Anda di halaman 1dari 15

RESTRAIN

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR

Tanggal Terbit

Ditetapkan

PROSEDUR

1 September 2013

Direktur RSUD Anuntaloko Parigi

OPERASIONAL
dr. Revy J.N Tilaar
Nip. 19651129 199903 1 005
Pengertian

Restrain (pengikatan) adalah tindakan untuk menjaga keselamatan pasien


dengan cara pembatasan pergerakan pasien dengan mengikat tangan dan
kakinya yang bersifat sementara

Tujuan
Kebijakan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan restain pada pasien


untuk mencegah bahaya dan cedera yang mungkin bisa terjadi pada pasien
atau orang lain
SK Direktur Nomor 124 Tahun 2013 tentang Pelayanan pasien-pasien
resiko tinggi di RSUD Anuntaloko Parigi

Prosedur

1. Persiapan :
a. Tali pengikat khusus
b. Informed consent
2. Pelaksanaan
a. Mengindentifikasi perilaku yang memerlukan restrain
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga

dengan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah


dimengerti, terutama tujuan dan lamanya pengikatan sehingga tidak
ada kesan menghukum
c. Gunakan cara yang sesuai untuk pengikatan yaitu dikerjakan oleh
tim dengan susunan:
-

Empat menahan anggota gerak

Satu mengendalikan kepala

Satu melakukan prosedur pengikatan

d. Tiap anggota gerak satu ikatan


e. Perhatikan lokasi ikatan sehingga tidak mengganggu aliran
darah/cairan
f. Posisi kepala lebih tinggi untuk mencegah aspirasi
g. Lakukan pemeriksaan vital sign tiap satu jam
h. Tempatkanlah pasien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf
i. Untuk penanganan pasien psikiatri
-

Bisa dilanjutkan dengan pemberian medikasi dan pasien diobservasi


setiap 30 menit dan setiap 15 menit unntuk pasien dengan delirium

Bila pasien sudah dapat dikendalikan dengan medikasi, ikatan mulai


dilepas satu persatu

Dua ikatan terakhir harus dibuka bersama-sama tidak dianjurkan


untuk mengikat pasien hanya satu ikatan pada anggota gerak

j. Untuk pasien-pasien di ruangan intensif dilakukan restrain

farmakologi dengan diberikan obat Medazolane dan Fentanyl drip


selama 24 jam atau bolus sesuai kebutuhan pasien
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Pertahankan privasi pasien
b. Hindari pengikatan pasien pada side rail tempat tidur
c. Jauhkan simpul ikatan dari jangkauan pasien
d. Berikan rasa nyaman selama pengikatan
e. Monitor kondisi area yang diikat
f. Lakukan perubahan posisi secara periodik
g. Sediakan alat untuk memanggil perawat misalnya bel
h. Bantu

pemenuhan

kebutuhan

dasar

pasien

seperti

makan,minum,eliminasi dan kebersihan diri


i. Evaluasi secara periodik kelanjutan restrain dengan melibatkan
pasien (bila memungkinkan) saat merencanakan pelepasan restrain
j. Monitor respon pasien selama restrain
k. Minta bantuan pengamanan bila diperlukan
l. Dokumentasikan mengapa pasien harus diikat

Unit Terkait

m. Mencuci tangan
semua unit pelayanan pasien

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN


KONTRAKTUR PADA IMOBILISASI
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal Terbit

Ditetapkan

1 September 2013

Direktur RSUD Anuntaloko Parigi

dr. Revy J.N Tilaar


Nip. 19651129 199903 1 005
Pengertian

Kontraktur / deformitas terjadi akibat pemendekan serabut otot karena


imobilisasi pada posisi non fungsional, contohnya berbaring lama posisi
tungkai menekuk, membuka keluar, atau droop food ( pergelangan kaki
dalam posisi plantar fleksi)

Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah mengindentifikasi kontraktur


sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat
SK direktur Nomor 124 Tahun 2013 tentang Pelayanan pasien-pasien
resiko tinggi di RSUD Anuntaloko Parigi

Kebijakan
Prosedur

1. Dilakukan pengkajian pada pasien berusia lebih dari 60 tahun yang


mengalami imobilisasi
2. Di lakukan di IRD atau poliklinik atau ruang perawatan oleh dokter
residen di bawah bimbingan supervisor
3. Dilakukan pengkajian pada pasien
mengalami pemendekan serabut otot

imobilisasi

yang

dicurigai

4. Dilakukan upaya pencegahan pada pasien imobilisasi sebelum


terjadinya kontraktur yaitu:
a. Mobilisasi psn secara bertahap secepatnya
b. Proper positioning , dengan memposisikan pasien sedemikian
rupa agar dapat berbaring dengan posisi dengan sendi-sendi
penopang tubuh pada keadaan serupa dengan saat berdiri tegak,
yaitu kepala, punggungserta tungkai dalam keadaan lurus,
sedangkan sendi pergelangan kakai dalam posisi seperti berdiri
tegak dimana tungkai dan kaki membentuk sudut 90 derajat.
c. Static splinting (pemberian foot board, ankie foot orthosis) agar
sendi pergelangan dipertahankan pada posisi fungsional
d. Apabila pasien mampu menggerakan tungkai secara mandiri saat
sedang berbaring, maka dapat dilakukan gerakan-gerakan
sederhana sesuai kemampuan pasien, dimulai dengan gerakkan
clorso fleksi plantar fleksi pergelangan kaki yang dilanjutkan
dengan menekuk lutut secara bergantian dengan menggeser

tungkai pada tempat tidur, dan posisi lurus sampai menekuk


secara berulang-ulang minimal 3 kali sehari, 10 gerakan untuk
setiap tungkai atau sesuai kemampuan pasien

Unit Terkait

5. Apabila sudah terjadi kontraktur atau terdapat keterbatasan gerak sendi.


Dilakukan latihan gerak sendi ekstermitas aktif dan pasif disertai low
stretching minimal 1-2 kali sehari untuk menjaga seluruh rentang gerak
sendi. Untuk mempermudah streching dapat diberikan ultrasound
diatermi pada otot yang hendak dilatih
1. SMF Rehabilitasi Medik
2. Semua instalasi Rawat Inap

IMOBILISASI

No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Ditetapkan

1 September 2013

Direktur RSUD Anuntaloko Parigi

dr. Revy J.N Tilaar


Nip. 19651129 199903 1 005
Pengertian

imobilisasi didefinisikan sebagai kehilangan gerakan anatomik akibat


perubahan fungsi fisiologis, yang dalam praktek sehari-hari dapat diartikan
sebagai ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas mobilitas di tempat
tidur, transfer, atau ambulasi selama lebih dari 3 hari

Tujuan

sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengindentifikasi


imobilisasi dan dapat memberikan penanganan yang tepat.
SK Direktur Nomor 124 Tahun 2013 tentang Pelayanan pasien-pasien
resiko tinggi di RSUD Anuntaloko

Kebijakan
Prosedur

1. Dilakukan pengkajian pada pasien berusia lebih lanjut dari 60 tahun


dengan dua atau lebih penyakit kronik degeneratif yang disertai
dengan sindrom geriatri
2. Dilakukan di unit gawat darurat atau poliklinik atau ruang
perawatan oleh DPJP dan peserta didik.
3. Dilakukan pengkajian pada pasien dengan skor ADL (Darthel
index) kurang dari sama dengan 8 (ketergantungan berat dan total)
4. Identifikasi faktor resiko imobilisasi berupa faktor fisik,psikologi
dan lingkungan

5. Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa status fungsional dengan


ADL (Barthel index), status mental dengan GDS (geriatric
depresior

scale), status kognitif dengan minimental state

examination (MMSE), abbreviation mental test (AMT), tingkat


mobiilitas dinilai dengan mengevaluasi mobilitas ditempat tidur,
kemampuan transfer, mobilitas di kursi roda, keseimbangan saat
duduk dan berdiri,gait nyeri saat gerak dan pemeriksaan penunjang
laboratorium, rontgen, dan lain-lainnya untuk mengetahui risiko
dan komplikasi imobilisasi yang terjadi pasien.
6. Diberikan terapi yang terdiri atas tatalaksana umum dan khusu,
yaitu : Tatalaksana umum :
a. Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien,
keluarga dan pramuwreda
b. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah
baring lama, pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini,
serta mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan
aktifitas kehidupan sehari-hari sendiri.
c. Dilakukan pengkajian giriatri paripurna, perumusan target
funsional dan pembuatan rencana therapi yang mencakup
pada perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai
target therapi
d. Temu

kenali

dan

tata

laksana

infeksi,

malnutrisi,anemia,gangguan cairan dan elektrolit yang


mungkin terjadi pada kasus immobilisasi, serta penyakit /
kondisi penyerta lainnya
e. Evaluasi obat-obatan yang dapat menyebabkan kelemahan
atau kelelahan ( harus diturunkan dosisnya atau dihentikan

bila memungkinkan)
f. Berikan nutrisi yang adekuat,asupan cairan dan makanan
ynag mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan
mineral
g. Program latihan dan remobilisasi mulai ketika kesetabilan
kondisi medis terjadi
h. Manajemen berkemih dan defikasi , termasuk penggunaan
komod atau toilet
Tatalaksana khusus\
a. Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
b. Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi
c. Pada keadaan-keadaan khusus konsultasikan,kondisi medik pada
dokter spesialis yang berkompeten
d. Lakukan remobilisasi segera dan bertahap
e. Upayakan dukungan lingkungan dan ketersediaan alat bantu untuk
mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas
permanen.

Unit Terkait

1. Fisiotherapi
2. Instalasi gizi
3. Instalansi farmasi
4. Semua instalansi rawat inap

KASUS KEMATIAN

No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Ditetapkan

1 September 2013

Direktur RSUD Anuntaloko Parigi

dr. Revy J.N Tilaar


Nip. 19651129 199903 1 005
Pengertian

pasien-pasien yang meninggal akibat penyakit dan atau akibat prosedur


medik yang telah dilakukan

Tujuan

sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan kasus kematian


sehingga dapat melakukan tindakan , pelaporan dan pembahasan kasus
kematian yang terjadi yang melibatkan SMF ilmu anastesi dan terapii
intensif
SK Direktur Nomor 124 Tahun 2013 tentang pelayanan pasien-pasien
resiko tinggi di RSUD Anuntaloko Parigi
1. Melakukan penilaian apakah kematian yang terjadi akibat kondisi

Kebijakan
Prosedur

terminnal dari penyakit yang diderita atau sebagai konsekuensi dari


prosedur medik atau terjadi kesalahan prosedur (malpraktik) yang
akan dibahas dalam acara audit medik
2. Melakukan penilaian apakah dalam menghadapi kasus terminal
akan melakukan resusitasi atau tindakan lain sesuai SPM
3. Memberi penjelasan secara rinci kepada keluarga pasien tentang
kondisi pasien, tindakan yang dilaksanakan sehingga keluarga dapat
mengerti sepenuhnya
4. Setelah tanda-tanda kematian jelas terlihat maka penjelasan diulang
kembali dan menyampaikan berita tersebut kepada keluarga pasien.
5. Membuat laporan secara rinci dan bertanggung jawab sehingga
terdapat laporan kronologis pasien sampai dengan meninggalnya
pasien
6. Membuat surat kematian secara lengkap sesuai dengan format
7. Melakukan audit medis terhadap kasus kematian tersebut

Unit Terkait

1. Instalasi rawat inap


2. SMF terkait

PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN


SYOK KARDIOGENIK
No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Ditetapkan

1 September 2013

Direktur RSUD Anuntaloko Parigi

dr. Revy J.N Tilaar


Nip. 19651129 199903 1 005
Pengertian

suatu keadaan syok akibat kegagalan kerja jantung

Tujuan

sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan pertolongan


cepat dan tempat)
SK Direktur Nomor 124 Tahun 2013 tentang pelayanan pasien-pasien
resiko tinggi di RSUD Anuntaloko Parigi

Kebijakan

Prosedur

1. Bebaskan jalan nafas buka pakaian penderita dan pasien ditidurkan


pada tempat yang datar
2. Beri O2,5-8 liter permenit dengan fase masker
3. Pasang infus dex 5% atau bial ada dextran 40,28 tetes /menit atau
RL 28 tetes / menit
4. Kolaborasi pemberian obat :
a. Morphin 4-3 mg intervena
b. Dopamin 2-15 mic gram /kg /menit
c. Norephinephrin 2-20 mic gram/kg/menit
d. Dopamin 2,5 10 mic gram /kg/menit
e. Furosemid 40-80 mg atau asam atakrinik son (bila ada
bendungan paru)
5. Lakukan pemeriksaan penunjang EKG,elektrolit,AGD,Thorax foto
6. Monitor vital sign masing-masing 5 menit sampai stabil selanjutnya
bertahap 15 menit -30menit 1 jam
7. Melakukan pendokumentasian pada catatn perawatan

Unit Terkait

IRD,ICU,HCU
Seluruh ruangan

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)


No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Ditetapkan

1 September 2013

Direktur RSUD Anuntaloko Parigi

dr. Revy J.N Tilaar


Nip. 19651129 199903 1 005

Pengertian

Suatu upaya mengembalikan fungsi sistem sirkulasi dan pernafasan untuk


menjamin oksigenasi yang cukup pada sel sel otak dan jantung, ketika
sistem sirkulasi dan pernafasan berhenti mendadak

Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah langkah memberikan panduan untuk


memberikan bantuan hidup dasar yang berkualitas tinggi untuk
menyelamatkan pasien
SK Direktur Nomor 124 Tahun 2013 tentang pelayanan pasien pasien
resiko tinggi di RSUD Anuntaloko Parigi
1. Yakinkan lingkungan aman bagi pasien dan penolong
2. Nilai respon pasien
3. Periksa apakah pasien bernafas. Jika pasien tidak bernafas atau

Kebijakan
Prosedur

bernafas tidak normal aktifkan sistem emergenci (code blue)


4. Periksa nadi selama < 10 detik
a. Nadi karotis untuk dewasa dan anak anak
b. Nadi brachialis untuk bayi
5. Jika nadi teraba berikan nafas buatan tiap 5 6 detik (8-10 kali
permenit), evaluasi setiap 2 detik
6. Jika nadi tidak teraba atau tidak meraba nadi dalam 10 detik
lakukan segera resusitasi jantung paru
a. Mulai dengan kompresi dada
- Tentukan lokasi kompresi. Titik kmopresi terletak dibagian
setengah bawah tulang dada atau diantara puting puting
-

susu
Letakan salah satu tumit tangan dititik kmopresi
Tangan yang lain ditempatkan diatas tangan yang pertama
Luruskan lengan anda dan posisikan bahu anda tepat

diatas lengan
Tekan dengan keras dan cepat
Tekan kebawah minimal 5 cm setiap kompresi
Berikan kompresi dengan kecepatan 100 kali/menit
b. Buka jalan nafas
- Buka jalan nafas dengan Head tilt Chin Lift (pasien non
-

trauma) atau jaw thrust (pasien trauma)


c. Berikan nafas buatan
- Berikan nafas buatan sebanyak 2 kali
7. Prosedur dilanjutkan sampai ada respon dan time code blue datang
Unit Terkait

Seluruh staf rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai