MAKALAH
oleh :
Almira Keviena 0906633855
Dina Afrida Resti N. 0906513781
Fernando Purba 0906562474
Karina Astheria 0906513951
Khiyarotun Nisa’ 0906513970
a. Periosteum
Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar tulang yang
tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang),
jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat
melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam
memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang Pipih
Tulang pipih bentuknya pipih, terdiri atas lempengan tulang kompak dan
tulang spongiosa. Didalamnya terdapat sumsum merah yang berfungsi untuk
pembuatan sel darah merah dan sel darah putih.
Contoh : Tulang rusuk, tulang dada, tulang belikat, tulang panggul, dan tulang
dahi.
c. Tulang Pendek
Tulang pendek bentuknya bulat dan pendek (ruas tulang). Didalamnya
juga terdapat sumsum merah berfungsi untuk pembuatan sel darah merah dan
sel darah putih.
Contoh : Tulang-tulang pada pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan
telapak tangan.
I. Osifikasi
Merupakan proses penulangan, yaitu perubahan tulang rawan menjadi
tulang keras. Osifikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Osifikasi kondral, yaitu pembentukan tulang keras dari tulang rawan.
Contoh: tulang pipa dan tulang pendek
Osifikasi desmal, yaitu pembentukan tulang keras dari jaringan
mesenkim.
Contoh: tulang pipih
Selama perkembangan janin, sebagian tulang dibentuk dalam tulang
rawan, kemudian diubah menjadi tulang melalui osifikasi. Osifikasi dimulai
dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak
mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak
mengandung pembuluh darah akan membentuk kondoblas.
Mula-mula pembuluh darah menembus perikondrium di bagian tengah
batang tulang rawan, merangsang sel-sel perikondrium berubah menjadi
osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta,
perikondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada
bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis se-sel tulang rawannya
membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa)
akibatnya zat kapur didepositkan, nutrisi terganggu, akibatnya terjadi
kematian pada semua sel-sel tulang rawan.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan
pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan
masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk
sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epifise
sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa.
Dengan demikian masih tersisa tulang rawan di kedua ujuang epifise yang
berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara
epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus
menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang
di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan
tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang,
tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga
sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum
membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.
a. 1,25-Dihidroksikolekalsiferol
1,25-Dihidroksikolekalsiferol merupakan hormon steroid yang dibentuk
dari vitamin D. Reseptor 1,25-dihidrokolekalsiferol ditemukan di banyak
jaringan selain usus, ginjal, dan tulang. Jaringan tersebut di antaranya adalah
kulit, limfosit, monosit, otot rangka dan jantung, payudara, dan kelenjar
hipofisis anterior. Berguna untuk meningkatkan penyerapan kalsium dari usus
dan meningkatkan responsifitas tulang terhadap hormon paratiroid.
Sintesis dan sekresi 1,25-Dihidroksikolekalsiferol dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor hormonal dan faktor mineral.
Faktor hormonalnya antara lain :
- Peningkatan kadar PTH
- GH yang meningkat pada masa pertumbuhan
- Peningkatan kadar prolaktin dan estrogen selama masa kehamilan
Sedangkan faktor mineralnya adalah hipokalsemia (kekurangan kalsium).
c. Kalsitosin
Kalsitosin termasuk hormone polipeptida yang biasa bekerja pada tulang
dan hanya memiliki efek kecil pada ginjal dan usus. Kalsitonin ini tidak
esensial mempertahankan homeostasis kalsium, sehingga tidak pernah
ditemukan kelainan karena kekurangan atau kelebihan kalsitonin.
Kalsitosin bekerja menurunkan kadar kalsium plasma dalam tulang
dengan cara sebagai berikut :
Menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma
(efek jangka pendek)
Menurunkan resorpsi tulang dengan menghambat aktivitas osteoklas (efek
jangka panjang)
Menghambat absorpsi kalsium di usus halus
Pengatur utama sekresi kalsitosin adalah kadar kalsium bebas dalam
plasma. Jika kalsium bebas dalam plasma meningkat, maka sekresi kalsitosin
juga akan meningkat. Namun jika kalsium bebas dalam plasma menurun,
maka sekresi kalsitosin juga akan menurun. Sekresi kalsitonin lebih tinggi
terjadi pada individu muda, ibu hamil, serta ibu menyusui. Pada individu
muda, kalsitonin berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tulang
rangka. Pada ibu hamil dan menyusui, kalsitonin berfungsi untuk melindungi
tulang maternal dari proses resorbsi yang berlebihan untuk penyediaan
kalsium bagi pertumbuhan janin.
I.2 Fosfor
Fosfor merupakan zat penting dari semua jaringan tubuh. Fosfor penting
untuk fungsi otot dan sel-sel darah merah, pembentukan adenosine trifosfat
(ATP) dan 2,3-difosfogliserat (DPG), dan pemeliharaan keseimbangan asam-
basa, juga untuk sistem saraf dan perantara metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak. Kadar normal serum fosfor berkisar 2,5 dan 4,5 mg/dl dan dapat
setinggi 6 mg/dl pada bayi dan anak-anak.
Fosfor adalah anion utama dari cairan intraseliler (CIS). Kira-kira 85%
fosfor tubuh terdapat didalam tulang dan gigi, 14% adalah jaringan lunak, dan
kurang dari 1% dalam cairan ekstraseluler (CES). Karena simpanan
intraseluler besar, pada kondisi akut tertentu, fosfor dapat bergerak ke dalam
atau ke luar sel, menyebabkan perubahan dramatik pada fosfor plasma. Secara
kronis, peningkatan subtansial atau penurunan dapat terjadi dalam kadar
fosfor intraseluler tanpa perubahan kadar bermakna. Jadi, kadar fosfor plasma
tidak selalu menunjukan kadar intraselular. Meskipun kebanyakan
laboratorium dan laporan elemen fosfor, hampir semua fosfor yang ada dalam
tubuh berbentuk fosfat (PO43-) dan istilah fosfor dan fosfat sering digunakan
secara bertukaran.
Fosfor adalah senyawa penting dari semua jaringan tubuh yang
mempunyai variasi luas dalam fungsi vital, termasuk pembentukan subtansi
penyimpangan energi ( misal, adenosintrifosfat (ATP)), pembentukan sel
darah merah 2,3 difosfogliserat (DPG), yang memudahkan pengiriman
oksigen ke jaringan-jaringan, metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak,
dan pemeliharaan keseimbangan asam basa. Selain itu, fosfor adalah penting
untuk saraf normal dan fungsi otot dan memberi struktur penyokong untuk
tulang dan gigi. Kadar PO43- plasma bervariasi sesuai usia, dengan
pengecualiaan sedikit peningkatan pada PO43- wanita setelah menopause.
Makanan yang mengandung glikosa, insulin atau gula menyebabkan
penurunan sementara pada PO43- karena perpindahan PO43- serum ke dalam
sel-sel.
Status asam basa juga akan mempengaruhi keseimbangan fosfor.
Alkalosis, terutama alkalosis pernafasan, dapat menyebabkan fosfatemia
karena perpindahan fosfor intraseluler. Mekanisme pasti untuk perpindahan
ini tidak sepenuhnya dipahami tapi mungkin berhubungan dengan glikolisis
seluler karena alkalosis dengan peningkatan pembentukan metabolik
mengandung fosfor sedang. Asidosis respiratori dapat menyebabkan
perpindahan fosfor keluar dari sel-sel dan memperberat hiperfosfatemia.
Kadar fosfat CES diatur oleh kombinasi faktor-faktor, termasuk masukan
diet, absropsi usus, eksresi ginjal, dan secara hormonal terikat secara erat pada
kalsium. Rentang normal untuk fosfor serum 2,5-4,5 mg/dl (1.7-2,6 mEq/L).
b. Osteoklas
adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-
monosit yang terdapat di tulang.