PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Sebagaimana yang telah termaktub dalam Surat Al Baqarah ayat 30, yang
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang digunakan sebagai pembatasan masalah dalam
1.3
BAB 2
LANDASAN TEORI
Kedudukan
dan
peranan
seorang
pemimpin
sangat
penting
dalam
mengarahkan dan menggerakkan bawahannya untuk mau dan mampu bekerja aktif
dan efektif guna mewujudkan tujuan organisasi.
Kepemimpinan seseorang dalam prakteknya akan bertumpu pada kemampuan
mengimplementasikan konsep kepemimpinan. Hal ini berarti, seorang pemimpin
dengan kepemimpinannya harus mampu mempengaruhi bawahannya dalam
melaksanakan pekerjaan guna mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,
kepemimpinan adalah proses di mana seseorang berusaha mempergunakan
pengaruhnya terhadap para bawahan (pengikutnya) dengan tujuan mempengaruhi
perilaku mereka sesuai dengan keinginannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Stogdill (1974:10) yang mengemukakan
leadership is a process (act) of influencing the activities of an organized group in its
efforts toward goal setting and goal achievement (proses tindakan mempengaruhi
aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam usaha menetapkan tujuan dan
pencapaian tujuan). Sementara itu Cowley (dalam Stogdill 1974:12) menjelaskan
bahwa leader is a person who has a program and moving toward an objective with
his group in a definite manner. Dengan kata lain bahwa pemimpin merupakan
individu yang memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk
mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Seorang pemimpin harus mampu mencurahkan segenap daya kekuatannya
untuk membawa dan mempengaruhi perilaku bawahannya menuju tujuan yang
digariskan dalam program kerjanya, karena untuk mendapatkan hasil kerja yang utuh
dalam suatu kepemimpinan seorang pemimpin dituntut mampu memadukan
kemampuan mempengaruhi bawahan dengan sumber daya lainnya secara tepat dan
benar, yaitu; melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan
dan pengendaliannya, yang kesemuanya diarahkan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan.
Ada tiga teori kepemimpinan yang paling terkenal, yakni teori sifat, teori
perilaku dan teori kontingensi (Stogdill, 1974:35-167; Stoner, 1986:113-142; Sutarto,
1995:39-137). Teori sifat memandang bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat/karakter yang dimiliki pemimpin itu. Sedangkan teori perilaku
berpandangan bahwa keberhasilan seorang pemimpin di dasarkan atas perilakunya.
Dengan kata lain pendekatan ini menjelaskan bahwa keberhasilan atau gagalnya
seorang pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin itu sendiri.
Bahkan Shekdon dan Steven (dalam Sutarto, 1995:38) menemukan adanya 76 tipe
stuktur badan yang berhubungan dengan perbedaan kepribadian seorang pemimpin.
Menurut Sutarto (1995:64) gaya bersikap dan bertindak pemimpin akan
nampak dalam beberapa hal, diantaranya cara melaksanakan suatu pekerjaan, cara
memberikan tugas, cara memberikan perintah, cara berkomunikasi, cara menegakkan
disiplin dan cara menegur kesalahan bawahan.
Sedangkan teori perilaku berpandangan bahwa keberhasilan seorang
pemimpin didasarkan atas perilakunya. Pendekatan ini menjelaskan bahwa
keberhasilan atau gagalnya seorang pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan
bertindak pemimpin itu sendiri. Menurut Sutarto (1995:64) gaya bersikap dan
bertindak pemimpin akan nampak dalam beberapa hal, diantaranya; cara
melaksanakan suatu pekerjaan, cara memberikan tugas, cara memberikan perintah,
cara berkomunikasi, cara menegakkan disiplin dan cara menegur kesalahan
bawahan.
Sementara itu menurut penelitian Ohio (dalam Thoha, 1996:273) seorang
pemimpin mempunyai orientasi kepemimpinan terhadap dua dimensi, yakni;
pemimpin yang mementingkan hasil atau perilaku tugas dan pemimpin yang
mementingkan bawahan atau perilaku hubungan. Berdasarkan pandangan teori
perilaku, gaya kepemimpinan yang efektif dipengaruhi oleh orientasi perilaku
pimpinan itu sendiri. Penemuan Greene (dalam Thoha, 1996:283) menyatakan
bahwa: ketika para bawahan tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik, pemimpin
cenderung untuk menekankan pada struktur pengambilan inisiatif (perilaku tugas).
Sebaliknya ketika para bawahan dapat melaksanakan pekerjaan secara baik,
pemimpin menaikkan penekanannyua pada pemberian perhatian (perilaku hubungan).
Teori kepemimpinan situasional atau teori kontingensi dikembangkan Fiedler
(dalam Hersey , 1996:189), yang mengemukakan bahwa kepemimpinan yang efektif
(mengikutsertakan),
dan
delegating
(mendelegasikan).
Gaya
pendapat
ahli
teori
sebagai
berikut
menentukan
2)
perilaku
sasaran)
kelompoknya)
3)
4)
bentuk
5)
interaksi)
kekompakan
6)
kelompok
dan
mendapatkan
kepuasan
anggotanya)
melaksanakan tugas-tugasnya)
Berdasarkan pendapat di atas, dalam kepemimpinan harus memperhatikan
komponen penetapan sasaran dalam mengarahkan tujuan, penetapan cara mencapai
tujuan, penetapan dan memelihara struktur kelompok, menentukan tindakan dan
interaksi kelompok, memelihara keterpaduan kelompok dan kepuasan anggota, serta
memudahkan tugas kelompok.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1
Hakikat Kepemimpinan
sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati,
tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan,
dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin, Seorang
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai
kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa
menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin juga seseorang yang aktif
membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin
pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Meskipun banyak di antara
pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah,
namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada
pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu
kepemimpinan yang melayani.
Kepemimpinan juga sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan
bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang
perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi
hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk
bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai
memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong
perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin
sejati
3.2
Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji
sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara
efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam
karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang
dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
a.
b.
10
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang
positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership
Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap
filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam
mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda beda
atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.
Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif,
dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward
(baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan
yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau
punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua
ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi
menimbulkan kerugian manusiawi
3.3
Gaya kepemimpinan
Ada beberapa gaya kepemimpinan yang biasanya diterapkan yaitu :
Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam
mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri,
dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja
11
yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga
keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan
pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan
pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur
organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari
kuasa dan tanggung jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik
dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Pengetahuan umum yang luas Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki
kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak
12
a.
Mampu merubah wawasan yang tadinya sempit dan spesialistik menjadi wawasan
b.
c.
sifatnya strategik
Persepsi peranan yang semula mungkin bersifat mekanistik berubah menjadi
3.
a.
b.
4.
5.
tinggi.
Daya ingat yang kuat Seorang pemimpin tidaklah mesti seorang yang jenius, tetapi
kemampuan intelektualnya seperti daya ingat kognitif dan penalarannya haruslah
berada diatas rata-rata dari orang-orang yang dipimpinnya. Salah satu bentuk
kemampuan intelektual tersebut adalah daya ingat yang kuat. Salah satu manifestasi
daya ingat yang kuat itu adalah kemampuan mengangkat kembali informasi yang
tersimpan di bawah sadar ke permukaan untuk kemudian digunakan untuk suatu
kepentingan tertentu.
6.
Kapasitas integratif Suatu organisasi modern yang kompleks hanya akan mencapai
tujuannya dengan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang tinggi apabila
organisasi tersebut dikelola dengan pendekatan kesisteman. Mengelola suatu
organisasi dengan pendekatan kesisteman pada dasarnya berarti bahwa satuan-satuan
kerja dalam organisasi merupakan sub sistem dari satu totalitas meskipun tiap-tiap
satuan kerja mempunyai fungsi, tanggung jawab dan kegiatan yang bersifat khas.
Kesemuanya harus merupakan bagian dari fungsi, tanggung jawab dan kegiatan
organisasi sebagai keseluruhan dalam rangka pengembanan misinya. Guna menjamin
bergeraknya organisasi sebagai suatu totalitas-lah peranan pemimpin selaku integrator
menjadi sangat penting, karena hanya seorang pemimpin yang mempunyai
13
bersifat mikro.
Keterampilan berkomunikasi secara efektif Dalam kehidupan organisasional
terdapat empat jenis fungsi komunikasi, yaitu: fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi,
8.
3.5
seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,
yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita
belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau
apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa
14
yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin
memberikan aturan aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan
tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi
suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti
tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi
Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang
dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila
staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat
melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan
inisiatifnya sendiri
Ditengah tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh
adanya perilaku staf / individu yang berbeda beda), maka untuk mencapai
15
bawahan.
Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang orang di
luar organisasinya.
16
17
untuk membawa orang orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan
yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang
mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang
dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa
generasi.
Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role.
Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi
organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke
dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi
itu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia
selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi
orang orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki
kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam
menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana
kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari hari seperti monitoring
dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya
3.6
Etika Kepemimpinan
Etika pemimpin adalah mengungkapkan simpati, rasa hormat, dan kepedulian
kepada karyawan, kustomer, dan stakeholders yang ada di ruang lingkup kerja
perusahaan. Etika pemimpin harus menjangkau batas-batas psikologi positif melalui
rasa sayang, kepedulian, perhatian, rasa hormat, dan tanggung jawab.
Pemimpin yang bekerja dengan etika akan memiliki komitmen dan tanggung
jawab kepada orang lain, dan akan ikut mendorong terciptanya kinerja terbaik buat
perusahaan dan karyawan.
18
Sikap dan perilaku pemimpin yang fleksible dalam junjungan moralitas dan
etika kerja yang baik, akan menciptakan karakteristik kepemimpinan yang efektif dan
dinamis.
Kepemimpinan yang beretika akan menciptakan budaya kerja dalam
keharmonisan bersama sikap dan kebiasaan-kebiasaan positif yang efektif buat sukses
perusahaan.
Etika pemimpin haruslah terfokus kepada cara kerja yang efektif dan
produktif dalam menghasilkan kualitas kerja terbaik. Komitmen dan tanggung jawab
haruslah menjadi ujung tombak dalam setiap gerak dan langkah kepemimpinan yang
baik.
Etika pemimpin bukanlah sebuah kata statis yang mati, tapi merupakan
sebuah kata yang berkembang bersama perubahan. Sebuah kata yang terbentuk dari
kebiasaan-kebiasaan positif untuk menciptakan kinerja terbaik buat perusahaan,
kustomer, karyawan, dan stakeholder.
Etika pemimpin berarti membangun tanggung jawab untuk menciptakan relasi
yang nyaman dan terpercaya di antara perusahaan, kustomer, pemimpin, karyawan,
dan stakeholder
3.7 Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan
Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya diukur dari produktifitas dan
efektifitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Bila produktifitas
naik dan semua tugas dilaksanakan dengan efektif, maka ia disebut sebagai pemimpin
yang berhasil. Sedang apabila produktifitasnya menurun dan kepemimpinannya
dinilai tidak efektif dalam jangka waktu tertentu, maka ia disebut sebagai pemimpin
yang gagal.
Ada beberapa indikator yang dapat kita pakai sebagai petunjuk keberhasilan
kepemimpinan dalam suatu organisasi, ialah sebagai berikut:
1. Meningkatnya hasil-hasil produksi dan pemberian pelayanan oleh organisasi (aspek
ekonomis dan teknis)
2. Semakin rapinya sistem administrasi dan makin efektifnya manajemen yang meliputi:
19
a. Pengelolaan SDM, alam, dana, sarana dan waktu yang makin ekonomis dan efesien.
b. The right man in the right place, dengan pendelegasian wewenang yang luas.
c. Struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan ada integrasi dari
semuabagian.
d. Target dan sasaran yang ingin dicapai selalu terpenuhi sesuai dengan ketentuan jadwal
waktu.
e. Organisasi dengan cepat dan tepat dapat menyesuaikan diri pada tuntutan
perkembangan dan perubahan dari luar organisasi (masyarakat, situasi dan kondisi
sosial politik dan ekonomis)
3. Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang human
sifatnya, antara lain berupa:
a. Terdapat iklim psikis yang mantap, sehingga orang merasa aman dan senang bekerja.
b. Ada disiplin kerja, disiplin diri, rasa tanggungjawab, dan moral yang tinggi dalam
organisasi.
c. Terdapat suasana saling mempercayai, kerjasama kooperatif dan etik kerja yang tinggi.
d. Komunikasi forma dan informal yang lancar dan akrab.
e. Ada kegairahan kerja dan loyalitas tinggi terhadap organisasi.
f. Tidak banyak terdapat penyelewengan dalam organisasi
g. Ada jaminan-jaminan sosial yang memuaskan.
3.8 Kepemimpinan Dalam Wirausaha
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah
pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan
orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan
yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil memimpin para karyawannya
dengan baik. Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya pada pertumbuhan
yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang
berkesinambungan dari perusahaan.
20
21
3.9 Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam dunia
wirausaha
22
1.
Keterampilan konseptual
Conceptual skills adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi. Ini mencakup
kemampuan manajer untuk melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan dan
memahami hubungan antara bagian yang saling bergantung, serta mendapatkan,
menganalisa dan menginterpretasikan yang diterima dari bermacam-macam sumber.
2.
3.
pengorganisasian,
penyusunan,
kepegawaian
dan
pengawasan.
mereka tidak sangat mungkin untuk berhasil dalam usaha mereka. Dalam perjalanan
melakukan bisnis, Anda selalu akan menghadapi sejumlah tantangan, masalah dan
situasi yang menuntut perhatian Anda yang cepat, keputusan dan resolusi.
Namun, setelah evaluasi hati-hati ada banyak risiko yang layak mengambil,
terutama jika variabel mereka dapat diperiksa dan kemudian bekerja keluar dan jika
mayoritas ketidakpastian tersebut ditentukan untuk menjadi baik untuk bisnis. Pada
waktu itu, Anda harus bersedia menjadi resiko pengambil, jika tidak, anda tidak akan
bertindak dalam kapasitas kepemimpinan yang efektif kewirausahaan.
2. Bijaksana, Smart dan Menerima Ide Baru - Kebanyakan orang percaya menjadi
pintar semua yang ada untuk menjadi seorang eksekutif yang sukses - tapi
kebijaksanaan, kemauan untuk belajar hal baru dan penerimaan realitas baru dan
sudut pandang juga sifat-sifat yang diperlukan untuk menang dalam kewirausahaan
Anda perusahaan.Tentu saja, kepandaian anda, wawasan yang tajam, dan cerdas
interaksi dengan orang lain akan membawa Anda jauh seluruh urusan bisnis Anda.
Terlepas dari posisi Anda, situasi saat ini yang kompleks dan tekanan-dikemas
memaksa Anda untuk menunjukkan ketangguhan mental, kewaspadaan dari
perubahan keadaan dan intelijen mengenai tren. Mereka atribut akan membantu Anda
mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari klien Anda dan semua rekan Anda
atau mitra.
3. Eksekutif Pengembangan Kepemimpinan - Ini masih kejutan saya untuk
mendengar seseorang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah bakat hanya
beberapa orang dilahirkan dengan. Ya, itu benar bahwa bahan-bahan mentah dan
karakteristik keunggulan kepemimpinan dapat sulit untuk mendeteksi atau
menemukan di antara setiap massal acak atau tidak terorganisir individu.
Tidak banyak orang yang secara alami memiliki jenis saraf yang diperlukan untuk
memimpin. Namun, program yang inovatif pelatihan hari ini dengan mudah
memberdayakan kelompok-kelompok besar orang biasa untuk belajar, memahami
dan mengadopsi dasar-dasar prinsip-prinsip kepemimpinan terbukti kewirausahaan,
praktek dan disiplin.
24
25
2.
Responsible
Menanamkan akuntabilitas yang sebenarnya membutuhkan evaluasi yang
teratur. Kebiasaan memahami tanggung jawab terhadap apa yang dipikirkan dan
dilakukan merupakan hal bernilai. Menanamkan akuntabilitas yang sebenarnya pada
diri orang lain membutuhkan pujian dan evaluasi kinerja yang teratur. kebiasaan
semacam ini akan mengembangkan loyalitas yang lebih mendalam dan pemahaman
yang lebih besar sebagaimana tanggungjawab yang kita harapkan dari orang lain.
3.
4.
Nonconformity (ketidakcocokan)
Konformis tidak dilahirkan, mereka dibuat. Sesungguhnya tekanan terusmenerus memborbadir individu dengan maksud bahwa mereka dapat diizinkan untuk
mendaki dari tangga penerimaan untuk sukses, datang dari semua sisi, hanya berbeda
sedikit dari generasi ke genarasi.
5.
Coureqeous (keberanian)
Ketika keberanian terhadap pendirian dan keberanian untuk menjadi
diri sendiri dan mengikuti jalan yang dipercaya sebagai yang terbaik merupakan
kekuatan sejati yang berkembang secara alami.
26
6.
7.
Patience (kesabaran)
Sabar terhadap sesuatu yang hasilnya sudah tertentu karena dalam kepastian,
hanya sedikit ruang untuk kecemasan. Kesabaran merupakan kunci dasar dalam
membangun maupun mempertahankan hubungan.ketidak sabaran merupakan
pembalasan keadilan dari relasi dengan relasi konsumen.keyakinan dalam apa yang
anda kerjakan dan memiliki kepastian bahwa segala sesuatu terjadi pada saat yang
tepat dan ditempat yang tepat.
8.
Listen (mendengarkan)
Mendengarkan merupakan suatu hal vital dalam bisnis, khususnya dalam tiga
area utama, namun jarang kita menyediakan waktu untuk mereka satu persatu
area pertamaberkaitan dengan siapa saja memiliki tanggung jawab besar untuk
mengajarkan. Areakedua adalah siapa saja yang terlibat dalam suatu posisi
tanggungjawab seharusnya selalu memiliki kemauan untuk mendengarkan ide dan
pemikiran
kolega
koleganya.
Areaketiga berkaitan
dengan
mendengarkan
Enthusiasm (antusiasme)
Optimisme dan anthusiasme keduanya saling membantu tidak mungkin ada
seseorang yang pesimis sekaligus antusias. Antuasisme satu orang akan berbeda
dengan yang lain. Namun, kita akan mengenali ketika orang lain memilikinya. Dia
bergairah dalam apa yang mereka kerjakan dan keyakinan mereka menular kepada
yang lain.
27
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dalam lingkungan bisnis ada keterkaitan antara pengaruh kepemimpinan
29
DAFTAR PUSTAKA
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
1983,
J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Jakarta: Kencana, 2008
30