Skill Lab 1
Skill Lab 1
Pemeriksaan Mata :
Palpebra
Anatomi palpebra
1: Muskulus levator palpebra
2: konjungtiva palepbra
3: Tarsus
4: Kelenjar meibom
5: Muara kelenjar
6: Kelenjar Moll
7: Bulu mata
8: Kelenjar Sebasea Zeis
9: Kel. keringat
10: Muskulus orbikularis
Dinilai adanya :
- Edema palpebra : kalo edema-nya simetris, penyebabnya biasanya penyakit
sistemik (ex: Penyakit jantung, sindroma nefrotik,dll). Kenapa palpebra dulu
yg terkena? Karena jaringan ikatnya paling longgar, jadi kalau ada cairam
ekstraseluler-interstitial itu akan cepat masuk ke palpebra. Terus kita lihat
juga ke warna edemanya, kalau itu berwarna sama seperti warna kulit
disekitarnya ->> penyakit sistemik. Kalau muncul seperti tanda radang
(kalor,dolor,rubor,tumor) kemungkinan ada infeksi/radang di bagian palpebra
(istilahnya blefaritis). Kalau setelah terjadi kecelakaan, biasanya juga edema,
bisa bilateral/ unilateral tapi bengkaknya itu biasanya perdarahannya,
warnanya merah terang atau malah biru keunguan.
pangkalnya
dari
gmbr. pteridium
Ayo, kita bahas bagian2nya mulai dari anterior:
Kornea
Kornea dilihat kejernihannya dan permukaannya. Normalnya jernih dan
permukannya rata. Kornea bisa dilihat di ruangan yang gelap dan dengan cahaya
buatan (senter,dll).
Kelainannya:
Ulkus kornea, misal matanya Fia kena debu pasir, terus dikucek2, nanti
bisa terbentuk ulkus. Ada 3 macam ulkus : nebula, makula dan leukoma.
Yang membedakan itu tingkat kedalamannya.
-nebula, kedalamannya hanya superfisial, seperti awan/kabut halus dalam
kornea
-makula, lebih dalam (bisa dilihat di cahaya biasa), ada gambaran
serabut putih
-leukoma, lebih dalam lagi, gambarannya putih2 seperti porcelen. Dari
jauh pun sudah terlihat dengan jelas.
Edema kornea, bengkak pada permukaan mata, gambarannya mata
keliatan keruh keseluruhan, terjadi karena peningkatan tekanan
intraokuler (TIO), istilah penyakitnya glaukoma.
Normal TIO : 10-20. Ciri2 TIO : pusing, mata terasa pegal, potopobia
- Makrokornea, ukuran kornea lebih besar daripada normal
- Mikrokornea, ukuran kornea lebih kecil daripada normal, normal diameter
kornea 12 mm
- Arkus senilis, cincin berwarna putih abu2 di lingkaran luar. Biasa terjadi
pada lansia, karena proses degenerasi.
- Edema kornea, kornea keruh dan sedikit menebal. Edema kornea terjadi
pada glaukoma kongenital, pascabedah intraokular, dekompensasi endotel
kornea, trauma, infeksi kornea
- Erosi, lepasnya epitel kornea superfisial (uji flouresen positif)
- Infiltrat, tertimbunnya sel radang pada kornea sehingga warnanya menjadi
keruh yang dapat memberikan uji placido positif
- Sikatriks, jaringan parut pada kornea yang mengakibatkan permukaan
kornea ireguler sehingga memberikan uji placido positif. Ada beberapa
bentuk, yaitu :
- Fistula : keratitis yang sudah kronis, sehingga jaringan korneanya bisa
berlubang dan humor aquous-nya bisa keluar. Dimana nanti TIO , infeksi
dan bisa terjadi panoftalmitis , yaitu radang diseluruh bola mata.
Tes untuk melihat kelengkungan kornea : alatnya Keratoskop Placido.
Gbr:
fluoresens.
tes
fluoresen
dengan
kertas
Pupil
Pupil adalah celahnya bola mata, bagian hitam ditengah2 iris. Normal
pupil diameter 3-4 mm. Normalnya juga pupil bisa menyempit/miosis (diatur oleh
s.parasimpatis)dan membesar/midriasis (diatur s.simpatis)
untuk mengatur
banyak sedikitnya cahaya masuk ke bola mata. Reflek pupil direk: mata diberi
cahaya senter,dilihat refleknya bergantian. Reflek indirek : salah satu mata diberi
cahaya, dengan mata lainnya ditutupi dengan tangan ditempelkan di tengah2
wajah. Nanti kedua mata akan berefleks sama (miosis) yang disebut refleks
konjugasi. Dinilai refleknya, apabila tidak sama dinamakan anisokonia (misal 1
miosis,1 midriasis).
Kelainan : miopi cenderung untuk miosis, hipermetropi cenderung midriasis.
Lensa
Dilihat kejenihannya. Normal jernih, kalau keruh bisa jadi suspek katarak. Dan
kalau positif katarak, dilihat matur/ imatur. Untuk melihat lensa lebih jelas bisa
memakai obat tetes yang berisi midriatikum (midriatil) yang fungsinya untuk
midriasis pupil, jadi lensanya bisa lebih mudah dilihat. Untuk melihat suatu
katarak itu matur/imatur menggunakan pemeriksaan Shadow Test.
Cara pemeriksaan :
1. Pasien diminta melihat lurus ke depan
2. Lalu pemeriksa menyenteri mata pasien pada sudut 45 0 dari samping, dari
bayangan iris.
3. Nanti ada bayangan yang dibiaskan dari humor aquosus.
4. Katarak matur : lensa lebih cembung karena menyerap cairan lebih
banyak,bayangan iris pada lensa terlihat kecil dan letaknya dekat
terhadap pupil, shadow test (-) ; katarak imatur: lensa masih
kecil,terdapat bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh
terhadap pupil, shadow test (+)
Kelainannya :
- Luxasio : seluruh lensa lepas dan masuk ke vitreus
- Subluxasio : sebagian lensa lepas dari pegangannya. Baik luksasio dan
subluxasio bisa ada tanda2 iris tremolans.
Fundus, melihat bagian dalam bulbu oculi untuk melihat vaskularisasinya,
macula, papilla,dll dengan funduskopi ofthalmoskop.
gmbr. funduskopi
Tekanan Intraokular (TIO)
normal : 10-20 mmHg. Kalau >20 mmHg suspek glaukoma, kalau >25 mmHg
sudah positif glaukoma. metode:
Manual : - tempelkan lidah di pipi,rasakan tekanan dengan jari seberapa
kerasnya
- Raba palpebra pasien, tekan lembut dan rasakan apakah tekanannya
sama dengan tekanan lidah. Kalau tekanannya sama = normal (N) ;
lebih keras = N (+); lebih lembek = N(-).
- Tapi ini ga objektif yaa...subjektif, kurang akurat juga...
Tonometer , ada 2 :
Tonometer Schiotz :
1. Pakai Pantokain 0,5 % (isinya tetrakain untuk anestesi lokal) diteteskan
dimata pasien 1-2 tetes.
2. Tunggu sampai pasien bilang pedes di matanya, pegang tonometer di
kedua sisi pemegangnya.
3. Letakkan di kornea pasien dan dilihat skalanya.
4. Misal tekanannya >20 mmHg, tambahkan pemberat di tonometer tsb,
letakkan ke kornea pasien, hasil skalanya sebelumnya (20 mmHg)
ditambahkan nilai jarum penunjuk skala yang baru.
1: Kelenjar lakrimalis
2: Duktus Lakrimalis
3: Punctum Lakrimalis
4: Sakus Lakrimalis
5: Ductus naso Lakrimalis
6: Kanalikuli Lakrimalis
Glandula lacrimalis adalah kelenjar penghasil air mata, letaknya dibagian
antero-superior-temporal orbita. Air mata yang dihasilkan akan mengalir ke
kelopak, kornea dan konjunctiva bulbi. Setelah itu masuk ke punctum superior
dan inferior dan selanjutnya masuk ke canaliculi superior dan inferior bermuara
ke saccus lacrimalis. Dari saccus lacrimalis akan masuk ke ductus nasolacrimalis
dan keluar lewat meatus nasi inferior. Makanya kalo orang nangis kan ada cairan
keluar dari hidungnya, karena ada ductus nasolacrimal itu.
Pemeriksaan sistem saluran lacrimalis, yaitu :
Tes Schimmer : untuk menilai fungsi sekresi sistem lacrimalnya. Alat yang
digunakan kertas Whatman 41 (p : 35 mm, l: 5 mm)
Cara pemeriksaan :
1. Siapkan kertas whatman 41 dengan melipat 5 mm dari ujungnya.
2. Letakkan kertas di 1/3 lateral fornik inferior
3. Tunggu 5-10 menit
4. Amati dan ukur bagian yang basahdikatakan normal kalau kertas
basah 10-30 mm (1-3 cm).
5. Kalau kurang dari nilai tersebut menunjukkan sekresi/produksi air
matanya berkurang. Bisa karena dehidrasi atau obstruksi glandula
lacrimalis (tumor,kongenital).
Tetes chloramphenicol : chloramphenicol adalah salah satu obat antibiotik mata.
Obat ini rasanya pahit, sehingga bisa dipakai untuk menilai fungsi ekskresi
glandula lacrimalis.
Cara pemeriksaan :
1. Beri 1-3 tetes chloramphenicol pada mata yang akan diperiksa
2. Tunggu sampai 5-10 menit.
3. Penderita diminta merasakan apakah terasa pahit pada mulutnya.
4. Jika terasa pahit, maka sistem lacrimal dikatakan baik.
Tes flouresin :
Flouresin merupakan zat warna yang jika diteteskan pada mata dapat melalui
sistem lacrimalis sampai ke dalam cavum nasi. Bisa dengan tetes/kertas
flouresin.
Cara pemeriksaan :
1. Beri 1-2 tetes flouresin pada mata yang akan diperiksa
2. Penderita diminta mengedipkan mata dengan keras dan berkali-kali.
3. Tunggu 5 10 menit.
4. Penderita diminta bersin atau beringus dengan menyekanya dengan
kertas tissue.
5. Kalau ada zat warna menempel pada tissue maka sistem lacrimal nya
dianggap baik.
Alhamdulillah, semoga yang sedikit ini bermanfaat...