Anda di halaman 1dari 9

Skills lab 1

Rabu, 11 Mei 2011


Asdos : dr. Nita
Bismillah terlebih dahulu...
Sebelum ke pemeriksaan mata, mari kita lihat lebih dulu anatomi mata supaya
lebih jelas

Pemeriksaan Mata :
Palpebra
Anatomi palpebra
1: Muskulus levator palpebra
2: konjungtiva palepbra
3: Tarsus
4: Kelenjar meibom
5: Muara kelenjar
6: Kelenjar Moll
7: Bulu mata
8: Kelenjar Sebasea Zeis
9: Kel. keringat
10: Muskulus orbikularis

Dinilai adanya :
- Edema palpebra : kalo edema-nya simetris, penyebabnya biasanya penyakit
sistemik (ex: Penyakit jantung, sindroma nefrotik,dll). Kenapa palpebra dulu
yg terkena? Karena jaringan ikatnya paling longgar, jadi kalau ada cairam
ekstraseluler-interstitial itu akan cepat masuk ke palpebra. Terus kita lihat
juga ke warna edemanya, kalau itu berwarna sama seperti warna kulit
disekitarnya ->> penyakit sistemik. Kalau muncul seperti tanda radang
(kalor,dolor,rubor,tumor) kemungkinan ada infeksi/radang di bagian palpebra
(istilahnya blefaritis). Kalau setelah terjadi kecelakaan, biasanya juga edema,
bisa bilateral/ unilateral tapi bengkaknya itu biasanya perdarahannya,
warnanya merah terang atau malah biru keunguan.

Ptosis : palpebra susah terangkat/ seperti jatuh. Biasanya terdapat pada


orang usia lanjut apalagi setelah pembedahan intraokular, miastenia gravis,
sindrom horner, palsi N III, suntikan vaksin botulinum.
Pseudoptosis : palpebra susah diangkat karena beban palpebra. Biasanya
karena kelemahan m. Levator palpebra. Terdapat pada enoftalmus, ftisis
bulbi, kalazion atau tumor kelopak lainnya, edema palpebra, dan
blefarokalasis.
Lagoftalmus : palpebra tidak bisa menutup
Eksoftalmus : seluruh bola mata menjorok ke depan. Pembesaran
seimbang/sama. Biasa terjadi pada orang rabun jauh/ miopi dan hipertiroid
Proptosis : bola mata menjorok ke depan karena desakan dari belakang,
misal karena tumor di n.opticus, tumor intraobita sehingga pembesarannya
juga tidak normal. Misal terdapat tumor di bagian nasal, maka
pembesarannya ke arah temporal.
Kalazion hordeolum : bhs awamnya bintiten/timbilen . biasanya karena ada
radang di kelenjar skitar palpebra. Kalau kalazion karena radang di kelenjar
Meibomm sebelah posterior. Kalau hordeolum, dibagi 2 : internum dan
eksternum. Yang internum kenanya di kelenjar meibomm, sedangkan
eksternum kenanya di kelenjar Zeiss/ Mole.

gmbr. Hordeolum eksternum


Cara membedakannya gimana tuh? Jadi nanti palpebranya dilihat pake
cahaya senter, kalau benjolannya gak bergerak2 atau gerakan kulitnya tidak
sesuai dengan gerakan benjolannya, itu namanya hordeolum eksternum,
kalau hordeolum internum biasanya benjolannya sampai menembus belakang,
benjolannya
gerak
sesuai
pergerakan
palpebra.
Jadi
nanti
untuk
pemeriksaannya, kita buka palpebranya, bisa dengan tangan atau kalo susah,
bisa dengan cuttonbud. Kita buka untuk melihat konjunctiva palpebranya, tapi
agak sulit soalnya lapisan lemak di palpebra lebih banyak. Harus bisa lho nanti
kita ngelakuinnya, hati-hati yah...takut pasiennya kesakitan...

Pemeriksaan Palpebra atas


Konjunctiva
Cara kita lihatnya sambil kita buka palpebra superior untuk melihat
konjuctiva superiornya, dan konjunctiva inferior dengan membuka palpebra
inferior. Kita lihat : normalnya konjunctiva bening dan tidak terlalu banyak vasa
yang kelihatan, kalo ada pelebaran pembuluh darahwarna konjunctiva nanti
menjadi kemerahan istilahnya injeksi konjunctiva. Injeksi konjunctiva bisa
dilihat di bola matanya, nanti pelebaran pembuluh darahnya dari perifer ke
sentral, dan beranastomose/ bercabang2. Sedangkan injeksi silier itu pelebaran
pembuluh darahnya dari sentral iris ke peifer, dan tidak bercabang2/lurus karena
ada pelebaran pembuluh darah di badan silier bagian uvea anterior.

Gbr: Injeksi konjungtiva


Trauma : misal Mas Ai maen futsal dan matanya kena bola, nanti ada
namanya subkonjunctiva bleeding/hematoma subkonjunctival. Jadi nanti
dibagian sklera ada ngecap merah gitu. Penyebabnya karena terjadi bleeding
dibagian belakang konjunctiva (antara konjunctiva dan sklera). Jadi pembuluh
darah disana pecah, yaitu arteri konjungtiva, arteri siliar longus,dan arteri
episklera.

gmbr. Subkonjunctiva bleeding


Iritasi kronis : misal Mila naik motor dari bantul-jakal PP terus nggak pakai
kacamata, kan matanya kena debu tuh terus terjadi iritasi kronis, entar bisa
terjadi pteridium dan pingeukula. Kalau pingeukula, nanti ada tonjolan putih
seperti selaput di skleranya karena teriritasi trs lapisan skleranya membuat
lapisan baru/regenerasi, biasanya masih akut. Kalau udah kronis, nanti akan

membentuk jaringan vibrovaskuler bentuknya segitiga,


konjunctiva ke arah kornea yang dinamakan pteridium.

pangkalnya

dari

gmbr. pteridium
Ayo, kita bahas bagian2nya mulai dari anterior:
Kornea
Kornea dilihat kejernihannya dan permukaannya. Normalnya jernih dan
permukannya rata. Kornea bisa dilihat di ruangan yang gelap dan dengan cahaya
buatan (senter,dll).
Kelainannya:
Ulkus kornea, misal matanya Fia kena debu pasir, terus dikucek2, nanti
bisa terbentuk ulkus. Ada 3 macam ulkus : nebula, makula dan leukoma.
Yang membedakan itu tingkat kedalamannya.
-nebula, kedalamannya hanya superfisial, seperti awan/kabut halus dalam
kornea
-makula, lebih dalam (bisa dilihat di cahaya biasa), ada gambaran
serabut putih
-leukoma, lebih dalam lagi, gambarannya putih2 seperti porcelen. Dari
jauh pun sudah terlihat dengan jelas.
Edema kornea, bengkak pada permukaan mata, gambarannya mata
keliatan keruh keseluruhan, terjadi karena peningkatan tekanan
intraokuler (TIO), istilah penyakitnya glaukoma.
Normal TIO : 10-20. Ciri2 TIO : pusing, mata terasa pegal, potopobia
- Makrokornea, ukuran kornea lebih besar daripada normal
- Mikrokornea, ukuran kornea lebih kecil daripada normal, normal diameter
kornea 12 mm
- Arkus senilis, cincin berwarna putih abu2 di lingkaran luar. Biasa terjadi
pada lansia, karena proses degenerasi.
- Edema kornea, kornea keruh dan sedikit menebal. Edema kornea terjadi
pada glaukoma kongenital, pascabedah intraokular, dekompensasi endotel
kornea, trauma, infeksi kornea
- Erosi, lepasnya epitel kornea superfisial (uji flouresen positif)
- Infiltrat, tertimbunnya sel radang pada kornea sehingga warnanya menjadi
keruh yang dapat memberikan uji placido positif
- Sikatriks, jaringan parut pada kornea yang mengakibatkan permukaan
kornea ireguler sehingga memberikan uji placido positif. Ada beberapa
bentuk, yaitu :
- Fistula : keratitis yang sudah kronis, sehingga jaringan korneanya bisa
berlubang dan humor aquous-nya bisa keluar. Dimana nanti TIO , infeksi
dan bisa terjadi panoftalmitis , yaitu radang diseluruh bola mata.
Tes untuk melihat kelengkungan kornea : alatnya Keratoskop Placido.

Pemeriksa memegang papan Placido dengan salah 1 matanya


mengintip dari balik lubang papan minta pasien memperhatikan gambar
di papan pemeriksa pelan2 bergerak arah pasien (dengan masih
memegang papan) lihat bayangan lingkaran2 seperti obat nyamuk itu
yang
terbentuk
di
kornea
pasien,
normalnya
garis
tidak
terputus2/konsentris. Abnormal kalau garisnya terputus/tidak beraturan,
misal pada orang astigmatisme, maka bentuk garis tidak beraturan.
Baiknya dilakukan ditempat yang tidak terlalu terang dan pasien tidak
menghadap lampu. Kelemahannya tes bersifat subjekstif.
Flouresen test tetes (1 kali pakai, sudah jarang dipakai) & kertas, lebih
objektif
Cara tes dengan tetes flouresens :
1. 1 mata ditetesi flouresen 1-2 tetes dan dikejap2kan, nanti warna
matanya bakal jadi hijau karena flouresinnya berpendar
2. setelah warnanya merata, nanti diirigasi dengan akuades pakai spuit 3
cc sampai bersih. Kalau ada ulkus nanti ada sisa zat flouresen dimata,
jadi ada bercak2 hijau gitu..karena zat flouresennya akan mengisi
rongga ulkus itu tadi.
Cara tes dengan kertas flouresen :
1. Ambil kertas flouresen, lalu dilipat 5 mm.
2. Letakkan di 1/3 lateral mata.
3. Dikedip2kan matanya sampai kira2 warnanya merata, trus irigasi lagi
dengan akuades, dilihat ada sisanya nggak (prinsipnya sama seperti
tetes flouresen)

Gbr:
fluoresens.

tes

fluoresen

dengan

kertas

Lebih akurat lagi dengan pemeriksaan slit lamp

gmbr. Slit lamp test


Tes juga untuk refleks kornea
Cara pemeriksaan : pasien diminta melirik ke kanan ke kiri/kiri ke kanan , terus
dengan cuttenbud pemeriksa menyentuhkan cuttenbud itu ke lapisan mata
pasien dengan cepat, refleks (+) kalau pasien mengedipkan mata.
Camera Oculi Anterior (COA) : lihat kejernihannya, sudutnya (dalam/dangkal)
Kelainannya :
- hifema : adanya darah di COA, warnanya jadi kemerahan, dan karena di
COA ada trabekulum jadi darah tidak bisa masuk ke area itu, akibatnya
TOA akan meningkat.
- Hipopion : ada pus di COA, gambarannya putih2
- Sudut normalnya dalam, jadi irisnya tidak terlalu ke atas. Kalau dangkal
berarti irisnya terlalu ke atas. Cara melihatnya : pasien diminta melihat ke
depan, pemeriksa menyenteri mata dari lateral. Normalnya, sinar bisa
menembus sampai ujung mata yaitu nasal sudutnya dalam. Sudut
dangkal bayangannya tidak ada/ gelap. Sudut dangkal adalah suspek
pada penyakit glaukoma karena penyempitan trabekulum.
Iris
Iris normalnya warnanya bermacam2 tergantung suku bangsanya yaa,
kalo bule bisa hijau,biru,abu2, tapi kita bisa juga kalau pake contact
lens,hehehee. Warna itu terbentuk karena terdapat pigmen. Warna iris juga
normalnya merata. Gimana kalo irisnya gak berpigmen? Ya ga berwarna berarti,
so pasti gak normal.
Kelainan :
Atrofi, berwarna putih dan sukar bergerak bersama pupil. Iris atropi
terdapat pada DM, lansia, iskemia iris, glaukoma.
Tonjolan2 di permukaan iris (suspek tumor iris) atau istilahnya iritis
granulomatosa.
- Adanya pembuluh darah di iris / rubeosis. Karena radang dalam iris,
rubeosis iridis. Penyebabnya bisa karena DM, glaukoma kronis,
pascauveitis, dll.
- Sinekia
anterior,
menempelnya
iris
dengan
kornea
belakang.
Gambarannya permukaan bola mata akan berlekuk2.
- Sinekia posterior, menempelnya iris dengan dataran depan lensa, terdapat
pada uveitis.
- Subluxasio, iris bisa bergerak2 dan keluar dari zonula zinii bisa terjadi
iris tremolans (saat berkedip2 irisnya ikut bergerak juga)
- Injeksi silier, penyebabnya radang di badan silier sehingga ada pelebaran
pembuluh darah , gambarannya dari iris ada garis lurus2.

Pupil
Pupil adalah celahnya bola mata, bagian hitam ditengah2 iris. Normal
pupil diameter 3-4 mm. Normalnya juga pupil bisa menyempit/miosis (diatur oleh
s.parasimpatis)dan membesar/midriasis (diatur s.simpatis)
untuk mengatur
banyak sedikitnya cahaya masuk ke bola mata. Reflek pupil direk: mata diberi
cahaya senter,dilihat refleknya bergantian. Reflek indirek : salah satu mata diberi
cahaya, dengan mata lainnya ditutupi dengan tangan ditempelkan di tengah2
wajah. Nanti kedua mata akan berefleks sama (miosis) yang disebut refleks
konjugasi. Dinilai refleknya, apabila tidak sama dinamakan anisokonia (misal 1
miosis,1 midriasis).
Kelainan : miopi cenderung untuk miosis, hipermetropi cenderung midriasis.
Lensa
Dilihat kejenihannya. Normal jernih, kalau keruh bisa jadi suspek katarak. Dan
kalau positif katarak, dilihat matur/ imatur. Untuk melihat lensa lebih jelas bisa
memakai obat tetes yang berisi midriatikum (midriatil) yang fungsinya untuk
midriasis pupil, jadi lensanya bisa lebih mudah dilihat. Untuk melihat suatu
katarak itu matur/imatur menggunakan pemeriksaan Shadow Test.
Cara pemeriksaan :
1. Pasien diminta melihat lurus ke depan
2. Lalu pemeriksa menyenteri mata pasien pada sudut 45 0 dari samping, dari
bayangan iris.
3. Nanti ada bayangan yang dibiaskan dari humor aquosus.
4. Katarak matur : lensa lebih cembung karena menyerap cairan lebih
banyak,bayangan iris pada lensa terlihat kecil dan letaknya dekat
terhadap pupil, shadow test (-) ; katarak imatur: lensa masih
kecil,terdapat bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh
terhadap pupil, shadow test (+)
Kelainannya :
- Luxasio : seluruh lensa lepas dan masuk ke vitreus
- Subluxasio : sebagian lensa lepas dari pegangannya. Baik luksasio dan
subluxasio bisa ada tanda2 iris tremolans.
Fundus, melihat bagian dalam bulbu oculi untuk melihat vaskularisasinya,
macula, papilla,dll dengan funduskopi ofthalmoskop.

gmbr. funduskopi
Tekanan Intraokular (TIO)
normal : 10-20 mmHg. Kalau >20 mmHg suspek glaukoma, kalau >25 mmHg
sudah positif glaukoma. metode:
Manual : - tempelkan lidah di pipi,rasakan tekanan dengan jari seberapa
kerasnya
- Raba palpebra pasien, tekan lembut dan rasakan apakah tekanannya
sama dengan tekanan lidah. Kalau tekanannya sama = normal (N) ;
lebih keras = N (+); lebih lembek = N(-).
- Tapi ini ga objektif yaa...subjektif, kurang akurat juga...

Tonometer , ada 2 :
Tonometer Schiotz :
1. Pakai Pantokain 0,5 % (isinya tetrakain untuk anestesi lokal) diteteskan
dimata pasien 1-2 tetes.
2. Tunggu sampai pasien bilang pedes di matanya, pegang tonometer di
kedua sisi pemegangnya.
3. Letakkan di kornea pasien dan dilihat skalanya.
4. Misal tekanannya >20 mmHg, tambahkan pemberat di tonometer tsb,
letakkan ke kornea pasien, hasil skalanya sebelumnya (20 mmHg)
ditambahkan nilai jarum penunjuk skala yang baru.

Gbr: Tonometer Schiotz


Tonometer Aplanasi : mirip seperti slit lamp, mata pasien nanti ditembakkan
semacam angin dan hasil nilai TIO nya akan keluar sendiri di layar.

gmb. Tonometer aplanasi


Glandula lacrimalis

1: Kelenjar lakrimalis
2: Duktus Lakrimalis
3: Punctum Lakrimalis

4: Sakus Lakrimalis
5: Ductus naso Lakrimalis
6: Kanalikuli Lakrimalis
Glandula lacrimalis adalah kelenjar penghasil air mata, letaknya dibagian
antero-superior-temporal orbita. Air mata yang dihasilkan akan mengalir ke
kelopak, kornea dan konjunctiva bulbi. Setelah itu masuk ke punctum superior
dan inferior dan selanjutnya masuk ke canaliculi superior dan inferior bermuara
ke saccus lacrimalis. Dari saccus lacrimalis akan masuk ke ductus nasolacrimalis
dan keluar lewat meatus nasi inferior. Makanya kalo orang nangis kan ada cairan
keluar dari hidungnya, karena ada ductus nasolacrimal itu.
Pemeriksaan sistem saluran lacrimalis, yaitu :
Tes Schimmer : untuk menilai fungsi sekresi sistem lacrimalnya. Alat yang
digunakan kertas Whatman 41 (p : 35 mm, l: 5 mm)
Cara pemeriksaan :
1. Siapkan kertas whatman 41 dengan melipat 5 mm dari ujungnya.
2. Letakkan kertas di 1/3 lateral fornik inferior
3. Tunggu 5-10 menit
4. Amati dan ukur bagian yang basahdikatakan normal kalau kertas
basah 10-30 mm (1-3 cm).
5. Kalau kurang dari nilai tersebut menunjukkan sekresi/produksi air
matanya berkurang. Bisa karena dehidrasi atau obstruksi glandula
lacrimalis (tumor,kongenital).
Tetes chloramphenicol : chloramphenicol adalah salah satu obat antibiotik mata.
Obat ini rasanya pahit, sehingga bisa dipakai untuk menilai fungsi ekskresi
glandula lacrimalis.
Cara pemeriksaan :
1. Beri 1-3 tetes chloramphenicol pada mata yang akan diperiksa
2. Tunggu sampai 5-10 menit.
3. Penderita diminta merasakan apakah terasa pahit pada mulutnya.
4. Jika terasa pahit, maka sistem lacrimal dikatakan baik.
Tes flouresin :
Flouresin merupakan zat warna yang jika diteteskan pada mata dapat melalui
sistem lacrimalis sampai ke dalam cavum nasi. Bisa dengan tetes/kertas
flouresin.
Cara pemeriksaan :
1. Beri 1-2 tetes flouresin pada mata yang akan diperiksa
2. Penderita diminta mengedipkan mata dengan keras dan berkali-kali.
3. Tunggu 5 10 menit.
4. Penderita diminta bersin atau beringus dengan menyekanya dengan
kertas tissue.
5. Kalau ada zat warna menempel pada tissue maka sistem lacrimal nya
dianggap baik.
Alhamdulillah, semoga yang sedikit ini bermanfaat...

Anda mungkin juga menyukai