Anda di halaman 1dari 16

Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh Salmonella

typhi . Penyakit ini ditularkan melalui


konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh tinja atau urin orang
yang terinfeksi. Gejala biasanya muncul 1-3 minggu setelah terkena, dan mungkin
ringan atau berat. Gejala meliputi demam
tinggi, malaise, sakit kepala, mual,
kehilangan nafsu makan ,sembelit atau
diare, bintik-bintik merah muda di dada
(Rose spots), dan pembesaran limpa dan
hati. Demam tifoid (termasuk para-tifoid)
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi,
S paratyphi A, S paratyphi B dan S
paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S
paratyphi, gejalanya lebih ringan
dibanding dengan yang disebabkan oleh S
typhi.

Demam typhoid timbul akibat dari infeksi


oleh bakteri golongan Salmonella yang
memasuki tubuh penderita melalui saluran
pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi
adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit,baik
ketika ia sedang sakit atau sedang dalam
masa penyembuhan.Pada masa
penyembuhan, penderita masih
mengandung Salmonella spp didalam
kandung empedu atau di dalam ginjal.
Sebanyak 5% penderita demam tifoid
kelak akan menjadi karier sementara,
sedang 2 % yang lain akan menjadi karier
yang menahun.Sebagian besar dari karier
tersebut merupakan karier intestinal
(intestinal type) sedang yang lain termasuk
urinary type. Kekambuhan yang yang
ringan pada karier demam tifoid,terutama
pada karier jenis intestinal,sukar diketahui
karena gejala dan keluhannya tidak jelas.

Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21
hari, walaupun pada umumnya adalah 1012 hari. Pada awal penyakit keluhan dan
gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
anoreksia
rasa malas
sakit kepala bagian depan
nyeri otot
lidah kotor
gangguan perut (perut kembung
dan sakit)

Keluhan
Pasien datang ke dokter karena demam. Demam turun naik terutama sore dan
malam hari (demam intermiten). Keluhan disertai dengan sakit kepala (pusingpusing) yang sering dirasakan di area frontal, nyeri otot, pegal-pegal, insomnia,
anoreksia dan mual muntah. Selain itu, keluhan dapat pula disertai gangguan
gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau diare, nyeri abdomen
dan BAB berdarah. Pada anak dapat terjadi kejang demam.
Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam kontinu) hingga minggu
kedua.
Faktor Risiko
Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.

Pemeriksaan Fisik
a. Suhu tinggi.
b. Bau mulut karena demam lama.
c. Bibir kering dan kadang pecah-pecah.
d. Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated tongue), jarang ditemukan
pada anak.
e. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
f. Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
g. Hepatosplenomegali.
h. Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh
peningkatan frekuensi nadi).

Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut


a. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis dengan
kesadaran seperti berkabut. Bila klinis berat, pasien dapat menjadi
somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis (organic brain
syndrome).
b. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih menonjol.

Pemeriksaan Penunjang
a. Darah perifer lengkap
Hitung lekosit total menunjukkan leukopeni (<5000 per mm3),
limfositosis relatif, monositosis, aneosinofilia dan trombositopenia
ringan. Pada minggu ketiga dan keempat dapat terjadi penurunan
hemaglobin akibat perdarahan hebat dalam abdomen.
b. Pemeriksaan serologi Widal
Dengan titer O 1/320 diduga kuat diagnosisnya adalah demam tifoid.
Reaksi widal negatif tidak menyingkirkan diagnosis tifoid. Diagnosis
demam tifoid dianggap pasti bila didapatkan kenaikan titer 4 kali lipat
pada pemeriksaan ulang dengan interval 5-7 hari.

Tes lain yang lebih sensitif dan spesifik terutama untuk mendeteksi infeksi
akut tifus khususnya Salmonella serogrup D dibandingkan uji Widal dan
saat
ini sering digunakan karena sederhana dan cepat adalah tes TUBEX. Tes
ini
menggunakan teknik aglutinasi dengan menggunakan uji hapusan (slide
test)
atau uji tabung (tube test).

Penatalaksanaan
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
2. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
3. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
4. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien.

Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan


mengurangi keluhan gastrointestinal.
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama
untuk demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin
(aman untuk penderita yang sedang hamil), atau trimetroprim-sulfametoxazole
(kotrimoksazol).
d. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif,
dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua
yaitu Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan untuk dewasa dan anak),
Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai
mengganggu pertumbuhan tulang).

Anda mungkin juga menyukai