Anda di halaman 1dari 16

REFERAT BEDAH ONKOLOGI

MANAJEMEN KANKER PAYUDARA METASTASIS


Disusun oleh :
Achmad Arrizal

0910710021

Ingrid Amadea Sucipto

0910713064

Lylicia Elisabeth

0910710090

Priiya Ashiwini Krishnan 0910714013

Pembimbing I :
dr. M. Bachtiar Budianto, SpB (K) Onk
Pembimbing II :
dr. Ahan Gifhari

LABORATORIUM ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT Dr SAIFUL ANWAR MALANG
2013

MANAJEMEN KANKER PAYUDARA METASTASIS


Disusun oleh :
Achmad Arrizal

0910710021

Ingrid Amadea Sucipto

0910713064

Lylicia Elisabeth

0910710090

Priiya Ashiwini Krishnan 0910714013

Disetujui untuk dibacakan pada :


Hari

Tanggal

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

dr. M. Bachtiar Budianto, SpB (K) Onk

dr. Ahan GifhariBAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara merupakan keganasan yang bermula dari sel payudara dan terjadi pada
sel yang tumbuh serta menginvasi jaringan sekitarnya. Struktur utama pada payudara adalah
lobulus, duktus dan stroma. Sebagian besar kanker payudara dimulai dari sel sel yang
melapisi duktus (kanker duktal), namun pada beberapa kasus dapat dimulai pada sel sel yang
melapisi lobulus (kanker lobular). Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian
pada wanita akibat kanker. Menurut WHO 8-9% wanita terserang kanker payudara dan
menurut data yang terkumpul, kanker payudara menduduki peringkat pertama diantara
kanker lainnya pada wanita. (ACS, 2013)
Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Akan tetapi, terdapat beberapa faktor
yang dapat meningkatkan resiko pada individu tertentu. Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan resiko suatu individu untuk terjangkit kanker payudara adalah riwayat
keluarga, usia, tidak memiliki anak, kehamilan pertama diatas 30 tahun, periode menstruasi
yang lebih lama, dan faktor hormonal. (Heijboer, 2001)
Sebagian besar kanker payudara diketahui sebagai benjolan oleh pasien. Pada sebagian
kecil pasien, juga dapat dirasakan nyeri payudara atau penebalan mencolok di payudara. Oleh
sebab itu diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang akurat
untuk menegakkan diagnosis kanker payudara. Segera setelah diagnosis ditegakkan, perlu
dilakukan manajemen yang tepat. Secara umum, terapi kanker payudara antara lain
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi sesuai target, dan bone-directed
therapy yang menggunakan bifosfat dan denosumab. (ACS, 2013)
Pasien dengan kanker payudara sangat mungkin mengalami metastasis. Metastasis
kanker payudara dapat terjadi dengan kemungkinan 40%. Metastasis yang sering terjadi pada
pasien kanker payudara adalah metastasis ke tulang dan otak. Komplikasi metastasis kanker
payudara ini memerlukan manajemen khusus agar tercapai kenyamanan pasien. Oleh karena
itu, perlu diketahui manajemen terapi kanker payudara yang sudah bermetastasis sehingga
pasien mendapatkan pelayanan terbaik terhadap penyakit yang dialaminya (Coleman et al,
2011).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana manajemen terapi pada pasien yang mengalami kanker payudara dengan
metastase ?
1.3 Tujuan
Mengetahui manajemen terapi pada pasien yang mengalami kanker payudara dengan
metastase
1.4 Manfaat
Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai manajemen terapi pada pasien yang
mengalami kanker payudara dengan metastase

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi Kanker Payudara Metastasis
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel payudara yang
terjadi pada sel yang tumbuh dan menginvasi jaringan sekitarnya atau bermetastasis ke
daerah yang lebih jauh dari sumbernya Sedangkan metastasis kanker payudara adalah
penyebaran sel kanker payudara yang telah menyebar dari tempat pertama kanker tersebut
mulai berkembang ke organ lain dengan tipe sel yang sama dengan tipe sel kanker asalnya.
2.2 Struktur Payudara
Payudara wanita terdiri terutama dari lobulus (kelenjar penghasil susu), duktus (saluran
kecil seperti tabung yang membawa susu dari lobulus ke puting), dan stroma (jaringan lemak
dan jaringan ikat yang mengelilingi saluran-saluran dan lobulus, pembuluh darah, dan
jaringan limfatik. (ACS, 2013)

Gb 1: Jaringan pada payudara normal

Kebanyakan kanker payudara dimulai di sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal).
Beberapa dimulai pada sel-sel yang melapisi lobulus (kanker lobular)
Sistem kelenjar getah bening juga penting untuk dipahami karena merupakan salah satu
cara kanker payudara dapat menyebar. Sistem ini memiliki beberapa bagian.Kelenjar getah
bening yang kecil, berbentuk seperti kacang yang merupakan sistem kekebalan tubuh. Sel
kanker payudara dapat memasuki pembuluh limfatik dan mulai tumbuh pada kelenjar getah

bening.Kebanyakan pembuluh limfatik pada payudara terhubung ke kelenjar getah bening di


bawah lengan (axilary node).Beberapa pembuluh limfatik terhubung ke kelenjar getah bening
di dalam dada (internalmammae node) dan orang-orang di atas atau di bawah tulang selangka
(supraklavikula atau infraklavikula node). (ACS, 2013).
2.3 Epidemiologi Kanker Payudara Metastasis
Kanker payudara merupakan penyakit kanker tersering pada wanita, hampir di semua
negara, termasuk negara berkembang. Insiden kanker payudara di Eropa 109/100.000 dengan
mortalitas 38/100.000 wanita setiap tahunnya. Sejak tahun 1990, insiden kanker payudara
mengalami peningkatan sebanyak 1,5 %, namun mortalitas kanker payudara semakin
menurun dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan mengenai deteksi dini kanker
payudara dan pengobatan adjuvant yang semakin mutakhir.
Walaupun demikian, kanker payudara tetap merupakan penyebab utama kematian akibat
kanker pada wanita. Sekitar 6% pasien kanker payudara akan jatuh pada kondisi metastasis
dengan angka harapan hidup 5 tahun sebesar 21%. Pada pasien kanker payudara yang tidak
disertai pembesaran kelenjar getah bening, sekitar 30% nya akan mengalami relaps kanker
payudara, sedangkan pada pasien kanker payudara yang disertai pembesaran kelenjar getah
bening, maka sekitar 70% akan mengalami relaps. Prevalensi metastasis sangat tinggi
dikarenakan banyak wanita yang menderita kanker payudara dalam jangka waktu yang sangat
lama. (Cardoso, 2009)
2.4 Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Akan tetapi, terdapat beberapa faktor
yang dapat meningkatkan resiko pada individu tertentu. Hormon tampaknya berperan dalam
banyak kasus kanker payudara, tetapi bagaimana hal ini terjadi tidak sepenuhnya
terjadi.Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko suatu individu
untuk terjangkit kanker payudara (Heijboer, 2001) :
a. Keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa (ibu, kakak)
b.

Usia yang makin bertambah

c. Tidak memiliki anak


d.

Kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun

e. Periode menstruasi yang lebih lama (menstruasi pertama lebih awal atau
menopause lebih lambat)
f.

Faktor hormonal (baik estrogen maupun androgen).

Riwayat keluarga serta usia menjadi faktor terpenting. Riwayat keluarga yang pernah
mengalami kanker payudara meningkatkan resiko berkembangnya penyakit ini. Para peneliti
juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan
risiko wanita terkena kanker sampai 85%. BRCA1 adalah gen penekan tumor manusia, yang
menghasilkan protein, yang disebut kanker payudara tipe 1 protein kerentanan. Hal ini
ditemukan dalam sel-sel payudara dan jaringan lainnya, di mana ia membantu perbaikan
DNA yang rusak, dan menghancurkan sel bila DNA tidak dapat diperbaiki. Jika BRCA1
sendiri rusak, DNA yang rusak dapat membiarkan sel menggandakan tanpa kontrol, dan
berubah menjadi kanker.(Bedrosian, 2010)
Faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara. Faktor usia
memiliki peranan yang penting sebagai faktor risiko dari data menunjukkan bahwa 78%
kanker payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada
pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah 64
tahun. (Hartmann, 2001)
Gaya hidup juga berperan pada resiko kanker payudara (ACS, 2013) antara lain, tidak
memiliki anak, penggunaan KB, terapi hormone setelah menopause, tidak menyusui,
konsumsi alcohol, obesitas, dan aktifitas fisik yang jarang.

2.5 Target organ Metastasis Kanker Payudara


2.5.1 Metastase tulang
Merupakan komplikasi yang sering dikeluhkan oleh penderita kanker payudara. Dalam
penatalaksanaanya, NICE (National Institute for health and Clinical Excellence)
merekomendasikan penggunaan eksternal beam radioterapi dengan fraksi tunggal 8 Gy untuk
merawat pasien kanker payudara yang telah jatuh pada kondisi metastasis tulang yang disertai
nyeri. Terapi fraksi tunggal ini 80% berhasil menghilangkan sebagian nyeri, bahkan pada
50% kasus, nyeri dapat hilang total.
Terapi ini seharusnya segera ditawarkan pada pasien yang baru ditegakkan diagnosis
kanker payudara dengan metastasis ke tulang untuk mencegah terjadinya gangguan pada
tulang dan mengurangi nyeri. Bishosphonates hendaknya diberikan secara terus menerus
selama pengobatan anticancer diberikan, untuk menjaga integritas tulang selama proses
pengobatan berlangsung. (Coleman et al, 2011)
2.5.2 Metastase Otak

Data menunjukkan, perbaikan terapi sistemik justru akan meningkatkan kejadian


metastase otak, terutama pada wanita dengan reseptor hormon estrogen positif. Pada pasien
yang berpotensial untuk dilakukan reseksi pada metastasis otak hendaknya ditawarkan terapi
pembedahan yang diikuti dengan radioterapi seluruh otak. Selain itu, pada pasien dengan
metastase otak multiple juga direkomendasikan untuk dilakukan radioterapi seluruh bagian
otak. Jika prognosis pasien buruk, namun terapi pembedahan tidak dapat dilakukan, maka
radioterapi seluruh bagian otak juga dapat menjadi alternatif pengobatannya. (Coleman et al,
2011)
2.6 Patofisiologi Kanker Payudara Metastasis
Reseptor estrogen dan progesteron, yang muncul dalam beberapa jenis kanker payudara,
merupakan reseptor hormon nuklir yang mempromosikan replikasi DNA dan pembelahan sel
ketika hormon yang sesuai mengikat mereka. Dengan demikian, obat yang menghalangi
reseptor ini mungkin berguna dalam mengobati tumor dengan reseptor. Sekitar dua pertiga
dari pasien pasca-menopause memiliki tumor reseptor estrogen positif (ER +) . Insiden
tumor ER + lebih rendah di antara pasien premenopause. Reseptor seluler lain adalah human
epidermal growth factor receptor 2 (HER2, juga, HER2/neu atau erbB2); adanya HER2
berkorelasi dengan prognosis yang lebih buruk pada setiap tahap tertentu kanker.
Kanker payudara, seperti bentuk lain dari kanker, adalah hasil dari beberapa faktor
lingkungan dan herediter. Beberapa faktor ini antara lain adalah lesi pada DNA seperti mutasi
genetik. Mutasi yang dapat menyebabkan kanker payudara menurut penelitian dikaitkan
dengan paparan estrogen. Kegagalan sistem kekebalan tubuh merupakan faktor lain yang
dapat menyebabkan perkembangan sel kanker, sistem kekebalan tubuh menghilangkan sel-sel
ganas sepanjang hidup seseorang. Faktor pertumbuhan abnormal dalam interaksi antara selsel stroma dan sel epite ldapat menyebabkan pertumbuhan sel ganas. Kecacatan yang
diwariskan dalam gen perbaikan DNA, seperti BRCA1, BRCA2danTP53.(Vogel, 2008)
Metastasis kanker payudara terjadi akibat adanya proses angiogenesis, yaitu sebuah proses
pembentukkan pembuluh darah baru. Dengan adanya angiogenesis, terdapat hubungan antara
sel kanker pada payudara dengan dunia luar, dalam hal ini sistem sirkulasi tubuh. Secara
mikroskopis, proses invasi sel kanker payudara akan memasuki membran basalis terlebih
dahulu, kemudian sel tersebut akan masuk ke membran subendotelial. Untuk melakukan hal
tersebut, sel kanker akan memproduksi enzim proteolitik yang berguna untuk memecah
matriks basal dan sehingga akhirnya berhasil menginvasi sirkulasi. Setelah masuk pembuluhb

darah, sel kanker akan masuk dalam sirkulasi dan menuju organ lain sehingga dapat
membentuk kanker metastasis. (DeAngelis, 2003)
2.7Gejala Dan Tanda Klinis Kanker Payudara Metastasis
Kanker payudara metastasis merupakan suatu penyakit yang heterogen. Ketika
didapati sebuah gejala baru, perlu diwaspadai terjadinya perluasan penyakit yang telah
tercatat. Sebagai contoh, seorang wanita dengan penyakit yang terkait tulang kemudian
mendapati gejala abdominal dapat memiliki konstipasi akibat opiat.
Perkembangan tanda dari pemeriksaan tambahan meliputi perubahan signifikan pada
nyeri tulang dan peningkatan pernafasan. Nyeri tulang yang parah dapat menjadi suatu
tanda khas pada fraktur yang impending saja. Foto X Ray lebih berguna daripada bone
scan dalam penentuan pasien untuk dilakukan stabilisasi bedah sebelum radioterapi
definitif lanjutan. Pada panyakit tulang belakang, perburukan nyeri dapat meningkatkan
kemungkinan spinal cord kompresi atrau keterlibatan caudal equina. Gangguan seperti
kaki kaku ataupun lemah dan kesulitan berjalan (spinal cord) atau gangguan sfingter dan
saddle anastesia (cauda equina) merupakan suatu tanda agar pasien dirujuk langsung pada
center onkologi yang memiliki fasilitas MRI, onkologi radiasi, dan bedah saraf.
Kejadian hiperkalsemia merupakan salah satu gejala metastasis kanker payudara,
namun kejadiannya menurun oleh karena pemberian biphosphonate rutin pada wanita
dengan riwayat metastase ke tulang. Akan tetapi hal ini dapat terdiagnosis dalam
pertimbangan pasien dengan nausea yang tidak terinci, konstipasi, nyeri generalisata, dan
polidipsi, poliuri. Secara umum hiperkalsemia muncul pada metastase tulang, walau tidak
selalu pasti terjadi.
Wanita dengan dyspnea membutuhkan evaluasi dan investigasi yang hati hati karena
banyak penyebab yang mungkin terjadi yang memiliki perhatian khusus. Emboli paru
dapat muncul secara tersembunyi. CT pulmonari angiografi (CTPA) merupakan
pemeriksaan penunjang pilihan terutama pada kasus metastase paru. CTPA juga dapat
mendeteksi adanya efusi pleura atau pericardial walau bukan sebuah pilihan. (Deangelis,
2003)
2.8 Manajemen Terapi pada Kanker Payudara Metastasis
2.8.1

Terapi endokrin
Terapi endokrin efektif diberikan pada wanita dengan reseptor estrogen atau
progesteron yang positif. Terapi ini dapat menunda pemberian kemoterapi hingga

beberapa bulan bahkan tahunan. Menggunakan terapi endokrin sebagai lini pertama
memberikan hasil yang ekuivalen dengan menggunakan kemoterapi sebagai lini
pertama sebagai terapi pada metastasis kanker payudara, kecuali jika terdapat
penyakit viseral dengan progresivitas cepat. (Deangelis, 2003)
Rekomendasi NICE adalah wanita yang telah mengalami premenopause
sebelum memulai kemoterapi, tidak boleh dianggal post menopause hingga setelah 2
tahun tanpa menstruasi sejak dilakukannya kemoterapi. Wanita pre menopause
sebaiknya mendapatkan obat yang dapat mensupresi ovarium, dengan analog hormon
luteinising releasing hormone, seperti goserelin, atau oophorectommy, dengan
ditambahkan tamoxifen atau AI. Namun untuk wanita yang tidak diketahui status
menopause nya namun tidak mengalami mens, pemberian tamoxifen sudah cukup.
(Coleman et al, 2011)
Sedangkan pada wanita post menopause dengan reseptor estrogen positif,
penelitian menunjukkan bahwa AI (Aromatase Inhibitor) lebih efektif dibandingkan
tamoxifen. Pada beberapa wanita yang menggunakan AI , seringkali terjadi relaps
selama pemakaian atau sesaat setelah digunakan, sehingga diperlukan penggantian AI
atau diganti ke tamoxifen. Pasien yang telah mengalami relaps lebih dari 12 bulan
setelah menggunakan AI, dapat di rechallenge dengan AI kembali. Pemberian AI
nonsteroid, seperti letrozol atau anastrozole dapat mendukung pemberian AI steroid,
misalnya exemestane. (Coleman et al, 2011)
Jika terapi AI tidak kunjung menunjukkan perbaikkan, maka dapat
direkomendasikan penggunaan tamoxifen. Namun jika AI dan tamoxifen gagal, maka
dapat dipertimbangkan penggunaan fulvestrant, suatu antagonis ER kompetitif. Walau
penggunaannya tidak disarankan oleh NICE, namun dapat digunakan pada wanita
post menopause yang mengalami kegagalan terapi dengan AI, atau pada pasien
dengan sensitifitas endokrin yang berulang. Namun jika pasien terus terusan
menunjukkan respon buruk terhadap agent agen endokrin, dapat digunakan oral
progestin dan estrogen, sebagai lini terakhir dari algoritma terapi endokrin (Coleman
et al, 2011)
2.8.2

Kemoterapi
Contoh contoh kemoterapi meliputi anthracycline (doxorubicin, epirubicin),
taxanes (docetaxel dan paclitaxel), capecitabine, vinorelbine, gemcitabine), alkylating
agent (cyclophosphamide), dan platinum based drugs (carboplatin). Karena sebagian

besar agen agen ini toksik, maka kemoterapi dianjurkan jika pengobatan hormonal
telah gagal, pada pasien dengan ER negatif, pasien dengan penyakit agresif (disfungsi
paru atau hepar karna metastatis) dimana sangat diperlukan penangan yang cepat.
NICE merekomendasikan tahap tahapan spesifik untuk kemoterapi
Tugas onkologis adalah untuk memilih dari sekian banyak aktif agen, obat
yang sesuai untuk setiap pasien. Contohnya, pada pasien yang telah menerima
docetaxel sebagai adjuvant, dan mengalami relaps, beberapa oncologis dapat
menggunakan docetaxel lagi, ada juga yang menggantinya dengan taxane. Walaupun
rekomendasi NICE, capecitabine atau vinorelbine sebagai second atau third line, dan
first line nya adalah kemoterapi secara, namun khusus untuk capecitabine dapat
diberikan langsung pada pasien yang menolak kemo intravenous dengan alasan yang
berkaitan dengan toksisitas, atau pada pasien dengan akses vena yang sulit.
Platinum salt juga dapat digunakan dan sudah terbukti aktivitasnya, sehingga
penggunaan carboplatin meningkat, baik secara monoterapi atau dikombinasikan
dengan gemcitabine.
Re-challege dengan anthracycline juga sering dilakukan pada beberapa pasien
sampai pada batas akumulasi tertentu, karna obat ini mempunyai resiko cardiac
toxicity. Sehingga perlu diberikan suatu bentuk anthracycline yang tidak terlalu toxic
terhadap jantung, misalnya pegylated anthracycline.
Guideline NICE tidak memberikan data spesifik, kepada pasien mana terapi
tersebut tepat untuk diaplikasikan, namun biasanya terapi kombinasi diberikan pada
pasien yang memiliki penyakit agresif yang memerlukan penangan cepat. Terapi
kombinasi

yang

sering

digunakan

adalah

menggabungkan

taxane

dengan

anthracycline, gemcitabine atau capecitabine. Menggunakan agent lain yang


dikombinasikan dengan taxane menunjukkan aktivitas anti tumor yang tinggi, karena
aktivitas

toksisitasnya

yang

tnggi.

European

school

of

oncologi

juga

merekomendasikan terapi kombinasi untuk pasien yang progresivitas penyakitnya


sangat cepat, metastasis viseral yang mengancam nyawa, membantu mereka untuk
mempunyai fungsi tulang dan hati yang adekuat. Kemoterapi kombinasi dapat
dipertimbangkan pada pasien triple negative breast cancer dan mereka yang
mengalami ca payudara terkait BRCA (genetik).
2.8.3

Terapi biologis
Tatalaksana

pasien

kanker

payudara

dengan

HER

positif

telah

bertransformasi dengan perkembangan terapi yang menargetkan hanya pada HER 2.

Trastuzumab meningkatkan harapan hidup dalam pemberian adjuvant atau terapi lini
utama, dan direkomendasikan oleh NICE. Pada kanker payudara stadium lanjut, terapi
trastuzumab dilanjutkan untuk menjaga remisi. Sebagai tambahan, tirosin kinase
inhibitor lapatinib, yang targetnya pada HER 1 dan HER 2 secara signifikan
efisiensinya

meningkat

setelah

diberikan

bersamaan

dengan

trastuzumab,

dibandingkan lapatinib monoterapi.


Angiogenesis merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan tumor dan
diregulasi oleh beberapa aktivator, termasuk vascular endothelial growth factor dan
inhibitor. Bevacizumab merupakan suatu rekombinan antibodi monoklonal dari
manusia yang secara khusus menginhibis vascular endothelial growth factor. Waktu
paruh bevacizumab adalah 17 21 hari yang dapat dicapai dalam waktu 2-3 minggu
dan dapat dikombinasikan dengan aman bersama dengan obat kemoterap i lainnya.
Dari percobaan yang telah dilakukan, bevacizumab meningkatkan rata rata respon
terhadap kemoterapi, misalnya taxane, anthracycline dan capecitabine. (Coleman,
2011)
2.8.4

Locally directed treatment


Pembedahan diindikasikan untuk metastasis yang simptomatik atau yang terisolasi.
Tindakan pembedahan yang dilakukan berupa reseksi lesi, misalnya deposit di otak
atau stabilisasi tulang dengan menggunakan plat agar tidak terjadi fraktur.
Radioterapi sangat efektif pada manajemen nyeri akut yang terkait dengan kanker.
Nyeri pada metastasis tulang secara umum berespon pada radioterapi paliatif jangka
pendek, yang dapat mengontrol gejala. Radiasi juga berguna dalam pengobatan
rekuren lokal sebaik kontrol lesi pada sistem saraf pusat, seperti kompresi spinal kord
atau metastasis otak

2.8.5

Terapi palliatif
Terapi paliatif bertujuan untuk mengontrol semua gejala fisik maupun psikis, dan juga
untuk memberi dukungan kepada pasien dan keluarganya. Selain itu palliatif care juga
bertugas untuk membantu pasien mengontrol nyeri dan membantu akses untuk
fisioterapi komunitas dan terapi kerja sehingga dapat mendukung mobilitas dan
kemandirian dalam lingkungan pasien.

2.9 Pencegahan Terhadap Kanker Payudara Metastasis

Rekomendasi ACS untuk pemeriksaan dini kanker payudara diantaranya adalah


dilakukan mammograf, clinical breast exam, breast self-exam, dan MRI. Wanita usia 40 dan
lebih tua harus memiliki mammogram setiap tahun dan harus terus melakukannya selama
mereka berada dalam kesehatan yang baik. Perempuan berusia 20-an dan 30-an harus
melakukan pemeriksaan payudara klinis sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan secara
berkala oleh seorang profesional kesehatan, setidaknya setiap 3 tahun. Setelah usia 40,
perempuan harus memiliki pemeriksaan payudara oleh seorang profesional kesehatan setiap
tahun. Perempuan dengan factor resiko tinggi terkena kanker payudara dapat melakukan
pemeriksaan (ACS, 2013) :

Tes Genetik
Tes genetik dianjurkan pada wanita yang memiliki riwayat keluarga terkena mutasi
gen BRCA. Meskipun jumlah remaja yang kemungkinan terkena mutasi gen BRCA
adalah sekitar 2% di AS. Test genetik merupakan test yang komprehensif sehingga
harus dilakukan dengan proses yang sangat mendetail dan harus dikonsulkan terhadap
konselor genetic, perawat, dan dokter yang berkompeten

Kemoterapi Kanker Payudara


Chemoprevention adalah penggunaan obat-obatan untuk mengurangi risiko kanker.
Obat tamoxifen dan raloxifene (Evista) telah terbukti dapat menurunkan risiko kanker
payudara dalam studi, danyang disetujui untuk digunakan oleh FDA. Terdapat jenis
obat Raloxifene hanya disetujui untuk digunakan pada wanita setelah menopause,
sementara tamoxifen dapat diambil oleh kedua pra menopause dan pasca menopause.
Obat lain seperti inhibitor aromatase masih dipelajari efektifitasnya.

Preventive Surgery Untuk Wanita Yang Memiliki Resiko Tinggi


Beberapa wanita yang meiliki risiko yang sangat tinggi untuk kanker payudara,
pembedahan untuk mengangkat payudara bisa menjadi pilihan. Dalam operasi
Pencegahan yang disebut mastektomi profilaksis, kedua payudara dikeluarkan
sebelum pasien terjangkit kanker payudara.Operasi ini menghilangkan hampir semua
jaringan payudara.Profilaksis masektomi juga dapat dilakukan pada beberapa wanita
dengan kanker payudara pada satu payudara yang memilih untuk mengangkat

payudarayang lain. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki mutasi gen
BRCA, karena risiko kanker payudara sangat tinggi.

BAB III
KESIMPULAN
1. Manajemen terapi kanker payudara bermetastasis terbagi menjadi lima kelompok
terapi, yaitu terapi endokrin, kemoterapi, terapi biologis, locally directed treatment
dan terapi paliatif.
2. Terapi endokrin pada pasien kanker payudara bermetastasis dibagi berdasarkan status
menopause pasien, sehingga terapi dapat berjalan efektif.
3. Kemoterapi dapat diberikan pada pasien kanker payudara bermetastasis jika
pengobatan hormonal telah gagal, pada pasien dengan ER negatif, atau pasien dengan
penyakit agresif.
4. Terapi biologis yang dapat diberikan pada pasien kanker payudara bermetastasis
dengan HER 2 positif adalah pemberian trastuzumab.
5. Pasien yang memiliki metastase terhadap tulang dan otak memiliki perhatian khusus
dan masalah pasien perlu ditindaklanjuti lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society.2013. Breast Cancer Overview.
Bedrosian,Isabelle, Chung-Yuan Hu, George J. Chang. 2010. Population-Based Study of
contralateral Prophylactic Mastectomy and Survival Outcomes of Breast cancer Patients. J
Natl Cancer Inst102:401409
Coleman RE, et al. 2011. UK Guidance Document : Treatment of Metastatic Breast Cancer.
Clinical Oncology xxx (2011) : 1-8
Eisen, Andrea and Barbara Weber. 2001. Prophylactic Mastectomy For Women With BRCA1
And BRCA Mutations Facts and controversy. N Engl J Med 345:3
Hartmann, lynn, Thomas A. Sellers, Daniel J. Schaid. 2001. Efficacy of Bilateral
Prophylactic Mastectomy in BRCA1 and BRCA2 Gene Mutation Carriers. J Natl Can-cerInst
93:16337
Heijboer, Bertvangeel, Wiml.J. Vanputten. 2001. Breast Cancer After Prophylactic Bilateral
Mastectomy In Women With A BRCA1 or BRCA2 Mutation. N Engl J Med 345:3
Vogel, Victor G. 2008. Breast Cancer. http://www.merckmanuals.com/professional/gynecology_and_obstetrics/breast_disorders/breast_cancer.html. (diakses tanggal 5 Juli 2013)
WHO. 2008. Breast Cancer: prevention and control.

Anda mungkin juga menyukai