PENDAHULUAN
Salah satu bentuk dermatomikosis adalah tinea ungium. Tinea unguium
(dermatophytic onychomycosis) adalah kelainan kuku yang paling sering
disebabkan oleh jamur dermatofita, selain itu dapat juga disebabkan oleh jamur
non-dermatofita atau yeast. Infeksi pada kuku dapat juga disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, dan yeast. Infeksi jamur adalah yang paling sering terjadi pada kuku.
Golongan jamur ini mempunyai kemampuan mencerna keratin. Patogen lain
golongan non-dermatofita yang menyebabkan tinea unguium adalah S.
Dinidiatum, S. Hyalinum dan kadang-kadang Candida spp (Ammirudin, 2010)
Dermatofita adalah jamur yang mudah menyerang kulit, rambut, dan kuku
dengan enzim keratolitik. Prevalensi onikomikosis 10-40% dari populasi,
meningkat dengan pertambahan usia. Faktor predisposisinya adalah riwayat
keluarga dengan onikomikosis, diabetes melitus, immunosupresi dan trauma pada
kuku. Faktor eksaserbasinya adalah keringat, alas kaki yang tidak tepat, dan kaki
yang basah (Soepardiman, 2007).
Tinea unguium terjadi di seluruh belahan dunia. Dapat terjadi baik pada anakanak maupun dewasa. Prevalensi tinea unguium meningkat sesuai dengan
pertambahan usia. Sekitar 1% pada individu <18 tahun dan hampir 50% pada usia
>70 tahun. Dari 1305 anak yang berusia 3-15 tahun di 17 sekolah di Barcelona
tahun 2010-2011 didapatkan bahwa prevalensi dermatofita di kaki (tinea pedis)
2,5%, dermatofita di kepala (tinea kapitis) 0,23% dan di kuku (tinea unguium)
0,15%.5 The Achilles project memperkirakan prevalensi tinea unguium di Eropa
sekitar 27% dan di Amerika Utara sebesar 13,8%. Peningkatan prevalensi ini
dikarenakan peningkatan status imunosupresi seseorang, sepatu yang terlalu
sempit, dan peningkatan penggunaan locker room bersama (Sofie Peera, 2011).
Angka kejadian di Indonesia masih cukup tinggi. Berbagai penelitian pun
menunjukkan prevalensi onikomikosis sebanyak setengah dari abnormalitas kuku
dan sepertiga dari seluruh infeksi jamur kulit. Berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap infeksi dermatofita antara lain iklim tropis, higienitas yang buruk,
adanya sumber penularan, serta penyakit sistemik dan kronis yang meningkat
(Sujana, 2011).
Tinea unguium lebih banyak terjadi pada laki-laki dan biasanya dikaitkan
dengan tinea pedis dengan karakteristik onikolisis dan penebalan, perubahan
warna (putih, kuning, coklat, dam hitam), rapuh, dan kuku kekurangan nutrisi.
Walaupun inflamasi jarang terjadi, beberapa pasien merasakan nyeri. Tinea
unguium pada kuku kaki dapat menyebabkan nyeri dan sebagai predisposisi
infeksi sekunder bakteri dan ulserasi pada dasar kuku. Komplikasi ini banyak
terjadi pada individu dengan immunocompromised dan diabetes (Kaur, Kashyap
dan Bhalla, 2008)
BAB 2
STATUS PASIEN
I.
Identitas
Nama
: Tn. Z
Usia
: 73 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Pensiunan PT Arun
Suku
: Aceh
: 124509
Anamnesis
1. Keluhan utama
Kuku jari tangan dan kuku jari kaki berubah warna menjadi suram.
2. Keluhan tambahan
Kuku jari tangan dan kuku jari kaki rapuh dan gatal.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr Fauziah Bireuen
dengan keluhan kuku jari tangan dan kuku jari kaki berubah warna menjadi
suram. Keluhan ini dialami + 15 tahun yang lalu yang dimulai pada kuku jari
kaki kanan. Karena pasien tidak terlalu memperhatikan keadaan tersebut, 1
tahun kemudian terjadi perubahan warna pada kuku jari kaki kiri, dan 5 tahun
belakangan ini meluas ke daerah kuku jari kirinya dimulai di jari manis
kemudian meluas ke setiap jari tangan kirinya. Awalnya perubahan warna kuku
dimulai dari ujung kuku kemudian meluas ke pangkal kuku.
Pasien juga mengeluhkan kuku jari tangan dan kakinya sering rapuh dan
kadang-kadang terasa gatal. Gatal yang dirasakan pasien hanya sesekali diwaktu
terpapar air di sawah selain itu rasa gatal tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Riwayat bengkak di jari disangkal, nyeri merah, mengelupas pada telapak tangan
dan kaki disangkal. Riwayat kelainan kulit pada daerah kuli anggota tubuh
lainnya juga disangkal.
Pasien merupakan seorang pensiunan pabrik di PT Arun dengan riwayat
pemakaian sepatu tertutup atau sepatu boot setiap harinya selama 45 tahun.
Memasuki masa pensiunnya, kegiatan pasien adalah bercocok tanam di sawah
setiap harinya dengan riwayat terpapar air sawah dengan tidak menggunakan
sepatu tertutup. Pasien memiliki hewan peliharaan seperti lembu dan kambing
dan riwayat mengurus ternak tersebut sendiri.
Delapan bulan yang lalu pasien pernah berobat ke puskesmas dan
diberikan obat salep namun pasien lupa nama obatnya. Selama pemakaian salep
tersebut pasien mengatakan tidak ada perbaikan, sehingga pasien disarankan
untuk berobat ke RSUD dr.Fauziah Bireuen.
4. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat alergi
Riwayat penyakit DM
Riwayat Hipertensi
Riwayat Asam Urat
Riwayat kolesterol
Riwayat penyakit sinusitis
Riwayat trauma
5. Riwayat penyakit keluarga
: (-)
: (-)
: (-)
: (+)
: (+)
: (+)
: (-)
: (-)
4
6. Riwayat pengobatan
Pengobatan dari puskesmas
7. Riwayat Operasi
Operasi sinusitis
III.
: (+)
: (+)
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Tanda Vital
Tekanan darah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: afebris
Frekuensi nafas : 18 x/menit
4. Status lokalis
a. Kepala
: Normochepali
b. Telinga, hidung, tenggorokan
: Dalam batas normal
c. Leher
: Pembesaran KGB (-)
d. Thoraks
: Dalam batas normal
e. Abdomen
: Dalam batas normal
f. Ekstremitas
: Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
IV.
Status Dermatologikus
Hiperkeratosis
ungium (+)
Distal ungium
terangkat/
onikolisis (+)
Warna suram
Likenifikasi
ungium (+)
Permukaan tidak
rata (+)
Likenifikasi
ungium (+)
Hiperkeratosis
ungium (+)
Distal ungium
terangkat (+)
Hiperpigmentasi
ungium (+)
Warna suram
(+)
1. Lokasi
2. Eflorosensi
ungium,
ungium,
likenifikasi
ungium,
distal
ungium
: Regional
Resume
Pasien berusia 73 tahun datang ke Poliklinik RSUD dr. Fauziah Bireuen
dengan keluhan kuku jari tangan dan kaki berubah warna menjadi suram sejak
15 tahun yang lalu. Awalnya, perubahan warna kuku dimulai dari ujung kuku
kemudian meluas ke pangkal kuku. Pasien juga mengeluhkan kukunya serin rapuh
dan sesekali timbul rasa gatal. Delapan bulan sebelumnya, pasien pernah berobat
ke puskesmas dan diberikan obat salep namun tidak memberikan perbaikan.
Pada pemeriksaan fisik dan status generalisata dalam batas normal. Pada
pemeriksaan dermatologi didapatkan adanya perubahan warna suram, penebalan
di daerah kuku jari tangan dan kaki, permukaan kuku tampak kasar dan tidak rata,
tidak nyeri, tidak menimbulkan bau, tidak terdapat pus, dan daerah permukaan
sekitar kuku dalam keadaan normal. Distribusi regional, dengan eflorosensi
terdapat hiperpigmentasi ungium, hiperkeratosis ungium, likenifikasi ungium, dan
onikolisis.
VI.
Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.
5.
VII.
Tinea ungium
Psoriasis pada kuku
Kandidosis kuku
Liken planus
Paronikia
Diagnosis Kerja
Tinea Ungium
VII.
Penatalaksanaan
1.
2.
3.
4.
VII.
Ketokonazole zalf
Gentamicin zalf
Ranitidine tablet 500 mg 2x1
Cetirizine tablet 10 mg 2x1
Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Tinea unguium (ringworm of the nail) adalah kelainan kuku yang
disebabkan oleh jamur dermatofita. Tinea ungium juga digolongkan ke dalam
onikomikosis. Onikomikosis merupakan infeksi pada kuku yang disebabkan oleh
jamur dermatofita, jamur nondermatofita dan ragi (yeast). Istilah tinea unguium
digunakan setelah ditemukan dermatofita pada hasil sebuah kultur (Sujana, 2011).
3.2 Epidemiologi
Tinea unguium lebih sering pada dewasa, terjadi 15-20% antara 40-60
tahun, bersamaan denga tinea pedis dan tinea manus. Infeksi ini dapat juga terjadi
pada anak-anak. Faktanya, hanya 2,6% infeksi terjadi pada anak di bawah 18
tahun, tetapi 90% terjadi pada usia lebih tua. Dan lebih banyak terjadi pada lakilaki (Sofie Peera, 2011).
Kuku kaki lebih sering terinfeksi daripada kuku jari. Insidens juga
meningkat pada penyakit diabetes, supresi sistem imun, dan peningkatan usia.
Faktor kebersihan dan lingkungan juga berpengaruh, penyakit ini lebih banyak
pada orang yang bekerja dengan air kotor dan dengan lingkungan yang lembab
atau basah (Soepardiman, 2007).
Rata-rata
prevalensi
onikomikosis
ditentukan
oleh
umur,
faktor
10
3.3 Anatomi
Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang mengandung lapisan
tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, gunanya selain
membantu jari-jari untuk memegang juga digunakan sebagai cermin kecantikan.
Lempeng kuku terbentuk dari sel-sel keratin yang mempunyai dua sisi
berhubungan dengan udara luar dan sisi lainnya tidak (Ammiruddin, 2010).
11
12
13
setelah trauma (mis: patah tungkai bawah), atau gangguan persarafan (mis:
cedera pleksus brachialis, trauma tulang belakang. Sedangkan onikomikosis
sekunder, pada kuku kaki biasanya terjadi setelah tinea pedis. Pada kuku tangan
onikomikosis sekunder setelah tinea manum, tinea korporis atau tinea kapitis
(Kurniati, 2008).
Pada tinea unguium invasi terjadi pada kuku yang sehat. Jamur dapat
masuk melalui tiga cara yaitu dari manusia ke manusia (antrofopilik), dari hewan
ke manusia (zoofilik) dan dari tanah ke manusia (geofilik). Dermatofita, tidak
seperti kebanyakan jamur lain, menghasilkan keratinases (enzim yang memecah
keratin), yang memungkinkan untuk invasi jamur ke dalam jaringan keratin.
Dinding sel dermatofit juga mengandung mannans (sejenis polisakarida) yang
dapat menghambat respon kekebalan tubuh. Trichophyton rubrum khususnya
mengandung
mannans
yang
dapat
mengurangi
proliferasi
keratinosit
(Soepardiman, 2007)
Dermatofita dapat bertahan hidup pada stratum korneum, yang
menyediakan sumber nutrisi bagi dermatofita dan pertumbuhan jamur mycelia.
Infeksi dermatofita melibatkan tiga tahap: perlekatan pada keratinosit, penetrasi
melalui dan diantara sel-sel, dan membangun respon pejamu. Perlekatan jamur
superfisial harus mengatasi berbagai kendala seperti menahan pengaruh sinar
ultraviolet, variasi suhu, dan kelembaban, kompetisi dengan flora normal,
dan sphingosines yang diproduksi oleh keratin agar artrokonidia, elemen
infeksius, dapat melekat pada jaringan keratin (Kurniati,2008) .
15
16
Bentuk yang paling sering. Jamur penetrasi pada hiponikium dan proses ini
menjalar ke proksimal menyerang bagian ventral lempeng kuku dan
mengakibatkan onycholysis dan rapuh. Kuku dapat dapat berubah warna dan
tampak putih hingga coklat(7,9,10).
17
Kelainan dimulai dari bercak putih berbatas tegas pada lempeng kuku
selanjutnya kuku menjadi kasar dan rapuh. Lebih sering pada kuku jari kaki.
T.mentagrophytes adalah penyebabnya.
18
Diagnosis
Untuk mendiagnosis Onikomikosis (tinea unguium) selain dari gejala
klinis juga dapat menggunakan pemeriksaan mikroskopik, kultur, dan
histopatologi. Oleh karena onikomikosis bertanggung jawab besar pada distropi
kuku, maka pemeriksaan dengan laboratorium sangat membantu sebelum
memberikan pengobatan anti jamur (Kaur, 2008).
Pemeriksaan
yang
dapat
dilakukan
adalah
pemeriksaan
KOH,
19
kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal
kuku, bahan di bawah kuku diambil pula (Sujana, 2011).
I.
hati-hati,
KOH
membantu
melarutkan
jaringan
epitel.
Penambahan dimethyl sulfoxide dan atau tinta Parker Quink pada larutan KOH
dapat memudahkan identifikasi elemen jamur. Identifikasi spesifik untuk patogen
biasanya sulit dengan mikroskopik, tetapi pada banyak kasus, ragi dapat
dibedakan dengan dermatofita dari morfologinya.
Gambaran mikroskopik jamur dermatofita
1. Trichophyton mentagrophytes
Koloni
Koloni
3. Epidermophyton floccosum
Koloni
Kultur Jamur
Pemeriksaan Histopatologi
22
keparahan dari psoriasis pada kuku. Pada kuku terdapat reaksi inflamasi terutama
infiltrat limfosit pada dermis atas dengan kapiler yang melebar, spongiosis dengan
eksositosik limfositik, dan parakeratosis yang mengandung neutrofil tunggal
(Ammirudin, 2010).
2. Paronikia
Paronikia adalah inflamasi yang mengenai lipatan kulit disekitar kuku.
Paronikia ditandai dengan pembengkakan jaringan yang nyeri dan bernanah. Bila
infeksi berlangsung kronik maka terdapat celah horizontal pada dasar kuku.
Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk dan jari tengah. Penyebab
terjadinya paronikia ini adalah akibat trauma yang kemudian terjadi pemisahan
antara lempeng kuku dari eponikium, celah ini kemudian terkontaminasi oleh
piogenik atau jamur. Piogen yang tersering adalah
Staphylococcus atau
23
Griseofulvin. Obat ini bersifat fungistatik yang efektif untuk jamur. Dosis
yang digunakan adalah 0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk
anak-anak dalam sehari atau 10-25 mg/kgBB.
Ketokonazol. Obat ini bersifat fungistatik dan juga digunakan jika resisten
terhadap pemberian griseofulvin dengan dosis 200 mg/ hari selama 10-14 hari
pada pagi hari setelah makan.
Itrakonazol. Obat ini juga bersifat fungistatik dan digunakan jika pada
pasien tidak bisa mengkonsumsi ketokonazol akibat penyakit pada hepar dan
merupakan pilihan yang paling baik dengan dosis denyut selama 3 bulan pada
onikomikosis. Cara pemberiannya secara tiga tahap dengan interval 1 bulan.
Setiap tahap dalam 1 minggu dosisnya 2 x 200 mg sehari dalam kapsul.
Terapi topical
Pada terapi topikal tersedia dalam bentuk losion dan lacquer (cat kuku).
Amorolfine lacquer dilaporkan efektif dengan penggunaan selama 12 bulan.
24
Sedangkan ciclopirox (penlac) nail lacquer adalah agen topikal (ciclopirox 80%)
yang efektif digunakan selama 48 minggu.
Debridemen
Mengangkat
jaringan
kuku
yang
distropik,
pasien
seharusnya
3.10
Prognosis
25
26
BAB 4
PEMBAHASAN
Tinea Ungium merupakan infeksi pada kuku yang paling seeing
disebabkan oleh jamur dermatofita. Tinea ungium lebih banyak terjadi diusia tua
dan biasanya lebih sering pada jenis kelamin laki-laki.
Tn. Z, 73 tahun, datang dengan keluhan terjadi perubahan warna pada
kuku jari tangan dan kakinya menjadi suram, rapuh dan terkadang menimbulkan
rasa gatal terutama saat sedang terpapar air sawah. Pasien mengaku sering
menggunakan sepatu tertutup atau sepatu boot sewaktu masih bekerja di PT. Arun
dan pada masa itu juga mulai timbulnya keluhan tersebut. Awalnya, perubahan
warna kuku dimulai dari ujung kuku kemudian meluas ke pangkal kuku. Kuku
tampak menebal, permukaan kuku tidak rata dan kasar. Pasien tidak mengeluhkan
nyeri, adanya bau dan keluar pus serta permukaan sekitar kuku tampak normal.
Tinea ungium yang dialami pasien bisa saja diesebabkan oleh jamur
dermatofita, dimana pada pasien ini mempunyai riwayat pemakaian sepatu
tertutup dalam rentang waktu cukup lama dan kurangnya rasa kepedulian atau
proteksi terhadap hygiene menyebabkan berkembangnya penyakit ini. Jamur
tersebut dapat tumbuh oleh karena lingkungan yang lembab, memungkinkan
untuk menginvasi kedalam jaringan keratin pada kuku. Untuk mengetahui jenis
jamur yang menyebabkan tinea ungium ini adalah dengan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan mikroskopi langsung dengan KOH, kultur jamur atau
pemeriksaan histopatologi.
27
Terapi yang diberikan pada pasien ini antara lain anti jamur topikal, anti
histamin, dan antibiotik. Selain itu, sedukasi pada pasien juga, seperti menjaga
kebersihan diri dan lingkungan serta menghindari faktor yang meningkatkan
pertumbuhan jamur. Prognosis pada pasien ini, baik secara vitam, fungsionam,
dan sanactionam adalah baik.
28