0910710021
0910713064
Lylicia Elisabeth
0910710090
Pembimbing I :
dr. M. Bachtiar Budianto, SpB (K) Onk
Pembimbing II :
dr. Ahan Gifhari
0910710021
0910713064
Lylicia Elisabeth
0910710090
Tanggal
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara merupakan keganasan yang bermula dari sel payudara dan terjadi pada
sel yang tumbuh serta menginvasi jaringan sekitarnya. Struktur utama pada payudara adalah
lobulus, duktus dan stroma. Sebagian besar kanker payudara dimulai dari sel sel yang
melapisi duktus (kanker duktal), namun pada beberapa kasus dapat dimulai pada sel sel yang
melapisi lobulus (kanker lobular). Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian
pada wanita akibat kanker. Menurut WHO 8-9% wanita terserang kanker payudara dan
menurut data yang terkumpul, kanker payudara menduduki peringkat pertama diantara
kanker lainnya pada wanita. (ACS, 2013)
Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Akan tetapi, terdapat beberapa faktor
yang dapat meningkatkan resiko pada individu tertentu. Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan resiko suatu individu untuk terjangkit kanker payudara adalah riwayat
keluarga, usia, tidak memiliki anak, kehamilan pertama diatas 30 tahun, periode menstruasi
yang lebih lama, dan faktor hormonal. (Heijboer, 2001)
Sebagian besar kanker payudara diketahui sebagai benjolan oleh pasien. Pada sebagian
kecil pasien, juga dapat dirasakan nyeri payudara atau penebalan mencolok di payudara. Oleh
sebab itu diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang akurat
untuk menegakkan diagnosis kanker payudara. Segera setelah diagnosis ditegakkan, perlu
dilakukan manajemen yang tepat. Secara umum, terapi kanker payudara antara lain
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi sesuai target, dan bone-directed
therapy yang menggunakan bifosfat dan denosumab. (ACS, 2013)
Pasien dengan kanker payudara sangat mungkin mengalami metastasis. Metastasis
kanker payudara dapat terjadi dengan kemungkinan 40%. Metastasis yang sering terjadi pada
pasien kanker payudara adalah metastasis ke tulang dan otak. Komplikasi metastasis kanker
payudara ini memerlukan manajemen khusus agar tercapai kenyamanan pasien. Oleh karena
itu, perlu diketahui manajemen terapi kanker payudara yang sudah bermetastasis sehingga
pasien mendapatkan pelayanan terbaik terhadap penyakit yang dialaminya (Coleman et al,
2011).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi Kanker Payudara Metastasis
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel payudara yang
terjadi pada sel yang tumbuh dan menginvasi jaringan sekitarnya atau bermetastasis ke
daerah yang lebih jauh dari sumbernya Sedangkan metastasis kanker payudara adalah
penyebaran sel kanker payudara yang telah menyebar dari tempat pertama kanker tersebut
mulai berkembang ke organ lain dengan tipe sel yang sama dengan tipe sel kanker asalnya.
2.2 Struktur Payudara
Payudara wanita terdiri terutama dari lobulus (kelenjar penghasil susu), duktus (saluran
kecil seperti tabung yang membawa susu dari lobulus ke puting), dan stroma (jaringan lemak
dan jaringan ikat yang mengelilingi saluran-saluran dan lobulus, pembuluh darah, dan
jaringan limfatik. (ACS, 2013)
Kebanyakan kanker payudara dimulai di sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal).
Beberapa dimulai pada sel-sel yang melapisi lobulus (kanker lobular)
Sistem kelenjar getah bening juga penting untuk dipahami karena merupakan salah satu
cara kanker payudara dapat menyebar. Sistem ini memiliki beberapa bagian.Kelenjar getah
bening yang kecil, berbentuk seperti kacang yang merupakan sistem kekebalan tubuh. Sel
kanker payudara dapat memasuki pembuluh limfatik dan mulai tumbuh pada kelenjar getah
e. Periode menstruasi yang lebih lama (menstruasi pertama lebih awal atau
menopause lebih lambat)
f.
Riwayat keluarga serta usia menjadi faktor terpenting. Riwayat keluarga yang pernah
mengalami kanker payudara meningkatkan resiko berkembangnya penyakit ini. Para peneliti
juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan
risiko wanita terkena kanker sampai 85%. BRCA1 adalah gen penekan tumor manusia, yang
menghasilkan protein, yang disebut kanker payudara tipe 1 protein kerentanan. Hal ini
ditemukan dalam sel-sel payudara dan jaringan lainnya, di mana ia membantu perbaikan
DNA yang rusak, dan menghancurkan sel bila DNA tidak dapat diperbaiki. Jika BRCA1
sendiri rusak, DNA yang rusak dapat membiarkan sel menggandakan tanpa kontrol, dan
berubah menjadi kanker.(Bedrosian, 2010)
Faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara. Faktor usia
memiliki peranan yang penting sebagai faktor risiko dari data menunjukkan bahwa 78%
kanker payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada
pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah 64
tahun. (Hartmann, 2001)
Gaya hidup juga berperan pada resiko kanker payudara (ACS, 2013) antara lain, tidak
memiliki anak, penggunaan KB, terapi hormone setelah menopause, tidak menyusui,
konsumsi alcohol, obesitas, dan aktifitas fisik yang jarang.
darah, sel kanker akan masuk dalam sirkulasi dan menuju organ lain sehingga dapat
membentuk kanker metastasis. (DeAngelis, 2003)
2.7Gejala Dan Tanda Klinis Kanker Payudara Metastasis
Kanker payudara metastasis merupakan suatu penyakit yang heterogen. Ketika
didapati sebuah gejala baru, perlu diwaspadai terjadinya perluasan penyakit yang telah
tercatat. Sebagai contoh, seorang wanita dengan penyakit yang terkait tulang kemudian
mendapati gejala abdominal dapat memiliki konstipasi akibat opiat.
Perkembangan tanda dari pemeriksaan tambahan meliputi perubahan signifikan pada
nyeri tulang dan peningkatan pernafasan. Nyeri tulang yang parah dapat menjadi suatu
tanda khas pada fraktur yang impending saja. Foto X Ray lebih berguna daripada bone
scan dalam penentuan pasien untuk dilakukan stabilisasi bedah sebelum radioterapi
definitif lanjutan. Pada panyakit tulang belakang, perburukan nyeri dapat meningkatkan
kemungkinan spinal cord kompresi atrau keterlibatan caudal equina. Gangguan seperti
kaki kaku ataupun lemah dan kesulitan berjalan (spinal cord) atau gangguan sfingter dan
saddle anastesia (cauda equina) merupakan suatu tanda agar pasien dirujuk langsung pada
center onkologi yang memiliki fasilitas MRI, onkologi radiasi, dan bedah saraf.
Kejadian hiperkalsemia merupakan salah satu gejala metastasis kanker payudara,
namun kejadiannya menurun oleh karena pemberian biphosphonate rutin pada wanita
dengan riwayat metastase ke tulang. Akan tetapi hal ini dapat terdiagnosis dalam
pertimbangan pasien dengan nausea yang tidak terinci, konstipasi, nyeri generalisata, dan
polidipsi, poliuri. Secara umum hiperkalsemia muncul pada metastase tulang, walau tidak
selalu pasti terjadi.
Wanita dengan dyspnea membutuhkan evaluasi dan investigasi yang hati hati karena
banyak penyebab yang mungkin terjadi yang memiliki perhatian khusus. Emboli paru
dapat muncul secara tersembunyi. CT pulmonari angiografi (CTPA) merupakan
pemeriksaan penunjang pilihan terutama pada kasus metastase paru. CTPA juga dapat
mendeteksi adanya efusi pleura atau pericardial walau bukan sebuah pilihan. (Deangelis,
2003)
2.8 Manajemen Terapi pada Kanker Payudara Metastasis
2.8.1
Terapi endokrin
Terapi endokrin efektif diberikan pada wanita dengan reseptor estrogen atau
progesteron yang positif. Terapi ini dapat menunda pemberian kemoterapi hingga
beberapa bulan bahkan tahunan. Menggunakan terapi endokrin sebagai lini pertama
memberikan hasil yang ekuivalen dengan menggunakan kemoterapi sebagai lini
pertama sebagai terapi pada metastasis kanker payudara, kecuali jika terdapat
penyakit viseral dengan progresivitas cepat. (Deangelis, 2003)
Rekomendasi NICE adalah wanita yang telah mengalami premenopause
sebelum memulai kemoterapi, tidak boleh dianggal post menopause hingga setelah 2
tahun tanpa menstruasi sejak dilakukannya kemoterapi. Wanita pre menopause
sebaiknya mendapatkan obat yang dapat mensupresi ovarium, dengan analog hormon
luteinising releasing hormone, seperti goserelin, atau oophorectommy, dengan
ditambahkan tamoxifen atau AI. Namun untuk wanita yang tidak diketahui status
menopause nya namun tidak mengalami mens, pemberian tamoxifen sudah cukup.
(Coleman et al, 2011)
Sedangkan pada wanita post menopause dengan reseptor estrogen positif,
penelitian menunjukkan bahwa AI (Aromatase Inhibitor) lebih efektif dibandingkan
tamoxifen. Pada beberapa wanita yang menggunakan AI , seringkali terjadi relaps
selama pemakaian atau sesaat setelah digunakan, sehingga diperlukan penggantian AI
atau diganti ke tamoxifen. Pasien yang telah mengalami relaps lebih dari 12 bulan
setelah menggunakan AI, dapat di rechallenge dengan AI kembali. Pemberian AI
nonsteroid, seperti letrozol atau anastrozole dapat mendukung pemberian AI steroid,
misalnya exemestane. (Coleman et al, 2011)
Jika terapi AI tidak kunjung menunjukkan perbaikkan, maka dapat
direkomendasikan penggunaan tamoxifen. Namun jika AI dan tamoxifen gagal, maka
dapat dipertimbangkan penggunaan fulvestrant, suatu antagonis ER kompetitif. Walau
penggunaannya tidak disarankan oleh NICE, namun dapat digunakan pada wanita
post menopause yang mengalami kegagalan terapi dengan AI, atau pada pasien
dengan sensitifitas endokrin yang berulang. Namun jika pasien terus terusan
menunjukkan respon buruk terhadap agent agen endokrin, dapat digunakan oral
progestin dan estrogen, sebagai lini terakhir dari algoritma terapi endokrin (Coleman
et al, 2011)
2.8.2
Kemoterapi
Contoh contoh kemoterapi meliputi anthracycline (doxorubicin, epirubicin),
taxanes (docetaxel dan paclitaxel), capecitabine, vinorelbine, gemcitabine), alkylating
agent (cyclophosphamide), dan platinum based drugs (carboplatin). Karena sebagian
besar agen agen ini toksik, maka kemoterapi dianjurkan jika pengobatan hormonal
telah gagal, pada pasien dengan ER negatif, pasien dengan penyakit agresif (disfungsi
paru atau hepar karna metastatis) dimana sangat diperlukan penangan yang cepat.
NICE merekomendasikan tahap tahapan spesifik untuk kemoterapi
Tugas onkologis adalah untuk memilih dari sekian banyak aktif agen, obat
yang sesuai untuk setiap pasien. Contohnya, pada pasien yang telah menerima
docetaxel sebagai adjuvant, dan mengalami relaps, beberapa oncologis dapat
menggunakan docetaxel lagi, ada juga yang menggantinya dengan taxane. Walaupun
rekomendasi NICE, capecitabine atau vinorelbine sebagai second atau third line, dan
first line nya adalah kemoterapi secara, namun khusus untuk capecitabine dapat
diberikan langsung pada pasien yang menolak kemo intravenous dengan alasan yang
berkaitan dengan toksisitas, atau pada pasien dengan akses vena yang sulit.
Platinum salt juga dapat digunakan dan sudah terbukti aktivitasnya, sehingga
penggunaan carboplatin meningkat, baik secara monoterapi atau dikombinasikan
dengan gemcitabine.
Re-challege dengan anthracycline juga sering dilakukan pada beberapa pasien
sampai pada batas akumulasi tertentu, karna obat ini mempunyai resiko cardiac
toxicity. Sehingga perlu diberikan suatu bentuk anthracycline yang tidak terlalu toxic
terhadap jantung, misalnya pegylated anthracycline.
Guideline NICE tidak memberikan data spesifik, kepada pasien mana terapi
tersebut tepat untuk diaplikasikan, namun biasanya terapi kombinasi diberikan pada
pasien yang memiliki penyakit agresif yang memerlukan penangan cepat. Terapi
kombinasi
yang
sering
digunakan
adalah
menggabungkan
taxane
dengan
toksisitasnya
yang
tnggi.
European
school
of
oncologi
juga
Terapi biologis
Tatalaksana
pasien
kanker
payudara
dengan
HER
positif
telah
Trastuzumab meningkatkan harapan hidup dalam pemberian adjuvant atau terapi lini
utama, dan direkomendasikan oleh NICE. Pada kanker payudara stadium lanjut, terapi
trastuzumab dilanjutkan untuk menjaga remisi. Sebagai tambahan, tirosin kinase
inhibitor lapatinib, yang targetnya pada HER 1 dan HER 2 secara signifikan
efisiensinya
meningkat
setelah
diberikan
bersamaan
dengan
trastuzumab,
2.8.5
Terapi palliatif
Terapi paliatif bertujuan untuk mengontrol semua gejala fisik maupun psikis, dan juga
untuk memberi dukungan kepada pasien dan keluarganya. Selain itu palliatif care juga
bertugas untuk membantu pasien mengontrol nyeri dan membantu akses untuk
fisioterapi komunitas dan terapi kerja sehingga dapat mendukung mobilitas dan
kemandirian dalam lingkungan pasien.
Tes Genetik
Tes genetik dianjurkan pada wanita yang memiliki riwayat keluarga terkena mutasi
gen BRCA. Meskipun jumlah remaja yang kemungkinan terkena mutasi gen BRCA
adalah sekitar 2% di AS. Test genetik merupakan test yang komprehensif sehingga
harus dilakukan dengan proses yang sangat mendetail dan harus dikonsulkan terhadap
konselor genetic, perawat, dan dokter yang berkompeten
payudarayang lain. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki mutasi gen
BRCA, karena risiko kanker payudara sangat tinggi.
BAB III
KESIMPULAN
1. Manajemen terapi kanker payudara bermetastasis terbagi menjadi lima kelompok
terapi, yaitu terapi endokrin, kemoterapi, terapi biologis, locally directed treatment
dan terapi paliatif.
2. Terapi endokrin pada pasien kanker payudara bermetastasis dibagi berdasarkan status
menopause pasien, sehingga terapi dapat berjalan efektif.
3. Kemoterapi dapat diberikan pada pasien kanker payudara bermetastasis jika
pengobatan hormonal telah gagal, pada pasien dengan ER negatif, atau pasien dengan
penyakit agresif.
4. Terapi biologis yang dapat diberikan pada pasien kanker payudara bermetastasis
dengan HER 2 positif adalah pemberian trastuzumab.
5. Pasien yang memiliki metastase terhadap tulang dan otak memiliki perhatian khusus
dan masalah pasien perlu ditindaklanjuti lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society.2013. Breast Cancer Overview.
Bedrosian,Isabelle, Chung-Yuan Hu, George J. Chang. 2010. Population-Based Study of
contralateral Prophylactic Mastectomy and Survival Outcomes of Breast cancer Patients. J
Natl Cancer Inst102:401409
Coleman RE, et al. 2011. UK Guidance Document : Treatment of Metastatic Breast Cancer.
Clinical Oncology xxx (2011) : 1-8
Eisen, Andrea and Barbara Weber. 2001. Prophylactic Mastectomy For Women With BRCA1
And BRCA Mutations Facts and controversy. N Engl J Med 345:3
Hartmann, lynn, Thomas A. Sellers, Daniel J. Schaid. 2001. Efficacy of Bilateral
Prophylactic Mastectomy in BRCA1 and BRCA2 Gene Mutation Carriers. J Natl Can-cerInst
93:16337
Heijboer, Bertvangeel, Wiml.J. Vanputten. 2001. Breast Cancer After Prophylactic Bilateral
Mastectomy In Women With A BRCA1 or BRCA2 Mutation. N Engl J Med 345:3
Vogel, Victor G. 2008. Breast Cancer. http://www.merckmanuals.com/professional/gynecology_and_obstetrics/breast_disorders/breast_cancer.html. (diakses tanggal 5 Juli 2013)
WHO. 2008. Breast Cancer: prevention and control.