Anda di halaman 1dari 10

Studi Komparatif Fragility Curve

Desain Bangunan Beton Bertulang SRPMK dan SRPMM Wilayah Jakarta


dengan peraturan RSNI 03-1726-201x
Muhammad Rilly Aka Yogi
Program Studi Magister Teknik Sipil
Institut Teknologi Bandung
rilly.yogi@gmail.com

Abstrak
Sering dengan perkembangan pengukuran resiko kegempaan maka terdapat perubahan metode desain struktur
dari uniform risk-hazard (SNI 03-1726-2003) kepada konsep uniform risk-collapse (RSNI 03-1726-201x).
Konsep uniform risk-hazard dikembangkan berdasarkan kemungkinan terlampauinya suatu beban gempa desain
tertentu. Sedangkan konsep uniform risk-collapse dikembangkan berdasarkan terlampauinya suatu tingkat resiko
kehancuran tertentu.
Kalkulasi tingkat resiko dilakukan bersesuaian dengan konsep performance based design (PBD) melalui analisis
fragility curve. Performance based design memberikan nilai-nilai limit state kerusakan struktur seperti
immediate occupancy (IO), life safety (LS), dan collapse prevention (CP). Kemudian pada ketiga kriteria
tersebut masing-masing dilakukuan analisis fragility curve yang berasal dari sekumpulan data drift hasil analisis
time history. Adapun tingkat resiko ditentukan melalui fragility curve dan PSHA curve pada wilayah tersebut.
Salah satu poin perubahan pada transformasi ketentuan ini adalah mengenai penerapan metode desain struktur
SRPMK dan SRPMM pada wilayah Jakarta. Pada masing-masing prosedur desain dilakukan perhitungan tingkat
resiko kehancuran struktur dengan model struktur yang identik. Desain dan perhitungan tingkat resiko dilakukan
menggunakan software analisis struktur ETABS sesuai dengan prosedur kalkulasi tingkat resiko yang meliputi
beberapa tahap yaitu permodelan, pembebanan, pushover analysis, time history analysis, dan kalkulasi
keandalan struktur. keseluruhan tahap dilakukan sesuai dengan peraturan desain yang bersesuaian.
Kata kunci: Resiko kegempaan, uniform risk-hazard, uniform risk-collapse, pracetak, fabrikasi, kegagalan,
performance based design (PBD), fragility curve, PSHA curve, SRPMK, SRPMM, pushover, time history
analysis, keandalan struktur.
Abstract
Since the developing of method on calculating earthquake risk, it implies the transformation of the building
design regulation from uniform risk-hazard (SNI 03-1726-2003) into uniform risk-collapse (RSNI 03-1726201x). Which are the uniform risk-hazard is developed based on the probability of exceedance at a certain
seismic load, meanwhile the uniform risk-collapse is developed based on the probability of exceedance at a
certain building degree of collapse under seismic load.
Risk calculation is generated using performance based design (PBD) through fragility curve analysis.
Performance based design provides several values of collapse limit state such as immediate occupancy (IO), life
safety (LS), dan collapse prevention (CP). Fragility curve is analysed from this three categories through the
group of drift data from time history analysis. At the end of calculation, the degree of building risk is calculated
from the output of fragility curve and zonal seismic PSHA curve.

In general, this transformation implies some changes to the design metodologies including the methodology of
designing the special and intermediate moment frame in seismic zone of Jakarta. This case now be checked by
measuring the degree of risk through one identical model. Analysis is developed using ETABS with step by step
procedures are modelling, loading design, pushover analysis, time history analysis, and reliability calculation.
This procedures is generated according to the proper background of regulation.
Keywords: Earthquake risk, uniform risk-hazard, uniform risk-collapse, performance based design (PBD),
fragility curve, PSHA curve, SRPMK, SRPMM, pushover analysis, time history analysis, reliability.

Pendahuluan
Perkembangan desain gempa telah dijelaskan dalam ASCE 7-05, bahwa gempa rencana ditetapkan sebagai
gempa dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun dan periode ulang
gempa 2500 tahun adalah sebesar 2%. Tetapi dalam desain uniform risk-hazard, gerakan tanah tidak selalu
menghasilkan bangunan dengan probabilitas kehancuran (collapse) 1% dalam 50 tahun. Hal ini menuntut maka
dikembangkan perencanaan gempa dengan falsafah uniform risk-collapse melalui analisis kurva fragility.
Penelitian dilakukan untuk meninjau kembali parameter sebaran data dan fragility curve serta tingkat resiko
kegempaan bangunan yang didesain dengan SRPMK dan SRPMM. Adapun case yang digunakan adalah desain
bangunan wilayah kegempaan Jakarta dimana menurut ketentuan RSNI 03-1726-201x wilayah ini tidak lagi
diizinkan menggunakan desain SRPMM melainkan menggunakan desain SRPMK.
PBD
Desain kinerja struktur adalah proses kontrol desain untuk mengetahui kinerja struktur pada saat gempa kuat
rencana terjadi dimana struktur tidak boleh mengalami under design. ATC-40 dan NEHRP membagi kinerja
struktur dalam beberapa kategori sesuai dengan parameter rasio antara deformasi atap struktur terhadap tinggi
total struktur pada titik performance point. Besarnya limit ini diberikan sebagaimana pada tabel 1.
Tabel 1 Deformation limit ATC-40

Pushover Analysis
Analisis pushover adalah analisis lateral statik non linier dimana struktur dibebani oleh gaya lateral (untuk
mempresentasikan gaya gempa) dengan distribusi sesuai dengan asumsi desain, sampai struktur runtuh akibat
gaya lateral tersebut. Beban lateral diberikan secara bertahap (incremental) sehingga proses urutan sendi plastis
pada struktur dapat terbentuk secara bertahap pula. Urutan terjadinya sendi plastis merupakan verifikasi dalam
desain. Pada umumnya sendi plastis pada balok terbentuk terlebih dahulu dan urutan terakhir adalah sendi
plastis pada kolom dasar, sehingga daktilitas maksimum struktur tercapai. Bila ternyata perilaku struktur tidak
seperti yang diharapkan pada desain maka desain harus diulang sedemikian rupa sehingga terjadi proses iterasi
pada desain sampia iterasi konvergen. Hasil akhir dari analisis pushover adalah berupa plot antara gaya geser
dasar (base shear) dan deformasi atap struktur (Xroof).

Time History Analysis


Time history merupakan sekumpulan data rekaman hubungan antara percepatan terhadap waktu yang diperoleh
dari akselograph pada saat terjadi gempa. Percepatan hasil rekam gempa ini bervariasi terhadap waktu. Hal ini
menunjukkan karakteristik dari gempa yang terjadi. Adapun rekam data time history merupakan salah satu jenis
dari beban dinamik. Oleh karenanya input beban gempa desain dapat dilakukan dengan menggunakan time
history analysis dimana struktur yang didesain diberikan percepatan pada permukaan tanah sesuai dengan rekam
percepatan terhadap waktu dari data time history. Sehingga akibat dari percepatan ini respon struktur dapat
diamati dan melalui teori dinamika dapat di kuantifikasi.
PSHA Analysis
PSHA adalah probabilitas untuk melampaui parameter gerakan tanah akibat gempa di suatu lokasi untuk periode
waktu tertentu berdasarkan data-data gempa yang dimiliki. Hasil dari PSHA ini dirangkum dalam suatu kurva
yang disebut hazard curve, dimana pada kurva ini akan ditunjukkan probabilitas untuk mendapatkan paling
tidak suatu kejadian gempa melebihi nilai dari suatu parameter gerakan tanah yang sudah ditentukan, yaitu
PGA.
Fragility Function
Fragility Function merupakan probabilitas terjadinya kerusakan komponen melampaui suatu batasan nilai
tertentu dari suatu EDP (Engineering Demand Parameter). EDP dapat berupa berbagai komponen pada struktur
yang dapat diukur untuk mengetahui tingkat kerusakan dan stabilitas struktur. Probabilitas ini digambarkan
sebagai suatu fungsi probabilistik Fdm(edp) pada suatu nilai EDP tertentu, dengan persamaan sebagai berikut:
atau

Probability of Collapse
Probability of collapse digunakan untuk mengkuantifikasi besarnya resiko desain struktur SRPMK dan SRPMM
di wilayah Jakarta. Pada dasarnya resiko didefinisikan sebagai ukuran ancaman yang diakibatkan dari berbagai
elemen ancaman yang ditinjau pada suatu rentang periode waktu tertentu.
.
Dimana hazard merupakan estimasi kuantitatif ground motion pada suatu lokasi atau wilayah berdasarkan
karakteristik seismik disekitar lokasi atau wilayah tersebut. Sedangkan vulnerability merupakan kemampuan
kehancuran (keterhancuran) struktur pada berbagai intensitas dari ground motion. Hazard diterapkan dengan
menggunakan PSHA analisis dimana output yang dihasilkan adalah hazard curve pada wilayah jakarta.
Sedangkan vulnerability diterapkan dengan menggunakan analisis fragility dimana output yang dihasilkan dari
analisis ini adalah kurva fragility. Secara matematis probability of collapse diberikan melalui persamaan
berikut;

Dimana

merupakan hazard curve dan

merupakan fragility curve.

Desain Struktur
Bangunan yang didesain adalah struktur gedung 8 lantai. Struktur dimodelkan berupa rangka portal tiga dimensi
(ruang) dual sistem dimana menggunakan shear wall pada ke empat bagian pinggir bangunan. Jarak antar

kolom pada arah x dan y struktur ini adalah sebesar 7.2 m dan dengan tinggi lantai sebesar 3.75 m. Jumlah
kolom yaitu sebanyak 6 kolom pada kedua arah x dan y. Masing masing kolom terdekat dihubungkan dengan
balok utama. Selain itu pada setiap bentang tersebut terdapat balok balok anak untuk mengefektifkan tebal
pelat lantai yang di gunakan.
Material yang digunakan adalah beton dengan fc = 35 MPa dan beton = 2400 kg/m3 serta baja tulangan dengan
fy baja = 400 MPa. Sesuai dengan perilaku lump mass pada analisis dinamik struktur dan agar terjadi deformasi
bersama pada elemen-elemen lantai, maka di gunakan diafragma pada masing-masing lantai struktur. Untuk
mengakomodasi perilaku nonlinear pada analisis pushover maka pada masing-masing elemen struktur
diaplikasikan hinge elemen. Hinge ini hanya diterapkan pada elemen balok dan kolom struktur.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983, untuk
beban hidup pada lantai gedung ditentukan adalah kategori c yaitu lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko,
toserba, restoran, hotel, asrama, dan rumah sakit. Besarnya beban adalah 250 kg/m 2. Sedangkan untuk beban
hidup pada atap dan beban mati superimpossed masing-masing adalah 100 kg/m2 dan 24 kg/m2. Adapun beban
angin ditentukan berdasarkan kecepatan angin yang wilayah geografis struktur. Ketentuan yang digunakan pada
permodelan adalah UBC 97 dimana digunakan beban angin sebesar 25 kg/m2. Selain itu dugunakan pula beban
angin pada dua arah x dan y.
Beban gempa yang digunakan mengacu pada RSNI 03-1762-201x yang pula mengacu pada IBC 2006. Berbeda
dengan SNI 03-1726-2002 yang mengacu pada UBC 97, spektra gempa ditentukan dengan mendefinisikan
periode pendek dan periode panjang pada wilayah kegempaan jakarta. Besarnya perioda pendek dan perioda
panjang pada wilayah ini adalah Ss = 0.7 dan S1 = 0.3. Prosedur selanjutanya untuk mendefinisikan grafik
respons spektra desain ditentukan sesuai ketentuan RSNI 03-1762-201x sebagai berikut:

Ditentukan besarnya Fa dan Fv masing-masing adalah 1.24 dan 1.8. Diketahui bahwa kelas situs jakarta adalah
kelas D maka diperoleh SMS = 0.868 dan S1 = 0.54. Selanjutanya ditentukan besarnya parameter percepatan
spektral SDS = 0.5786 dan SD1 = 0.36. Plot nilai spektrum respons desain adalah sebagai berikut

Gambar 1 Spektrum respons desain

Sesuai dengan ketentuan SNI 03-1726-2003 faktor reduksi R yang digunakan untuk SRPMK adalah sebesar R =
8.5 dan SRPMM adalah R = 5.5. Secara umum tidak ada perbedaan lainnya mengenai spesifikasi pada desain
bangunan. Input pembebanan yang digunakan serta spesifikasi arsitektural struktur sesuai dengan bagian
sebelumnya. Tahap selanjutnya setelah diperoleh diagram gaya-gaya dalam struktur adalah iterasi dimensi
penampang dan penulangan elemen. Iterasi ini dilakukan hingga konvergen pada persentase penulangan sebesar
1% 3% luas penampang elemen kolom.

Menurut SNI 03-1726-2002 pasal 5.6 mengenai pembatasan waktu getar alami fundamental T1 bergantung pada
untuk wilayah gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah tingkat n menurut persamaan berikut
. Diketahui Jakarta berada pada wilayah gempa 4 dengan = 0.17. Sehingga batas waktu getar alami
fundamental T1 = 1.36 detik. Selain itu didalam SNI 03-1726-2002 pasal 6.1.2 mengenai beban gempa nominal
statik ekivalen, apabila kategori gedung adalah memiliki faktor keutamaan I, maka besarnya gaya geser dasar
nominal statik ekivalen V yang terjadi pada tingkat dasar adalah sesuai persamaan berikut

. Dimana

C1 adalah nilai faktor response gempa yang didapat dari spektrum response gempa rencana untuk waktu getar
alami fundamenal T1, sedangkan Wt adalah berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai. Hasil desain
struktur diberikan pada tabel 2 dan tabel 3 berikut.

Tabel 2 Hasil perhitungan gaya geser dasar


nominal statik ekivalen
KRITERIA
PERIODE MODE 1
SPEKTRA AKSEL, Sa
KEUTAMAAN STR, I
FAKTOR REDUKSI, R
GAYA GESER, V

SRPMK
SRPMM
1.108
1.1169
0.324909747 0.322320709
1
1
8.5
5.5
370.6386919 604.7492491

Tabel 3 Properti geometri serta output bangunan


struktur SRPMK dan SRPMM
KRITERIA
FAKTOR REDUKSI, R
BALOK ANAK
BALOK UTAMA
KOLOM UTAMA
BOUNDARY SW
PELAT
DINDING GESER
BERAT STRUKTUR

SATUAN
detik
Ton

SRPMK
8.5
300X200
600X500
750X750
750X750
150
300
9696.32

SRPMM
5.5
300X200
500x600
850X850
850X850
150
400
10319.29

SATUAN
mm
mm
mm
mm
mm
mm
Ton

Adapun penulangan pada shear wall diterapkan berbeda pada struktur SRPMK dan SRPMM. Hal ini dilakukan
guna mengakomodir komposisi serapan beban diantara kolom dan shear wall yaitu sebesar masing-masing 25%
dan 75%. Untuk perhitungan kapasitas penampang aktual shear wall dihitung dengan menggunakan software
analisis elemen Response 2000. Properti dan kurva momen kurvatur hasil analisis diberikan pada gambar 2.
Tampak bahwa momen desain shearwall SRPMK lebih besar daripada momen desain shearwall SRPMM.
Moment-Curvature

Moment-Curvature

120000.0
180000.0
100000.0
Moment (kNm)

Moment (kNm)

150000.0
80000.0
60000.0
40000.0

90000.0
60000.0

20000.0
0.0
0.0

120000.0

30000.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

0.0
0.0

6.0

Curvature (rad/km)

0.6

1.2

1.8

2.4

3.0

3.6

Curvature (rad/km)

Gambar 2 Momen kurvatur shear wall struktur SRPMK dan SRPMM

Evaluasi desain terhadap persentase serapan gaya lateral gempa diantara kolom dan shear wall memberikan
hasil bahwa komposisi serapan kedua struktur SRPMK dan SRPMM relatif sama yaitu sebesar 25% untuk
kolom dan 75% untuk shear wall.
Setelah iterasi dimensi dan penulangan elemen konvergen, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis
pushover pada struktur SRPMK. Iterasi analisis pushover dilakukan hingga konvergen pada terbentuknya

mekanisme strong column weak beam yaitu plastifikasi terjadi pada bagian balok terlebih dahulu kemudian
disusul dengan plastifikasi pada bagian kolom struktur dan shear wall. Iterasi ini pada umumnya dilakukan
dengan mengubah besarnya dimensi penampang balok yang digunakan pada struktur. Sebagaimana diketahui
bahwa struktur SRPMM tidak perlu dilakukan analisis pushover karena struktur ini tidak mengharuskan
terjadinya mekanisme strong column weak beam.
Adapun plot hasil analisis pushover untuk kedua struktur SRPMK dan SRPMM diberikan berupa grafik
hubungan antara gaya geser dasar terhadap deformasi lantai 8 struktur sebagaimana pada gambar 3. Kurva ini
kemudian dievaluasi untuk mengkuantifikasi parameter-parameter kapasitas dan deformasi aktual desain.
Perameter-parameter ini adalah sebagai berikut; Vy, leleh pertama gaya geser dasar, Vn, gaya geser daktail
desain, m, deformasi maksimum ultimit, y, deformasi pada saat leleh,

. Besarnya

parameter-parameter ini ditentukan secara grafis sesuai dengan output analisis pushover ETABS yang diberikan
pada tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4 Rekapitulasi parameter-parameter


kapasitas dan deformasi aktual desain
Variabel
Gradien Elastik
Vy
Vn
m
y
f1

SRPMK
24101.67
1176.63
1617.931
0.5706
0.0506
0.727244
11.27668
8.200894

SRPMM
24927.37
2392.16
2571.598
0.5674
0.122
0.930223
4.65082
4.326301

Gambar 3 Kurva gaya geser dasar struktur elastik


dan reduksi inelastik pushover terhadap
deformasi lantai 8 struktur SRPMK dan SRPMM

Kalkulasi Keandalan Struktur


Analisis time history digunakan utnuk mengamati deformasi struktur akibat beban riwayat waktu. Beban
diwakilkan melalui nilai PGA yang divariasikan sebanyak 37 data ground motion pada rentang 0 hingga 1.35 g.
Keseluruhan data diambil dari database PEER Barkeley melalui situs resminya sebagaimana pada tabel 5.
Analisis time history dilakukan dengan menggunakan software analisis struktur ETABS terhadap struktur yang
telah didesain pada bagian sebelumnya. Output yang diamati adalah drift yang terjadi pada diafragma lantai
puncak struktur, yaitu pada lantai 8. Adapun plot output hasil analisis pada grafik sebaran data diberikan pada
gambar 4 dan gambar 5 serta parameter data diberikan pada tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 5 Properti data ground motion PEER


Barkeley
SHORT NO EARTHQUAKE
HIST01
HIST02
HIST03
HIST04
HIST05
HIST06
HIST07
HIST08
HIST09
HIST10
HIST11
HIST12
HIST13
HIST14
HIST15
HIST16
HIST17
HIST18
HIST19
HIST20
HIST21
HIST22
HIST23
HIST24
HIST25
HIST26
HIST27
HIST28
HIST29
HIST30
HIST31
HIST32
HIST33
HIST34
HIST35
HIST36
HIST37

15
8
4
14
13
27
12
30
31
24
26
38
9
10
6
5
34
37
11
7
2
22
16
21
23
25
33
20
28
35
18
32
36
17
19
29
3

TAIWAN SMART
FRIULI ITALY
CHALFANT VALLEY
NEW ZEALAND
NORTHRIDGE
LIVERMORE2
NORTHERN CALIF
NPALMSPRING1
NPALMSPRING2
KOCAELI
LIVERMORE
WHITTIER1
IMPERIAL VALLEY
KOBE JAPAN
DINAR TURKEY
CHI-CHI
PARKFIELD
WESTMORELAND
MAMMOTH LAKES
DUZCE TURKEY
BIG BEAR
IMPVALLEY ELCENTRO
VICTORIA MEXICO
GAZLI
KOBE
LANDERS
NORTHRIDGE
DUZCE
LOMA PRIETA
SUPERSTITION HILL
CHICHI
NORTHRIDGE0.8
TABAS IRAN
CHICHI 0.8
COALINGA
MORGAN HILL
CAPE MENDOCINO

TANGGAL

MAGNITUDE

PGA (g)

21/09/1983
06/05/1976
20/07/1986
05/03/1984
17/01/1994
24/01/1980
03/10/1941
08/07/1986
08/07/1986
17/08/1999
27/01/1980
01/10/1987
19/05/1940
16/01/1995
01/10/1995
20/09/1999
28/06/1966
26/04/1981
25/05/1980
12/11/1999
28/06/1992
15/10/1979
09/06/1980
17/05/1976
16/01/1995
28/06/1992
17/01/1994
12/11/1999
18/10/1989
24/11/1987
20/09/1999
17/01/1994
16/09/1978
20/09/1999
22/07/1983
24/04/1984
25/04/1992

6.5
6.5
5.77
5.5
6.69
5.8
6.4
6.06
6.06
7.51
5.42
5.99
6.95
6.9
6.4
7.62
6.19
5.9
6.06
7.14
6.46
6.53
6.33
6.8
6.9
7.28
6.69
7.14
6.93
6.54
7.62
6.69
7.35
7.62
5.77
6.19
7.01

0.0291
0.0294
0.0548
0.0756
0.0879
0.1066
0.1147
0.129
0.1692
0.1741
0.2279
0.2547
0.2584
0.2668
0.3034
0.3596
0.3768
0.4134
0.4193
0.4273
0.5031
0.5379
0.5722
0.6438
0.7105
0.7214
0.7636
0.7662
0.7835
0.7931
0.794
0.8026
0.8128
0.8199
0.9482
0.9652
1.3455

PGV
(cm/sec
4.14
1.33
2.55
3.72
8.64
13.17
5.28
8.51
12.15
28.45
11.47
19.87
31.74
21.66
33.17
52.07
23.92
41.41
21.39
70.77
31.09
56.8
27.06
61.5
77.83
111.05
73.99
59.68
77.15
36.89
71.98
74.13
98.2
87.21
40.61
68.35
90.38

PGD
(cm)
0.78
0.43
0.48
0.36
1.81
4.13
1.39
1.22
2.23
25.84
1.2
4.04
18.01
7.6
7.5
20.95
3.85
10.89
4.64
47.3
4.01
32.99
10.85
20.8
18.87
188.32
31.15
17.69
42.67
5.84
18.17
16.32
62.15
27.98
5.91
10.21
27.79

Gambar 4 Plot sebaran data hubungan drift


terhadap PGA struktur SRPMK

Gambar 5 Plot sebaran data hubungan drift


terhadap PGA struktur SRPMM
Tabel 6 Parameter sebaran data hubungan
drift terhadap PGA struktur SRPMM
PARAMETER
miu ()
tho ()
lamda ()
ksi ()

SRPMK
0.004872892
0.003188648
-5.50227275
0.597000914

SRPMM
0.005438811
0.003744529
-5.40818771
0.622885017

Untuk membuat kurva fragility dari drift output analisis time history, ditentukan terlebih dahulu limit state batas
performance struktur yang dalam hal ini digunakan ketentuan daro ATC-40. Performance struktur ini dibagi
kedalam 3 kategori, yaitu immediate occupancy (IO), life safety (LS), dan colapse prevention (CP). Dari ketiga
kategori tersebut ditentukan masing-masing limit state performance IO, LS, CP adalah sebesar 0.005, 0.008, dan
0.01. Dengan menggunakan nilai ini dan data hubungan drift terhadap PGA pada bagian sebelumnya, ditentukan
probability terlampaunya nilai masing-masing limit state tersebut.
Terdapat dua alternatif asumsi distribusi yang digunakan untuk plot data fragility curve, yaitu distribusi normal
dan distribusi lognormal. Kedua distribusi ini perlu diuji untuk mengetahui goodness of fit secara statistik.
Terdapat berbagai metode uji, dua diantaranya adalah uji Chi-Square dan uji Kolmogorov-Smirnov atau K-S test.
Oleh karena sajian data adalah distribusi kumulatif, maka metode uji keabsahan distribusi yang digunakan
metode Kolmogorov-Smirnov. Diketahui F(x) adalah fungsi distribusi kumulatif yang diuji. Dalam uji
Kolmogorov-Smirnov, selisih maksimum antara Sn(x) dan F(x) untuk seluruh rentang X merupakan pengukur
perbedaan antara model teoritis dan data pengamatan. Persamaan ini adalah sebagai berikut:

Adapun distribusi yang digunakan adalah distribusi yang memiliki Dn yang paling kecil. Plot hasil perhitungan
uji kedua distribusi normal dan lognormal ini diberikan pada gambar 6.

Gambar 6 Plot data S-K Test drift struktur SRPMK dan SRPMM

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Dn max struktur pada kedua struktur SRPMK dan SRPMM untuk
distribusi lognormal lebih kecil daripada distribusi normal, yaitu distribusi normal sebesar 0.19 dan sebesar 0.08
untuk struktur SRPMK pada distribusi lognormal. Sedangkan untuk struktur SRPMM distribusi normal sebesar
0.17 dan lognormal sebesar 0.09. Sehingga distribusi yang digunakan untuk plot fragility curve adalah distribusi
lognormal.
Plot hasil perhitungan fragility function diberikan pada gambar 7 untuk masing-masing IO, LS, dan CP. Kurva
ini merupakan grafik hubungan antara probability of exceedance dari masing-masing performance terhadap
PGA atau yang kita kenal dengan fragility curve. Hasil yang diperoleh pada kedua struktur cenderung identik
akan tetapi akibat dari nilai sentral sebaran data yang dihasilkan berbeda maka masing-masing performance
memiliki probability yang berbeda pula. Selain itu diketahui data analisis seismic hazard wilayah jakarta
diberikan pada gambar 8 yang meliputi periode pendek (Ss) dan periode panjang (S1). Data ini dikembangkan
melalui analisis geoteknik yang merupakan fungsi dari perameter gempa radius tertentu pada kota Jakarta.

Gambar 8 Hazard curve wilayah Jakarta untuk


periode pendek (Ss) dan panjang (S1)

Gambar 7 Kurva fragility struktur SRPMK


dan SRPMM

Hasil perhitungan perkalian untuk masing masing struktur SRPMK dan SRPMM disajikan melalui grafikgrafik pada gambar 9 dan gambar 10. Adapun probability of collapse struktur merupakan luasan area dari kurva
distribusi probability of collapse. Hasil penjumlahan tersebut adalah; untuk struktur probability of collapse
struktur SRPMK untuk masing-masing IO, LS, dan CP adalah 0.72, 0.37, dan 0.25. Sedangkan probability of
collapse struktur SRPMM untuk masing-masing IO, LS, dan CP adalah 0.82, 0.41, dan 0.3.

Gambar 9 Kurva distribusi probability of


collapse struktur SRPMK

Gambar 10 Kurva distribusi probability of


collapse struktur SRPMM

Dari hasil perhitungan tampak bahawa probability of collapse struktur SRPMK relatif lebih besar dari pada
struktur SRPMM. Akan tetapi kedua struktur ini tetap berada pada angka yang diizinkan yaitu sebesar 1%.
Selain itu pula untuk masing-masing kriteria IO, LS, dan CP kedua struktur memiliki trend nilai yang relatif
serupa pada kedua jenis struktur.

Evaluasi
Secara umum terdapat berbagai ketidakpastian dalam analisis struktur. Hal ini meliputi berbagai parameter yang
berlaku yang berupa sebaran data probabilistik. Beberapa diantaranya adalah beban, fc, fy, jumlah data,
permodelan struktur. Variasi dari masing-masing data ini diwakilkan melalui suatu parameter sebaran data
tertentu sesuai dengan parameter yang diamati. Akibat dari parameter-parameter ini, maka terdapat beberapa
jenis parameter sebaran data yang berkontribusi terhadap nilai secara keseluruhan. Nilai keseluruhan ini
ditentukan melalui persamaan berikut

Dimana indeks Load merupakan beban, indeks f merupakan kekuatan material, indeks data merupakan jumlah
data yang digunakan pada analisis, dan indeks model merupakan sistem permodelan struktur.
Penelitian ini sesuai dengan set analisisnya dikembangkan untuk mengkuantifikasi besaran Load. Hal ini
mengingat variasi yang diterapkan pada analisis ini adalah variasi 37 jenis ground motion dengan besaran
kekuatan material, jumlah data, dan permodelan struktur tertentu (deterministik). Sehingga hasil sebaran drift
yang diperoleh merupakan fungsi dari suatu sebaran parameter pembebanan saja. Dilain hal, terdapat berbagai
teori probabilistik yang menjelaskan mengenai kuantifikasi masing-masing besaran f, data, dan model. Dari
berbagai research diketahui bahwa rentang besaran masing-masing parameter f, data, dan model adalah 0.15
0.3, 0.11, dan 0.1

Dengan menggunakan hasil yang telah diperoleh pada penelitian ini dan dengan mengambil nilai-nilai ekstrim
sesuai dengan rentang besaran masing-masing parameter f, data, dan model, maka melalui persamaan sebelumnya
besarnya struktur untuk struktur SRPMK adalah 0.6784 dan struktur SRPMM adalah 0.7046.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.

Nilai sebaran data drift hasil analisis time history desain struktur SRPMK dan SRPMM, melalui
parameter beta () adalah; untuk struktur SRPMK = 0.597 sedangkan struktur SRPMM = 0.623.
Probability of collapse struktur SRPMK pada kategori IO, LS, CP masing-masing adalah 0.72, 0.37,
dan 0.25. Sedangkan struktur SRPMM pada kategori IO, LS, CP masing-masing adalah 0.819, 0.41,
dan 0.3.

Dilain hal terdapat banyak aspek yang masih dapat dikembangkan dari penelitian ini. Salah satu yang dapat
dikembangkan adalah mengenai penggunaan M-V curve yang bervariasi sesuai dengan M-V curve aktual
masing-masing elemen. Selain itu akurasi dari tools yang digunakan masih dapat dikembangkan lebih lanjut
untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Semoga penelitian ini dapat memberikan dampak positif bagi
kemajuan state of the art keilmuan teknik sipil.
Referensi
Akkar, S., Sucuoglu, H., Yakut, A. (2005). Displacement-Based Fragility Function for Low- and Mid-rise
Ordinary Concrete Buildings. Earthquake Engineering Research Institute
ATC-58. Developing Fragility Function for Building Components.Applied Technology Council
ATC-58. Engineering Demand Parameters for Structural Framing Systems. Applied Technology Council
Budiono, B. (2008). Rekayasa Kegempaan. Penerbit ITB
Chopra, A. (2005). Earthquake Dynamics of Structures. A Primer. Second Edition. EERI
http://www.vibrationdata.com/elcentro.htm
Imran, I., Hendrik, F. 2010. Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa. Penerbit ITB
Luco, N., Karaca, E. (2007). Extending the USGS National Seismic Hazard Maps and Shake Maps to
probabilistic building damage and risk maps. USGS
Luco, N. et al. (2007). Risk-Targeted versus Current Seismic Design Maps for the Conterminous United States.
SEAOC
Porter, K., Kennedy, R., Bachman, R. (2007). Creating Fragility Function for Performance-Based Earthquake
Engineering. Earthquake Engineering Research Institute
RSNI 03-1726-201x. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung
SNI 03-1726-2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung

10

Anda mungkin juga menyukai