hemistrychemistrychemistrych
emistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistryche
MODUL KIMIA BIMBEL PASTI
SBMPTN 2016
mistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistruche
mistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistryche
mistrychemistrychemistryche
RIZA LISTIANA SUDRAJAT
KATA PENGANTAR
Modul dengan judul Modul Kimia Bimbel Pasti SBMPTN 2016 ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan para peserta Bimbel Pasti dalam belajar untuk persiapan ujian
SBMPTN 2016
Pada saat pembuatan Modul ini penyusun mendapatkan kendala berupa waktu
pengerjaan yang dirasa cukup singkat, mengingat penyusun merupakan mahasiswa yang
memiliki jadwal kuliah yang cukup padat. Sehingga untuk hasilnya tidak begitu maksimal.
Walaupun begitu, dengan semangat yang tinggi, penyusun dapat menyelesaikan modul ini
tepat pada waktunya.
Rasa syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena atas izin dan rido-Nya
penyusun dapat menyelesaikan modul ini. Pada kesempatan ini pula ucapan terima kasih,
penyusun ucapkan untuk Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu menjadi penyemangat
dalam setiap kegiatan yang penyusun lakukan, tak lupa ucapan terima kasih kepada Bapak
Abdul Gani yang telah memberikan inspirasi kepada penyusun. Serta ucapan terima kasih
kepada segenap keluarga BIMBEL PASTI 2016 yang selalu memberikan semangat satu sama
lain, tetap dijaga dan ditingkatkan lagi kekompakkannya. Ucapan terima kasih pula kepada
para peserta BIMBEL PASTI 2016 yang selalu semangat mengikuti program ini, ingat! selalu
ikhtiar, ikhlas, diiringi doa serta selalu ceria yaa
Tak ada gading yang tak retak, tak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Begitu pula dengan modul ini jauh dari sempurna,
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran sangat penyusun harapkan untuk
memperbaiki Modul berikutnya. Sebuah harapan, semoga modul ini dapat bermanfaat.
Bogor,
April 2016
Penyusun,
Page 1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
STOIKHIOMETRI..................................................................................................
THERMOKIMIA ....................................................................................................
15
19
22
25
33
37
41
47
Page 2
Massa (sma)
Muatan
-1
Lambing
e
Kedudukan
Di luar inti
Proton
Neutron
1
1
+1
0
p
n
Di dalam inti
Di dalam inti
2. Lambang Atom
X = Lambang atom suatu unsur
A = Massa atom = jumlah proton + jumlah elektron
Z = Nomor atom =jumlah proton = jumlah elektron
Untuk atom netral A = jumlah proton = jumlah
elektron
Untuk ion A tidak sama dengan jumlah elektron
Contoh : 11Na23 A = 11 (jumlah prtoton = jumlah elektron)
Z = 23 (Massa atom Na)
Neutron = Z A = 12
+
11Na
A = 11 (jumlah proton)
Z = 23 (Massa atom Na)
Neutron = Z A = 12
Elektron = 11 -1 = 10
3. Bilangan kuantum
Bilangan kuantum menunjukkan kedudukan elektron dalam atom. Ada 4 jenis
bilangan kuantum :
a. BK Utama (n)
n menunjukkan letak elektron pada tingkat energi/kulit atom
Nilai n
Kulit
1
K
2
L
3
M
4
N
5
O
6
P
7
Q
b. BK Azimut (l)
l menyatakan letak lektron pada subkulit atom. Nilai l = 0,1,2,.(n-1)
Modul KIMIA Persiapan SBMPTN-BIMBEL PASTI 2016
Page 3
Nilai l
subkulit
0
s
1
p
2
d
3
f
c. BK magnetic (m)
m menunjukkan orientasi orbital dalam ruangan dan juga menunjukkan
banyaknya orbital pada subkulit.
Nilai m : -l s.d. +l
Subkulit s 1 orbital yaitu m =0
Subkulit p 3 orbital yaitu m = -1,0,+1
Subkulit d 5 orbital yaitu m = -2,-1,0,+1,+2
Subkulit f 7 orbital yaitu m = -3,-2,-1,0,+1,+2,+3
Orbital biasanya digambarkan dengan kotak
s
p
d. BK Spin (s)
Menunjukkan arah putaran elektron dalam orbital
Nilai s = +
Nilai s = -
4. Konfigurasi Elektron
Untuk menuliskan susunan elektron dalam atom perlu mengikuti aturan sebagai
berikut:
a. Aturan Aufbau
Merupakan pengisian elektron dimulai dari tingkat energi yang paling rendah
ke tingkat energi yang paling tinggi, sesuai dengan bagan berikut:
b. Aturan Hund
Bila terdapat lebih dari satu orbital pada tingkat energi tertentu, hanya satu
elektron yang akan mengisi tiap orbital samapai setiap orbital terisi oleh satu
elektron; kemudian elektron akan mulai membentuk pasangan pada setiap
orbital tadi.
Modul KIMIA Persiapan SBMPTN-BIMBEL PASTI 2016
Page 4
.
1s
.
2s
. . .
2p
c. Laragan Pauli
Tidak ada dua elektron yang memiliki keempat bilangan kuantum sama dalam
orbital yang sama.
Contoh : tentukan konfigurasi elektron dari O8 !
Jawab :
O8 = 1S2 2S2 2P4
B. SISTEM PERIODIK UNSUR
Dengan membuat konfigurasi elektron, elektron valensi suatu unsur ditentukan.
Elektron valensi adalah jumlah elektron pada kulit terluar. Berdasarkan konfigurasi
elektron, unsur-unsur dikelompokkan ke dalam :
1. Sifat-sifat Periodik
Energi Ionisasi
Afinitas Elektron
Elektronegatifitas
Oksidator
Reduktor
Asam
Basa
Jari-jari
Logam
PERIODE
Contoh : Tentukan letak unsur Fe (nomor atom 26) dalam tabel periodik unsur
Jawab :
26Fe
Page 5
Ikatan Kovalen
Ikatan kimia yang terjadi melalui penggunaan elktron bersama. Ikatan
kovalen terjadi antara unsur non logam dengan non logam.
Pembagian ikatan kovalen :
a. Ikatan kovalen nonpolar
Ciri :
Atom pusat tidak memiliki pasangan elektron bebas (PEB)
Bentuknya simetris karena pasangan elektron ikat (PEI) tertarik sama
kuat
Mengandung jenis atom yang sama
Contoh : H2, Cl2, Br2, O2, CO2
b. Ikatan kovalen polar
Ciri :
Atom pusat memiliki pasangan elektron bebas (PEB)
Bentuknya tidak simetris karena pasangan elektron ikat (PEI) tertarik
tidak sama kuat
Contoh : HCl dan H2O
c. Ikatan kovalen koordinasi
Terjadi melalui penggunaan pasangan elektron yang berasal hanya dari salah
satu unsur yang memiliki pasangan lektron bebas
Contoh :
NH3 + H+ [NH4]+
Modul KIMIA Persiapan SBMPTN-BIMBEL PASTI 2016
Page 6
Van
Ikatan hydrogen
Ikatan logam
Kekuatan ikatan :
Contoh :
Manakah diantara senyawa berikut yang mempunyai titik didih lebih tinggi ? jelaskan
!
Modul KIMIA Persiapan SBMPTN-BIMBEL PASTI 2016
Page 7
Jawab :
1. Br2 adalah senyawa nonpolar sehingga ikatan yang terjadi anatara molekul adalah
gaya London dan ICl adalah senyawa polar jadi ikatan antar molekul ICl adalah
gaya dipol-dipol. Gaya dipol-dipol lebih kuat disbanding gaya londn sehingga titik
didih ICl lebih tinggi dibandingkan Br2.
2. CO2 adalah senyawa nonpolar sehingga ikatan yang terjadi antar molekul CO2
adalah gaya London dan SO2 adalah senyawa polar jadi ikatan antar molekul SO2
adalah gaya dipol-dipol. Gaya dipol-dipol lebih kuat dibandingkan gaya London
sehingga titik didih yang lebih tinggi dibandingkan CO2.
Page 8
BAB II STOIKHIOMETRI
1. Massa Atom Relatif (Ar) dan Massa Molekul Relatf (Mr)
Massa atom relative (Ar) suatu unsur adalah perbandingan massa satu atom
unsur tersebut dengan
Ar unsur X=
Massa Molekul relative (Mr) suatu senyawa adalah perbandingan massa satu
molekul senyawa tersebut dengan
Mr senyawa Y =
Jika dalam suatu senyawa terdapat beberapa unsur yang menyusun senyawa
tersebut, maka diperoleh hubungan :
Mr suatu senyawa = jumlah Ar unsur-unsur penyusun senyawa tersebut
2. Konsep Mol
Hubungan mol dengan Ar dan Mr
1 mol unsur X = Ar unsur X
(dalam satu gram)
1 mol senyawa Y = Mr senyawa Y (dalam satu gram)
Secara umum dapat dituliskan :
mol =
Page 9
Jadi :
Jumlah partikel = jumlah mol x 6,02 x 1023
Jumlah mol =
mol zat X =
VOLUME
(STP)
: 22,4 L
X
L
MASSA
(GRAM)
:
Mr
:L
JUMLAH
PARTIKEL
C(g)
12 gram
O2 (g)
CO2 (g)
32 gram
44 gram
Contoh:
Dalam senyawa AmBn berlaku :
Page 10
x100%
dan
%B =
3. Massa A =
x massa AmBn
Massa B =
x massa AmBn
X100%
Hipotesis Avogadro
gas-gas yang volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama,
mengandung jumlah molekul yang sama pula
Page 11
Hukum Boyle
pada suhu tetap, hasil kali tekanan dan volume suatu gas selalu tetap
(konstan).
Secara matematis dapat dirumuskan :
P.V = konstan
atau
P1.V1 = P2.V2 =
standar.
4. Konsentrasi Molar
Konsentrasi Molar (Molaritas) adalah satuan konsentrasi zat yang dinyatakan
dalam jumlah mol zat terlarut dalam setiap satu liter larutan. Secara sistematis
dapat dinyatakan dengan rumus:
M =molaritas (mol/L)
n = mol zat terlarut (mol)
M=
V = Volume larutan (liter)
Jika volume larutan dinyatakan dalam Ml, maka persamaan diatas dapat
dirumuskan dengan :
M=
n1= n2
atau
M1.V1 = M2.V2
Page 12
nA = nB
atau
MA.VA = MB.VB
5. Persamaan Reaksi
Cara menyetarakan persamaan reaksi yang kompleks adalah sebagai berikut.
Contoh :
a Cu
+ b HNO3
C Cu(NO3)2
+ d NO2
+ e H2O
Jenis Atom
Sebelum reaksi
Setelah reaksi
Persamaan
Cu
a
C
a=c
H
b
2e
b=2e
N
b
2c+d
b=2c+d
O
3b
6c+2d+e
3b=6c+2d+e
Persamaan pada tabel di atas dapat diselesaikan dengan cara memisahkan a,b,c,d,
atau e dengan suatu bilangan bulat dan sederhana, misak a= 1
6. Hitungan Kimia
Rumus Empiris (RE)
Rumus empiris suatu senyawa diperoleh berdasarkan perbandingan mol unsurunsur pembentuknya
Rumus Molekum (RM)
Rumus molekul suatu zat diperoleh berdasarkan rumus (RE)n = Mr
Langkah-langkah perhitungan:
a. Kumpulkan data, kemudian rubah ke mol
b. Buat reaksi dan setarakan
c. Bandingkan data dengan koefisien
d. Perhitungan sesuai degan soal
Contoh Soal 1 :
Gas amoniak (NH3) dapat dihasilkan melalui persamaan berikut :
(NH4)2SO4 + 2KOH 2 NH3 +2H2O + K2SO4
Reaksi berlangsung pada 0C, 1 atm. Berpa volume gas NH3 yang dihasilkan
jika direaksikan 33 gram (NH4)2SO4 (Mr = 132)
Jawab :
Langkah 1 : kumpulkan data dan rubah ke mol
Mol (NH4)2SO4 = w / Mr = 33 g/132 g/mol = 0,25 mol
Langkah 2 : setarakan reaksi dan cari pereaksi pembatas
Modul KIMIA Persiapan SBMPTN-BIMBEL PASTI 2016
Page 13
= NH3
x mol (NH4)2SO4
Contoh Soal 2 :
Suatu hidrokarbon diketahui mengandung 80% karbon dan sisanya hydrogen.
Tentukan :
a. Rumus empiris hidrokarbon tersebut
b. Jika hidrokarbon tersebut memiliki Mr 30
Jawab :
a. CxHy
x:y
wC/Ar C : wH/Ar H
80/12
: 20/1
6,7: 20
1:3
Sehingga rumus empiris CxHy = CH3
b.(RE)n = Mr
(15)n = 30
n = 30/15
n=2
(CH3)n = (CH3)2
Rumus molekulnya adalah C2H6
Page 14
H = +265,5 kJ/mol
Page 15
Page 16
Page 17
Contoh :
Jika 10 gram larutan NaOH (Mr=40) dilarutkan ke dalam 100 gram air. Setelah
semua NaOH larut suhu larutan naik dari 25C menjadi 26C. Hitung H
pelarutan NaOH tersebut.
Jawab :
q = m.c.T
= (100+10) X 4,2 X 1=
Mol NaOH = w/Mr = 10/40 = mol
H pelarutan NaOH = q/mol
= 459,8 J/1/4 mol = 1839,2 J/mol = 1,84 kJ/mol
Karena suhu reaksi naik maka reaksi adalah eksoterm sehingga
H = -1.8392 kJ/mol
Page 18
VA= -
VB= +
=+
VA = 2VB2 = VAB
Page 19
Rumus laju reaksi tidak dapat ditentukan langsung dari persamaan reaksinya, sebab
rumus laju reaksi semata-mata ditentukan berdasarkan hasil eksperimen.
Contoh : diketahui data hasil percobaan berikut.
No
1
[A]
[B2]
0,50
0,50
V (mol/det)
1,6 x 10-4
0,50
1,00
3,2 x 10-4
1,00
1,00
3,2 x 10-4
Tentukan :
a. orde reaksi terhadap A
b. Orde reaksi terhadap B2
c. Tulislah rumus laju reaksinya
Jawab :
Rumus umum : V=k[A]x [B]y
a. X ditentukan berdasarkan konsentrasi B2 yang tetap yaitu data 2 dan 3, maka:
=
1
=(
=(
x=0
y= 1
Page 20
Page 21
b. Kc= [CO2]
Page 22
x Ptotal
Hubungan Kp dan Kc :
Kp = Kc RT(p+q)-(m+n)
Kp = Kc. (R.T)n
3. Pergeseran Kesetimbangan
Azas Le Chatelier :
jika terhadap suatu system kesetimbangan diadakan aksi, maka system
kesetimbangan tersebut akan berubah sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecilkecilnya.
a. Perubahan konsentrasi
Untuk reaksi kesetimbangan : A2 + B2 2AB berlaku :
Jika konsentrasi A2 atau B2 diperbesar, maka reaksi bergeser ke arah
pembentukan AB (ke kanan)
Jika konsentrasi A2 atau B2 diperkecil, maka reaksi bergeser ke arah
penguraian AB (ke kiri)
b. Perubahan tekanan
Jika volume diperkecil atau tekanan diperbesar reaksi bergeser ke arah yang
jumlah koefisiennya lebih kecil dan jika volume diperbesar atau tekanan
diperkecil reaksi bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar.
c. Perubahan suhu
Jika suhu dinaikkan reaksi akan ke arah reaksi endoterm
Jika suhu diturunkan reaksi akan ke arah reaksi eksoterm
Page 23
Page 24
X100%
Persen berat (%w/w) menyatakan berat zat terlarut (gram) dalam 100 gram
larutannya.
%w/w=
X100%
M= molaritas
n = mol zat terlarut
V = volume larutan (L)
Pada pengenceran berlaku rumus : V1.M1 = V2.M2
Pada pencampuran larutan sejenis berlaku rumus :
VC.MC = V1.M1 + V2.M2 + Vn.Mn
Page 25
c. Molalitas (m)
Menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut
m=
m = molalitas
w = massa zat terlarut (gram)
P = massa pelarut (gram)
Mr = massa molekul relative zat terlarut (gram/mol)
d. Fraksi mol
Fraksi mol suatu zat dalam larutan menyatakan mol zat tersebut dibagi mol
total zat yang terdapat dalam larutan.
Xt =
Xt+Xp =1
Xp =
Page 26
Contoh :
Zn + 2 HCl encer ZnCl2 + H2
Ag + 2 HCl encer tidak bereaksi
Lewis
ASAM
BASA
Akseptor pasangan
elektron
Donor pasangan
elektron
KETERANGAN
HA + B A- + HB+
HA dan A- adalah
Pasangan As-Basa
konjugasi
HB+ dan B adalah
pasangan As-Basa
konjugasi
BF3 + NH3 BF3NH3
BF3 = Asam
NH3 = Basa
Perhitungan PH
pH = -log [H+]
pOH = -log [OH-]
Page 27
a = valensi asam
Ma = konsentrasi larutan asam kuat
b = valensi basa
Mb = konsentrasi larutan basa kuat
4. Larutan Buffer
Larutan penyangga adalah campuran lasutan asam lemah dengan garamnya dari
basa kuat atau campuran larutan basa lemah dengan garamnya dari asam kuat.
Larutan buffer dapat mempertahankan pH terhadap penambahan asam, basa maupun
pengenceran.
Larutan buffer dapat dibuat dengan cara:
1. Mencampurkan asam lemah dengan garamnya (buffer asam)
2. Mencampurkan basa lemah dengan garamnya (buffer basa)
3. Mencampurkan asam lemah dengan basa kuat, asam lemahnya berlebihan (buffer
asam)
4. Mencampurkan basa lemah dengan asam kuat, asam lemahnya berlebihan (buffer
basa)
Page 28
5. Hidrolisis Garam
Hidrolisis garam adalah bereaksinya spesi/bagian yang lemah (kation atau anion) dari
suatu senyawa garam dengan air.
a. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah (GAK-BL), terhidrolisis
sebagian menghasilkan ion H+ sehingga bersifat asam :
Contoh : NH4Cl NH4+ +ClReaksi hidrolisisnya : NH4+ +H2O NH4OH + H+
Cl- + H2O tidak bereaksi
Rumus Perhitungan :
Kh =
[H+] =
Kh = tetapan hidrolisis
Kw = tetapan disosiasi air = 1x 10-14
Kb = tetapan disosiasi basa lemah
Mg = konsentrasi garam
X = jumlah kation dari basa lemah
b. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat (GAL-BK), terhidrolisis
sebagian menghasilkan ion OH- sehingga bersifat basa :
Contoh : CH3COOK CH3COO- + K+
Reaksi hidrolisisnya : CH3COO- +H2O CH3COOOH + OHK+ + H2O tidak bereaksi
Rumus Perhitungan :
Kh =
[H+] =
Kh = tetapan hidrolisis
Kw = tetapan disosiasi air = 1x 10-14
Ka = tetapan disosiasi asam lemah
Mg = konsentrasi garam
X = jumlah kation dari asam lemah
Page 29
c. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah (GAL-BL), terhidrolisis
sempurna dan sifat garamnya bergantung pada Ka dan Kb :
Contoh : NH4CN NH4+ +CNReaksi hidrolisisnya : NH4+ +H2O NH4OH + H+
CN- + H2O HCN + OHRumus Perhitungan :
Kh =
[H+] =
[OH-] =
d. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat (GAK-BK), tidak terhidrolisis
dan sifat garamnya netral :
Contoh : NaCl Na+ +ClReaksi hidrolisisnya : Na+ +H2O tidak bereaksi
Cl- + H2O tidak bereaksi
Latihan
100 Ml CH3COOH 0,1 M direaksikan dengan 100 Ml NaOH 0,1 M. Hitunglah pH
sesuai reaksi ! (Ka asam asetat =10-5)
6. Kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan (Ksp)
a. Hasil kali kelarutan (Ksp)
Garam atau basa yang sukar larut dalam air akan membentuk kesetimbangan antar
bentuk Kristal dengan ion-ionnya. Sebagai contoh garam Ag2CrO4, dalam air
garam tersebut akan membentuk kesetimbangan sebagai berikut:
Ag2CrO4 (S) 2Ag+(aq) + CrO4- (aq) maka : K = [Ag+]2 [CrO42-]
Konstanta K tersebut merupakan konstanta yang disebut hasil kali ion-ion yang
diberi lambing Ksp. Sehingga dapat ditulis :
Ksp = [Ag+]2 [CrO42-]
Secara umum dapat untuk senyawa AxBy, berlaku :
AxBy (S) XAy+ (aq) + YBx- (aq)
b. Kelarutan (s)
Merupakan jumlah mol zat yang dapat larut ddalam tiap liter larutan. Untuk
memahami hubungan kelarutan dengan Ksp, perhatikan uraian berikut :
Page 30
Page 31
Page 32
Na + HCl NaCl + H2
0
+1
+1
0
Page 33
Latihan :
1. Setarakanlah persamaan reaksi berikut dengan cara setengah reaksi :
MnO + PbO2 MnO4- + Pb2+ (suasana asam)
2. Setarakanlah persamaan reaksi berikut dengan cara setengah reaksi :
Zn + NO3- Zn2+ + NH4+ (suasana basa)
Page 34
5. Sel-sel Elektrokimia
a. Sel Volta
Sel volta, sel yang digunakan untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Notasi penulisan sel volta:
MMA+LB+L
deret
Page 35
c. Hukum Faraday
Hukum faraday 1
Massa zat yang dibebaskan pada reaksi elektrolisis sebanding dengan jumlah arus listrik
dikkalikan dengan waktu elektrolisis.
Hukum faraday 2
Massa zat yang dibebaskan pada reaksi elektrolisis sebanding dengan massa ekivalen zat.
Hubungan hukum faraday 1 dan 2:
m = i.t.me/9600
i = kuat arus
t= waktu
me = masa ekivalen zat
m1/ m2 = me1/ me2
Page 36
Page 37
Page 38
Jari-jari atom
Daya hantar
Sifat logam
Sifat basa
Sifat reduktor
Page 39
Kemiripan diagonal :
Li dan Mg mudah bereaksi dengan gas N2 di udara
Hasil pembakaran Li : LiO dan Li3N
Hasil pembakaran Mg : MgO dan Mg3N2
Be dan Al bersifat amfoter
Be(OH)2, H2BeO2, Al(OH)3, HAlO2
B dan Si bersifat metalloid
Meskipun bukan logam, mereka memiliki beberapa sifat logam: mengkilap,
menghantar listrik dan dapat ditempa.
2.Unsur-unsur Transisi
Sifat-sifat logam transisi (golongan B)
Semuanya padat, kecuali Hg yang mencair
Data membentuk ion kompleks
Titik leleh tinggi
Paramagnetic (tertarik oleh magnet)
Bersifat katalis
Bilangan oksidasi bermacam-macam
Senyawa-senyawa berwarna
Sumber mineral : spalerite/sengblende (ZnS), Fe2O3 (hematit), Fe2O4
(magnetit), FeCO3 (siderit), 2Fe2O3 3H2O (limonit), FeS2 (pirit).
Ion kompleks adalah ion yang terbentuk dari kation logam transisi (atom pusat)
yang mengikat molekul atau anion (ligan-ligan) melalui ikatan kovalen
koordinasi. Jumlah ligan yang diikat oleh atom pusat disebut bilangan koordinasi.
Harganya 2, 4, atau 6.
Page 40
IX KIMIA KARBON
1.
Posisi Atom C
10CH3
10CH3
10CH3 30CH 20CH2 40C 10CH3
10CH3
10 = Atom C primer yaitu atom karbon yang terikat pada 1 atom C lain
20 = Atom C primer yaitu atom karbon yang terikat pada 2 atom C lain
30 = Atom C primer yaitu atom karbon yang terikat pada 3 atom C lain
40 = Atom C primer yaitu atom karbon yang terikat pada 4 atom C lain
2.
Page 41
Rumus molekul
Nama
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C6H14
C7H16
C8H18
C9H20
C10H22
Metana
Etana
Propana
Butana
Pentana
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana
Dekana
Gugus Fungsi
-C = C-
Golongan
Alkena
Tatanama
Mencakup -C = C-
- C = C-
Alkuna
Mencakup - C = C-
R OH
Alkohol
Mengikat OH
R OR
O
RCH
Alkanal/ Aldehida
O
R C R
Alkanon/ Keton
O
R C OH
Asam Alkanoat/
Karboksilat
O
R C O R
Mencakup
O
CO
R-X
Mengikat X
Mencakup
O
C
Asam Mencakup
O
C OH
Page 42
Rantai utama harus mencakup gugus fungsi, jadi bukan yang terpanjang.
Contoh Alkena :
CH3 CH2 CH2 CH CH2 CH2 CH3
CH = CH2
Nama : 3 propil 1 heksena
Contoh Alkohol :
CH3
CH3 CH2 CH CH2 CH CH3
CH2 OH
Nama : 2 etil 4 metil 1 pentanol
Contoh Eter :
CH3 CH2 CH2 CH CH2 CH2 CH3
O CH3
Nama : 4 metoksi heptana
4.
Isomer
Isomer yaitu senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul sama, tetapi rumus
strukturnya berbeda.
Isomer
Struktur
Kerangka
Posisi
Ruang
Fungsi
Geometri
Optik
CH3 CH CH3
CH3
Page 43
Contoh Isomer Fungsi : Alkanol dengan alkoksi alkana, alkanal dengan alkanon,
asam alkanoat dengan alkil alkanoat, alkena dengan sikloalkana, alkuna dengan
alkadiena.
Contoh Isomer Geometri :
H
H
C=C
CH3 CH3
CH3 H
C=C
H
CH3
(Cis 2 butena)
(Trans 2 butena)
CH3
H C OH
COOH
(lacvo asam laktat)
Beberapa turunan benzena khusus yaitu toluen, anilin, fenol, benzoat, benzen
sulfonat.
Subtituen yang terikat pada benzena, posisinya dapat dibedakan dan disebut :
Orto
Meta
Para
Br
CH3
CH3
3.
CH3
4.
Page 45
CH3 CH CH CH3
Br Br
CH3 CH2 CH CH3
Br
D. Reaksi Oksidasi
Oksidator yang sering dipergunakan adalah KMnO4, H2CrO4, H2Cr2O7, dan O2.
Oksigen dari oksidator menyerang atom H yang terikat pada atom C yang mengikat gugus
fungsional.
1.
2.
3.
4.
E.
Oksidasi pada Alkohol (senyawa yang dapat bereaksi yaitu senyawa alkohol golongan
primer dan sekunder, alkohol tersier tidak bereaksi)
Oksidasi pada Aldehid (reaksi oksigen dengan senyawa aldehid akan menghasilkan
senyawa asam karboksilat)
Oksidasi pada Keton (senyawa keton tidak dapat bereaksi dengan Oksigen)
Oksidasi pada Asam Karboksilat (senyawa yang dapat bereaksi yaitu hanya pada
asam formiat)
Reaksi Polimerisasi
Page 46
Neutron (n)
1
0n
Beta()
-1e0 = -10
Positron (+)
0
0
+1e = +1
Gamma () = X
0
0
atau, A = (1/2)n. Ao
Modul KIMIA Persiapan SBMPTN-BIMBEL PASTI 2016
Page 47