Anda di halaman 1dari 8

BAB I

DEFINISI
A.DEFINISI
Keselamatan pembedahan, adalah suatu program yang dilakukan Tim Bedah terhadap
pasien yang akan dioperasi, untuk meningkatkan keselamatan pasien selama prosedur
pembedahan, mencegah terjadinya kesalahan lokasi operasi dan prosedur operasi,
serta mengurangi komplikasi kematian akibat pembedahan.
B. LATAR BELAKANG
1. Berdasarkan data WHO tahun 2009, komplikasi terjadi antara 3 - 16% dengan
angka kematian pasca operasi mencapai 0,4 - 0,8%. Artinya setiap tahun
diseluruh dunia akan ditemukan sekitar 7 juta penderita cacat dan 1 juta
meninggal akibat pembedahan.
2. Program WHO, tentang SAVE SURGERY SAVE LIVE yang mempunyai
sepuluh sasaran Keselamatan Bedah, yaitu
a. Benar pasien benar lokasi insisi
b. Cegah bahaya obat-obat anestesi
c. Siap bila terjadi kegagalan napas
d. Siap bila terjadi kehilangan darah yang banyak
e. Cegah terjadi alergi
f. Minimalkan infeksi luka operasi
g. Cegah terjadinya tertinggal instrumen kassa
h. Pelabelan spesimen yang akurat
i. Berkomunikasi efektif mengenai hal-hal kritikal
j. Mengadakan pengawasan yang rutin tentang kapasitas, jumlah, dan
hasil pembedahan.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan utama program ini adalah menciptakan perilaku tim pembedahan dan
lingkungan pembedahan yamg aman bagi pasien. Sehingga tercipta
pembedahan yang aman, anesthesi yang aman, perawatan yang aman hingga
terwujud keselamatan pasien yang maksimal.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah terjadinya medical error dikamar operasi yang meliputi :

salah prosedur

salah pasien

salah lokasi insisi

salah pemberian obat

mengurangi resiko cedera pasien akibat luka tekan,


hipotermi, luka bakar

b.
c.
d.
e.

resiko terjadi infeksi karena luka operasi


Mencegah kegagalan tindakan yang telah direncanakan
Menciptakan komunikasi yang efektif pada tim bedah
Mendorong perilaku sebagai teamwork
Berdisiplin dalam tim

BAB II
RUANG LINGKUP
Pelaksanaan prosedur keselamatan bedah, dilakukan oleh Team Work di Kamar
Operasi yang terdiri dari :
1.
Ahli Bedah,
2.
Ahli Anesthesi,
3.
Perawat Anesthesi,
4.
Perawat Instrumentaris,
5.
Perawat Assisten,
6.
Perawat Sirkuler

BAB III
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN.
Pemeriksaan pasien di Kamar Operasi menurut Keselamatan Pembedahan ( Surgical
Safety) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
1. Sign In
Sign In merupakan tahap pertama saat pasien tiba di Ruang terima Kamar Operasi.
Sebelum dilakukan induksi anestesi tim bedah harus hadir, tetapi bila tidak
memungkinkan, minimal ada kehadiran ahli anestesi dan perawat untuk melakukan
beberapa pemeriksaan terhadap kondisi pasien dan sarana pendukung pembedahan.
Pada tahap ini yang dilakukan pengecekkan adalah :
Identitas pasien
Tim bedah meminta kepada pasien dan atau keluarganya menyatakan secara
lisan nama lengkap pasien, tanggal lahir/ alamat, dan menyatakan tindakan
apa yang akan dilakukan pada bagian tubuhnya.
Persetujuan operasi/ Informed consent
Tim bedah menanyakan tentang persetujuan serta apakah informasi yang
diberikan pasien dan keluarga sesuai dengan data yang ada dalam catatan
Rekam Medis dan gelang identitas pasien. Apabila pasien dalam keadaan
Gawat darurat, atau merupakan pasien anak-anak atau pasien yang tidak
mampu untuk berkomunikasi dengan baik, maka
pernyataan bisa
diwakilkan oleh orang tua, atau wali pasien / keluarga.
Lokasi Operasi/ Penandaan Daerah Operasi
Pemberian tanda lokasi pembedahan diberikan oleh ahli bedah yang
melakukan operasi. Penandaan dilakukan teritama dalam kasus yang
melibatkan perbedaan kanan atau kiri, struktur atau tingkat, misalnya jari
tertentu, kaki, ruas tulang belakang. Penandaan dilakukan dengan
menggunakan tinta permanen yang bisa dilihat pada saat dilakukan
desinfeksi pada area operasi. Penandaan dilakukan dengan menggunakan
inisial nama dokter.
Pemeriksaan Kelengkapan Anestesi
Pengecekkan kelengkapan anestesi disini meliputi, keamanan obat anestesi
yang akan diberikan pada pasien, tersedianya obat- obat anestesi, peralatan
anestesi yang berfungsi dengan baik, peralatan bantuan pernafasan berfungsi
dengan baik , tersedia gas gas anestesi yaitu Oksigen dan N2O, agen
inhalasi, suction, tersedianya alat dan obat emergency. Alat Pulse Oxymetri
harus terapasang dan berfungsi dengan baik, sebelum dilakukan tindakan
induksi anestesi. Pembacaan hasil pulse oxymetri, yaitu denyut nadi dan
saturasi oksigen pasien dilakukan di depan tim bedah.

Riwayat alergi
Ahli anestesi harus memastikan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
atau tidak, serta mengetahui resiko apabila pasien mempunyai riwayat
alergi.
Gangguan jalan napas/ resiko aspirasi.
Ahli anestesi harus memastikan tentang kondisi pernapasan pasien
mengalami gangguan atau tidak, serta adanya resiko aspirasi. Peralatan dan
obat-obatan untuk antisipasi komplikasi harus dicek funsi dan
keberadaanya.
Resiko kehilangan darah > 500ml, anak-anak 7ml/kg BB
Ahli anestesi harus memperkirakan adanya resiko perdarahan atau tidak
pada prosedur pembedahan yang akan dilakukan. Memastikan adanya cairan
dan darah umtuk resusitasi perdarahan. Resiko kehilangan darah harus
ditinjau lagi oleh ahli bedah saat tahap selanjutnya yaitu time out.
Surgeon Review
Adalah perhatian khusus pada pasien, langkah kritikal, dan adanya
instrument khusus atau implant.
Anesthesilogist Review
Perhatian khusus pada pasien dan rencana resusitasi kritikal.

2. Time Out
Time out adalah tahap kedua atau langkah final pada pelaksanaan keselamatan
Pembedahan. Pelaksanaan dilakukan pada saat pasien sudah ada di dalam ruang
operasi, sesudah induksi anestesi dan sebelum ahli bedah melakukan sayatan pada
kulit pasien. Jika sayatan tidak diperlukan, maka hal ini dilakukan sebelum
memulai procedure invasive. Untuk kasus dalam 1 pasien yang akan dilakukan
beberapa tindakan, dan dilakukan oleh beberapa ahli bedah, maka tahap ini
dilakukan setiap prosedur pembedahan dan setiap pergantian ahli bedah. Tujuan
dari tahap ini adalah untuk mencegah terjadinya salah pasien, salah lokasi, salah
prosedur pembedahan, meningkatkan kerjasama dan meningkatkan komunikasi
diantara tim bedah, serta meningkatkan keselamatan pasien selama pembedahan.
Pada pelaksanaan tahap ini seluruh anggota tim bedah harus sudah hadir di ruang
operasi dan menghentikan kegiatan lain untuk berkonsentrasi untuk melakukan time
out. Pada tahap ini yang dilakukan adalah :
Semua anggota memperkenalkan nama dan peran dalam tim bedah.
Ahli bedah, ahli anestesi, perawat menegaskan nama pasien lokasi
pembedahan dan prosedur pembedahan. Koordinator tim mengajak semua
yang hadir di ruang operasi untuk menghentikan kegiatannya dan dan
mengajak melakukan time out secara lisan dan membacakan identitas
pasien, lokasi pembedahan, operasi yang akan dilakukan, rencana prosedur
pembedahan dan menanyakan kepada seluruh anggota tim pakah setuju
dengan apa yang dibacakan tersebut. Bila semua tim setuju maka langkah
selanjutnya bisa dilakukan. Apabila pasien tidak memerlukan pembiusan,
konfirmasi langsung ke pasien.

Antisipasi kejadian beresiko, disini koordinator memimpin diskusi singkat


antara ahli bedah, ahli anestesi dan perawat untuk membicarakan resiko
bahaya dalam pembedahan dan rencana operasiyang akan dilakukan.
Apabila operasi sering dilakukan maka ahli bedah cukup menyatakan bahwa
prosedur operasi sudah rutin dilakukan dan menjelaskan lamanya operasi,
dan memberi kesempatan kepada ahli anestesi dan perawat untuk
menjelaskan hal hal penting yang berhubungan dengan pasien.
Review ahli bedah
Adalah perhatian khusus pada pasien, kemungkinan kesulitan yang akan
dialami dalam pembedahan, langkah kritikal dan langkah tidak terduga
yang akan dilakukan, dan adanya resiko cedera, resiko kehilangan darah dan
cara mengantisipasinya, adanya instrument khusus atau implant atau
preparat dan lamanya operasi yang akan dilakukan.
Review Ahli anestesi
Perhatian khusus pada pasien dan rencana resusitasi kritikal pada pasien
yang beresiko , seperti resiko kehilangan darah, ketidakstabilan
hemodinamik, pasien dengan karakteristik morbiditas, yaitu pasien dengan
penyakit jantung, paru, aritmia, kelainan darah dll. Ahli anestesi meninjau
ulang tentang persiapan sarana resusitasi dan kemungkinan tranfusi darah
pada pasien. Apabila tidak ada resiko kritis pada prosedur pembedahan,
cukup menyatakan saya tidak mempunyai kekhawatiran khusus terhadap
pasien ini.
Review Tim Perawat
Menjelaskan kesterilan alat, apakah ada masalah dengan alat, memastikan
kesterilan alat yang akan dipakai, memeriksa indikator kesterilan alat
eksternal dan internal. Setiap ketidaksesuaian kesterilan alat harus
dilaporkan kepada semua anggota tim bedah, dan ditangani sebelum
dilakukan sayatan pada kulit pasien. Perawat instrumen mendiskusikan
tentang kesiapan alat dan material lainnya untuk operasi. Apabila tidak ada
masalah dalam peralatan, perawat instrumen dapat mengatakan kesterilan
alat sudah diperiksa dan tidak ada masalah dalam peralatan.
Memastikan profilaksis antibiotik sudah diberikan 60 menit sebelum
pembedahan atau tidak. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadi infeksi
luka operasi, apabila diberikan harus sesuai tepat waktu pemberian, yaitu 30
menit intra vena, sebelum insisi kulit. Diberikan di ruang operasi saat ahli
anestesi melakukan induksi. Apabila profilaksis diperlukan, koordinator tim
memastikan kepada tim bedah yang mengelola pemberian obat apakah
profilaksis sudah diberikan 60 menit sebelumnya. Jika belum maka segera
diberikan saat itu juga sebelum dilakukan insisi kulit. Apabila antibotik
sudah diberikan 60 menit sebelum pembedahan, maka ahli bedah
mempertimbangkan kembali apa perlu diberikan ulang antibiotik tersebut
sesuai dosis. Jika tidak perlu pemberian profilaksis antibiotik maka hanya
dinyatakan dengan antibotik tidak diperlukan dalam pembedahan.

Memastikan foto radiologi sudah terpasang atau tidak, apabila diperlukan.


Koordinator menanyakan kepada ahli bedah, apakah foto radiologi
diperlukan pada saat pembedahan, jika diperlukan maka koordinator
memastikan foto radiologi ada dan ditampilkan selama pembedahan. Jika
memerlukan foto radiologi tetapi tidak ada, foto radiologi harus sesegera
diperoleh, ahli bedah mempertimbangkan apaakah akan melakukan prosedur
pembedahan tanpa foto atau tidak. Jika foto radiologi tidak diperlukan
dalam pembedahan, cukup dinyatakan dengan hasil foto radiologi tidak
diperlukan dalam pembedahan.

3. Sign Out
Sign out adalah tahap akhir dari prosedur keselamatan pembedahan, yang dilakukan
saat sebelum penutupan luka sayatan operasi atau sesegera mungkin setelah
penutupan luka saat pasien belum dikeluarkan dari Ruang Operasi. Langkahlangkah yang dilakukan adalah:
Perawat secara lisan menyatakan kepada tim bedah tentang prosedur
pembedahan yang telah dilakukan.
Penghitungan jumlah alat, kassa, jarum, yang dilakukan oleh perawat
instrumen dibantu oleh perawat sirkuler. Pastikan jumlah sesuai dan sudah
dikeluarkan dari tubuh pasien sebelum luka ditutup. Ahli bedah melihat
lapangan operasi dan memastikan alat dan benda sudah keluar semua
sebelum penutupan luka, dan memberikan waktu yang cukup untuk perawat
instrument melakukan penghitungan. Apabila hasil tidak sesuai dengan
jumlah sebelum operasi, maka perlu penghitungan ulang dan pencarian
ulang kalau diarasa perlu maka diperlukan pemeriksaan radiologi.
Pemberian etiket pada spesimen. Perawat sirkuler memastikan pemberian
etiket benar pada semua bahan pemeriksaan patologis dengan menyebut
nama, tanda yang diberikan dan nama bahan spesimen.
Perawat mengidentifikasi adanya masalah pada alat agar tetap berfungsi
dengan baik dan mencegah alat di daur ulangkembali keruangan.
Ahli Bedah ahli Anestesi, Perawat mengkaji dan mendiskusikan pemulihan
poasca operasi dan rencana pengelolaan perawatan selanjutnya yang
berfokus khusus pada fase intraoperatif atau masalah anestesi yang
mempengaruhi pasien.

BAB IV
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI
Dokumentasi dan pencatatan dilakukan setiap tahap:
1. Menggunakan Surgical Safety Checklist, sesuai standart WHO
2. Melakukan pengkajian sebelum (pre), selama (intra), dan setelah (post) operasi
setelah tindakan pembedahan
Contoh cheklis ada di Lampiran. Dokumentasi ini harus dijalankan oleh Tim Bedah,
dicatat dan disimpan dengan lembar dokumentasi pasien yang lain, masuk dalam
catatan Rekam Medis

Anda mungkin juga menyukai