TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika fluida cairan maupun gas
terikat pada suatu padatan atau cairan (adsorben). Proses ini menghasilkan
akumulasi konsentrasi zat tertentu dipermukaan media setelah terjadi kontak antar
muka atau bidang batas cairan dengan cairan, cairan dengan gas atau cairan
dengan padatan dalam waktu tertentu. Adsorben merupakan zat padat yang dapat
menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida (Saragih, 2008). Kebanyakan
adsorben adalah bahan- bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung
terutama pada dinding pori- pori atau pada letak-letak tertentu di dalam partikel
itu. Oleh karena pori-pori biasanya sangat kecil maka luas permukaan dalam
menjadi beberapa orde besaran lebih besar daripada permukaan luar dan bisa
mencapai 2000 m/g. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau
karena perbedaan polaritas yang menyebabkan sebagian molekul melekat pada
permukaan tersebut lebih erat daripada molekul lainnya. Menurut IUPAC
(Internasional Union of Pure and Applied Chemical) ada beberapa klasifikasi pori
yaitu :
1) Mikropori : diameter < 2nm
2) Mesopori : diameter 2 50 nm
3) Makropori : diameter > 50 nm
Adsorbat adalah substansi dalam bentuk cair atau gas yang terkonsentrasi
pada permukaan adsorben. Adsorbat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok
polar seperti air dan kelompok non polar seperti methanol, ethanol dan kelompok
hidrokarbon (Saragih, 2008).
2.1.1. Jenis Adsorpsi
Berdasarkan fenomena terbentuknya, adsorpsi dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.
1) Adsorpsi fisika, adsorpsi ini terjadi karena adanya gaya Van Der Walls dan
berlangsung bolak-balik. Ikatan yang lebih lemah antara adsorben dengan
3
adsorbat. Adsorpsi ini diakibatkan kondensasi molekular dalam kapilerkapiler dari padatan. Adsorpsi ini bersifat endoterm dan reversibel. Ketika
gaya tarik-menarik molekul antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar
dari gaya tarik-menarik zat terlarut dengan pelarut, maka zat terlarut akan
teradsorpsi diatas permukaan adsorben. Adsorpsi fisika umumnya terjadi
pada temperatur rendah dan dengan beratambahnya temperatur jumlah
adsorpsi mengalami penurunan. Panas adsorpsi yang menyertai adsorpsi
fisika adalah rendah yaitu kurang dari 20.92 kj/mol (Adamson, 1990).
2) Adsorpsi kimia, yaitu reaksi kimia yang terjadi antara zat padat dengan
adsorbat dan reaksi ini tidak berlangsung bolak-balik. Partikel melekat
pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia. Pada adsorpsi kimia,
molekul-molekul yang teradsorpsi pada permukaan bereaksi secara kimia.
(Adamson, 1990). Adsorpsi kimia merupakan proses pembentukan ikatan
kimia (ikatan kovalen dan ikatan ionik) antara adsorben (zat penyerap)
dengan adsorbat (molekul yang terserap). Adsorpsi ini menghasilkan
pembentukan melalui gaya-gaya dari valensi sisa dari molekul-molekul
pada permukaan (Sabiarto,2000). Adsorpsi ini bersifat sangat eksoterm dan
tidak reversibel.
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga,
yaitu lemah, terjadi pada zat anorganik kecuali golingan halogen (salah satunya
adalah klor). Adsorpsi menengah, terjadi pada zat organik aliafatik dan adsorpsi
kuat terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau dengan struktur
benzena) (Cahyana, 2009).
2.1.2. Kinetika Adsorpsi
Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan
laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas
sifat penting dari permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu
fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu
zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi
tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya
pada grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi atau laju
adsorpsi.
Laju adsobsi keseluruhan dikendalikan oleh kecepatan difusi dari molekulmolekul zat terlarut dalam pori-pori kapiler dari partikel adsorben. Kecepatan ini
berbanding terbalik dengan kuadrat diameter partikel, bertambah dengan kenaikan
konsentrasi zat terlarut bertambah dengan kenaikan temperatur dan berbanding
terbalik dengan konsistensi berat molekul zat terlarut (Freeman 1989).
Efektivitas adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal. Yaitu:
1. Jenis adsorpsi
2. Temperatur lingkungan (udara, air, cairan)
3. Jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin
mudah larut, makin sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak
terionisasi lebih mudah diadsorpsi)
2.2.
Zeolit
Mineral jenis zeolit sebelumnya telah dikenal sejak tahun 1756 oleh
Cronstedt secara tidak sengaja yakni ketika menemukan stilbit yang saat
dipanaskan serupa batuan mendidih (boiling stone) dikarenakan dehidrasi molekul
air didalamnya. Zeolit diklasifikasi sebagai golongan mineral tersendiri pada
tahun 1954, ketika itu dikenal sebagai molecular sieve materials. Menurut Joseph
V. Smith pada 1984, zeolit merupakan senyawa alumina silikat hidrat dengan
logam alkali yakni kelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis mineral.
2.2.1. Struktur dan Karakteristik Zeolit
Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi dengan unsur
utama terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Struktur primer zeolit terdiri dari
tetrahedral dengan 4 atom oksigen yang mengelilingi atom silikon sebagai pusat.
Struktur primer tersebut dihubungkan dengan struktur primer yang lain oleh
oksigen sehingga membentuk struktur sekunder. Zeolit dapat digunakan sebagai
adsorben dikarenakan zeolit merupakan polimer anorganik yang tersusun dari
satuan berulang berupa tetrahedral SiO2 dan Al2O3. Polimer yang terbentuk di
dalam zeolit merupakan jaringan tetrahedral 3 dimensi , yang mempunyai saluran
pori atau rongga yang tersusun beraturan. Selain itu, sifat-sifat psikokimia dari
zeolit alami dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Senyawa kimia
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
K2O
TiO2
Na2O
MnO
P2P5
LOI
CEC
Ukuran partikel
Ukuran saluran molekul
SBET
Volum pori
pH
%
68,26
12,99
1,37
2,09
0,83
4,11
0,23
0,64
0,06
0,06
8,87
120 meq/100 g
< 75um
7,9 A X 3,5 A
16,0 m2/g
0,039 cm2/g
7,5
sehingga
zeolit
mempunyai
rumus
empiris
sebagai
berikut
secara sempurna oleh kation lain, sehingga sangat baik diigunakan sebagai bahan
penukar ion.
2.2.2. Aktivasi Zeolit
Untuk meningkatkan daya adsorpsinya, zeolit alam perlu diaktivasi, baik
secara kimia maupun secara fisika. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan
perendaman dengan larutan asam florida untuk mengurangi kadar Silikon pada
zeolit.
Selanjutnya
dilakukan
perendaman
dengan
asam
klorida
yang
Daya adsorpsi zeolit tanpa aktivasi fisik sangat kecil yaitu sebesar 1,5 %.
Hal tersebut disebabkan karena rongga-rongga kristal di dalam zeolit, sebagian
sudah berisikan air. Hal ini membuat keadaan zeolit mendekati keadaan jenuh
akan air sehingga kemampuan zeolit sendiri untuk menyerap uap air dari
lingkungan jelas akan sangat kecil bila dibandingkan dengan zeolit yang sebagian
besar air yang berada di dalam rongga-rongga tersebut sudah dikeluarkan (Kirk
Othmer,1998).
Aktivasi fisik dengan pemanasan memiliki temperatur maksimal, tetapi
temperatur tersebut masih tergantung dari type zeolit itu sendiri. Untuk type zeolit
yang paling rendah yang memiliki rasio Si/Al-nya, dan biasa termasuk zeolit
alam, rata-rata memiliki temperatur maksimal >600C. Bila dipanaskan lebih dari
temperatur maksimalnya maka akan merusak struktur zeolit itu sendiri. Dengan
rusaknya struktur di dalam kristal zeolit akan mengakibatkan berkurangnya ruangruang hampa udara di dalam zeolit dan akhirnya akan mengurangi daya adsorpsi
zeolit (Kirk Othmer,1998).
2.3.
Bentonit
Bentonit merupakan istilah dalam dunia perdagangan untuk clay yang
0.33
sampai hijau zaitun, coklat kebiruan. Bentonit berasal dari perubahan hidrotermal
dari abu vulkanik yang disimpan dalam berbagai air tawar (misalnya, danau
alkali) dan cekungan laut (fosil laut yang melimpah dan batu kapur), ditandai
dengan energi pengendapan yang rendah oleh lingkungan dan kondisi iklim
sedang. Hamparan bentonit berkisar pada ketebalan sentimeter hingga puluhan
meter (sebagian 0,3-1,5 m) dan dapat lebih dalam lagi sampai ratusan kilometer.
Bentonit banyak terdapat secara luas di semua benua. Kandungan lain dalam
bentonit merupakan pengotor dari beberapa jenis mineral seperti kwarsa, ilit,
kalsit, mika dan klorit (Utracki, et. al, 2004). Bentonit dikenal dan dipasarkan
dengan berbagai sinonim seperti sabun tanah liat, sabun mineral, wilkinite,
staylite, vol-clay, aquagel, ardmorite, dan refinite (Johnston, 1961). Interaksi
antara suatu senyawa organic dan permukaan mineral bentonit terjadi melalui
tarikan elektrostatik atau pembentukan ikatan kimia. Sifat molekul organic seperti
struktur, gugus fungsional, dan sifat hidrofobik berpengaruh pada sifat adsorpsi.
2.3.1. Klasifikasi Bentonit
Bentonit dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Tipe Wyoming (Na-bentonit-Swelling bentonit)
Na-bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali dari semula
apabila dimasukkan kedalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu
dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih, pada keadaan basah dan
terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan
kapur tinggi, suspense kolodial mempunyai pH 8,6-9,8, posisi pertukaran
diduduki oleh ion-ion sodium (Herlina, 1999).
2. Mg (Ca-bentonit-nonswelling bentonite)
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan dalam air, dan
tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan
mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan
Ca rendah, suspense koloidal memiliki nilai pH 4-7. Posisi pertukaran ion
lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Karena sifat
daya tukar ion yang tinggi dan bersifat menyerap yang baik, karena itu
mineral montmorillonit dipergunakan sebagai bahan pemucat warna dan
perekat pasir cetak. Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap
selain itu juga dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah pertukaran
ion, sehingga terjadi perubahan menjadi Na-bentonit (Herlina. 1999).
2.3.2. Struktur dan Sifat Bentonit
Bentonit merupakan suatu mineral alumino silikat dengan struktur
berlapis. Bentonit mempunyai ciri khas kalau diraba seperti lilin dan teksturnya
seperti sabun. Bagian yang dekat dengan permukaan tanah berwarna hijau
kekuning-kuningan atau abu-abu dan warna terang setelah dikeringkan. Bentonit
juga mempunyai sifat plastis dan kolodial yang tinggi serta dapat mengalami
perluasan kisi. Munculnya sifat adsorben pada bentonit karena pada kisi bentonit
disubtitusi oleh muatan yang tidak seimbang, contoh Mg 2+ menggantikan Al3+ dan
10
Al3+ menggantikan Si4+. Ketidak seimbangan ini muncul karena subtitusi ion
dengan valensi yang berbeda pada tetrahedral, octahedral atau keduanya.
Tabel 2.2. Komposisi Kimia Bentonit Alami
Senyawa kimia
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
Na-Bentonit(%)
61,3-61,4
19,8
3,9
0,6
Ca-Bentonit(%)
62,12
17,33
5,30
3,68
3,30
0,50
1,3
K2O
H2O
2,2
0,4
7,2
0,55
7,22
temasuk limbah bahan berbahaya dan beracun. Spent acid merupakan asam hasil
limbah dari unit alkilasi pengolahan crude oil untuk menjadi suatu gas yang
berguna sebagai adiktif untuk menaikkan angka oktan dari bahan bakar premium,
komposisi nya sebagian besar ialah asam sulfat yang merupakan sebagai katalis
utama dalam reaksi antara iso butilen dan iso butana yang akan bereaksi untuk
11
membentuk iso oktana. Spent acid dianggap sebagai limbah, merupakan sumber
yang semakin penting dari sulfur dioksida untuk pembuatan asam sulfat.
2.4.1. Sifat Fisik dan Komposisi Kimia Spent Acid
Dikarenakan merupakan campuran dari beberapa konstituen yang
terbentuk dari unit alkilasi, campuran spent acid mempunyai beberapa unsur
penyusun nya, diantara adalah di tabel berikut.
Tabel 2.3. Komposisi spent acid
Komposisi
CAS
Persentase (%)
Penyusun
Asam Sulfat
7664-93-9
88-92
Distilat
64741-74-7
6-8
alkilat
Dietil Sulfat
64-67-5
< 0,2
Dimetil Sulfat
77-78-1
< 0,2
(petroleum) dan
No
Bentuk fisik
Cair
Tampilan visual
Keruh
Warna
Bau
Tajam
Ambang bau
>1mg/m3
Molecular weight
98,04
Molecular formula
H2SO4
12
C)
10
Tekanan uap
11
1,58 1,75
12
>1
13
100%
14
15
pH
Volatilitas
<1
<5%
16
17
Koefisien partisi
18
Titik nyala
isooktana, yang mana merupakan suatu indikator dari nilai oktan 100.
13
alkilat. Asam sulfat yang hilang diakibatkan oleh konsentrasi murni asam yang
sampai 98,5% dan aliran pembuangan yang membuang spent acid dari proses.
Aliran spent acid mengalir ke beberapa proses selanjutnya untuk diambil
hidrokarbon, dimana hidrokarbon ini akan dikembalikan kembali ke proses dan
spent acid akan disimpan di penyimpanan. Konsentrasi asam sulfat pada proses
alkilasi harus sangat hati-hati dalam penanganannya, semata-mata untuk
mencegah reaksi yang tidak diinginkan. Reaksi ini akan terjadi apabila kekuatan
asam dari feed mencapai kadar asam sulfat yang sampai 87%. Pada konsentrasi
asam, kondisi reaksi tidak mempengaruhi reaksi alkilasi antara olefin dan
isobutana. Malahan, olefin akan bereaksi dengan zat lain untuk membentuk
polimer conjunct yang mana diketahui sebagai lumpur asam, asam pelarut
minyak, dan minyak read.
Polimer conjunct akan terlarut di asam sulfat dan juga akan menurunkan
konsentrasi asam sulfat tersebut, bersamaan konsentrasi asam yang turun, reaksi
akan membentuk polimer conjunct tambahan yang lebih disukai dan mempercepat
reaksi. Reaksi lain yang juga terbentuk ialah oksidasi polimer oleh asam sulfat.
Polimer dioksidasi menjadi sebuah tar dan asam sulfat pun direduksi menjadi air
dan SO2, reaksi ini akan terjadi baik di unit proses alkilasi atau tangki
penyimpanan spent acid.
2.5.
Asam Sulfat
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat
murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh
karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat merupakan
komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di
atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit).
Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan
bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang).
Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan
14
SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih
stabil untuk disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum.
Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Terdapat berbagai
jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan:
1) 10%, asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium,
2) 33,53%, asam baterai,
3) 62,18%, asam bilik atau asam pupuk,
4)
Referensi Penelitian
Akhir-akhir ini, para peneliti banyak mempelajari prospek zeolit dalam
15