Anda di halaman 1dari 26

Nanoparticle Synthesis dengan Supercritical Alcohol

Kelompok 10
Rayonal Atmaja

6213015

Michael Alan6213084
Annisa Rachma

6213119

PENDAHULUAN
Saat ini, pengembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari
dunia akademik maupun dari dunia industri. Salah satu bidang yang menarik
minat banyak peneliti adalah pengembangan metode sintesis nanopartikel.
Nanopartikel dapat terjadi secara alamiah ataupun melalui proses sintesis oleh
manusia.
Dua hal utama yang membuat nanopartikel berbeda dengan material sejenis
dalam ukuran besar yaitu:
1) Karena ukurannya yang kecil, nanopartikel memiliki nilai perbandingan
antara luas permukaan dan volume yang lebih besar jika dibandingkan
dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Ini membuat nanopartikel
bersifat lebih reaktif
2) Ketika ukuran partikel menuju orde nanometer, maka hukum fisika yang
berlaku lebih didominasi oleh hukum- hukum fisika kuantum.

PENDAHULUAN
Aplikasi dari nanopartikel, khususnya dalam logam
nanopartikel
dapat
digunakan
untuk
katalis,
mikroelektronik, material magnetik, magnetic storage,
next generation display, optoelektronik, dll.

PENDAHULUAN
Secara garis besar, pembentukan metal nanoparticles
dapat dilakukan dengan metoda top down (fisika) dan
bottom up (kimia).
1) Metoda fisika (top down) yaitu dengan cara memecah
padatan
logam
menjadi
partikel-partikel
kecil
berukuran nano.
2) Metoda kimia (bottom up) dilakukan dengan cara
menumbuhkan partikel-partikel nano mulai dari atom
logam yang didapat dari prekursor molekular atau
ionik. Beberapa proses yang tergolong dalam metode
kimia yaitu hidrotermal, solvotermal dan penggunaan

PENDAHULUAN
Metode hidrotermal menggunakan air sebagai pelarut
diatas titik didihnya.
Metode solvotermal melibatkan penggunaan pelarut
pada suhu dan tekanan diatas titik didihnya.
Pada metode penggunaan fluida superkritik, fluida atau
pelarut digunakan pada suhu dan tekanan diatas titik
kritisnya.

PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, telah dilakukan studi tentang fluida
superkritik (SCF) sebagai media untuk sintesis nanomaterial
(nanopartikel), karena SCF ini memiliki keunikan seperti: gas-likedisffusivity, viskositas rendah dan liquid-like-density. Terdapat banyak
pelarut dalam SCF seperti air, CO2, alkohol, dll.
Bila dibandingkan dengan fluida superkritik lainnya, sc-alkohol
memiliki beberapa keunggulan. Sc-alkohol dengan rantai karbon yang
rendah, seperti metanol dan etanol dapat digunakan sebagai solvent
sekaligus reducing agent, sehingga tidak diperlukan penambahan
reducing agent. Selain itu, nanopartikel yang dihasilkan dari
penggunaan scMeOH ukuran partikelnya lebih seragam dibandingkan
dari penggunaan scH2O.

PERBANDINGAN TEKNOLOGI FLUIDA


SUPERKRITIK DENGAN
KONVENSIONAL

Fluida superkritik memiliki viskositas yang rendah


seperti gas. Sehingga tahanan dari fluida pelarut kecil.
Fluida superkritik memiliki densitas yang tinggi seperti
liquid.
Fluida superkritik memiliki diffusivitas reaktan yang
tinggi. Sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap
peningkatan daya larut.
Fluida superkritik tidak memiliki tegangan permukaan.
Sehingga memiliki kemampuan daya larut yang tinggi.

PERBANDINGAN TEKNOLOGI FLUIDA


SUPERKRITIK DENGAN
KONVENSIONAL
Fluida superkritik memiliki reaktivitas yang tinggi.
Fluida superkritik ramah lingkungan.
Fluida superkritik mudah digunakan dan sangat cepat.
Bila dibandingkan dengan metode reduksi fasa larutan
yang konvensional dengan menggunakan alkohol
dengan kondisi refluks, sintesis nanoparticles
menggunakan supercritical alcohol menghasilkan
partikel perak (Ag) dengan ukuran 1-2 kali lebih besar.

KEUNGGULAN SUPERKRITIK
ALKOHOL DIBANDINGKAN
SUPERKRITIK LAINNYA

Bila dibandingkan dengan superkritik lainnya superkritik


alcohol jauh lebih aman dan tidak memerlukan
penambahan reducing agent.
Bila
dibandingkan
dengan
superkritik
lainnya,
superkritik
alcohol
akan
menghasilkan
metal
nanoparticle yang lebih murni karena sifatnya yang
sekaligus sebagai reducing agent.
Bila dibandingkan dengan superkritik lainnya, dengan
menggunakan
sc-alcohol
akan
menghasilkan
menghasilkan partikel yang berbentuk lebih bulat atau
seperti bola yang relatif lebih kecil dan seragam.

Keunggulan Superkritik Metanol


Dibandingkan Superkritik Etanol
Temperature kritis dari methanol lebih kecil
dibandingkan dengan temperature kritis, dimana
temperature kritis dari metanol sebesar 239oC dan
etanol sebesar 243oC.
Persen yield yang dihasilkan dari superkritik methanol
lebih tinggi dibandingkan dengan superkritik etanol.
Superkritik methanol bereaksi lebih cepat dibandingkan
dengan superkritik etanol.
Selain itu dilihat dari bentuk partikelnya sc-MeOH
memiliki bentuk partikel yang lebih bagus dibandingkan
dengan sc-EtOH.

HASIL SINTESIS NANOPARTIKEL


DENGAN MENGGUNAKAN
SUPERKRITIK ALKOHOL

PEMBAHASAN
Kim dkk. (2009) melakukan penelitian tentang proses sintesis metal
nanoparticles dengan sc-alkohol pada kondisi tekanan 300 bar,
temperatur 400oC dan waktu reaksi selama 5 menit.
Jenis metal nanoparticles yang dapat disintesis adalah tembaga (Cu),
nikel (Ni) dan perak (Ag).
Material yang digunakan pada proses ini adalah tembaga (II) nitrat
(Cu(NO3)23H2O), nikel (II) nitrat (Ni(NO3)26H2O) dan perak nitrat
(AgNO3).
Reaksi sintesis metal nanoparticles ini berlangsung di high-pressure
tube reactors dengan volume didalamnya sebesar 11,2 mL. Temperatur
didalam reaktor dipantau menggunakan thermocouple tipe K.

PEMBAHASAN
Sintesis dilangsungkan secara batch tanpa penambahan hidrogen ataupun
agen pereduksi lain yang berbahaya.
Proses sintesis dimulai dari reaktor diisi dengan 4 ml larutan nitrate metals
0,05 M dan direndam didalam molten salt bath yang temperaturnya dijaga
pada 400oC.
Setelah reaksi dijalankan selama 5 menit, reaktor didinginkan dalam cold
water bath.
Metal nanoparticles yang telah dihasilkan didalam reaktor selanjutnya
dikumpulkan dan dimurnikan melalui 3 siklus dekantasi dan sentrifugasi
menggunakan metanol atau etanol.
Nanoparticles kemudian dikeringkan dan dianalisis menggunakan X-ray
Powder Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy (SEM).

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa bila dibandingkan dengan proses sintesis
menggunakan scH2O yang menghasilkan logam dalam bentuk oksida (CuO,
NiO), scMeOH menghasilkan metal nanoparticle yang murni (Cu, Ni, Ag).
Pada proses sintesis menggunakan scH 2O dibutuhkan reducing agent seperti
asam format untuk menghilangkan logam oksida sehingga laju produksi
logam nanopartikel akan berkurang.
Selain itu, scMeOH juga menghasilkan partikel berbentuk bulat/bola yang
relatif kecil dan seragam bila dibandingkan dengan partikel yang dihasilkan
dari scH2O dengan bentuk yang berbeda dan memiliki ukuran partikel yang
besar juga memiliki rentang yang jauh di antara setiap ukuran partikelnya.
Diameter rata-rata pertikel Cu yang dihasilkan adalah 420 119 nm,
sementara untuk partikel Ni adalah 50 10 nm.

PEMBAHASAN
Hasil dari proses sintesis menggunakan scMeOh juga
dibandingkan dengan proses sintesis menggunakan
scEtOH. scEtOH menghasilkan partikel Ag yang lebih
seragam dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan
dengan scMeOH.
Diameter rata-rata partikel Ag dengan menggunakan
scMeOH adalah sebesar 390114 nm sementara pada
penggunaan scEtOH adalah sebesar 32073 nm.

PEMBAHASAN
Lebih lanjut, Choi dkk. (2010) melakukan penelitian sintesis metal
nanoparticles menggunakan supercritical methanol dengan proses
kontinu.
Proses sintesis dilakukan pada continous flow reactor pada suhu
yang bervariasi yaitu antara 150-400 oC dan tekanan pada 30 MPa.
Reaktor yang digunakan memiliki diameter sebesar 8 mm,
ketinggian dalam sebesar 290 mm, volume sebesar 14,58 cm3
dengan material penyusunnya adalah stainless steel 316.
Tekanan didalam reaktor diatur menggunakan back-pressure
regulator, sementara suhu dalam reaktor ditingkatkan sampai suhu
yang diinginkan menggunakan furnace.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel Ni
dapat disintesis pada temperatur 400oC, sedangkan
campuran nikel hidroksida dan Ni dapat disintesis pada
temperatur yang lebih rendah yakni 250-350oC.
Nanopartikel Ag dapat disintesis pada temperatur diatas
150oC.
Sementara nanopartikel Cu disintesis pada temperatur
reaksi diatas 300oC.

PEMBAHASAN
Ni nanoparticle
Pada temperatur lebih tinggi, kekuatan reduksi scMeOH pada sintesis
nanopartikel Ni menjadi lebih besar sehingga scMeOH dapat lebih banyak
menghasilkan logam murni (zero valent metal). Ion hidroksida (OH-) yang
terdapat pada scMeOH berperan sebagai reducing agent.
Pada temperatur 250-300oC, partikel Ni yang dihasilkan berbentuk
bola/bulat.
Sementara saat temperatur dinaikkan sampai 350oC bentuk bola/bulat
tidak terlihat lagi dan bentuk partikel menjadi berbeda-beda.
Perubahan bentuk partikel yang signifikan terjadi pada temperatur 400 oC
dimana partikel memiliki bentuk angular dan ukuran partikel 2 kali lebih
besar dibandingkan pada proses batch.

Nanopartikel Ni yang dihasilkan pada temperatur reaksi: a) 250oC b) 300oC c) 350oC d) 400oC

PEMBAHASAN
Cu nanoparticle
Pada sintesis nanopartikel Cu, partikel Cu tidak terbentuk pada temperatur
dibawah 200oC.
Saat temperatur reaksi 250oC, partikel yang terbentuk adalah tembaga
oksida (CuO dan Cu2O) dan tembaga (Cu). Dari adanya kehadiran tembaga
oksida, maka mengindikasikan bahwa reducing power scMeOH pada
temperatur 250oC tidak cukup besar untuk menghasilkan logam Cu murni.
Pada temperatur dibawah 250 oC, bentuk partikel Cu yang dihasilkan
adalah campuran berbentuk bola dan pipih.
Pada saat temperatur dinaikkan sampai 300 oC, bentuknya menjadi tidak
beraturan sedangkan pada temperatur 400 oC pertikel menjadi lebih kecil
dan seragam dengan bentuk bola/bulat.

Nanopartikel Cu yang dihasilkan pada temperatur reaksi: a) 250 oC b) 300oC c)


350oC d) 400oC

PEMBAHASAN
Ag nanoparticle
Pada sintesis nanopartikel Ag, logam Ag telah terbentuk
pada kondisi subkritik metanol yaitu pada 150oC.
Pada temperatur antara 150 dan 250oC, kristal
terbentuk dengan bentuk yang tidak beraturan.
Sementara bentuk partikel Ag yang lebih seragam dan
kecil dihasilkan pada temperatur 400oC.

Nanopartikel Ag yang dihasilkan pada temperatur reaksi: a) 150oC b) 250oC c) 400oC

STATUS KOMERSIALISASI
Sampai saat ini, sintesis nanopartikel menggunakan superkritik alkohol
belum komersial di dunia dan masih dalam tahap penelitian serta
eksperimen lebih lanjut. Namun, terdapat beberapa peneliti yang telah
melakukan penelitian mengenai sintesis nanopartikel ini, contohnya:
Slostowski, dkk
(2012) mensintesis nanopartikel cerium oksida
menggunakan alkohol sebagai pelarutnya.
Kumar, dkk (2015) mensintesis nanopartikel
MoS2 menggunakan
superkritik etanol.
Kim, dkk (2009) juga mensitesis nanopartikel logam, seperti Ni, Cu, Ag
menggunakan scEtOH dan scMeOH secara batch.
Choi, dkk (2010) mensintesis nanopartikel logam, seperti Ni, Cu, Ag
menggunakan scMeOH secara kontinu.

TANTANGAN DAN FUTURE


RESEARCH
Semakin banyak dilakukan percobaan-percobaan untuk dapat membuat alat yang
lebih terjangkau oleh perusahaan sehingga teknologi superkritik ini dapat
diterapkan dalam berbagai industri.
Semakin banyak dilakukan penelitian mengenai teknologi superkritik ini terutama
untuk dapat menaikkan yield produksi, sehingga semakin banyak industri yang
melirik alternative superkritik ini.
Dalam bidang sintesis nanopartikel menggunakan superkritik alcohol lebih banyak
dilakukannya penelitian untuk dapat lebih banyak mensintesis nanopartikel.
Tantangan yang mungkin dihadapi dalam melakukan penelitian
ini adalah
pendanaan penelitian karena alat yang digunakan untuk teknologi superkritik ini
mahal.
Selain itu juga ada tantangan lain dari keterbatasan bahan baku, sehingga
penelitian lebih lanjut mengenai teknologi superkritik dapat terganggu.

KESIMPULAN
Sintesis metal nanoparticles menggunakan sc-alcohol
dapat dilakukan pada tekanan 30 MPa (300 bar) dan
temperatur berkisar antara 150-400oC bergantung pada
partikel logam yang diinginkan.
Penggunaan
sc-alcohol
untuk
sintesis
metal
nanoparticles
memiliki
beberapa
keunggulan
dibandingkan dengan penggunaan sc-H2O yaitu tidak
diperlukannya reducing agent yang berbahaya dan
dapat menghasilkan partikel dengan ukuran yang lebih
kecil dan seragam dengan bentuk partikel seperti bola
(bulat).

Anda mungkin juga menyukai