Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan.Tujuan pembangunan tersebut
dapat dicapai dengan menyelenggarakan program pembangunan nasional secara
berkelanjutan, terencana dan terarah.Pembangunan kesehatan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional.Visi pembangunan nasional yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah mewujudkan Indonesia sehat
tahun

2010.Tujuan

diselenggarakannya

pembangunan

kesehatan

adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. (Depkes RI, 2004).
MenurutAmerican Diabetes Association(ADA) 2003, diabetes melitus
merupakan

suatu

kelompok

penyakit

metabolik

dengan

karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.Diabetes melitus adalah suatu penyakit
metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan karena defek
sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan
sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita DM. Di masa mendatang,
diantara penyakit degeneratif diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak
menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. WHO membuat
perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun
berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun
2025 jumlah tersebut akan membengkak menjadi 300 juta orang (Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III, 2006).
2. Rumusan Masalah
Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada usia lanjut. Di
Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5
juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes melitus. Menurut penelitian

epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes


di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan
kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan oleh karena peningkatan
kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu
saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang
kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Indonesia akan
menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak
12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.
Menurut penjelasan di buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Bab Diabetes
Melitus di Indonesia, dikatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk
Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes
yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena :
a)
b)
c)
d)

faktor demografi
gaya hidup yang kebarat-baratan
berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin
panjang
Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya

perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka


upaya yang baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya
pencegahan pada diabetes ada tiga jenis, antara lain :
a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah
timbulnya hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes
melitus atau pada populasi.
b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya
dengan screening. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak
terdiagnosis dapat terjaring.
c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan
akibat komplikasi tersebut.
Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui
pendekatan masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat
umum dan pendekatan individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu

yang beresiko mengidap diabetes (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,
2006).

3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Beteleme terhadap diabetes
melitus sehingga dapat dilakukan promosi kesehatan sebagai pencegahan primer
atau sekunder bagi masyarakat yang tidak menderita diabetes melitusataupun
untuk masyarakat yang menderita diabetes melitus tetapi tidak berobat rutin.
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi penyusun, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes melitus dan perlunya
mengenali diabetes melitus lebih dini untuk menekan prevalensi penyakit
diabetes melitus di masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula
darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak
adekuat atau fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan
3

dari keduanya. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang
paling sering ditemukan di praktek, diperkirakan sekitar 90% dan semua
penderita diabetes melitus di Indonesia (Soegondo, 2005).
2. Epidemiologi Diabetes Mellitus
Menurut survei yang dilakukan oleh WHO, Indonesia menempati urutan
ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar setelah India, Cina, dan
Amerika Serikat. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah
penderita dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030. Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) memperkirakan, jumlah
penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa.
Dengan prevalensi penderita diabetes pada daerah urban sebesar 14,7% dan
daerah rural sebesar 7,2%, diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penderita
diabetes sebesar 8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural.
Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada
tahun 2030, jumlah penduduk yang berusia di atas 20 tahun sekitar 194 juta.
Dengan asumsi prevalensi diabetes pada urban (14,7%) dan rural (7,2%)
diperkirakan terdapat 12 juta penderita diabetes di daerah urban dan 8,1 juta
di daerah rural (Anonim, 2006a). Sedangkan dari data Depkes, jumlah pasien
diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan
pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI, 2005). Jumlahnya
meningkat seiring dengan bentuk gaya hidup, pola konsumsi makanan yang
tidak sehat termasuk diantaranya kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi junk
food, dan lain-lain (Wardani et al,2007). Soewondo (2005), menyatakan
bahwa stres stres yang dialami penderita baik fisik maupun mental
berhubungan dengan sakitnya dan secara tidak disadari atau tidak langsung
dirasakan oleh orang tua dan keluarga penderita, maka akan timbul suatu
kesalahan kesalahan sikap keluarga dan penderita.
3. Etiologi Diabetes Melitus

Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka


intoleransi terhadap glukosa juga meningkat.Peningkatan kadar gula darah
pada usia lanjut dapat disebabkan oleh :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang


Resistensi insulin
Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.
Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
Adanya faktor keturunan

4. Patofisiologi Diabetes Melitus


Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Supaya berfungsi, maka bahan makanan harus dioleh
dalam proses yang dinamakan metabolisme. Dalam proses ini, dibutuhkan
insulin yang berfungsi memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan
sebagai bahan bakar.
Pada DM tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.Pada
DM tipe 2 jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit danglukosa dalam darah menjadi meningkat.
5. Gambaran Klinis Diabetes Melitus
Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Keluhan lain yang dapat ditemukan antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Gangguan penglihatan: katarak


Kelainan kulit: gatal dan bisul-bisul
Kesemutan, rasa baal
Kelemahan tubuh
Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
Infeksi saluran kemih. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah

genital ataupun daerah lipatan kulit akibat jamur.


g) Penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal.
Kriteria diagnostik diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa
menurut WHO 1985:
a) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) >= 200mg/ dl, atau
b) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) >= 126 mg/dl, atau

c) Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75
gram pada TTGO.
6. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes melitus yang dapat ditemukan, antara lain :
a) Hipoglikemia. Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang
terjadi dan ditandai dengan kadar gula darah di bawah 50-60 mg/dl.
b) Infeksi. Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena bakteri tumbuh
baik jika kadar glukosa darah tinggi dan pertahanan tubuh rendah.
c) Komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah.
d) Kerusakan pada ginjal (Nefropati). Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan
kenaikan kadar kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara 2% sampai
7,1% pasien diabetes melitus. Adanya proteinuria yang persisten tanpa adanya
kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik.
e) Kerusakan saraf (Neuropati)
f) Kerusakan pada mata (Retinopati)
7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan baik
hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 % dapat diobati
dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa sebagian
besar DM pada lanjut usia adalah tipe II dan dalam penatalaksanaannya perlu
diperhatikan secara khusus, baik cara hidup pasien, keadaan gizi dan
kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada atau tidaknya
komplikasi DM.
Tujuan pelaksanaan DM meliputi enam hal, yaitu :
a. Memperpanjang hidup penderita dan menghilangkangejala penyakit.
b. Mengusahakan penderita DM hidup bermasyarakatsenormal mungkin.
c. Mengusahakan dan Mempertahankan statusmetabolisme yang baik.
d. Mencegah komplikasi DM.
e. Menghilangkan faktor resiko lain.
f. Skrining adanya komorbid (Asdie, 2000).
Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :

a. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan


kepada pasien dan keluarganya.
b. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.
c. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi
(200-220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya terjadinya
hipoglikemia
d. Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
hipoglikemi.
e. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama 2-4 minggu jika tidak terkontrol gula darahnya maka diberikan obat
anti diabetes oral.
f. Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
1. Edukasi, meliputi: pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,
perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihaapi.
2. Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan lemak
20-25%.
3. Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan umur
dan status kesegaran jasmani.
4. Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.
8. Strategi Pencegahan Diabetes Melitus
Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar
40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu
86-138% yang disebabkan oleh karena :
a)

b)

c)
d)

faktor demografi, antara lain :


jumlah penduduk meningkat
penduduk usia lanjut bertambah banyak
urbanisasi makin tak terkendali
gaya hidup yang kebarat-baratan
penghasilan per kapita tinggi dan restoran siap santap
sedentary life style
berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin
panjang
Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya
perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya,
maka upaya yang baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya
pencegahan pada diabetes ada tiga jenis, antara lain :

a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah


timbulnya hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes
melitus atau pada populasi.
b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya
dengan tes penyaringan. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya
tidak terdiagnosis dapat terjaring.
c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan

akibat komplikasi tersebut. Usaha ini meliputi :


mencegah timbulnya komplikasi
mencegah progresi dari komplikasi
mencegah kecacatan tubuh
Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui
pendekatan masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat
umum dan pendekatan individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu
yang beresiko mengidap diabetes.

a) Pendekatan populasi/masyarakat
Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain mendidik
masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup
beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi
untuk mencegah penyakit lain sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target
populasinya sangat luas, oleh karena itu harus dilakukan tidak hanya oleh
profesi tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat.
b) Pendekatan individu beresiko tinggi
Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu yang beresiko
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

mengidap diabetes melitus. Antara lain :


umur > 40 tahun
gemuk
hipertensi
riwayat keluarga DM
riwayat melahirkan bayi >4 kg
riwayat DM pada saat kehamilan
dislipidemia
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi
sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat.
Cakupannya menjadi sangat luas.Yang bertanggung jawab bukan hanya
profesi tetapi seluruh lapisan masyarakat.Pada pencegahan sekunder,
8

penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer pun harus
dilakukan, ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di
pusat-pusat pelayanan kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas.
Pada tahun 1994, WHO menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan
cara skrining dimasukkan ke dalam upaya pencegahan sekunder agar supaya
bila diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah.(Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III, 2006).
Lingkungan yang mempengaruhi perilaku tidak hanya terbatas pada
lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan psikologis, sosial, ekonomi dan
budaya. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi cara hidup sehat manusia.
Sehingga peran keluarga seperti sikap, perilaku dan partisipasi keluarga
dipandang sebagai naluri untukmelindungi anggota keluarga yang sakit.Ada
semacamhubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatananggotanya
bahwa peran serta keluarga sangat pentingbagi setiap aspek perawatan
kesehatan anggota keluargamulai dari segi strategi pencegahan sampai
faserehabilitasi (Sundari dan Setyawati, 2006).Mengingat DM adalah
penyakit

selama

hidup,

makapengawasan

dan

pemantauan

dalam

penatalaksanaanDM pada setiap saat menjadi penting.Oleh karena itumaka


penatalaksanaan penderita DM tidak dapatsepenuhnya diletakkan pada
pundak dokter dan klinissaja. Dalam hal ini partisipasi penderita DM
dankeluarganya sangat diperlukan khususnya dalamorientasinya pada upaya
mengembalikan penderita DMke dalam situasi sehat atau paling tidak
mendekati
normal (Waspadji, 2005).
Upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengankombinasi antara
pengaturan diet, olah raga, obat antidiabetik, penilaian kontrol, dan
pendidikan. Keberhasilanpenatalaksanaan DM juga ditentukan oleh peranan
aktifdari penderita DM sendiri, keluarganya danmasyarakatnya dalam
pengontrolan DM, pencegahankomplikasi akut maupun kronik serta
pembiayaanya.

9. Kerangka Pengumpulan Data


2.9.1 Skema Pengumpulan Data

Pengertian DM

Faktor-faktor
resiko DM
Pasien / masyarakat
sekitar yang datang
ke Puskesmas

Gejala DM

Akibat DM
Cara
pencegahan
DM

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

10

1. Jenis Penelitian
Mini project ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui pembagian
kuesioner kemudian edukasi secara individual terutama pada subjek yang
tidak mengerti tentang diabetes melitus tetapi memiliki faktor resiko
menderita penyakit tersebut. Pada mini project ini ditujukan sebagai sarana
mengaplikasikan pencegahan primer atau sekunder dalam penyakit diabetes
melitus.

2. Waktu dan Tempat Penelitian


Mini project ini dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus - 7 September 2015
di Puskesmas Beteleme.

3. Populasi Penelitian
Populasi mini project adalah masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah
Puskesmas Beteleme dan diambil secara acak yaitu masyarakat yang berobat
ke Puskesmas Beteleme.
4. Sampel Penelitian
Sampelmini projectdiambil dari masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah
Puskesmas Beteleme yang berobat ke Puskesmas dan diambil secara acak.
Subjek terdiri dari 13 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Subjek dengan
usia 41-50 tahun berjumlah 11 orang, yang berusia 51-60 tahun berjumlah 7
orang, yang berusia 61-70 tahun berjumlah 7 orang, yang berusia 71-80 tahun
berjumlah 5 orang. Subjek mini project didapatkan dengan teknik mengambil
sampel dari pasien yang berobat di Puskesmas Beteleme.

11

5. Metode Pengumpulan data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembagian
kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu
penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum atau orang banyak. Kuesioner yang digunakan merupakan
kuesioner

tertutup

sebanyak

18

pertanyaan

mengenai

pengetahuan

masyarakat tentang penyakit Diabetes Melitus, yang dilakukan tanpa edukasi


dan penyuluhan sebelumnya.
6. Metode Pengukuran Data
Pengukuran dilakukan melalui kuisonerdengan jumlah pertanyaan 18 buah
dengan ketentuan:
a. Jawaban Benar Sekali dan Benar dimasukkan ke kriteria Baik.
b. Jawaban Kurang Benar dan Salah dimasukkan ke kriteria Kurang.
c. Jawaban Tidak Tahu dimasukkan ke kriteria Tidak Tahu.

BAB IV
HASIL
1. GambaranUmumPuskesmas Beteleme

12

Puskesmas Beteleme diresmikan tanggal 08 Mei 1978terletak di Desa


Beteleme wilayah Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara. Letak
geografis desa Beteleme berada di antara 02 14' LS dan 121 28' BT.
Batas Wilayah kerja Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo adalah :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Petasia
b.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lembo Raya dan Propinsi
Sulawesi Selatan
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mori Atas
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Petasia
Luas wilayah kerja Puskesmas Beteleme meliputi 14 Desa dengan luas
wilayah 1.332,84 Km2.
Dari hasil pendataan ke desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Beteleme
Kecamatan Lembo, di peroleh data jumlah penduduk di Kecamatan Lembo14.099
jiwa.
Sarana perhubungan di Wilayah Puskesmas Beteleme menggunakan
transportasi darat. Jarak terjauh daerah binaan 30 km,dan berdasarkan
kemudahan untuk menjangkau daerah binaan maka dapat dikelompokan menjadi
3 daerah :
a. Daerah

mudah

desa

Waraa,

Tingkeao,

Mora,

Uluanso,

Beteleme,Tinompo,Korompeeli, Lemboroma)
b. Daerah sedang : 3 desa ( Korowalelo, Korobonde, Lembobaru )
c. Daerah sulit : 3 desa ( Korowou, Kumpi, Wawopada )
Luasnya wilayah, sebaran penduduk yang tidak merata, tingkat pendidikan
dan sosial budaya serta kendala faktor alam sangat berpengaruh terhadap
pelayanan kesehatan dan timbulnya penyakit. Kurangnya sarana dan prasarana
pendukung kegiatan terutama tenaga yang handal di lapangan serta keterbatasan
alat kesehatan yang ada dan kurangnya alat penunjang diagnostik di Puskesmas
menambah panjang permasalahan kesehatan yang ada.
Keadaan jalan yang kurang baik merupakan salah satu masalah dalam
memberikan pelayanan kesehatan di lapangan. Rendahnya kompetensi yang

13

dimiliki petugas kesehatan di lapangan diharapkan dapat ditingkatkan dengan


program pelatihan maupun tugas belajar sehingga permasalahan dibidang
kesehatan dapat ditangani dengan sebaik- baiknya.
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwasubjekterdiridari30
orang responden yang terdiri dari 13 orang laki-laki(43,3%) dan 17 orang
perempuan (56,7%). Subjekdenganusia 41-50 tahunberjumlah11 orang (36,7%),
yangberusia 51-60 tahunberjumlah7 orang (23,3%), yang berusia 61-70
tahunberjumlah7 orang (23,3%), yangberusia 71-80 tahunberjumlah5 orang
(16,7%).Tabel 4.2.1menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin di Puskesmas Beteleme dan Tabel 4.2.2menunjukkan karakteristik
responden berdasarkan umur di Puskesmas Beteleme.
Tabel 4.2.1 DistribusiKarakteristikRespondenBerdasarkan Jenis Kelamin
No

Jenis Kelamin

Frekuensi

Persentase(%)

1.

Laki-laki

13

43,3

2.

Perempuan

17

56,7

30

100 %

Total

Grafik 4.2.1 DistribusiKarakteristikRespondenBerdasarkan Jenis Kelamin

14

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan
43%
57%

Tabel 4.2.2DistribusiKarakteristikRespondenBerdasarkan Usia


No

Umur

Frekuensi

Persentase(%)

1.

41-50 tahun

11

56,7

2.

51-60 tahun

23.3

3.

61-70 tahun

23,3

4.

70-80 tahun

16,7

Total

30

100

15

Grafik 4.2.2 DistribusiKarakteristikRespondenBerdasarkan Usia

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

14%
41-50 tahun

51-60 tahun

61-70 tahun

19%

71-80 tahun

47%

19%

3. Analisa Data Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang Penyakit


Diabetes Mellitus
Analisa data didapatkan dari hasil kuisioner. Kuesioner yang digunakan
merupakan kuesioner tertutup sebanyak 18 pertanyaan yang terdapat pada
Lampiran 1.
Tabel 4.3.1di bawah, dapat dilihat berdasarkan tingkat pengetahuan
responden terhadap penyakit Diabetes Mellitus yang terbagi dalam beberapa
kategori, yakni sebagai berikut :
Tabel 4.3.1 Kategori Kuisioner tentang Pengetahuan Diabetes Melitus
No

Pertanyaan

No
Kuisioner

Jumlah
soal

Pengertian penyakit Diabetes Mellitus

1,2

Faktor-faktor penyebab penyakit Diabetes


Mellitus.

3,4,5,6,7,8

16

Gejala-gejala penyakit Diabetes Melllitus

9,10,11

Akibat yang ditimbulkan penyakit Diabetes


Melllitus

12,13,17

Cara mencegah penyakit Diabetes Melllitus.

14,15,16,18

Jumlah
Tabel 4.3.2

18

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Pengertian Penyakit

Diabetes Mellitus

4.3.

No

Pengetahuan

Persentase(%)

1.

Baik

55

2.

Kurang

18,3

3.

Tidak Tahu

17,7

Total

100

Grafik
1
Distribusi
Tingkat

Pengetahuan tentang Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus

19%
Baik

Kurang
20%

Tidak Tahu

60%

17

Tabel 4.3.3

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Faktor-faktor Penyebab

Penyakit Diabetes Mellitus

4.3.

No

Pengetahuan

Persentase(%)

1.

Baik

32,2

2.

Kurang

33,3

3.

Tidak Tahu

34,5

Total

100

Grafik
2
Distribusi
Tingkat

Pengetahuan tentang Faktor-faktor Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Faktor-faktor Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus

Baik

35%

Kurang

33%

18

32%

Tidak Tahu

Tabel 4.3.4

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Gejala-gejala penyakit

Diabetes Mellitus

4.3.

No

Pengetahuan

Persentase(%)

1.

Baik

39,9

2.

Kurang

27,8

3.

Tidak Tahu

32,3

Total

100

Grafik
3
Distribusi
Tingkat

Pengetahuan tentang Gejala-gejala penyakit Diabetes Mellitus

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Gejala-gejala penyakit Diabetes Mellitus

Baik

32%

Kurang

28%

19

40%

Tidak Tahu

Tabel 4.3.5

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Akibat yang ditimbulkan

Penyakit Diabetes Mellitus


No

Pengetahuan

Persentase(%)

1.

Baik

49,9

2.

Kurang

15,5

3.

Tidak Tahu

34,6

Total
Grafik 4.3.4

100

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Akibat yang ditimbulkan

Penyakit Diabetes Mellitus

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Akibat yang ditimbulkan Penyakit Diabetes Mellitus

Baik

35%

Kurang

Tidak Tahu
50%

16%

20

Tabel 4.3.6Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Cara Mencegah Penyakit


Diabetes Mellitus
No

Pengetahuan

Persentase(%)

1.

Baik

47,5

2.

Kurang

26,7

3.

Tidak Tahu

25,8

Total

100

Grafik 4.3.5Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Cara Mencegah Penyakit


Diabetes Mellitus

Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Cara Mencegah Penyakit Diabetes Mellitus

26%
Baik

Kurang

Tidak Tahu
48%

27%

21

BAB V
PEMBAHASAN
MenurutAmerican Diabetes Association(ADA) 2003, diabetes melitus
merupakan

suatu

kelompok

penyakit

metabolik

dengan

karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan
sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes melitus.Menurut
penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia,
kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi
kenaikan kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan oleh karena
peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat
dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade
yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis.
Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap
diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding
tahun 1995. Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
a

Edukasi, meliputi: pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,


perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihadapi.

Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan


lemak 20-25%.

Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan


umur dan status kesegaran jasmani.

Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan


olahraga.
Komplikasi

diabetes

melitus

yang

dapat

ditemukan,

antara

lain:hipoglikemia, infeksi, komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh

22

darah, kerusakan pada ginjal (nefropati), kerusakan saraf (neuropati), dan


kerusakan pada mata (retinopati).
Jika melihat dari segi teori di atas, bahwa jelas jika mencegah lebih baik
daripada mengobati.Hal ini juga dikarenakan banyak komplikasi yang terjadi pada
penyakit diabetes melitus.Pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes
melitus, maka penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah edukasi
tentang perjalanan penyakitnya, olah raga dan perencanaan makan.Untuk itu,
dalam hal ini peran promosi kesehatan sangatlah penting dalam mencegah
penyakit diabetes melitus.
Daritotal 13 orang subjek laki-laki dan 17orang subjek perempuan yang
melakukan pengisian kuesioner, tingkat pengetahuan tentang pengertian penyakit
diabetes mellitus didapatkan yang berpengetahuan baik sebanyak 55%,
berpengetahuan kurang sebanyak 18,3% dan berpengetahuan tidak tahu sebanyak
17,7%. Dari hasil diatas diketahui bahwa lebih dari setengah responden
mengetahui apa itu penyakit diabetes mellitus.
Dari tingkat pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab penyakit diabetes
mellitus didapatkan yang berpengetahuan baik sebanyak 32,2%, berpengetahuan
kurang sebanyak 33,3% dan yang berpengetahuan tidak tahu sebanyak 34,5%.
Mengingat ada beberapa faktor resiko diabetes mellitus yang tidak dapat
dimodifikasi seperti umur dan keturunan. Oleh karena itu, sangat diperlukan
promosi kesehatan sebagai usaha pencegahan primer terhadap penyakit diabetes
mellitus seperti edukasi untuk mengurangi makanan yang mengandung banyak
glukosa, harus lebih banyak melakukan aktivitas seperti olahraga teratur,
mengurangi berat badan bagi mereka yang masuk kriteria obesitas.
Dari tingkat pengetahuan tentang gejala-gejala penyakit diabetes mellitus
didapatkan yang berpengetahuan baik sebanyak 39,9%, berpengetahuan kurang
sebanyak 27,8% dan yang berpengetahuan tidak tahu sebanyak 32,3%. Dari hasil
diatas masih banyak masyarakat yang kurang mengerti dan tahu tentang gejala
dari penyakit diabetes mellitus, untuk itu perlu dilakukan screening lebih lanjut
terhadap masyarakat diwilayah Beteleme yang memiliki resiko tinggi terkena
penyakit diabetes mellitus khususnya bagi mereka yang berumur lanjut, memiliki
keturunan yang mengidap diabetes mellitus dan memiliki gaya hidup yang buruk.

23

Dari tingkat pengetahuan tentang akibat yang ditimbulkan dari penyakit


diabetes mellitus didapatkan yang berpengetahuan baik sebanyak 49,9%,
berpengetahuan kurang sebanyak 15,5% dan yang berpengetahuan tidak tahu
sebanyak 34,6%. Dari hasil diatas didapatkan hasil yang agak berimbang antara
masyarakat yang tahu tentang akibat penyakit diabetes mellitus dan yang masih
kurang tahu / tidak tahu, oleh sebab itu perlu dilakukan tindakan lebih lanjut
tentang akibat-akibat dari diabetes mellitus seperti edukasi kepada penderita
diabetes mellitus bahwa harus berobat teratur dan selalu melakukan pengecekan
kadar glukosa darah secara teratur agar komplikasi diabetes mellitus seperti
diabetic foot, penurunan penglihatan dan gagal ginjal tidak terjadi.
Dari tingkat pengetahuan tentang cara mencegah penyakit diabetes
mellitus didapatkan yang berpengetahuan baik sebanyak 47,5%, berpengetahuan
kurang sebanyak 26,7% dan yang berpengetahuan tidak tahu sebanyak 25,8%.
Dari hasil diatas didapatkan masih banyak masyarakat yang tidak tahu tentang
cara mencegah penyakit diabetes mellitus, oleh karena itu perlu dilakukan
pendekatan kepada masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat
umum, antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan
menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk
mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus oleh karena itu
penulis menganggap pentingnya dilakukan pendekatan individu, terutama pada
individu yang beresiko tinggi, yang berarti semua upaya pencegahan yang
dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes melitus, antara lain
umur > 40 tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat DM pada saat
kehamilan, dan dislipidemia.
Tetapi mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang
kurang penulis melakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu
beresiko atau tidak dengan maksud sasaran pencegahan primer akan lebih sampai
kepada setiap orang yang belum mengerti mengenai apa itu diabetes melitus dan
bagaimana pencegahannya. Dengan begitu, penulis dapat melakukan penyuluhan/
promosi secara individual tentang diabetes melitus dan mengedukasi jika
menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu segera diperiksakan ke
Puskesmas.

24

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Beteleme
terhadap diabetes melitus belum merata. Oleh karena itu, diperlukan
adanya promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder
terhadap kejadian penyakit diabetes melitus, tidak hanya oleh petugas
kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat Beteleme tentang faktor resiko, gejala,
komplikasi dan cara pencegahan diabetes mellitus masih sangat kurang.
Oleh karena itu, promosi kesehatan primer nampaknya akan lebih
bermanfaat

jika

dilakukan

secara

individual

(seperti

konseling)

dibandingkan jika dilakukan melalui pendekatan populasi.


B. Saran
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang
akan sangat meningkat akibat kemakmuran, perubahan pola demografi, dan
urbanisasi. Pencegahan baik primer, sekunder, ataupun tersier merupakan upaya
yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini dengan melibatkan
berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan juga masyarakat
umum.Di wilayah sekitar Puskesmas Beteleme perlu dilakukan promosi kesehatan
terutama sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder dalam masyarakat
terhadap penyakit diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA

25

Asdie, A.H., 2000. Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2, Edisi
pertama, Penerbit Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Edisi IV.Jakarta : Penerbit FK UI.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2000. Penatalaksanaan Kedaruratan di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Penerbit FK UI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Jumlah Penderita Diabetes
Indonesia Ranking ke-4 di Dunia, http://www.depkes.go.id/index.php (diakses
tanggal 2 September 2015).
Ikatan Dokter Indonesia, 2011.Indonesian Doctors Compendium.Jakarta : CV
Matoari Citra Media.
Soegondo, S. 2005. Penatalaksaan Diabetes Mellitus Terpadu, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta.
Soewondo, P. 2005. Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus, dalam
Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
Sundari, S.,Setyawati, I., 2006. Peran Keluarga dalam Perawatan Penderita
Diabetes Mellitus secara Mandiri di Rumah, Journal Mutiara Medika, 6:2, 113121. .
Wardani, N, K,.Hadi,H.,Huriyati,E.,2007. Pola Makan dan Obesitas Sebagai
Faktor Resiko DM Tipe 2 di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Journal Gizi Klinik
Indonesia, 4:1,1-10.
Waspadji, S. 2005. Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional ,dalam
Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

26

LAMPIRAN

Kuisioner Tingkat Pengetahuan dan Perilaku


1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan.
2. Isilah titik dibawah ini dan Berilah tanda checklist () dengan sesuai
sebenarnya (Kuesioner A).
A. Kuesioner Data Demografi
Nama Inisial :
Umur : ....
Alamat :
1. Pendidikan terakhir
( ) Tidak sekolah

( ) SD

( ) SMP

( ) SMA

( ) Perguruan tinggi

27

2. Pekerjaan
( ) PNS

( ) Wiraswasta

( ) Buruh

( ) lainnya, sebutkan

Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Mellitus


Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/ Ibu paling yakini benar dengan
memberikan tanda silang ( X ) pada salah satu angka di bawah ini.
1. Penyakit Diabetes Mellitus adalah Penyakit kelebihan kadar gula dalam
darah.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

2. Penyakit Diabetes Mellitus disebut juga dengan penyakit kencing manis.


[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

3. Penyakit Diabetes Mellitus salah satunya disebabkan oleh mengkonsumsi


makanan yang mengandung manis.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

4. Usia semakin bertambah atau semakin tua adalah faktor yang


menyebabkan Penyakit Diabetes Mellitus.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

5. Salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit Diabetes Mellitus adalah


sering beraktifitas.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

28

[ 1 ] Tidak tau

6. Penyakit Diabetes Mellitus salah satunya juga bisa disebabkan karena


kurang atau tidak adanya hormon insulin.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

7. Umur, keturunan dari keluarga, dan berat badan/kegemukan merupakan


faktorfaktor penyebab timbulnya penyakit Diabetes Mellitus.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

8. Seseorang yang menderita penyakit Diabetes Mellitus dapat menurunkan


penyakit tersebut kepada anaknya atau keturunanya.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

9. Salah satu gejala penyakit Diabetes Mellitus adalah sering buang air kecil.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

10. Penglihatan kabur, mulut kering, dan berat badan menurun merupakan
gejala-gejala penyakit Diabetes Mellitus.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

11. Sering makan merupakan gejala dari penyakit Diabetes Mellitus.


[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

12. Diabetes Mellitus dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.


[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

29

[ 1 ] Tidak tau

13. Kerusakan organ ginjal dan Infeksi pada kaki hingga membusuk (luka
tidak cepat sembuh) merupakan akibat penyakit Diabetes Mellitus.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

14. Merokok dan alkohol merupakan hal hal yang harus dihindari oleh
penderita Diabetes Mellitus.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

15. Cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus adalah dengan olahraga rutin.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

16. Untuk pencegahan penyakit Diabetes Mellitus juga diperlukan


pemeriksaan kadar gula darah berkala atau teratur.
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

17. Seseorang yang menderita Diabetes Mellitus dapat terganggu


penglihatanya (matanya).
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

[ 1 ] Tidak tau

18. Direbus, dibakar, dan dikukus merupakan cara memasakak makanan yang
tidak dapat menyebabkan penyakit Diabetes Melitus .
[ 5 ] Benar Sekali

[ 3 ] Kurang Benar

[ 4 ] Benar

[ 2 ] Salah

30

[ 1 ] Tidak tau

Anda mungkin juga menyukai