Anda di halaman 1dari 26

FILSAFAT PANCASILA

NASKAH
UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
Pendidikan Kewarganegaraan
Yang dibina oleh Bapak Muchtar dan Ibu Putri

Oleh:
Rizky Indrayanto
Roni Setiawan
Sahrul Aditiya
Tahta Maulana Ari Praja

(150511600832)
(150511600760)
(150511600267)
(150511600977)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
April 2016

Kata Pengantar

Puji Syukur Kehairat Tuhan Yang Maha Esa Yang Telah Memberi Banyak
Nikmat Dan Karunia Sehingga Sampai Saat Ini Penyusun Masih Dalam Keadaan
Sehat Penulis Hingga Saat Ini.
Ucapan Terima Kasih Penyusun Sampaikan Kepada Semua Pihak Terutama
Bapak Muchtar Dan Ibu Putri Selaku Dosen Pendamping Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan Sehingga Penyusun Dapat Menyelesaikan Naskah Filsafat
Pancasila Dengan Sebaik-Baiknya Serta Tepat Waktu.
Harapan Penyusun Semoga Naskah Filsafat Pancasila Ini Dapat Menjadi
Informasi Dan Bahan Referensi Pada Pembaca.
Akhir Kata, Apabila Ada Tata Tulis, Bahasa, Ataupun Yang Lain Yang Kurang
Berkenan Penyusun Mohon Maaf , Untuk Itu Penyusun Mengharapkan Saran Dan
Kritik Para Pembaca Yang Bersifat Membangun.

Malang, 18 April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat.....................................................................................4
2.2 Pancasila Sebagai Suatu Sistem................................................................4
2.3 Kesatuan Sila Sila Pancasila......................................................................5
2.3.1 Susunan Pancasila Yang Bersifat Kierarkis Dan Bebbentuk
Piramidal
...................................................................................................
5
2.3.2 Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan
Saling
Mengualifkasi
...................................................................................................
5
2.4 Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat.....................6
2.4.1 Dasar Ontologis Sila-Sila Pancasila.................................................6
2.4.2 Dasar Epistomologis Sila-Sila Pancasila.........................................7
2.4.3 Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila...............................................8
2.5 Teori Nilai..................................................................................................9
2.5.1 Nilai-Nilai Pancasila Sebgai Suatu Sistem......................................9
2.6 Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa Dan
Negara
Republik
Indonesia
.........................................................................................................
10
2.6.1 Dasar Filosofis.................................................................................10
2.6.2 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara.......................11
2.7 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara Indonesia.......................11
2.8 Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila....................................................12
2.9 Pancasila Sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara...............15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
3.2 Berita..............................................................................................................17

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................20


LAMPIRAN DISKUSI......................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era
reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun yang lalu
disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah
bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.
Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata
merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya,
baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat
pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup
untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah
diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia,
terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945,
ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan
ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah
satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga,
Persatuan

Indonesia.

Empat,

Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial


bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila
itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik

dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila
berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat
mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham
lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri
dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup
bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak
oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama
akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan
berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia
yang cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa
Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu
benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda
maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa
adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat Pancasila?
2. Bagaimana kesatuan sila-sila Pancasila?
3. Bagaimana dasar otologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis
memandang Pancasila sebagai suatu sistem filsafat?

4. Kenapa Pancasila digunakan sebagai ideology Bangsa Dan Negara


Indonesia?
5. Apa makna dari nilai-nilai sila dalam Pancasila?

1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian filsafat Pancasila.
2. Dapat mengindentifikasi kesatuan dari sila-sila Pancasila.
3. Mampu menjelaskan sistem filsafat Pancasila yang dipandang dari dasar
otologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis
4. Dapat memahami sisi Pancasila digunakan sebagai filsafa bangsa dan negara
Indonesia.
5. Mampu menjelaskan, memahami, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat


Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein
yang artinya cinta dan shopos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan
atau wisdom, Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah mengandung makna
cinta kebijaksanaan. (Nasution, 1970 dalam Kaelan 2010).
Jadi filsafat merupakan sebuah pandangan dalam kehidupaan dimana
pandangan tersebut dinggap yang paling benar dan mampu membawa
kesejahteraan dalam kehidupannya.
Ditinjau dari arti filsafat, maka dapat dkelompokkan menjadi dua macam
filsafat, yaitu:
2.1.1

Filsafat sebagai produk mencakup pengertian


1) Pengertian Filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis
pengetahuan, ilmu, konsep dari para filsuf dari zaman dahulu, teori
sistem atau pandangan tertentu, yang merupakn hasil dari proses
berfilsafat dan mempunyai ciri-ciri tertentu.
2) Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia
sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Dalam demikian, filsafat
memiliki ciri sebagai proses pemecahan masalah (dalam pengertian
filsafat yang bersifat dinamis).

2.1.2

Kedua: Filsafat sebagai suatu proses mencakup pengertian


Filsafat diartiak sebagai bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam
proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara
dan metode tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya.

2.2 Pancasila sebagai Suatu Sistem


Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasam untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh, system lazimnya memiliki cirriciri sebagai berikut :
1) Suatu kesatuan bagian-bagian.
2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3) Saling berhubungan, saling ketergantungan.
4) Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama.
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. (Shore dan Voich, 1974:22)
Dalam Pancasila terdapat bagian-bagaian yang pada setiap hakikatnya
memiliki asas, fungsi dan tujuan tersendiri. Dengan demikian pada hakikatnya
Pancasila merupakan sistem, dalam pengrtian bahwa setiap bagian-bagian
Pancasila saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur
yang menyeluruh. Dalam keyataan objektif yang ada dan terlekat pada Pancasila
bersifat khas dan berbeda dengan sistem filsafat lainnya. (Notonegoro, 1974:14).
2.3 Kesatuan Sila-Sila Pancasila
2.3.1

Susunan Pancasila yang bersifat Kierarkhis dan berbentuk


Piramidal.
Susunan pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk
pyramidal. Pengertian matematika pyramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila dari pancasiladalam urut-urutan luas
(kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kualitas). Kalau dilihat dari
intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam
luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila
dimukanya. Jika urutan-urutan lima sila dianggap mempunyai maksud
demikian, maka diantara lima sila yang saling brhubungan dan mengikat

antara yang satu kepada yang lain sehingga Pancasila merupakan suatu
kesatuan keseluruhan yang bulat.
Secara ontologis, sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
hierarkis dan berbentuk pyramidal, yakni:
1) Sila Pertama, hakikat adanya Tuhan adalah karena dirinya sendiri.
Oleh karena itu segala sesuatu yang ada (termasuk manusia) karena
diciptakan Tuhan.
2) Sila Kedua, adapun manusia sebagai subjek pendukung pokok
Negara.
3) Sila Ketiga, maka dengan manusia yang bersatu akan terbentuk suatu
negara.
4) Sila Keempat,

yang membentuk rakyat sebagai salah satu unsur

negra disamping pemerinthan dan wilayah.


5) Sila Kelima dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara diperlukan adanya kedilan social.
2.3.2

Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling Mengisi dan Saling


Mengkualifikasi.
Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam
hubungan saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan
hierarkhis piramidal tadi. Tiap-tiap sila seperti telah disebutkan diatas
mengandung empat sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya.

2.4 Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sitem Filsafat


Kesatuan

yang

meliputi

kesatuan

dalam

hal

ontologis,

dasar

epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila Secara filosofis


Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar
epitemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat

yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme,


idealisme dan lain paham filsafat di dunia.
2.4.1

Dasar Ontologis Sila-sila Pancasila


Dasar Ontogis sila-sila Pancasila adalah Pancasila sebagai suatu
kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang menyangkut sila-silanya
saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila atau
secara filosofis. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia,
yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar
ini juga sering disebut sebagai dasar antropologis.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara
ontologism memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat,
raga, dan jiwa jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia
sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa (Notonegoro, 1975: 53).
Hubungan kesesuaian antara Negara dengan landasan sila-sila
Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat yaitu negara sebagai
pendukung hubungan dan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai
pokok pangkal hubungan. Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil adalah sebagai sebab adapun negara adalah
sebagai akibat.

2.4.2

Dasar Epistomologis Sila-sila Pancasila


Sebagai suatu ideologi maka Pancasila memiliki tiga unsur pokok
agar bias menarik loyalitas dari pendukungnya, yaitu: (1) logos yatu
rasionalitaas atau penalaran (2) pathos yaitu penghayatan; dan (3) ethos
yaitu kesusilaannya. (Wibisono, 1989:3).
Dasar epismologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan konsep
dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau manusia merupakan basis
ontologis dari Pancasila, maka dengan demikian mempunyai implikasi

terhadap bangunan epistemologi, yaitu bangunan epistemologi yang


ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia. (Pranarka, 1985: 32).
Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal yaitu : pertama, isi arti
Pancasila yang umum universal yaitu hakikat sila-sila Pancasila. Isi arti
sila-sila Pancasila yang umum universal ini merupakan inti sari atau esensi
Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam
pelaksanaan pada bidang-bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia
serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan kongkrit.
Kedua, isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila
sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam
tertib hukum Indonesia. Ketiga, isi arti pancasila bersifat khusus dan
kongkrit yaitu isi arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai
bidang kehidupan sehingga meiliki sifat yang khusus kongkrit serta
dinamis.
2.4.3

Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila


Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu
kesatuan dasar aksiologisnya, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Pada
hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam, apa saja yang
ada serta bagaimana hunubngan nilai tersebut dengan manusia. Banyak
pandangan tentang nilai terutama dalam menggolong-golongkan nilai dan
penggolongan tersebut amat beraneka ragam tergantung pada sudut
pandanganya masing-masing.
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai pada hakikatnya
berjenjang, jadi tidak sama tingginya dan tidak sama luhurnya. Nilai-nilai
itu dalam kenyataannya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah
bilamana di bandingkan satu dengan lainnya. Sejalan dengan pandangan
tersebut, Notoragoron merinci nilai disamping bertingkat juga berdasarkan
jenisnya ada yang bersifat materal dan non materal. Dalam hubungan ini,
manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda tergantung pada pandangna

hidup danm filsafat hidup masing-masing. Ada sekelompok orang


mendasarkan pada orientasi nilai material, namun ada pula yang sebaliknya
yaitu berorientasi pada nilai yang non material. Bahkan sesuatu yang non
material itu mengandung nilai yang bersifat mutlak bagi manusia. Nilainilai material relatif lebih mudah diukur yaitu menggunakan indra maupun
alat pengukur lainnya seperti berat, panjang, lebar, luas dan sebagainya.
Dalam menilai hal-hal yang bersifat rokhaniah yang menjadi : alat ukur
adalah hati nurani manusia dibantu oleh alat indra manusia yaitu cipta,
rasa, karsa, serta keyakinan manusia.
Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk, nilai
kerokhanian, tetapi nilai-nilai kerokhanian yang mengakui nilai material
dan nilai vital.
2.5 Teori Nilai
Max Scheler dalam Kalan 2010 mengemukakan bahwa nilai-nilai yang
ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya, menurut tinggi rendahnya, nilai
dapat dikeompokkan menjadi empat tingkatan sebagai berikut:
1) Nilai-nilai kenikmatan, dalam nilai ini terdapat rasa senang dan tidak senang.
2) Nilai-nilai kehidupan, dalam nilai ini terdapat berbagai arahan untuk
menjalani kehidupan.
3) Nilai-nilai kejiwaan, dalam nilai ini terdapat nilai yang tidak berhubungan
dengan keadaan jasmani.
4) Nilai-nilai kerohanian, dalam nilai ini terdapat modalitas jiwa yang suci,
yang berkaitan dengan kepribadian masing-masing individu.
Notonagoro, 1974 membagi nilai menjadi tiga yaitu :
1)

Nilai material, yaitu segala ssesuatu yang berguna bagi kegiatan manusia.

2)

.Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan aktivitas.

3)

Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/rohani


manusia. Nilai kerohanian dapat dibagi atas 4 macam yaitu,

a. Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber dari unsure akal manusia.
b. Nilai keindahan yang bersumber dari unsur rasa manusia.
c. Nilai moral/kebaikan yang berunsur dari kehendak/kemauan.
d. Niali religius, yaitu merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tinggi
dan mutlak yang bersumber dari keyakinan/ kepercayaan manusia.
2.5.1

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Nilai-nilai yang terkandung pada sila pertama sampai kelima
merupakan cita-cita, harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan
diwujudkan dalam kehidupannya. Bangsa Indonesia dalam hal ini,
merupakan penukung nilai-nilai pancaila, yakni bangsa Indonesia yang
berketuhanan, yang berkeanusiaan, yang berpersatuan, yang berkesejahteraan, dan berkeadilan social. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia
menghargai, mengakui dan menerima Pancasila sebagai sesuatu yang
bernilai.

2.6 Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa Dan Negara
Republik Indonesia
2.6.1

Dasar Filosofis
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara republik Indonesia
mengan-dung makna bahwa bahwa setiap aspek khidupan kebangsaan,
kenegaraan, dan kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilainilai keuhanan, kemanusiaan, persatuan, krakyatan dan keadilan.
Nilai-nilai Pancasila memiliki dua sifat, yaitu:
1) Bersifat objektif, yang dapat di jelaskan sebagai berikut:
a. Rumusan dari Pancasila sendiri sebnarnya hakikat menunjukkan
sifat-sifat umum universal dan abstrak.
b. Inti nilai Pancasila akan tetap ada sepajang hayat dalam kehidupan
bangsa Indonesia.
c. Merupakan sumber hokum positif di Indonesia.
2) Bersifat subjektif, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari hasil pemikiran, penilaian kritis,
dan hasil reflex filosofis bangsa Indonesia.

b. Nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat (pandangan hidup) bangsa


Indonesia sehingga

merupakan jati diri bangsa yang diyakini

sebagai sumber nilai kebenaran, kebaikan, kebiakan, dan keadilan


dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Dalam nilai-nilai Pancasila mengandung tujuh nilai, yaittu: (1)
kebenaran; (2) keadilan; (3) kebaikan; (4) kebajikan; (5)
kebijaksanaan; (6) etis, estetis; dan (7) religius.

2.6.2

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara


Dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis Pancasila memiliki
kedudukan sebagai pokok kaidah yang fundamental. Adapun empat pokok
pikiran yaitu:
Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah
negara persatuan, yaiu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun
perseorangan. Hal ini merupakan penjabaran sila ke tiga.
Pokok

pikiran

kedua

menyatakan

bahwa

negara

hendak

mewujudkan suatu keadilan social bagiseluruh rakyat Indonesia. Dalam hal


ini berkewajiban menciptkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga
negara Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melkukan
ktertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social.
Pokok pikiran ini penjabaran dari sila kelima.
Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan
rakyat. Berdasarkan sila ke empat menunjukkan bahwa negara indnesia
adalah negara demokrasi.

Pokok pikiran keempat berdasarkan pada sila perama dan kedua


bangsa Indonesia menjunjung tinggi keberadaban semua agama dalam
pergaulan hidup dunia.
2.7 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengetian, dasar, ata cita-cita. Dan logos berarti ilmu. Dengan demikian
ideology menncakup pengertian tentang idea, pengertian tentang gagasan, dan
cita-cita.
Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan dan religius
yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat bangsa Indonesia sebelum
terbentuk negara. Dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan bahan dari
pembuatan Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia. Kemudian usur-unsr tersebut diangkat untuk dijadikan rumusan
pembuatan Pancasila sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan
ideoloi bangsa Indonesia.
2.8 Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila
Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan
suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai
yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya namun kesemuanya itu
tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Oleh karena itu meskipun
dalam uraian berikut ini menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
sila, namun kesemuanya itu tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan silasila lainnya. Konsekuensinya realisasi setiap sila atau derivasi setiap sila
senantiasa, dalam hubungan yang sistemik dengan sila-sila lainnya. Hal ini
berdasarkan pada pengertian bahwa makna sila-sila Pancasila senantiasa dalam
hubungannya sebagai sistem filsafat. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila adalah sebagai berikut.
1) Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan


menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan yang Maha ESa
terkandung

nilai

bahwa

negara

yang

didirikan

adalah

sebagai

pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.


Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggara negara,
politik negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundangundangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilainilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demikianlah kiranya nilai-nilai etis yang terkandung dalam sila
Ketuhanan yang Maha Esa yang dengan sendirinya sila pertama tersebut
mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya.
2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara sistematis didasari
dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan
menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental
dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai
kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa hakikat
manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu
dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri dan
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil.
Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam
hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap
masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya serta adil
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku,
ras, keturunan, status sosial maupun agama. Mengembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semenamena terhadap sesame

manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (Darmodihardjo, 1978).


Demikianlah kemudian berikutnya nilai-nilai terseebut harus dijabarkan dalam
segala aspek kehidupan negara termasuk juga dalam berbagai kebijakan neara
sebagai realisasi pembangunan nasional.
3) Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu
kesatuan yang bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan
dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan
beradab serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan
Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esadan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal ini terkandung
nilai bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religious, yaitu
nasionalisme yang bermoral Ketuhanan yang Maha Esa, nasionalisme yang
humanistic yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin
dalam segala aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam era reformasi
dewasa ini. Proses reformasi tanpa mendasarkan pada moral Ketuhanan,
Kemanusiaan dan memegang teguh persatuan dan kesatuan, maka bukan tidak
mungkin akan membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia seperti halnya
telah terbukti pada bangsa lain misalnya Yugoslavia, Srilangka dan lain
sebagainya.
4) Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan salam Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila
sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta
Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia.

Demikianlah nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang


dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/per-wakilan.
Seterusnya nilai-nilai tersebut dikongkritisasikan dalam kehidupan bersama
yaitu kehidupan kenegaraan baik menyangkut aspek moralitas kenegaraan,
aspek politik, maupun aspek hokum dan perundang-undangan.
5) Keadilan Sosial bagi Seluru Rakyat Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau
perwakilan. Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang harus
terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut
didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam
hubungan manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa
dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang
harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan
negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi
seluruh warganya dan seluruh wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya.
Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan
antar negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban
hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa di dunia dengan
berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi
serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).
2.9 Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses penjajahan bangsa
asing, namun tatkala akan mendirikan suatu negara yang telah memiiki suatu
landasan filosofis yang merupakan esensi kultural dan reigius dari bangsa
Indonesia

sendiri,

yaitu

berketuhanan,

berkemnusiaan,

berpersauan,

berkerakyatan, dan berkeadilan. (Notonegoro, 1975 dalam Kaelan, 2010 ).

Segala kebijakan dalam negara terutama dalam melakukan suatu


pembaharuan-pembaharuan dalam negara dalam poses reformasi dewasa ini nilainilai Pancasila merupakan suatu pangkal tolak derivasi baik dalam bidang politik,
ekonomi, social, hokum, serta kebijakan hubungn internasional. Hal inilah dalam
wacana ilmiah disebut paradigma dalam kehidupan berbangsa dan berbegara.

Istilah paradigma berasal dari Thomas S. Khun dalam bukunya yang


berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970:49) yang terdapat
pengertian suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis umum yang merupakan sumber
nilai. Oleh karena itu, untuk mrncapai kehidupan berbanga da bernegara terutaa
dalam hal pebangunan dan pembaharuan maka harus mendasarkan pada suatu
kerangka pikir, sumber nilai serta arahan yang didasaran pada nilai-nilai
Pancasila. BAB III
KESIMPULAN

Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia merupakan suatu yang sudah


mutlak dan tidak boleh dirubah karena Pancasila adalah jiwa dan seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan bangsa Indonesia dan dasar
negara. Di samping menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia, pancasila juga
merupakan kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai
puncak kebahagian jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan., baik
dalam hidup manusia sebagai pribadi, sebagai makhluk sosial dalam mengejar
hubungan dengan masyarakat, alam, Tuhannya maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Danf fungsi fungsi Pancasila telah terbukti
mampu mempersatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari
perpecahan.
Selain

itu

pancasila

juga

berfungsi

sebagai

filsafat

pendidikan

nasional dimana Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memang mempunyai


peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan

bangsa

bersangkutan.

Karena

itu,

pendidikan

diusahakan

diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional,.

dan

BERITA
Pemberontakan di Aceh dikobarkan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk
memperoleh kemerdekaan dari Indonesia antara tahun 1976 hingga tahun 2005.
Operasi militer yang dilakukan TNI dan Polri (2003-2004), beserta kehancuran yang
disebabkan oleh gempa bumi Samudra Hindia 2004 menyebabkan diadakannya
persetujuan perdamaian dan berakhirnya pemberontakan. Amnesty International
merilis laporan Time To Face The Past pada April 2013 setelah pemerintah Indonesia
dianggap gagal menjalankan kewajibannya sesuai perjanjian damai 2005. Laporan
tersebut memperingatkan bahwa kekerasan baru akan terjadi jika masalah ini tidak
diselesaikan
Latar belakang
Secara luas di Aceh, agama Islam yang sangat konservatif lebih dipraktekkan. Hal ini
berbeda dengan penerapan Islam yang moderat di sebagian besar wilayah Indonesia
lain. Perbedaan budaya dan penerapan agama Islam antara Aceh dan banyak daerah
lain di Indonesia ini menjadi gambaran sebab konflik yang paling jelas. Selain itu,
kebijakan-kebijakan sekuler dalam administrasi Orde Baru Presiden Soeharto (19651998) sangat tidak populer di Aceh, di mana banyak tokoh Aceh membenci kebijakan
pemerintahan Orde Baru pusat yang mempromosikan satu 'budaya Indonesia'.
Selanjutnya, lokasi provinsi Aceh di ujung Barat Indonesia menimbulkan sentimen
yang meluas di provinsi Aceh bahwa para pemimpin di Jakarta yang jauh tidak
mengerti masalah yang dimiliki Aceh dan tidak bersimpati pada kebutuhan
masyarakat Aceh dan adat istiadat di Aceh yang berbeda
Garis waktu
Tahap pertama
Kecenderungan sistem sentralistik pemerintahan Soeharto, bersama dengan keluhan
lain mendorong tokoh masyarakat Aceh Hasan di Tiro untuk membentuk Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) pada tanggal 4 Desember 1976 dan mendeklarasikan
kemerdekaan Aceh

Tahap kedua

Teungku Muhammad Daud Beureueh


Pada tahun 1985, di Tiro mendapat dukungan Libya untuk GAM, dengan mengambil
keuntungan dari kebijakan Muammar Gaddafi yang mendukung pemberontakan
nasionalis melalui "Mathaba Melawan Imperialisme, Rasisme, Zionisme dan
Fasisme.
Tahap ketiga

Tentara Wanita dari Gerakan Aceh Merdeka dengan Panglima GAM Abdullah Syafi'i,
1999
Pada tahun 1999, terjadi kekacauan di Jawa dan pemerintah pusat yang tidak efektif
karena jatuhnya Soeharto memberikan keuntungan bagi Gerakan Aceh Merdeka dan

mengakibatkan pemberontakan tahap kedua, kali ini dengan dukungan yang besar
dari masyarakat Aceh.
Kemungkinan penyebab konflik
Sejarah
Akademis dari ANU Edward Aspinall berpendapat bahwa pengalaman sejarah Aceh
selama Revolusi Nasional Indonesia menyebabkan munculnya separatisme Aceh.
Agama
Aceh memiliki penganut Islam sebagai kelompok agama mayoritas. Namun, secara
umum diakui bahwa Aceh adalah daerah di mana Islam pertama kali masuk ke
kepulauan Melayu.
Keluhan ekonomi
Masalah utama yang berkaitan dengan masalah ekonomi Aceh adalah terkait
pendapatan yang diperoleh dari industri minyak dan gas di Aceh. Robinson
berpendapat bahwa manajemen Orde Baru, eksploitasi sumber daya alam Aceh dan
pembagian yang tidak adil dari sumber daya tersebut adalah akar penyebab
pemberontakan Aceh.
Pelanggaran HAM oleh militer Indonesia
Robinson mengatakan bahwa penggunaan teror oleh militer Indonesia dalam aksi
kontra-pemberontakan melawan GAM dalam periode rezim Orde Baru pertengahan
1990 (dalam tahap kedua pemberontakan) telah menyebabkan meluasnya dukungan
dari masyarakat Aceh yang terpengaruh oleh kebijakan militer Indonesia tersebut, dan
mendorong mereka untuk menjadi lebih simpatik dan mendukung GAM.

DAFTAR RUJUKAN
Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Jakarta: PT Gramedia
Frondizi, Risieri. 1963. What Is Value? New York: Open Court Publishing Company
Kaelan. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Ypgyakarta: Paradigma
Khun, Thomas S. 1970. The Structure Of Scientific Revolution. Chicago: University
Of Chicago Press
Nasution, Harun. 1970. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Notonagoro. 1974. Pancasila Secara Ilmiah. Jakarta: Panjturuan Tujuh
Notonagoro. 1975. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta: Panjturuan Tujuh
Pranarka, A. W. M. 1985. Kesinambungan, Penataan Dan Ideology Analisa. Jakarta:
CSIS
Shroe, William A & Voich, Don. 1974. Organization And Management: Basic System
Concept (Irwin, Ed). Malaysia: Irwin Book
Wibisono, 1989. Pancasila Sebagai Ideolog Terbuka. Makalag Disajikan Dalamloka
Karya Dosen-Dosen Pancasila PTN_PTS Se Kopertis Wilayah V,
Yogyakata
Https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_di_Aceh

LAMPIRAN DISKUSI
Presentasi

: Kelompok 1

Moderator

: Sabihisma Fattah Ardianto Putro

Note Tulen: Rizky Astria Agustina


Sesi Tanya jawab
Termin 1
1. Penanya: Rizky Yudha Prasetya: Apa yang dimaksud dengan
pancasila yang dirumus-kan dari adat istiadat? Sedangkan suku di
Indonesia adatnya berbeda-beda!
Dijawab: Roni Setiawan: Maksud dari Pancasila yang dirumuskan dari adat
istiadat adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila berasal dari
pola dan prinsip masyarakat Indonesia dari berbagai suku, daerah dan
budaya. Oleh karena itulah di cengkraman burung garuda terdapat
semboyan bhineka tunggal ika yang mencerminkan bahwa Pancasila
berasal dari berbagai suku, daerah dan budaya. Namun tetap satu.
Tambahan Jawaban: Tahta Maulana: sebagai bukti pula sila ke 3 pesrsatuan
Indonesia
2. Penanya: Rio Yoga Saputra: Maksud dari Pancasila bersifat bjektif
yang berguna untukpendewasaan filsafat?
Dijawab: Rizky Indrayanto: kedewasaan yang dimaksud sebagaimana tertera
pasa sila pertama ketuhanan yang maha esa dimana individu yang
telah dewasa harus memilih dan memiliki agama yang dianggapnya
benar.
3. Penanya:

M.

Sifaul

Haq:

Apa

yang

menyebabkan

aceh

mendeklarasikan kemerdekaaannya sendiri terkait dengan filsafat


Pancasila!

Dijawab: Sahrul Aditia: karena factor sejarah, agama dan ekonomi yang
dikeluhkan oleh warga aceh, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang
dirasa tidak sejalan dengan pemikiran warga aceh.
Tambahan Jawaban: M. Ikhwan Azmi: GAM terjadi agar wilayahnya berbeda
seperti bali (warganya mayoritas hindu) namun disamping itu tujuan
utama GAM adalah membentuk wilayah islami.
Termin ke-2
1. Penanya: Nugroho Pangestu Adi: apa maksud dari nilai subjektif?
Dijawab Sahrul Aditia: jadi dalam Pancasila ada nilai subjektif dimana dalam
negara Indonesia rakyat lah yang menjadi subjek dikarenakan nilai-nilai
Pancasila berasal dalam diri rakyat.
2. Penanya: Rizki Setiawan: Apa perbedaan filsafat dan ideology?
Dijawab: Roni Setiawan: kalau filsafat dapat dikatakan sebagai pemikiran dan
ideology dapat dikatakan sebagai cita-cita. Misalnya saat anda hendak
mencalonkan diri jadi ketua BEM maka anda harus memikirkan apa yang
akan hendak anda rubah atau perbaiki dari BEM. Yang dapat dikatakan
filsafat adalah pemikiran anda kemudian yang dikatakan ideology adalah
visi anda yang akan anda realisasikan.
3. Penanya: Candi Galih: Alasan nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa
Indonesia agar mewujudkan cita-cita negara?
Dijawab: Rizky Indrayanto: jadi alasan nilai Pancasila mengandung jati diri
adalah Pancasila itu dibntuk dari jati diri warga negara Indonesia untuk
itu warga negara harus dapat mewujudkan cita-cita negara karena dalam
negara ada jati diri bangsa.

Anda mungkin juga menyukai