BAB III
STASIUN PEMURNIAN
A. Pengertian
Stasiun pemurnian merupakan tempat untuk memisahkan kotoran atau bukan
gula dalam nira mentah sebanyak banyaknya dengan mencegah kerusakan
gula sedikit dikitnya. Pemisahan bukan gula dilakukan secara fisika, kimia
maupun kimia fisika.
Secara Fisika
Secara Kimia
Agar proses pemisahan bukan gula di stasiun pemurnian dapat maksimal dan
kerusakan gula seminimal mungkin maka harus memperhatikan dan mengatur
pH, suhu, serta waktu tinggal seoptimal mungkin.
B. Peralatan di Stasiun Pemurnian
1. Timbangan Nira Mentah
Timbangan nira mentah bertujuan untuk mengetahui berapa banyaknya
nira yang dihasilkan, sehingga bisa dipergunakan untuk menghitung
angka angka pengawasan dan dapat mengetahui kondisi pabrik.
Timbangan nira mentah di Pabrik Gula Pagottan menggunakan flow
meter.
Contoh perhitungan berat dari nira mentah :
2. Pemanas pendahuluan
29
30
PxC
T
x ln
k
Tt
S = Luas pemanas
(m)
(Kg/jam)
(C)
(C)
(C)
C = Panas jenis
( kcal/kg C)
0,8
( )
(C)
( 1 2 ) m/s
31
32
Qn. c .(t 2t 1)
Pl
Dimana :
Gmp
=
Qn
=
c
=
t1
=
t2
=
Pl
=
(kg/jam)
(kg/jam)
(kcal/kg. C)
(C)
(C)
(kcal/kg)
33
34
di
pemanas
pendahuluan
dan
cara
mengatasinya :
Uap bekas atau bleeding kurang
Jika hal ini terjadi maka suhu di juice heater tidaka akan tercapai dampak
yang ditimbulkan antara lain:
Terjadi periode buih di defikator
Reaksi tidak berjalan sempurna sehingga turbidity nira tidak
bagus.
Terjadi mubal pada single tray karena terjadi perbedaan suhu.
Memperberat kerja dari evaporator karena suhu yang masuk
evaporator terlalu rendah dan kotoran yang terikut dalam nira
masih banyak sehingga evaporator lebih cepat kotor.
Defikator
Defikator merupakan alat yang digunakan dalam proses defikasi, yaitu
proses pemurnian nira yang paling sederhana, hanya terdiri dari proses
penghilangan sifat asam yang terdapat pada nira. Hal ini dilakukan
karena sifat dari sukrosa sendiri dapat rusak karena asam. Sifat asam
yang terdapat pada nira berasal dari asam organik, anorganik maupun
koloid yang bermuatan negatif (bersifat asam) oleh karena itu untuk
mencegah rusaknya sukrosa tersebut maka dalam peti defikator ditambah
dengan susu kapur (CaOH2) yang memiliki sifat basa. Reaksi kimia yang
terjadi :
Ca(OH)2
CaOH+ + OH-
CaOH-
Ca++ + OH-
H+ + H2PO4-
35
H2PO4-
H++ + HPO42-
HPO42-
H+ + PO43-
Ca(PO4)3
Ca2+ + HPO42-
CaHPO4
Ca2+ + PO43-
Ca3(PO4)2
36
melayang.
Defikator II
Di defikator dua tidak terjadi penambahan susu kapur, didefikator ini
berfungsi untuk menyempurnakan reaksi dan percampuran akan
lebih homogen.
Defikator III
Untuk defikator tiga diberi penambahan susu kapur hingga 9,2
dengan tujuan kotoran yang tidak terikat pada defikator satu akan
terikat di defikator tiga karena titik isoelektris pada kotoran berbeda
beda. Sesuai hukum BOSTRA bahwa kerusakan nira pada alkalis
tinggi rendah atau diabaikan jika waktu tinggal kurang dari 1 menit.
37
4.
Q
= Kapasitas giling
D
= diameter drum
5.
(tcd)
(m)
(ton/m)
(jam)
Sulfitator
Fungsi dari alat ini adalah tempat terjadinya reaksi antara SO 2 dengan
Ca2+ berlebih sehingga terbentuk endapan CaSO3.
Pemberian gas SO2 bertujuan untuk :
Mendapatkan reaksi lanjut antara kelebihan kapur dengan SO2
sehingga didapatkan pH netral untuk menghindari kerusakan sukrosa
38
SO2 + H2O
H2SO3
39
H+ + HSO3H+ + SO322CaSO3
H2SO3
HSO3
Ca2+ + 2SO3-
endapan
yang
dulunya
bersifat
incompresible
menjadi
40
Jumlah nira yang bersikulasi dalam peti sulfiter 42,45 m tiap menitnya.
Masalah yang terjadi di sulfitator :
Masalah yang sering muncul pH tidak tercapai hal ini disebabkan antara
lain penyempitan pipa akibat kerak cara mengatasinya dengan melakukan
korek secara rutin, suplay SO2 kurang mengecek kondisi belerang dalam
tobong (masih atau sudah habis) dan melakukan pengecekan pada pompa
O2 tekanan udara keyel angin 0,5 Kg/cm jika kurang maka perlu
ditambah.
6.
Tobong belerang
Fungsi alat ini sebagai pembuat gas SO2.
Gas SO2 berasal dari pembakaran belerang dengan oxigen dimana akan
terbentuk rekasi :
41
S + O2
Oleh karena hal tersebut maka tobong belerang maupun yang keluar
tobong segera didinginkan dengan air mengalir, akan lebih baik jika suhu
gas keluar tobong sekitar 80 C.
Kapasitas tobong menurut LANDHEER :
jam.
Sehingga untuk kapasitas 3000 TCD luas bakar yang diperlukan adalah :
42
7.
Flash tank
Alat ini berfungsi sebagai tempat melepaskan gas-gas/udara yang
terdapat dalam nira sebelum menjalani proses pengendapan di clarifier.
Adanya udara atau gas-gas dalam nira yang akan diendapkan dapat
mengganggu proses pengendapan karena bergerak berlawanan arah
dengan endapan.
43
Desain flash tank sangat dipengaruhi oleh luas area dari pada volumenya,
formula La Musse :
A=
4,168 x W x(t 1t 2)
L
Dimana :
A = Luas area untuk flashing (m)
W = Berat nira ton per jam
t1 = Suhu masuk (C)
t2 = Suhu keluar (C)
L = Panas laten uap pada t2 (kcal/kg)
8.
Single tray
Kapasitasnya ditentukan oleh waktu tinggal nira dalam ruang pengendap.
Bejana ini untuk memisahkan kotoran-kotoran dari dalam nira melalui
proses pengendapan. Agar terjadi proses pengendapan yang lebih cepat
nira sebelum masuk ditambahkan floculant. Dari proses ini akan didapat
nira jernih dan nira kotor.
Faktor-faktor yang mempengarui proses pengendapan
Densitas endapan
Viscositas
Temperatur
Data spesifikasi alat :
44
DSM Screen
45
Saringan nira encer berfungsi menyaring ampas halus pada nira jernih
yang berasal dari peti pengendap, sebelum dipanaskan di PP III sampai
suhu 105 C, karena ampas halus mengandung tannin dan saccharetin
yang apabila dipanaskan akan menghasilkan warna.
Perhitungan kapasitas saringan dengan ketentuan 7500 ltr nira per lebar
10 cm atau 100 ton / jam per lebar 1 m (Hugot) hal 356
Data spesifikasi alat
46
dengan syarat pol < 2 %. Sebelum ditapis nira kotor di campur oleh
ampas halus (Bagasillo) yang gunanya untuk membentuk media tapis
kotoran agar mempermudah proses penapisan.
Q=
22 x F x n x
10 x q
Dimana :
F= x D x L
Q
F
L
D
n
=
=
=
=
=
=
=
47
Kapasitas rotary vacuum filter di pabrik gula pagotta sebesar 4107 tcd
sehingga cukup untuk kapasitas 3000 tcd.
Menurut A. Landheer hal 318 kebutuhuan luas saringan vacuum filter
2,5 m2/100 ton tebu / 24 jam.
48
sobek. Dari penyebab diatas dapat diatasi dengan diperbaiki untuk low
dan high vacuum untuk low vacuum 15 cmHg dan high vacuum 30
cmHg. Untuk pemberian siraman yaitu dengan perbaikan spuyer yang
buntu atau rusak, untuk suhu yang tidak tercapai air dikrengseng
dengan uap sehingga suhu dapat tercapai dan unutk saringan yang
robek dilakukan penggantian.
49
50
Pemakaian flucolant
= 2,5 ppm.
Hasil kerja dari pemurnian nira dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
Alat
Bahan pembantu
Mutu nira mentah
Operator
Untuk menilai kinerja dari stasiun pemurnian dapat dilihat secara visual atau
dengan cara perhitungan analisa.
1.
Cara Visual
Pengamatan hasil dari stasiun pemurnian yang dilakukan secra visual
dengan mata antara lain :
Kecepatan dan volume endapan (makin cepat pengendapan akan
2.
semakin baik).
Kekeruhan nira encer (nira encer yang baik jernih dan dapat tembus
pandang).
Warna nira encer (warna seperti air teh tetapi tidak gelap).
baik.
Selisih HK nira encer dengan hk nira mentah 2 3 point.
Sesuai dengan standart angka angka normal diatas maka hasil
pemurnian Pabrik Gula Pagottan berdasar data Laporan Periode II
sebagai berikut :
Nira mentah
Nira encer
BG Nira mentah
BG Nira encer
: % brix
: 11,19
% pol
:
7,60
HK
: 67,92
: % brix
: 11,66
% pol
:
8,27
HK
: 70,93
: ( 11,19 7,60) / 100 x 44.229,8 ton
: 1.587,8 ton
: ( 11,66 8,27) / 100 x 39.944,3 ton
: 1.354,1 ton
51
Efek pemurnian ( EP ) :
1.587,8 1.354,1
x 100 14,7 %
1.587,8
52