Barnes, 1980).

Studi gerak dan studi waktu adalah sebuah usaha efisiensi dalam suatu proses
produksi di industri. Sebuah studi gerak dan waktu akan digunakan untuk
mengurangi jumlah gerakan dalam menyelenggarakan suatu operasi untuk
meningkatkan produktivitas. Percobaan paling terkenal dalam hal studi gerak dan
studi waktu adalah percobaan yang dilakukan oleh Frank Gilbreth. Dengan hati-hati
Frank Gilbreth meneliti pekerjaan tukang batu, Gilbreth mengurangi jumlah gerakan
dalam meletakkan batu bata dari 18 menjadi sekitar 5. Oleh karena itu, kedua pekerja
tukang batu itu mengalami peningkatan produktivitas dan penurunan kelelahan.
Gilbreths mengembangkan apa yang disebut dengan therbligs ("therblig" menjadi
"Gilbreth" yang dieja terbalik), sebuah skema klasifikasi yang terdiri dari 18 dasar
gerakan tangan. Gilbreths menunjukkan pentingnya lingkungan kerja total dengan
mengurangi gerakan yang tidak perlu (Niebel, 1993).
Kata ergonomi berasal dari 2 kata yunani, yaitu ergos yang berarti kerja dan
nomos yang berarti aturan-aturan. Di Amerika, digunakan istilah human
engineering dan di benua eropa digunakan istilah biotechnic yang sering dipakai
untuk mewakili kata ergonimi. Seorang desainer industri harus memikirkan aspek
teknik, ergonomi, dan estetika dalam meranjang produk industri. Karena tujuan dasar
desain industri adalah (Hurst, 2006) :
a. Produk hasrus memuaskan masyarakat dari segi ergonomi.
b. Produk-produk harus memenuhi kebutuhan alami manusia.

Dalam sistem ergonomi, terdapat beberapa macam metode ergonomi, antara


lain (Wignjosoebroto, 2003) :
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat

kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist dan


pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari
yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat

diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak


pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan

dimensi fisik pekerja.


3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan
siku, keletihan, sakit kepala, dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan, dan lain-lain.
Pengukuran kerja (work measurement) merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk mengetahui waktu standar. Waktu standar adalah waktu yang
diperlukan seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu, bekerja
pada tingkat kecepatan yang berlanjut (sustainable rate), serta menggunakan metode,
mesin dan peralatan, material, dan pengaturan tempat kerja tertentu. Penentuan waktu
standar merupakan masukan penting bagi perencanaan tenaga kerja produksi (biaya,
dan jumlah yang diperlukan), perencanaan proses produksi (penjadwalan, pembagian
tugas, keseimbangan beban, dan waktu produksi), dan penentuan sistem insentif
(Herjanto, 2007).
Waktu baku yang diukur dengan baik, yakni setelah rancangan alat, tata letak
ruangan, pencahayaan ruangan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
gerakan-gerakan yang ekonomis (kelelahan minimal), akan meningkatkan motivasi
operator dalam bekerja. Dengan diketahuinya waktu baku, maka akan diperoleh halhal sebagai berikut (Supardan, 1996) :
1.Bisa dihitung jumlah mesin yang dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah

permintaan dalam periode produksi tertentu.


2. Bisa dihitung jumlah operator.
3. Bisa dirancang materi dan metoda-metoda pelatihan bagi operator.
4. Bisa ditentukan jadwal produksi.
5. Bisa disusun aturan bosun/upah peransang.
6. Bisa menjadi acuan prestasi kerja operator.
7. Bisa menaksir biaya produksi.

Westinghouse Company memperkenalkan sistem yang lebih lengkap dengan


sistem-sistem lain, yang telah ada sebelumnya. Westinghouse menyebutkan
bahwa kecakapan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (working condition), dan
keajegan (consistency) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
manusia. Untuk ini Westinghouse telah berhasil membuat suatu tabel performance
taring yang berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk
masing-masing faktor tersebut. Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja
adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi
baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan atau tempo kerja yang
normal. Walaupun demikian pada prakteknya kita akan melihat bahwa tidaklah
bisa diharapkan operator tersebut akan mampu bekerja secara terus menerus
sepanjang hari tanpa adanya interupsi sama sekali. Disini kenyataannya operator
akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu khusus untuk
keperluan seperti personal needs, istirahat melepas lelah, dan alasan-alasan lain
yang diluar kontrolnya. Personal allowance umumnya diaplikasikan seabagai
prosentasi tertentu dari waktu normal dan bisa berpengaruh pada handling time
maupun machine time (Anonim1, 2012).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
a. Stopwatch

b. Alat tulis

B. Prosedur Praktikum

Untuk peta tangan kiri tangan kanan, setiap kali operator memulai kegiatan,
aktivitas tangan kiri dan tangan kanan di amati. Pada saat salah satu tangan
berubah aktivitasnya, dicatat aktivitas tangan yang lainnya. Demikian
seterusnya sampai aktivitas selesai.

Untuk peta pekerja mesin atau peta proses kelompok kerja, saat operator
pertama (atau mesin) mulai bekerja, aktivitas kerja operator lain diamati. Saat
salah satu aktivitas operator (atau mesin)berubah ,dicatat aktivitas yang
dilakukan oleh operator lain dan waktunya dicatat.

Dilakukan studi waktu terhadap setiap elemen kerja

Untuk mengetahui apakah data waktu yang diamati sudah memenuhi


kecukupan data, setelah 20 siklus, diuji terlebih dahulu kecukupan datanya.

Dibuat tabel untuk tabulasi data

Jika data belum mencukupi,diambil data lagi.

Ditentukan rating factor dan allowance factor. Penentuan kedua faktor ini
berdasarkan pengamatan.

Rating factor ditentukan dengan mengamati dan membandingkan dengan


pekerjaan lain yang bekerja normal.

Allowance factor dengan mencatat jumlah waktu yang diperlukan pekerja(di


stasiun yang diamati) untuk tidak bekerja (bukan pada jam istirahat),
dibandingkan dengan total jam kerjanya.

Waktu normal dan waktu baku dihitung

Metode kerja berdasarkan peta kerja yang telah dibuat dievaluasi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.

Tabel Hasil Pengamatan


a. Tabel Data Proses Produksi

Xi Xi 2

( Xi )

N'

Waktu Siklus

Waktu
Normal

Waktu
Baku

1831079

18309841

0,021

427,150

509,201

2108

444404

4443664

0,034

210,600

244,644

27,84

77,5902

775,0656

0,432

2,790

3,266

Pembentuka
n
Pengovenan

618,76
7
267,69
2
3,983

3188

1016390

10163344

0,022

318,250

372,3525

Pengemasan

35,26

112,3293

1243,2676

0,001

3,5395

4,318

N
o

Stasiun
Kerja

Pengadukan

4279

Penggilingan

448,61
7
4,736

b. Tabel Data Stasiun Kerja Pembentukan

Xi Xi2

( Xi )

N'

Waktu
Siklus

Waktu
Normal

Waktu
Baku

8,9723

89,6809

0,187776
884

0,957

1,10055

1,207140
507

14,2

18,4

201,64

1,507637
374

1,29

1,4835

1,62718

4,42

2,4426

19,5364

0,090088
246

0,552

0,6072

0,666009

N
o

Elemen
Kerja

Mengambil
adonan

9,47

Memutar
adonana

Meletakkan
adonan

2.

Grafik Peta Kontrol


1.2
1
0.8
MENGAMBIL

0.6

BKA

0.4

BKB

0.2
0
0

10

15

20

25

1.8
1.6
1.4
1.2

MEMUTAR
ADONAN

1
0.8

BKA

0.6

BKB

0.4
0.2
0
0

10

15

20

25

0.62
0.6
0.58
0.56

MELETAKKAN

0.54

BKA

0.52

BKB

0.5
0.48
0.46
0

10

15

20

25

3.

Perhitungan Stasiun Kerja Terpilih

4.

Peta Kerja Setempat

B. Pembahasan
Roti Bangkit merupakan industri yang berskala rumahan. Industri ini
berlokasi di Jalan janti Blok O. Industri pembuatan Roti Bangkit berdiri sejak tanggal
1997 yang didirikan oleh Bapak Asep, beliau tinggal di Solo, karena lokasi industri
yang berada di Yogyakarta maka Bapak Asep memberikan tanggung jawab penuh
industrinya kepada Bapak Dedek. Industri pembuatan Roti Bangkit memiliki
kapasitas produksi sebanyak 16000 bungkus per hari.
Dalam melakukan praktikum ini langkah pertama yang harus di lakukan
adalah menentukan stasiun kerja yangakan di amati sebagai objek kajian, misalnya
dalam home industri pembuatan Roti Bangkit dilakukan pengamatan study waktu
terhadap setiap elemen kerjanya. Data study waktu yng diambil dari setiap elemen
kerja adalah sebanyak 20 siklus atau lebih. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah data waktu yang diamati sudah memenuhi kecukupan data melalui uji
kecukupan data atau belum, apabula setelah di uji dengan uji kecukupan data, data
yang di peroleh belum memenuhi maka data yang ada harus di tambah lagi dengan

data yang baru. Untuk membuat kumpulan data lebih rapi maka data yang telah
diambil kemudian dimasukkan kedalam table data yang berisi nomer operasi dan
waktu operasi. Setah itu, ketika semua data sudah dinyatakan cukup maka data
tersebut dapat masuk dalam langkah berikutnya yaitu penentuan raiting factor dan
allowance factor

dari setiap elemen kerja

yang dapat di tentukan berdasarkan

pengamatan. Raiting factor dapat di peroleh dengan mengamati dan membandinkan


dengan pekerja lain yang bekerja normal. Allowan di perlukan pekerja unce factor
dengan mencatat jumlah waktu yang di perlukan pekerja (di stasiun kerja yang di
amati) untuk tidak bekerja ( bukan pada jam istirahat), di bandingkan dengan total
jam kerjanya. Kemudian dari data 20 siklus yang mencukupi dapat dihitung waktu
normal dan waktu baku yang dapat di ambil dari setia elemen kerja, kemudian
dilakukan pengevaluasian berdasarkan peta kerja yang dibuat dan pembuatan peta
kerja tangan kiri tangan kanan.
Dalam industri pembuatan Roti Bangkit terdapat beberapa stasiun kerja,
stasiun kerja yang terdapat pada industri pembuatan Roti Bangkit yaitu stasiun
penimbangan, penimbangan dilakukan oleh seorang pekerja dengan menggunakan
alat timbangan, bahan yang di timbang meliputi gula, garam, mentega, ragi, obat
pengembang , dan air. Pekerja melakukan kegiatan penimbangan dengan posisi
berdiri. Kemudian bahan bahan yang sudah di timbang akan di satukan dalam mesin
pengadukan pada stasiun kerja pengadukan, bahan bahan yang akan diaduk diangkat
terlebih dahulu dan dimasukkan dalam mesin pengaduk. Mesin pengaduk dioprasikan
oleh 1 orang pekerja dengan posisi badan sesekali membungkuk dan tangan
membolak balik adonan. Pekerjaan ini dilakukan kurang lebih selama 7 menit dalam
sekali siklus pengadukan dengan kapasitas pengadukan kurang lebih 35kg. Kemudian
adonan diangkat oleh seorang pekerja dari elemen pengadukan untuk dipindahkan ke
tempat adonan yang telah di siapkan. Adonan diangkat dengan menggunakan kedua
tangan diangkat setinggi panggul pekerja. Untuk selanjutnya adonan akan mengalami
proses selanjutnya namun sebelumnya adonan di diamkan terlebih dahulu di dalam
tempat adonan selama 10 menit agar adonan mengembang. Kemudian setelah adonan
mengembang adonan sebanyak 12,5kg di pindahkan oleh satu orang pekerja yang

mengoprasikan mesin rolling pemindahan dilakukan dengan cara manual dengan


mengangkat adonan ke mesin perollinga dengan menggunakan kedua tangan dengan
posisi pekerja membungkuk dan kemudian berdiri, kemudian saat melakukan
perolingan pekerja mengangkat adonan kemudian di lemparkan ke bagian atas mesin
rolling agar adonan terrolling ke bawah , perollingan dilakukan selama 3-4 menit
sampai adonan kalis. Setelah adonan kalis, maka adonan dipindahkan ke meja
pembentukan sebelum di bentuk adonan yang kalis di potong menjadi bagian kecil
oleh seorang pekerja agar mudah di bentuk. Setelah di potang potong adonan di
bentuk menjadi bulat penbentukan dilakukan di atas meja produksi dan dilakukan
oleh 8 pekerja. Dengan posisi kerja berdiri tegak dengan posisi tangan di bawah bahu,
lurus dengan panggul. Setelah itu, adonan yang telah di bentuk di tata dengan rapi
kedalam Loyang kemudian Loyang diantar kebagian pemanggangan oleh I pekerja.
Pemindah Loyang dilakukan dengan menggunakan troli. Sebelum pemanggangan
adonan yang telah di bentuk diolesi terlebih dahulu ngan menggunakan campuran ait,
gula dan telur. Pengolesan silakukan oleh seorang pekerja dengan bantuan kuas.
Setelah pengolesan adonan didiamkan selama 5jam agar adonan mengembang.
Pengembangan dilakukan di ruangan pengovenan dengan di tutupi terpal. Setelah 5
jam apabila cuaca pada hari itu baik maka pengovenan dapat dilakukan pada pukul
14.00 dengan lama pengovenan selama 3 menit dan dilakukan oleh 2 pekerja. Setelah
dioven, adonan yang telah di oven, di angkat dan didinginkan di ruangan depan
dengan bantuan kipas angina dan sebagian dengan bantuan angina alami. Setelah
pendinginan, apabila roti sudah mulai dingin maka, roti siap di beri selai atau isian,
setelah semua roti diberi selai maka untuk proses selanjutnya roti siap untuk di kemas
dan di simpan pada Loyang-loyang yang sudah bersih.
Dalam praktikum studi wartu dan studi gerak terdapat suatu istilah yang
sangat berpengaruh pada penelitian seperti yang pertama adalah waktu baku atau
waktu standar. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar bagi seorang
pekerja yang normal untuk menyelesaikan pekerjaan yang dijalankan dengan system
yang terbaik dan dengan waktu yang terbaik.

Kelebihan metode waktu baku:


1

Proses perhitungan lebih cepat

Setiap jenis gerakan waktunya diketahui

Biayanya lebih murah

Kekurangan motode waktu baku:


1

Dibutuhkan ketelitian bagi seorang pengamat yang melakukan perhitungan,

karena akan mempengaruhi hasil perhitungan.


2

Terjadi ketidak wajaran dalam proses perhitungan waktu yang dapat

disebabkan oleh kondisi pekerja dan situasi tempat kerja ( kondisi pekerjaan)
Istilah yang kedua yaitu waktu normal, yang di maksud dengan waktu normal
adalah waktu siklus yang diberi factor penyesuaian. Yang ketiga adalah raiting factor.
Raiting factor adalah suatu pendekatan umum yang berguna untuk mengevaluasi dan
membandingkan berbagai alternatif lokasi. Dan yang selanjutnya adalah allowance
factor. Yang dimaksud dengan allowance factor merupakan factor kelonggaran di
mana pekerja boleh berhenti bekerja ( saat waktu bukan istirahat). Contohnya pekerja
di beri waktu sesaat untuk ke kamar mandi, minum, mengelap keringat dll.
Kelonggaran
menghilangkan

diberikan

untuk

rasa fatique,

dan

tiga

hal yaitu

untuk

hambatan-hambatan

kebutuhan
yang

pribadi,

tidak

dapat

dihindarkan.Ketiga faktor tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:


1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum
sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan
teman sekerja sekadar untuk menghilangkan ketegangan dalam kerja. Besarnya
kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari
satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian ternyata
besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan fatique

Rasa lelah tercerminn antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah
maupun kualitas. Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih
besar dari normal dan ini akan menambah lelah. Bila hal ini terus berlangsung maka
anggota tubuh yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan kerja sama sekali
walaupun diinginkan. Adapun hal-hal yang diperlukan pekerja untuk menghilangkan
lelah adalah melakukan peregangan otot, pergi keluar ruangan untuk menghilangkan
lelah dan lain sebagainya.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari hambatan yang
tidak

dapat

dihindarkan

karena

berada

diluar

kekuasaan

pekerja

untuk

mengendalikannya. Perhitungan kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak


terhindarkan dilakukan dengan suatu teknik sampling tersendiri karena besarnya
hambatan untuk kejadian semacam ini sangat bervariasi dari suatu pekerjaan ke
pekerjaan lain bahkan satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain. Beberapa contoh
keterlambatan yang tak dapat dihindarkan antara lain: menerima petunjuk dari
pengawas, melakukan penyesuaian mesin, mengasah peralatan potong, dan lain
sebagainya.
Aplikasi industri dalam sekala besar atas adanya studi waktu dan studi gerak
yang baik adalah sebagai rangka mencapai efisiensi waktu dan peningkatan volume
produksi, dasar penentuan upah standar bagi pekerja, daras penentuan mesin
produksi, penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan luas dan tata letak prodiksi.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada stasiun kerja pembentukan elemen kerja untuk tangan kanan meliputi
mengambil adonan, memutar-mutar adonan,sedangkan untuk tangan kiri
meliputi memutar-mutar adonan dan meletakkan adonan
2. Pada saat mengambil adonan hanya digunakan tangan kiri sehingga adonan
yang telah diambil hanya sedikit.
3. Waktu siklus stasiun kerja pembentukan sebesar 2,790 s
Waktu normal pada pekerja untuk elemen kerja mengambil adonan adalah
1,10055 s, elemen kerja memutar-mautar adonan adalah 1,4835 s, elemen
kerja meletakkan adonan adalah 0,6072 s
Rating factor sebesar 0,18. Allowance factor sebesar 18%
Waktu baku pada pekerja untuk elemen kerja mengambil adonan adalah1,207
s, elemen kerja memutar-mautar adonan adalah 1,627 s, elemen kerja

meletakkan adonan adalah 0,667 s.

4. Menurut hasil diskusi yang kami lakukan analisa kerja menggunakan tangan
kiri tangan kanan pada stasiun kerja pengolesan mentega sudah cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2000. Pengukuran Waktu Kerja. Dalam


http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=9&submit.x=9&submit.y=12&
submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fj iunkpe%2F s
1%2 Ftmi%2F2000%2Fj iunkpe-ns-s1 -2000-25495100-12713
-peningkatan- chapter2.pdf. Diakses pada 22 Maret 2013 pukul 21. 47 WIB.
Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study : Design and Measurement of Work.
New York :John Wiley and Sons.
Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta : Grasindo
Hurst, Kenneth S. 2006. Engineering Design Principles. Elsevier Ltd. England.
Niebel, Benjamin (1993). Motion Study and Time Study. McGraw-Hill Book
Co. New York.
Miller, D. M. dan Schmidt, J. W. 1984. Industrial Engineering and Operational
Research. John willey and Sons. USA
Supardan. 1996. Ilmu teknologi dan Etika Cetakan Kedua. Jakarta: Gunung Mulia.

Wignjosoebroto, Sritomo, M.Sc. 2003 Ergonomi, Studi Gerak dan Studi


Waktu. Surabaya : Guna Widya.
Sutalaksana,dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Teknik Industri Institut Teknologi
Bandung. Bandung
Wignjosoebroto, Iftikar, dkk.1995. Ergonomi, Study Gerak dan Waktu TeknikAnalisa
untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta: Penerbit Guna Widya.

Anda mungkin juga menyukai