PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat
pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan
sasaranyang mudah terkena infeksi cacing (Moersintowarti, 1992).
Infeksi cacing usus (Ascariasis) yang disebabkan oleh Ascaris
lumbricoides merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh
dunia, terutama banyak ditemukan pada daerah tropik dengan suhu 23 oC-30oC
(Tan HT &Kirana Rahardja, 2008).
Ascariasis dapat menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia
(Haryanti E,1993). Di Indonesia, prevalensi Ascariasis ternyata masih cukup
tinggi dimana diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Indonesia
menderita suatu infeksi cacing. Hal ini disebabkan karena kesadaran anakanak akan kebersihan dan kesehatan masih rendah (Tan HT & Kirana
Rahardja, 2008).
Di Jakarta, pernah terdeteksi sekitar 49,5% dari 3.160 siswa di 13 Sekolah
Dasar (SD) yang menderita cacingan. Siswa perempuan memiliki prevalensi
lebih tinggi, yaitu 51,5% dibandingkan dengan siswa laki-laki yang hanya
48,5%. Sebagian diantara mereka yang terinfeksi cacing ini hidup pada
wilayah kumuh, dengan jenis penularan baik melalui makanan atau langsung
berhubungan dengan tanah yang banyak mengandung vektor cacing. Oleh
karena itu, siswa yang terinfeksi akan kekurangan kadar hemoglobin dan akan
berdampak terhadap kemampuan tubuh membawa oksigen ke berbagai
jaringan tubuh, termasuk ke otak (Achmad Sujudi, 2001). Sekitar 20 ekor
cacing Ascaris lumbricoides dewasa didalam usus manusia mampu
mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram protein setiap
hari. Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan
oleh infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak dapat mengakibatkan
malnutrisi (Tantular K, 1980).
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi cacingan
Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik yang diakibatkan
oleh cacing parasit yang cenderung tidak mematikan namun menggerogoti
2
Keterangan :
1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus, seekor cacing betina
mampu menghasilkan telur sampai 240.000 perhari yang akan keluar
bersama feses.
2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi infective
setelah 18 hari sampai beberpa minggu di tanah.
3. Tergantung pada kondisi lingkungan (kondisi optimum, lembab,
hangat, tempat teduh)
4. Telur infective tertelan
5. Masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang kemudian
menembus mucosa usus, masuk kelemjar getah bening dan aliran
darah dan terbawa sampai ke paru-paru
6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru (10 14),
dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang
dimulai dari keluarnya telur cacing bersama feses, setelah 1-1,5 hari dalam
tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rhabditiform. Dalam waktu
sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus
kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Setelah menembus
kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru
menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan
larynk. Dari larynk, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan
menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus
kulit atau ikut tertelan bersama makanan (Gandahusada dkk, 2004).
Keterangan :
Larva cacing tambang pada suhu hangat dan lembab mengalami
pertumbuhan dalam 3 tahap. Pada tahap ahir, larva-larva ini akan naik ke
permukaan tanah. Dengan bentuk tubuh yang runcing di bagian atas, larva
ini akan masuk menembus kulit dan ikut ke dalam aliran darah sampai ke
6
organ hati. Melalui pembuluh darah larva ini akan terbawa ke paru-paru.
Larva cacing tambang kemudian bermigrasi ke bagian kerongkongan dan
kemudian tertelan. Larva kemudian menuju usus halus dan menjadi
dewasa dengan menghisap darah penderita. Cacing tambang bertelur di
usus halus yang kemudian dikeluarkan bersama dengan feses ke alam dan
akan menyebar kemana-mana (Onggowaluyo, 2002)
Gambaran klinis walaupun tidak khas, tidak cukup mendukung untuk
memastikan untuk dapat membedakan dengan anemia karena defisiensi
makanan atau karena infeksi cacing lainnya. Diagnosa terakhir ditegakkan
dengan menemukan telur cacing pada feses penderita. Secara praktis telur
cacing Ancylostoma duodenale tidak dapat dibedakan dengan telur
Necator americanus. Untuk membedakan kedua spesies ini biasanya
dilakukan tekhnik pembiakan larva (Onggowaluyo, 2002).
4. Oxyuris Vermicularis (cacing kremi)
Cacing betina berukuran 8-13 mm, sedangkan yang jantan berukuran
lebih kecil yaitu 2-5 mm. Telur cacing kremi berbentuk oval asimetris
berisi larva dengan ukuran 60x20 mikron. Cacing dewasa hidup di rongga
usus besar terutama bagian bawah, sesudah kopulasi cacing betina turun ke
bawah sampai ke anus dan meletakkan telurnya di kulit sekitar anus.
Sesudah bertelur cacing betina akan mati, telur ini dengan zat perekat pada
kulitnya dapat melekat pada kulit perional dan juga ada pula yang jatuh
terlepas, karena ringannya dapat tersebar kemana-mana. Cacing kremi
pada anak terlihat perutnya buncit, gatal disekitar anus, terutama pada
malam
hari,
kulit
disekitar
anus
meradang
dan
lecet-lecet.
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-ciciliapre-59323-8.babii.pdf
C. Cara penularan cacingan
1. Cara Penularan Ascaris Lumbricoides
Dapat terjadi melalui beberapa jalan yaitu masuknya telur yang infektif
kedalam mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar atau telur
tertelan melalui tangan yang kotor misalnya pada anak-anak maupun telur
yang terhirup bersama debu udara. Pada keadaan yang terakhir ini larva
cacing akan menetas di mukosa jalan napas bagian atas kemudian masuk
7
terbawa
angin,
air
dan
terselip
di
kuku.
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-ciciliapre-59323-8.babii.pdf)
3. Cara Penularan Necator americanus / Ancylostoma duodenale (cacing
tambang)
Perilaku anak BAB tidak dijamban atau di sembarang tempat
menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh tija yang berisi telur
cacing. Penyebaran infeksi kecacingan tergantung dari lingkungan yang
tercemar tinja yang mengandung telur cacing. Infeksi pada anak sering
terjadi karena menelan tanah yang tercemar telur cacing atau melalui
tangan yang terkontaminasi telur cacing. Penularan melalui air sungai juga
dapat terjadi, karena air sungai sering digunakan untuk berbagai keperluan
sehari-hari, perilaku anak jajan di sembarang tempat yang kebersihannya
tidak dapat dikontrol oleh orang tua dan tidak terlindung dan dapat
tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung telur cacing, hal ini
dapat menjadi penularan kecacingan pada anak.
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-ciciliapre-59323-8.babii.pdf)
4. Cara Penularan Vermicularis (cacing kremi)
a. Auto Infeksi
kehilangan
darah
bagi
penderita
sehingga
sangat
jatuh
menjadi
negara
miskin.
Karena
miskin,
masyarakat
2.
3.
4.
5.
minum.
6. Membuang tinja di jamban.
7. Menjaga kebersihan, menutup makanan dengan tudung saji.
8. Mencegah pengotoran sungai dan saluran air.
9. Menjaga kebersihan rumah.
10. Menjaga kebersihan lingkungan.
11. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan mandi.
12. Mengusahakan pengaliran pembuangan air kotor/air limbah.
13. Membuang sampah di tempat yang semestinya.
14. Memberantas binatang yang menyebarkan telur cacing seperti lalat, lipas
dan tikus.
Penanganan pada penderita cacingan bisa dilakukan dengan cara penyuluhan
dan pengobatan:
1. Penyuluhan.
a. Menjelaskan bahwa penyakit cacingan adalah merupakan salah satu
penyakit menular yang sering dijumpai di kalangan masyarakat
Indonesia. Setiap 100 orang lebih kurang 60 diantaranya mengandung
telur cacing dalam perutnya.
b. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang:
1) Kebersihan lingkungan
a) Setiap anggota keluarga agar selalu buang air besar ke dalam
jamban. Jangan buang air besar di sembarang tempat.
b) Setiap anggota keluarga agar selalu menggunakan air bersih
yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
c) Keluarga agar selalu memasak makanan dan minuman sebelum
dimakan dan diminum.
d) Keluarga agar selalu menggunakan tudung saji (penutup
makanan) agar makanan terhindar dari jamahan lalat dan debu.
2) Kebersihan diri pribadi
Setiap anggota keluarga agar membiasakan hidup bersih dengan
cara:
a) Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan serta
setelah buang air besar.
b) Memotong kuku seminggu sekali.
c) Memakai alas kaki (sandal, sepatu dan sebagainya).
d) Memelihara kebersihan jiwa/rohani.
12
melaksanakan
yang rusak. Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh.
Proses metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme
(pemecah). Nutrisi sangat penting bagi manusa karena nutrisi merupakan
kebutuhan vital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrient (zat
gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan
menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari.
Kebutuhan nutrisi tiap orang berbeda-beda, dilihat dari jenis kelamin,
aktifitas harian, faktor penyakit. Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita
karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita.
Sehingga bisa menyebabkan penyakit/terkena gizi buruk oleh karena itu kita
harus memperbanyak nutrisi harian.
Nutrien adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam
makanan dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh. Nutrient terdiri dari
beberapa, diantaranya:
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon,
hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat dibagi atas:
a) Karbohidrat sederhana (gula); bisa berupa monosakarida (molekul
tunggal yang terdiri dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa
berupa
disakarida
(glukosa+fruktosa),
(molekul
maltosa
ganda),
contohnya
(glukosa+glukosa),
sukrosa
laktosa
(glukosa+galaktosa).
b) Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena disusun
banyak molekul glukosa.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup,
terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan
(misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi
pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan
jamur). Kebutuhan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total.
2. Protein
Protein sangat penting untuk pembentukan dan pemeliharaan
jaringan tubuh. Beberapa sumber protein berkualitas tinggi adalah:
ayam, ikan, daging, babi, domba, kalkun, dan hati. Beberapa sumber
protein nabati adalah kelompok kacang polong (misalnya buncis, kapri
14
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik yang diakibatkan
oleh cacing parasit yang cenderung tidak mematikan namun menggerogoti
kesehatan tubuh manusia, sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan
kesehatan masyarakat.
Infeksi cacingan adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan
minuman atau melalui kulit dimana tanah sebagai media penularannya yang
disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk
(Trichuris trichuria), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus), cacing kremi (Oxyuris Vermicularis.
17
Manifestasi klinis cacingan yaitu terlihat kurus atau adanya gangguan gizi
pada penderita tersebut, anemia, pucat, kekurangan darah, lesu, malas, perut
buncit, mual, kurang nafsu makan, dan rambut jarang.
Jika seseorang terkena cacingan dapat menimbulkan kematian secara
langsung tetapi akan menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada anak-anak, mengakibatkan anemia defesiensi besi,
menimbulkan morbiditas yang tinggi, dan diare darah.
Pencegahan cacingan dapat dilakukan dengan cara kegiatan terpadu yang
mencakup pengobatan massal, penyuluhan kesehatan, peningkatan status gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan serta partisipasi
masyarakat.
B. Saran
1. Bagi Intitusi Pendidikan
Sebaiknya perpustakaan sekolah menyediakan buku tentang gizi dan
diet pada penderita cacingan agar kami bisa mengetahui cara menangani
2.
18