Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu anggota tanaman palma yang
paling dikenal dan banyak tersebar di daerah tropis. Tinggi pohon kelapa dapat
mencapai 10 - 14 meter lebih, daunnya berpelepah dengan panjang dapat
mencapai 3 - 4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian.
Tunaman ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga
dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir.
Tanaman ini diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia,
namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.
Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat
Indonesia termasuk daerah Gorontalo. Hal ini terlihat dari penyebaran tanaman
kelapa dihampir seluruh wilayah Nusantara, yaitu di Sumatera dengan areal 1,20
juta ha (32,90%), Jawa 0,903 juta ha (24,30%), Sulawesi 0,716 juta ha (19,30%),
Bali, NTB, dan NTT 0,305 juta ha (8,20%), Maluku dan Papua 0,289 juta ha
(7,80%). Kelapa merupakan tanaman perkebunan

dengan areal terluas di

Indonesia, lebih luas dibanding karet dan kelapa sawit. Menempati urutan teratas
untuk tanaman budidaya setelah padi. Kelapa menempati areal seluas 3,70 juta ha
atau 26% dari 14,20 juta ha total areal perkebunan (Ardiawan, 2011).
Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa dimasukkan ke dalam
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio

: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub-divisio

: Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas

: Monocotyledonae (Biji berkeping satu )

Ordo

: Palmales

Familia

: Palmae

Genus

: Cocos

Spesies

: Cococ nucifera L

Kelapa termasuk golongan kayu keras, yang secara kimiawi memiliki


komposisi kimia hampir serupa dengan kayu yaitu tersusun atas lignin, cellulose
dan hemicelluloses. Dengan komposisi yang berbeda-beda selulosa (C6H10O5)n
33,61 %, Hemiselulosa (C5H8O4)n 19,27 % dan lignin [(C9H10O3)(CH3O)]n 36,51
% (Tirono dan Ali, 2011)

2.1.1 Tempurung Kelapa


Tempurung kelapa adalah salah satu bagian dari kelapa setelah sabut kelapa
yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat dijadikan sebagai basis usaha.
Tempurung kelapa ini merupakan lapisan yang keras dengan ketebalan 3-5 mm.
Tempurung kelapa yang memiliki kualitas yang baik yaitu tempurung kelapa yang
tua dan kering yang ditunjukkan dengan warna yang gelap kecoklatan.
Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar
enam sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering) yang tersusun dari
lignin, selulosa dan hemiselulosa. Data komposisi kimia tempurung kelapa dapat
kita lihat pada tabel 2.1.
Tempurung kelapa memiliki komposisi kimia mirip dengan kayu,
mengandung lignin, pentosa, dan selulosa. Tempurung kelapa dalam penggunaan
biasanya digunakan sebagai bahan pokok pembuatan arang dan arang aktif. Hal
tersebut

dikarenakan

tempurung

kelapa

merupakan

bahan

yang

dapat

menghasilkan nilai kalor sekitar 6500 7600 Kkal/kg. Selain memiliki nilai kalor
yang cukup tinggi, tempurung kelapa juga cukup baik untuk bahan arang aktif
(Triono, 2006).
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa
Komponen
Persentase (%)
Selulosa
26,6
Hemiselulosa
27,7
Lignin
29,4
Abu
0,6
Komponen ekstraktif
4,2
Uronat anhidrat
3,5
Nitrogen
0,1
Air
8,0
Sumber: Suhardiyono, 1988 dalam Anonim

Pada dasarnya limbah tempurung kelapa sangat melimpah dan dalam


pemanfaatannya belum begitu optimal. Biasanya pemanfaatan limbah tempurung
kelapa digunakan sebagai bahan bakar sekali pakai. Oleh karena itu limbah
tempurung kelapa ini akan dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu sebagai
bahan bakar yang ramah lingkungan.

2.2 Serbuk Kayu Gergaji


Limbah pengolahan kayu dapat digunakan untuk beberapa keperluan dan
dapat dibedakan menjadi : kulit kayu, potongan kayu, serpihan dan serbuk hasil
gergajian. Sebagai contoh penggunaan limbah kulit kayu adalah untuk bahan
bakar, potongan kayu dan serpihan dapat dibuat menjadi arang, briket arang atau
karbon aktif sedang serbuk hasil gergajian kayu dapat dimanfaatkan menjadi
briket arang atau karbon aktif (Amin, 2002 dalam Wijayanti, 2009).
Serbuk kayu gergaji adalah serbuk kayu yang diperoleh dari limbah ataupun
sisa yang terbuang dari jenis kayu dan dapat diperoleh di tempat pengolahan kayu
ataupun industri kayu. Serbuk ini biasanya terbuang percuma dan dibakar begitu
saja sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Padahal serbuk kayu
gergaji ini merupakan biomassa yang belum termanfaatkan secara optimal dan
memiliki nilai kalor yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif untuk
membuat limbah serbuk kayu gergaji ini menjadi lebih bermanfaat dalam
penggunaannya yaitu dengan mengubah serbuk kayu ini menjadi briket.
Serbuk gergaji kayu merupakan limbah dari industri pengolahan kayu untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang. Pemanfaatan serbuk gergaji
kayu secara optimal sebagai bahan baku arang merupakan upaya strategis dalam
peningkatan dan pengelolaan hasil hutan (Triono, 2006)

2.3 Perekat Tapioka


Perekat tapioka umum digunakan sebagai bahan perekat pada briket arang
karena banyak terdapat di pasaran dan harganya relatif murah. Pertimbangan lain
bahwa perekat kanji dalam penggunaannya menimbulkan asap yang lebih sedikit
dibandingkan dengan bahan lain.

Ditinjau dari jenis perekat yang digunakan, briket dapat dibagi menjadi :
1. Briket yang sedikit atau tidak mengeluarkan asap pada saat pembakaran.
Jenis perekat ini tergolong ke dalam perekat yang mengandung zat pati.
2. Briket yang banyak mengeluarkan asap pada saat pembakaran. Jenis
perekat ini tahan terhadap kelembaban tetapi selama pembakaran
menghasilkan asap.
Perekat dari zat pati cenderung sedikit atau tidak berasap. Sedangkan perekat dari
bahan ter, pith dan molase cendenrung lebih banyak menghasilkan asap (Hartoyo
& Rodiadi 1978 dalam Triono (2006).
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Pati
Komposisi
Jumlah (%)
Air
8-9
Proton
0,3-1,0
Lemak
0,1-0,4
Abu
0,1-0,8
Serat Kasar
81-89
Sumber: Kirk dan Othmer (1967) dalam Triono (2006)

2.4 Arang
Arang merupakan hasil pembakaran yang dibuat dari bermacam-macam
limbah atau biomassa melalui proses pembakaran atau pengkarbonan. Masturin
(2002) dalam Wijayanti (2009) menyatakan arang adalah residu yang berbentuk
padatan yang merupakan sisa dari proses pengkarbonan bahan berkarbon dengan
kondisi terkendali di dalam ruangan tertutup seperti dapur arang. Menurut
Sudrajat dan Soleh (1994) dalam Triono (2006) arang adalah hasil pembakaran
bahan yang mengandung karbon yang berbentuk padat dan berpori. Sebagian
besar porinya masih tertutup oleh hidrogen dan senyawa organik lain yang
komponennya terdiri dari abu, air, nitrogen dan sulfur. Sedangkan menurut
Yudanto dan Kusumaningrum (2009) bioarang adalah arang yang diperoleh
dengan membakar biomassa kering tanpa udara (pirolisis). Sedangkan biomassa
adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup. Biomassa sebenarnya dapat
digunakan secara langsung sebagai sumber energi panas untuk bahan bakar, tetapi

kurang efisien. Nilai bakar biomassa hanya sekitar 3000 kal sedangkan bioarang
mampu menghasilkan 5000 kal.
Arang merupakan suatu produk yang dihasilkan dari proses karbonisasi dari
bahan yang mengandung karbn terutama biomas kayu. Produk ini utamanya
banyak digunakan sebagai sumber energi. Proses pembuatan arang sesungguhnya
dapat dihasilkan dapat dihasilkan berbagai arang yang mempunyai kegunaan
berbeda misalnya arang biasa hasil dari pembakaran hanya dapat dimanfaatkan
sebagai seumber energi untuk menghasilkan panas. Sedangkan arang dengan
melalui proses pengaktifan fungsinya dapat berubah untuk kesehatan, pertanian,
kecantikan, elektronik, dll. (Pari, dkk, 2012).

2.5 Briket Arang


Briket arang adalah arang yang dibuat dari proses pembakaran dengan udara
yang terkendali dan dibentuk sedemikian rupa yang dijadikan sebagai bahan bakar
alternatif. Briket arang ini dibuat dari limbah-limbah seperti tempurung kelapa,
serbuk kayu gergaji, tongkol jagung dan sebagainya yang dicampur dengan bahan
perekat seperti perekat tepung tapioka, perekat tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Briket arang merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari hasil proses
pembakaran bahan yang memiliki ukuran/diameter kecil (ranting, serbuk, serpih,
sebetan, tempurung kelapa, tempurung kemiri dan lain-lain). Limbah dari
pengarangan yang berupa bongkah arang yang berukuran kecil atau serbuk dapat
diubah menjadi bentuk briket arang yang akan dapat memperbaiki sifat fisiknya
terutama kerapatan, kebersihan dan ketahanan tekan serta memperlambat
kecepatan pembakaran sehingga bentu prosuk tersebut akan mempunyai ukuran
yang sama dan lebih disenangi konsumen (Pari, dkk, 2012).
Briket arang adalah arang yang diperoleh lebih lanjut menjadi bentuk briket
(penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk
keperluan energi sehari-hari. Pembuatan briket arang dari limbah industri
pengolahan kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka dimana
bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat,
dicetak selanjutnya dikeringkan (Pari, 2002 dalam Wijayanti 2009).

2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sifat Briket Arang


Dari hasil penelitian Syamsiro dan Saptoadi (2007) dalam jamilatun (2008)
tentang briket diperoleh faktor-faktor

yang

mempengaruhi karakteristik

pembakaran briket antara lain :


1.

Laju pembakaran briket semakin tinggi dengan tingginya kandungan


senyawa yang mudah menguap (Volatil matter).

2.

Briket dengan nilai kalor yang tinggi dapat mencapai suhu pembakaran
yang tinggi dan pencapaian suhu optimumnya cukup lama.

3.

Semakin besar kerapatan briket maka semakin lambat laju pembakaran


yang terjadi. Namun semakin besar kerapatan biobriket menyebabkan
semakin tinggi pula nilai kalornya.
Selain itu juga, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan

briket antara lain :


1.

Bahan Baku

Bahan utama yang terdapat dalam bahan baku adalah selulosa. Semakin
tinggi kandungan selulosa maka semakin baik kualitas briket.
2.

Bahan Perekat

Bahan perekat dibedakan atas 3 jenis :


a.

Perekat organik
Perekat organik yang termasuk jenis ini adalah sodium silika,
magnesium, semen dan sulpit. Kerugian dari penguaan perekat ini adalah
sifatnya meninggalkan abu sekam pembakaran.

b.

Bahan perekat tumbuh-tumbuhan


Jumlah bahan perekat yang dibutukan untuk jenis ini jauh lebih sedikit
bila dibandingkan dengan perekat hidrokarbon. Kerugian yang dapat
ditimbulkan adalah arang cetak (briket) yang dihasilkan kurang tahan
kelembaban.

c.

Hidrokarbon dengan berat molekul besar


Bahan pertekat sejenis ini seringkali dipergunakan sebagai bahan perekat
untuk pembuatan arang cetak batu bara cetak. Dengan pemakaian bahan
perekat maka tekanan akan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan

briket tanpa memakai perekat (Josep dan Hislop dalam Noldi, 2009
dalam Lukum, 2012).
Briket arang dihasilkan pada kondisi yang berbeda dan mempunyai
karateristik berbeda pula. Karakteristik ini ditemukan pada bahan baku. Briket
biomassa digunakan secara efisien dan secara rasional seperti bahan bakar. Hal ini
ditandai dengan penentuan parameter seperti kelebaban, kadar abu, kepadatan,
dekomposisi senyawa volatil, nilai kalor dan lain-lain (Oladeji, 2010).

2.5.2 Syarat dan Kriteria Briket yang Baik


Briket dengan kaulitas yang baik diantaranya memiliki tekstur yang halus,
tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan dan juga memiliki
sifat-sifat penyalaan yang baik, diantaranya adalah: mudah menyala, waktu nyala
cukup lama, tidak menimbulkan jelaga, asap sedikit cepat hilang dan nilai kalor
yang cukup tinggi. Lama tidaknya menyala akan mempengaruhi kualitas dan
efisiensi pembakaran, semakin lama menyala dengan nyala api konstan akan
semakin baik (Jamilatun, 2011).
Yudanto dan Kusumaningrum (2009) menyatakan bahwa, briket bioarang
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan arang biasa (konvensional), antara
lain:
1. Panas yang dihasilkan oleh briket bioarang relatif lebih baik dibandingkan
dengan kayu biasa dan nilai kalor mencapai 5.000 kalori.
2. Briket biorang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau, sehingga
bagi masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di kota-kota dengan ventilasi
perumahan kurang mencukupi, sangat praktik mengunakan briket bioarang.
3. Setelah bioarang terbakar(menjadi bara) tidak diperlukan dilakukan pegipasan
atau diberi udara.
4. Teknologi pembuatan briket bioarang sederhana tidak memerlukan bahan
kimia lain kecuali yang terdapat dalam bahan briket sendiri.
5. Peralatan yang digunakan juga sederhana, cukup dengan alat seadanya sesuai
dengan kebutuhan.

10

Menurut Millstein dan Morkved (1960) dalam Suryani (1986) dalam Triono
(2006) bahwa briket arang yang baik mempunyai persyaratan sebagai berikut :
1.

bersih, tidak berdebu dan berbau

2.

mempunyai kekerasan yang merata

3.

kadar abu serendah mungkin

4.

nilai kalor sepadan dengan bahan bakar lain

5.

menyala dengan baik memberikan panas secara merata

6.

harganya dapat bersaing dengan bahan bakar lain.


Standar kualitas secara baku untuk briket arang Indonesia mengacu pada

Standar Nasional Indonesia (SNI) dan juga mengacu pada sifat briket arang
buatan Jepang, Inggris, dan USA seperti pada tabel 2.2.

2.5.3 Kegunaan Briket Arang


Energi merupakan komponen utama dalam seluruh kegiatan makhluk hidup
di bumi. Sumber energi yang utama bagi manusia adalah sumber daya alam yang
berasal dari fosil karbon. Sumber ini terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu,
sehingga manusia merasa cemas jika energi ini cepat berkurang. Energi alternatif
dapat dihasilkan dari teknologi tepat guna yang sederhana dan sesuai untuk daerah
pedesaan seperti briket dengan memanfaatkan limbah biomassa seperti tempurung
kelapa, sekam padi, tongkol jagung dan serbuk kayu gergaji.
Briket arang adalah arang yang berasal dari limbah tumbuh-tumbuhan
dengan

melalui proses pengkarbonan yang digunakan sebagai bahan bakar.

Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat
menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan dan dapat
menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Selain
itu juga kita dapat mengoptimalkan pemanfaatan limbah tempurung kelapa.
Dengan memanfaatkan serbuk kayu gergaji dan tempurung kelapa sebagai bahan
pembuatan briket arang maka akan mengurangi pencemaran udara karena selama
ini serbuk kayu gergaji hanya dibakar begitu saja sedangkan tempurung
penggunannya hanya sebagai bahan bakar. Oleh karena itu, melimpahnya limbah
tempurung kelapa dan serbuk kayu gergaji akan lebih berguna apabila kita

11

memanfaatkannya menjadi bahan bakar alternatif berupa briket arang yang


memberikan alternatif sumber bahan bakar yang dapat diperbarui dan bermanfaat
untuk masyarakat.

Tabel 2.3 Sifat briket arang buatan Jepang, Inggris, USA dan Indonesia
Sifat Arang Briket
Jepang
Inggris Amerika
SNI
Kadar Air %
6-8
3,6
6,2
8
Kadar zat menguap %
15-30
16,4
19-28
15
Kadar abu %
3-6
5,9
8,3
8
Kadar karbon terikat %
60-80
75,3
60
77
Kerapatan g/cm3
1,0-1,2
0,46
1
2
Keteguhan tekan g/cm
60-65
12,7
62
Nilai kalor cal/g
6000-7000
7289
6230
5000
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994 dalam
Triono, 2006

12

Anda mungkin juga menyukai