Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Warna merupakan salah satu faktor sensorik yang dipakai oleh manusia untuk
menilai suatu produk atau keadaan lingkungan. Manusia akan lebih mengekspresikan
perasaan dengan warna seperti warna pakaian, warna interior rumah dan warna
barang-barang konsumsi (termasuk makanan). Orang-orang cenderung menyukai
sesuatu yang berwarna karena terkesan menarik. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sering sekali menggunakan berbagai jenis pewarna baik untuk makanan, kosmetik,
ataupun yang lainnya. Penampilan luar dari suatu produk itu memang sangat
menentukan tingkat penjualan dari produk tersebut. Zat pewarna seringkali digunakan
orang pada makanan untuk menambah nilai estetika dari makanan tersebut. Makanan
yang rasanya tidak enak pun dapat tertutupi jika warna dari makanan itu menarik
konsumen.
Pewarna ada dua yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna alami
adalah pewarna yang berasal dari bahan bahan alami yang ditambahkan pada
makanan atau produk yang lain. Sedangkan pada pewarna sintesis adalah pewarna
yang berasal dari bahan- bahan kimia. Secara umum, pewarna alami tidak
menimbulkan efek samping bagi tubuh manusia karena kandungan bahannya adalah
berasal dari alam. Sedangkan pewarna sintesis terutama yang ditambahkan pada
makanan harus diperhatikan cara penggunaan dan efek samping dari pewarna
tersebut. Bahkan ada penyalahgunaan bahan pewarna yang seharusnya bukan untuk
makanan tetapi ditambahkan untuk makanan sehingga dapat menimbulkan dampak
yang bernbahaya bagi tubuh kita. Oleh karena itu, kita perlu mengenal berbagai
macam zat pewarna sintesis yang biasanya digunakan manusia terutama dalam hal
makanan agar kita mengetahui dampak dan bahaya penggunaan bahan pewarna
tersebut.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengklasifikasian pewarna sintesis?

2. Bagaimana struktur dan sifat, komposisi, alasan pengklasifikasian, dampak


penggunaan dan kelegalan penggunaan pewarna sintesis?
1.3.

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan pengklasifikasian pewarna sintesis.
2. Untuk menjelaskan struktur dan sifat, komposisi, alasan pengklasifikasian, dampak
penggunaan dan kelegalan penggunaan pewarna sintesis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pewarna Sintesis

Pewarna sintesis adalah pewarna yang berasal dari bahan-bahan kimia.


Berdasarkan kelarutannya, ada 2 macam pewarna sintetis yaitu FD & C Dyes dan FD &
C Lakes.
a. FD & C Dyes
Dyes adalah zat warna yang larut air dan berbentuk serbuk, granula, cairan,
campuran warna, pasta dan dispersi. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah
propilenglikol, gliserin atau alkohol. Dyes tidak dapat larut hampir dalam semua
jenis pelarut-pelarut organik. Jika akan dipakai dalam makanan yang tidak
mengandung air, zat warna ini dapat dilarutkan dulu dalam gliserin atau propilen
glikol. Dyes pada umumnya dapat digunakan untuk mewarnai minuman
berkarbonat, minuman ringan, roti dan kue-kue, dry mixes, confectionery, produkproduk susu, kulit sosis, dan lain-lain. FD&C dye terdapat dalam empat kelompok
yaitu Azo dye, Triphenylmethane dye, fluorescein, dan sulfonated indigo.
1. Azo dye
a. FD & C red no 2 : amaranth No. Index 16185
b. FD & C red no 4 : Panceau SX No. Index 14700
c. FD & C yellow no 5 : Tartrazine No. Index 19140
d. FD & C yellow no 6 : Sunset Yellow No. Index 15985
2. Triphenylmethane dye

a. FD & C blue no 1 (Briliant Blue) No. Index 42090


b. FD & C green no 3 (Fast Green) No. Index 42053
c. FD & C violet no 1 (Benzylviolet 4B)
3. Fluorescein

a. FD & C red no 3 (Erythrosine) No. Index 45430


4. Sulfonated indigo

a. FD & C blue no 5 (Indigotin/Indigo carmine) No. Index 73015


Berikut ini beberapa pewarna sintesis yang termasuk golongan dyes:
1. Azo Dye
a) Amaranth
a. Struktur

b. Komposisi
Rumus molekul dari amaranth adalah C20H11N2Na3O10S3 sehingga
dapat dikatakan bahwa rhodamin mengandung karbon, hidrogen,
natrium, nitrogrn oksigen dan sulfur.
c. Alasan masuk ke dalam klasifikasi pewarna sintetik
Amaranth termasuk dalam pewarna synthesis karena amaranth
mampu menghasilkan warna merah lembayung atau merah kebiruan dan
memiliki ikatan N=N. Dalam klasifikasi pewarna, amaranth digolongkan
dalam golongan monazo. Amaranth berupa tepung berwarna merah
kecoklatan yang mudah larut dalam air. Selain itu juga mudah larut
dalam propilonglikol, gliserol, dan larut sebagian dalam alkohol 95%.
Agak tahan terhadap cahaya, asam asetat 10%, HCl 10-30%, dan NaOH
10%, sedangkan terhadap NaOH 30% kurang tahan dan menjadi agak
keruh.
d. Dampak
Zat warna amaranth bersifat karsiogenik (menyebabkan kanker).
Selain itu ada penemuan bahwa zat warna tersebut bersifat embritoksik
(meracuni janin. Selain bersifat karsiogenik dan embritoksik, zat warna
amaranth dalam jumlah besar dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi
pada saluran pernapasan dan menyebankan hiperaktif pada anak.
e. Kelegalan

Di Indonesia sendiri zat warna Amaranth diizinkan digunakan


dalam makanan/minuman berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI
No.11332/A/SK/73 tanggal 22 Oktober 1973. Kami tidak mengetahui
apakah keamanan penggunaan zat warna ini pernah dievaluasi oleh
pihak yang berwenang (dalam hal ini Ditjen. POM, Dept. Kesehatan)
atau tidak.
b) Tartrazine ( FD / E102 / Yellow 5 ).
Tartrazin atau Yellow 5 atau C.I.29140 adalah bahan pewarna sintetik
yang memberikan warna kuning pada bahan makanan maupun minuman.
Bahan ini juga sering dikombinasikan dengan Brilliant Blue FCF (suatu
bahan pewarna) untuk memberikan gradasi warna hijau. Tartrazin banyak
terdapat pada produk makanan, minuman, mie instant, pudding, serta
permen. Zat ini juga terdapat dalam sabun, kosmetik, sampo, moisturizers
serta obat-obatan.
a. Struktur

b. Komposisi
Tartrazin merupakan turunan dari coal tar, yang merupakan campuran
dari senyawa fenol, hidrokarbon polisiklik dan heterosklik. Karena
kelarutannya dalam air, tartrazin umum digunakan sebagai bahan pewarna
minuman.
c. Alasan termasuk pewarna sintesis
Tartrazin atau Yellow 5 atau C.I.29140 termasuk bahan pewarna
sintetik karena dibuar dari bahan-bahan kimia yang dapat memberikan warna
kuning pada bahan makanan maupun minuman. Bahan ini juga sering

dikombinasikan dengan Brilliant Blue FCF (suatu bahan pewarna) untuk


memberikan gradasi warna hijau.
d. Dampak
Akibat yang dapat ditimbulkan dari penggunaan tartrazine adalah
menyebabkan sejumlah reaksi alergi bagi orang-orang yang intoleransi
terhadap aspirin atau penderita asma. Aspirin atau asam asetilsalisilat sering
digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Gejala alergi
tartrazine dapat timbul apabila senyawa ini terhirup (inhalasi) atau ditelan
(ingesti). Reaksi alergi yang timbul berupa sesak napas, pusing, migrain,
depresi, pandangan kabur, dan sulit tidur. Akibat jangka panjang dan kadar
yang tinggi dapat menyebabkan kanker.
e. Kelegalan
Parlemen Eropa mengizinkan penggunaan senyawa ini di negara Uni
Eropa dengan Surat Keputusan Konsul (Council Directive) 94/36/EC.
Penggunaan tartrazine di Indonesia diatur oleh peraturan KBPOM No. 37
tahun 2013. Batas tartrazine yang dapat dikonsumsi menurut ADI adalah 0
7,5 mg/kg berat badan.

c) Sunset Yellow (CI Food Yellow 3 / Orange Yellow S)


a. Struktur

Struktur Sunset Yellow FCF


b. Komposisi

Rumus kimia senyawa sunset yellow adalah C16H10N2Na2O7S2.


Sehingga senyawa ini terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, natrium,
oksigen, dan sulfur yang membentuk senyawa sunset yellow. Senyawa ini
dapat larut dalam air.
c. Alasan termasuk pewarna sintesis
Sunset Yellow adalah zat pewarna kuning. Pewarna ini merupakan
pewarna sintetik yang bersifat asam yang mengandung kelompok kromofor
NN dan CC. Sunset yellow dapat digunakan sebagai pewarna makanan,
kosmetik dan medikasi. Sunset yellow dapat ditemukan pada jeruk,
marzipan, Swiss roll, selai aprikot, citrus marmalade, kurd lemon, pemanis,
keju, minuman soda, keju, dan obat-obatan.
d. Dampak
Akibat yang dapat ditimbulkan dari sunset yellow adalah urtikaria (ruam
pada kulit), rinitis (radang selaput hidung), alergi, hiperaktivitas, sakit perut,
mual dan muntah-muntah.
e. Kelegalan
Penggunaan sunset yellow di Indonesia juga diatur oleh peraturan
KBPOM No. 37 tahun 2013. Batas sunset yellow yang dapat dikonsumsi
menurut ADI (Acceptable Daily Intake) adalah 0 4 mg/kg berat badan.

d) Allura Red
Allura Red adalah salah satu pewarna sintesis yang memberikan warna
jingga. Nama IUPAC dari allura red ini adalah disodium 6-hydroxy-5-((2methoxy-5-methyl-4-sulfophenyl)azo)-2-naphthalenesulfonate.

Sedangkan

nama lain dari Allura Red adalah Food Red 17, C.I. 16035, FD&C Red 40,
E129, 2-naphthalenesulfonic acid, 6-hydroxy-5-((2-methoxy-5-methyl-4sulfophenyl)azo)-, disodium salt, and disodium 6-hydroxy-5-((2-methoxy-5methyl-4-sulfophenyl)azo)-2-naphthalenesulfonate.
Allura Red banyak digunakan pada produk makanan, misalnya
permen dan minuman. Allura red memiliki nomor E E129. Allura red
awalnya diperkenalkan di Amerika Serikat untuk pengganti penggunaan
bayam sebagai pewarna makanan. Pewarna ini berbentuk bubuk atau butiran
berwarna merah gelap yang sering digunakan sebagai garam natrium, tetapi
juga dapat digunakan sebagai kalsium dan garam kalium. Red AC awalnya

dibuat dari tar batubara, tetapi sekarang sebagian besar terbuat dari minyak
bumi.
a. Struktur

Gambar struktur kimia Allura Red


b. Komposisi
Pewarna Allura red ini memiliki rumus molekul C18H14N2Na2O8S2
sehingga Allura red terdiri dari karbon, hidrogen, natrium, nitrogen,
oksigen dan sulfur membentuk senyawa Allura red. Allura red memiliki
berat molekul sebesar 496.4219 g/mol. Titik lebur Allura red adalah
>300. Dalam larutan, absorbansi maksimum terletak di sekitar 504 nm
[3] p.921. Pewarna ini larut dalam air dan tidak larut dalam etanol.
c. Klasifikasi
Allura red merupakan salah satu zat aditif pada makanan yang
termasuk golongan pewarna sintesis. Hal ini karena allura red terbuat
dari bahan-bahan kimia yang dapat memberikan warna merah
kekuningan atau jingga.
d. Dampak penggunaan
Allura Red sudah dilarang di banyak negara antara lain: Belgia,
Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia. Sebuah studi
menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang
yang mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang telah
menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih
diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung
Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam
atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta

kembali diberi makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor.


Dari pengujian itu, 15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatalgatal.
e. Kelegalan
Penggunaan Allura Red sebagai pewarna sintetik pada makanan
diatur dalam

peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum


Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna. Menurut ADI allura red
dapat digunakan 0 7 mg/kg berat badan.

Pada bab 3 pasal 3, Jenis BTP Pewarna Sintetis terdiri atas:


1. Tartrazin CI. No. 19140 (Tartrazine);
2. Kuning kuinolin CI. No. 47005 (Quinoline yellow);
3. Kuning FCF CI. No. 15985 (Sunset yellow FCF);
4. Karmoisin CI. No. 14720 (Azorubine (carmoisine));
5. Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R (cochineal red A));
6. Eritrosin CI. No. 45430 (Erythrosine);
7. Merah allura CI. No. 16035 (Allura red AC);
8. Indigotin CI. No. 73015 (Indigotine (indigo carmine));
9. Biru berlian FCF CI No. 42090 (Brilliant blue FCF);
10. Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF); dan
11. Coklat HT CI. No. 20285 (Brown HT).
Batas maksimum penggunaan Allura red adalah
No Kategori Kategori Pangan

Batas

Pangan

Maksimum

01.1.2

Minuman berbasis susu yang berperisa


dan atau difermentasi contohnya susu
coklat, eggnog, minuman yoghurt,
minuman berbasis whey)

(mg/kg)
70

01.7

Makanan pencuci mulut berbahan dasar

70

susu (misalnya puding, yoghurt berperisa


04.1.2.5
04.1.2.7
04.1.2.9

atau yoghurt dengan buah)


Jem, jeli dan marmalad
Buah bergula
Makanan pencuci mulut (dessert) berbasis

300
300
70

buah termasuk makanan pencuci mulut

04.1.2.11
05.1.4
05.1.5
05.2

berbasis air berflavor buah


Tepung agar
Produk buah untuk isi pastri
Produk kakao dan cokelat
Produk cokelat analog/ pengganti cokelat
Kembang gula / permen meliputi

2500
300
100
100
100

kembang gula keras dan lunak / permen


keras dan lunak, nougat, dan lain-lain,
tidak termasuk produk dari kategori 05.1,
05.3
05.4

05.3 dan 05.4


Kembang gula karet / permen karet
Dekorasi (misalnya untuk bakery),

100
300

06.3

topping (non-buah) dan saus manis


Serealia untuk sarapan, termasuk rolled

70

06.5

oats
Makanan pencuci mulut berbasis serealia

70

dan pati (misalnya puding nasi, puding


06.7
07.1.2
07.1.3

tapioka)
Kue beras
Krekers, tidak termasuk krekers manis
Produk bakeri tawar lainnya (misalnya

70
100
100

07.1.6

bagel, pita, muffin inggris)


Premiks untuk roti tawar dan produk

100

07.2.1

bakeri tawar
Keik, kukis dan pai (isi buah atau

70

07.2.2

custard,vla)
Produk bakeri istimewa lainnya (misalnya

70

07.2.3

donat, roll manis, scones, dan muffin)


Premiks untuk produk bakeri istimewa

100

11.3

(misalnya keik, panekuk)


Larutan gula dan sirup, juga gula invert

70

(sebagian), termasuk treacle dan molases


(tetes tebu) tidak termasuk produk dari

11.4

kategori 11.1.3
Gula dan sirup lainnya (misal xilosa, sirup

70

maple, gula hias). Termasuk semua jenis


sirup meja (misal sirup maple), sirup
untuk hiasan produk bakeri dan es (sirup
karamel, sirup beraroma) dan gula untuk
hiasan kue (contohnya kristal gula
12.5.2

berwarna untuk kukis)


Bubuk atau campuran untuk sup dan

13.4

kaldu
Pangan diet untuk pelangsing dan penurun 70

14.1.4.1

berat badan
Minuman berbasis air berperisa yang

70

14.1.4.2

berkarbonat
Serbuk minuman berkarbonat
Minuman berbasis air berperisa tidak

300
70

berkarbonat, termasuk punches dan ades


Sirup, squash, minuman konsentrat

300

dan serbuk minuman


Makanan ringan berbahan dasar

15

kentang, umbi, serealia, tepung atau pati

(hanya

(dari umbi dan kacang)

untuk

15.1

70

makanan
ekstrudat)

2. Triphenylmethane dye
a) Brilliant Blue FCF

Gambar makanan yang diberi pewarna Brilliant Blue

Brilliant Blue FCF atau yang biasa dikenal dengan FD&C blue no.1
adalah pewarna yang ditambahkan pada bahan pangan atau substansi lain
yang dapat menyebabkan perubahan warna. Pewarna ini memiliki E
Nomor E133 dan nomor indeks warna 42090. Karakteristik dari pewarna
ini adalah larut dalam air, dan dapat di ukur absorbansinya pada 630nm.
Sebagai warna biru, Brilliant Blue FCF sering ditemukan dalam es
krim , kaleng olahan kacang polong , paket sup, pewarna makanan botol,
icings, es muncul, raspberry biru produk rasa, susu produk, permen dan
minuman, terutama minuman keras biru curacao.
a. Struktur dan komposisi

Gambar struktur Brilliant Blue


Zat pewarna yang memiliki rumus
empiris

C37H34N2Na2O9S3

ini

termasuk pewarna golongan trifenil metan, yang merupakan tepung


berwarna ungu perunggu. Bila pewarna ini dilarutkan dalam air akan
menghasilkan warna hijau kebiruan. Pewarna ini bersifat larut dalam
glikol dan gliserol, agak larut dalam alkohol 95%. Brilliant Blue FCF
tahan terhadap asam asetat tetapi agak luntur oleh cahaya. Pewarna ini
juga agak tahan terhadap HCl 10% tetapi akan berwarna kehijauan,
sedangkan pada HCl 30% warnanya menjadi hijau kekuningan.
Brilliant Blue FCF juga agak tahan terhadap NaOH 10% dan
akan membentuk warna merah anggur pada NaOH 30%. Warna merah
juga akan terbentuk terhadap alkali lain pada suhu tinggi. Pewarna ini
lebih tahan terhadap reduktor daripada dengan golongan pewarna azo
dan tidak terpengaruh oleh gula invert, Cu, maupun Al. Masa simpan
brilliant blue FCF adalah selama lima tahun. Komposisinya biasanya
berupa garam disodium. Pewarna ini memiliki nama kimia Disodium 2[(E)-{4-[ethyl(3-sulfonatobenzyl)amino]phenyl}{(4E)-4-[ethyl(3-

sulfonatobenzyl)iminio]-2,5-cyclohexadien-1-ylidene}
benzenesulfonate.
b. Dampak
Brilliant Blue

mengandung

zat

berbahaya

methyl]

yang

dapat

menyebabkan kerusakan kromosom sehingga memicu terjadinya ADHD


pada anak. Pewarna makanan ini telah dilarang penggunaannya di
Prancis, Finlandia, dan Norwegia. Akan tetapi telah dinyatakan sebagai
sebuah bahan aditif makanan yang aman di Eropa dan sekarang sudah
tidak dilarang pada kebanyakan negara. Brilliant blue mempunyai
kemampuan mempengaruhi reaksi alergi pada individu seperti asma. Di
Amerika Serikat produksinya melebihi 1 juta pound setiap tahunnya, dan
konsumsi harian sekitar 16 mg per orang. Brilliant blue termasuk
pewarna yang direkomendasikan oleh Hyperactive Childrens Support
Group dan Feingold Association untuk dihilangi dari diet anak-anak.
Akan tetapi setelah pengujian yang luas, Institut Kesehatan Nasional
menyimpulkan bahwa warna tambahan tersebut tidak menyebabkan
hiperaktifitas.
b) Fast Green FCF

Gambar makanan yang diberi pewarna Fast Green FCF


Fast Green FCF, juga disebut FD & C Green No 3, Green 1724, dan
CI 42053, adalah laut hijau triarylmethane pewarna makanan. Memiliki
nomor E yaitu E143.
Cepat Hijau FCF direkomendasikan sebagai pengganti Light Green
SF yellowish, sebagai warna yang lebih cemerlang dan lebih kecil

kemungkinannya untuk memudar. Memiliki maksimum penyerapan adalah


pada 625 nm.
Cepat Hijau FCF buruk diserap oleh usus. Penggunaannya sebagai
pewarna makanan dilarang di Uni Eropa dan beberapa negara lain. Hal ini
dapat digunakan untuk kacang hijau kaleng dan lain sayuran, jeli, saus, ikan,
makanan penutup, kue, permen, es krim dan roti kering campuran pada
tingkat hingga 100 mg / kg. .
a. Struktur dan komposisi

Gambar struktur fast green FCF


Tepung zat pewarna ini berwarna ungu kemerahan atau ungu
kecoklatan, dan bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau
kebiruan. Zat ini juga larut dalam alkohol 95%, tapi lebih mudah larut
dalam campuran air dan alkohol. Zat ini juga larut dalam gliserol dan
glikol. Fast Green agak mudah luntur dengan adanya cahaya dan tidak
tahan terhadap HCl 30%. Bila ditambahkan alkali, akan berwarna ungu.
Kontak dengan Cu akan menjadikannya berwarna kecoklatan, sedangkan
dengan Al warna akan hilang, terutama bila dalam larutan asam.
Pewarna ini memiliki rumus kimia C37H37N2O10S3.
b. Dampak
Warna hijau pada makanan seakan-akan dapat memberikan
persepsi organik. Pewarna makanan hijau Fast Green ini dapat
menyebabkan penyakit tumor kandung kemih jika dikonsumsi secara
rutin. Penggunaan pewarna makanan ini juga sudah dilarang beberapa
negara Uni Eropa.

c) Violet g.b
Violet g.b merupakan nama lain dari methyl violet 10B atau cystal
violet. Crystal violet merupakan salah satu komponen metil ungu , pewarna
yang pertama kali disintesis oleh Charles Lauth pada tahun 1861. Crystal
violet dengan rumus empiris C25H30N3Cl (CI no 42555) atau ungu gentian
(juga dikenal sebagai metil violet 10B atau hexamethyl pararosaniline
chloride) adalah triarylmethane pewarna
Nama "gentian violet" pada awalnya digunakan untuk campuran
pewarna pararosaniline metil ( metil violet ) tetapi sekarang sering dianggap
sebagai sinonim untuk violet kristal. Nama "gentian violet" (Gentianaviolett
dalam bahasa Jerman) diperkirakan telah diperkenalkan oleh George Jerman
apoteker Grbler yang pada tahun 1880 menciptakan sebuah perusahaan di
Leipzig yang khusus dalam penjualan reagen pewarnaan untuk histologi .
pewarna ini mungkin berisi campuran pewarna pararosaniline alkohol.
Pewarna ini digunakan sebagai histologis noda dan di metode Gram
klasifikasi bakteri. Crystal violet memiliki antibakteri , antijamur , dan obat
cacing properti dan sebelumnya penting sebagai topikal antiseptik.
Penggunaan medis pewarna sebagian besar telah digantikan oleh obat yang
lebih modern, meskipun masih terdaftar oleh Organisasi Kesehatan Dunia .
a. Rumus Struktur

Gambar 1. Rumus struktur crystal violet


(http://www.google.com/rumus struktur crystal violet)
b. Komposisi
Gentian violet dipasarkan oleh Grbler mungkin berisi campuran
pewarna pararosaniline alkohol. Gentian violet memiliki kelarutan air
sebanyak 1,68 % dan kelarutan etanol sebanyak 13,87 %. Komposisi
dari gentian violet terdiri darikarbon, hidrogen, nitrogen dan klorida.

c. Alasan masuk ke dalam klasifikasi pewarna sintetik


Cystal violet atau gentian violet dapat memberikan warna ungu.
Crystal ungu terbentuk dari reaksi-reaksi kimia. Kristal ungu tidak
digunakan sebagai pewarna tekstil. Sebaliknya, digunakan untuk
pewarna kertas dan sebagai komponen tinta biru dan hitam untuk
pencetakan, pena bola-point dan printer ink-jet. Hal ini juga digunakan
untuk pewarnaan beragam produk seperti pupuk, anti-membeku,
deterjen, dan jaket kulit. Pewarna juga digunakan sebagai noda
histologis, khususnya di metode Gram untuk mengklasifikasi bakteri.
d. Dampak
Dampak dari penggunaan gentian ungu pada manusia yakni dapat
meningkatkan risiko kanker dan dapat menyebabkan tato. Hal itu
dikarenakan crystal violet bersifat karsinogenik.
e. Kelegalan
Crytal violet merupakan pewarna sintetik yang tidak diijinkan
untuk mewarnai makanan. Gentian violet atau crystal violet terus
digunakan untuk noda histologis, namun tidak digunakan dalam industri
tekstil dan pewarna.
3. Fluorescein
a) Erythrosin B
Eritrosin

bernama

kimia

9-(o-karboksifenil)-6-hidroksi-2,4,5,7-

tetraiodo-3-isoxanthone monohidrat garam dinatrium. Nama IUPAC eritrosin


ialah

asam

2-(6-Hidroksi-2,4,5,7-tetraiodo-3-okso-xanthen-9-il)benzoat.

Eritrosin adalah sebuah senyawa iodo-anorganik terutama turunan dari flor.


Zat pewarna ini merupakan senyawa sintetis warna cherry-pink Eritrosin
digunakan sebagai pewarna makanan, juga digunakan sebagai tinta cetak,
sebagai penanda biologis, zat penyingkap plak gigi dan media radiopak.
Senyawa ini juga digunakan sebagai sensitizer untuk film fotografi
ortokromatis. Eritrosin biasanya digunakan dalam manisan seperti gula-gula
dan es loli, dan bahkan lebih banyak digunakan dalam menghias kue gel. Ia
ini juga digunakan untuk kerang pistachio warna. Sebagai aditif makanan, ia
memiliki E number E127. Serapan maksimumnyaterjadi pada panjang
gelombang 530 nm dalam larutan dengan akuades.
a. Struktur

b.

Komposisi/Kandun
gan

Erythrosine mengandung seng (Zn) tidak lebihdari 50mg/kg


dan mengandung timbal (Pb) kurang dari 2mg/kg. Melaluipengeringan
pada suhu 1350 C, terjadi kehilangan bahan kurang dari 13%bersama
dengan klorida dan sulfat yang dihitung sebagai garam natrium.
Eritrosin juga mengandung iodium anorganik sebesar tidak lebih dari
0,1%yang dihitung sebagai natrium iodida.
c. Alasan Eritrosin B masuk dalam klasifikasi pewarna sintesis
Karena Erythrosin B dihasilkan oleh reaksi-reaksi senyawa
kimia yang terkandung di dalamnya hingga strukturnya menyerupai
warna merah alami. Erythrosine B mampu berfluoresensi dalam
alcohol 95% sehingga menghasilkan warna merah. Erythrosine B tidak
mampu berfluorosensi dalam air sehingga menghasilkan warna merah
cherry. Erythrosine juga mampu Larut dalam gliserol dan glikol,
bersifat kurang tahan terhadap cahaya dan oksidator, tetapi tahan
terhadap reduktor dan NaOH 10%.
d. Dampak
Mengonsumsi eritrosin dalam dosis tinggi dapatbersifat
kasinogen. Selain itu juga dapat mengakibatkan reaksi alergiseperti
nafas pendek, dada sesak, sakit kepala, dan iritasi kulit. Efek samping
lainnya adalah pada beberapa kasus berakibatpada meningkatnya
hiperaktivitas,

juga

adanya

kemungkinan

hubungandengan

mutagenisitas. Eritrosin mengakibatkan kenaikan sensitivitascahaya


pada orang yang sensitif terhadap sinar matahari. Padakonsentrasi yang
tinggi,

eritrosin

mengganggu

metabolism

iodium.

Akantetapi,

konsentrasi tinggi ini tidak dapat dicapai melalui konsumsi


makananyang mengandung eritrosin.
e. Kelegalan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor:722/MENKES/PER/IX/88

tentang

Bahan

Tambahan

Makanan,penggunaan eritrosin didasarkan pada makanan yang akan


diberi warna.
Tabel 1. Jenis Makanan dan Batas Penggunaan Eritrosin
No

Jenis Bahan Pangan

Batas Penggunaan

.
1.

Es Krim dan

100 mg/kg produk akhir total (total

2.

sejenisnya
Buah pir kaleng

campuran pewarna 300 mg/kg)


200 mg/kg, tunggal ataucampuran dengan

Buah prem (plum)

pewarnalain
300 mg/kg, tunggal ataucampuran dengan

kalengan

Ponceau4R, hanya untuk buah premmerah

4.

Selai dan jeli; saus

atau ungu
200 mg/kg, tunggal ataucampuran dengan

5.

apelkalengan
Udang kalengan

Ponceau4R
30 mg/kg, tunggal ataucampuran dengan

6.

Udang beku

pewarnalain
30 mg/kg, tunggal ataucampuran dengan

3.

pewarnalain, hanya pada produk yangtelah


7.

dipanaskan
beraroma 27 mg/kg,

Yoghurt
dan

berasal

dari

aromayang

produkyang digunakan

dipanaskan
8.
9.

setelahfermentasi
Irisan daging
Makanan lain

15 mg/kh
300 mg/kg, tunggal ataucampuran dengan
pewarnalain

4. Sulfonated indigo
a) Indigo Carmine

Indigo Carmine merupakan pewarna sintetis yang juga digunakan


untuk menghasilkan warna biru.

Indigo Carmine juga dikenal sebagai

Indigoten atau FD&C blue no.1. Pewarna makanan ini hanya digunakan di
Amerika dan Eropa dan memiliki E nomor 132
a. Struktur dan Komposisi

Gambar struktur Indigo Carmine


Zat pewarna ini memiliki rumus kimia

C16H8N2Na2O8S2.

Pewarna ini berupa tepung berwarna biru, coklat, kemerah-merahan,


mudah larut dalam air dan larutannya berwarna biru. Larut dalam
gliserol dan glikol, sedikit larut dalam alkohol 95%. Zat pewarna ini
sangat tidak tahan terhadap cahaya, karena itu warnanya cepat
menghilang. Walaupun begitu ketahanannya terhadap asam baik,
sedangkan terhadap NaOH pekat kurang tahan. Tidak tahan terhadap
oksidator, tetapi agak tahan terhadap reduktor. Indigotin tidak
terpengaruh oleh Cu maupun AL baik larutan netralnya maupun asam.
b. Dampak
Pewarna makanan Indigo Carmine dapat menyebabkan tumor
otak jika dikonsumsi terus menerus. Selain itu juga berbahaya terhadap
sistem pernapasan jika dihirup. Sehingga pewarna makanan Indigo
carmine dan brilliant blue dilarang penggunaannya di Prancis, Finlandia,
dan Norwegia. Namun digunakan sebagai pewarna makanan di Amerika
dan Eropa.
b. FD & C Lakes
Pewarna FD & C Lakes ini dibuat dengan jalan melapisi alumunium hidrat
dengan FD & C Dye. Penggunaannya terutama untuk sistem dispersi berminyak atau
produk-produk yang kadar airnya terlalu rendah untuk dapat melarutkan dye,
misalnya tablet, tablet yang diberi coating/pelapisan, icing, pelapis fondant, pelapispelapis berminyak, campuran adonan cake dan donut, permen, permen karet, dan
lain-lain. Lakes pada umumnya bersifat lebih stabil daripada dye. Sampai saat ini
FDA belum menetapkan peraturan-peraturan pemakaian lakes untuk makanan;

semua pewarna lakes masih termasuk daftar provesional (belum disetujui untuk
dimasukkan ke dalam daftar permanen pewarna-pewarna untuk makanan) terkecuali
FD & C Red No. 40 Lake.
Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui proses pengendapan dan absorbsi
dye 10 sampai 40% pada bahan dasar (substrat) yang tidak larut dalam air, yaitu
alumina. Lakes tidak larut dalam air, alkohol dan minyak. Pemakaiannya dapat
dengan mendispersikan zat warna tersebut dalam serbuk makanan dan pewarnaan
akan terjadi. Lakes ini umumnya mempunyai stabilitas yang lebih baik daripada
dyes dalam hal stabilitas terhadap pengaruh cahaya, kimia dan panas. Akan tetapi
harga lakes umumnya lebih mahal daripada harga dyes. Umumnya lakes dipakai
untuk mewarnai tablet (direct compression tablets, coated tablets), icing and fondant
coating, oil-based coatings, adonan cake, adonan donut, hard candy, dan produk lainlain. FD&C lake diijinkan pemakaiannya sejak tahun 1959, dan penggunaannya
meluas dan cepat.
c. Pewarna sintesis yang dilarang untuk makanan
Rhodamin B
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada
industri tekstil dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau
ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan akan berwarna merah terang
berpendar atau berfluorosensi. Nama lain Rhodamin B adalah: D and C Red no 19,
Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink (3,4).

a. Struktur

Rhodamin B menurut Conn

Rhodamine B menurut Merck

b. Komposisi
Rumus molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan
berat molekul sebesar 479.000. Rhodamin mengandung Klorin,
nitrogen, oksida, dan karbon.
c. Alasan termasuk klasifikasi pewarna sintetik
Warna merah rhodamin B ini dihasilkan dengan cara sintesis
oleh reaksi-reaksi kimia yang terkandung di dalamnya. Di dalam
Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana
senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan
juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai
sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk
mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara
ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida
menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-Ndietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B. Selain
terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi.

Ikatan

konjugasi

dari

Rhodamin

inilah

yang

menyebabkan Rhodamin B bewarna merah. Rhodamin masuk ke


dalam golongan Fluorosensi. Pada awalnya zat ini digunakan untuk
kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan
yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar
matahari. Rhodamin B dapat berfluorosensi dengan matahari dengan
kuat.
d. Dampak
Bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam
waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B yaitu
(Yuliarti, 2007):
1. Jika tertelan melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada
saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan
air kencing yang berwarna merah ataupun merah muda
2. Jika terhirup dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan
dengan gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, sulit bernapas,
dan sakit dada.

3. Jika mengenai kulit maka kulit pun akan mengalami iritasi.


4. Jika terkena mata juga akan mengalami iritasi yang ditandai
dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada
mata.
Bahaya utama terhadap kesehatan pemakaian dalam waktu
lama (kronis) dapat menyebabkan radang kulit dan alergi.
Penggunaan rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama akan
dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker.
e. Kelegalan
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat pewarna
berbahaya. Rhodamin B termasuk salah satu zat pewarna yang
dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan
pada produk pangan. Tetapi Rhodamin diperbolehkan dalam industry
tekstil, kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih
mulut, dan sabun.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka yang dapat disimpulkan adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan kelarutannya dalam air, pewarna sintetik diklasifikasikan ke dalam dua
golongan, yakni dan FD & C Lakes. FD & C Dyes adalah zat warna yang mudah larut
dalam air dibagi menjadi 4 golongan yaitu Azo dye (amaranth, tartrazin, sunset
yellow, allura red), Triphenylmethane dye (Briliant Blue,

Fast Green, violet ),

Fluorescein (Erythrosine), Sulfonated indigo (Indigo carmine). Sedangkan FD & C


Lakes adalah pewarna yang tidak larut dalam air contohnya FD & C Red No. 40
Lake.

2. Setiap jenis zat pewarna sintesis memiliki perbedaan struktur dan sifat, komposisi,
yang berbeda. Alasan pengklasifikasian amaranth, tartrazin, sunset yellow, allura red,
Briliant Blue, Fast Green, violet, Erythrosine, Indigo carmine termasuk zat pewarna
sintesis karena mereka terbuat dari bahan-bahan kimia yang dapat memberikan warna.
Pewarna sintesis memberikan beberapa dampak bagi kesehatan manusia. Penggunaan
setiap pewarna sintesis diatur dalam peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan.

b. Saran
Saran yang dapat diberikan yakni bagi konsumen sebaiknya kita berhati-hati
dalam memilih makanan dan minuman atau produk lainnya, bagi produsen sebaiknya
menggunakan pewarna sintetik sesuai dengan kadar yang diperbolehkan.

Daftar Pustaka

http://stainsfile.info/StainsFile/dyes/dyes.htm diakses pada tanggal 19 Februari 2014


Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS. http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_fdsf_amaranth.php
diakses pada tanggal 19 Februari 2014
http://enviromenthealth22.blogspot.com/2012/11/makalah-pewarna-makanan.html diakses
pada tanggal 19 Februari 2014
http://www.scribd.com/doc/97894726/Eritrosin diakses pada tanggal 19 Februari 2014
Setiawan, Ridlo. 2013. Zat Pewarna Makanan. (online)
http://teenagersmoslem.blogspot.com/2011/10/bab-ipendahuluan.html diakses pada
tanggal 19 Februari 2014

Shamdani.

2012.

Rhodamin

B.(online).

http://catatankimia.com/catatan/rhodamin-b.html
diakses pada tanggal 19 Februari 2014
Anonim. 2010. Kimia-Farmasi. (online)
http://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/08/26/Cas.chemnet.com
diakses pada
tanggal 20 Februari 2014
http://www.fao.org/ag/agn/jecfa-additives/specs/Monograph1/Additive-011.pdf diakses pada
tanggal 20 Februari 2014
Per-KBPOM-No-37-Tahun-2013-Batas-Maksimum-Penggunaan-BTP-Pewarna diakses pada
tanggal 20 Februari 2014
e-bookpangan.com. pewarna makanan diakses pada tanggal 19 Februari 2014
Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman. 2011. Food Info, (Online),
(http://www.pipimm.or.id/food_info.php?view=1&id=52, diakses tanggal 20 Februari
Putra,

2013).
Wanda

Marsetyama.

2013.

Pewarna

Makanan

Buatan,

(Online),

(http://marsetyamatask.blogspot.com/2013/05/pewarna-makanan-buatan.html, diakses
tanggal 19 Februari 2014)
Seran,
Emel.
2011.

Pewarna

Makanan,

(Online),

(http://wanibesak.wordpress.com/2011/06/01/pewarna-makanan/, diakses tanggal 19


Februari 2013).
Wikipedia.
2013.

Sunset

Yellow

FCF,

(Online),

(http://en.wikipedia.org/wiki/Sunset_Yellow_FCF, diakses tanggal 20 Februari 2014).


Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013 tentang
Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna. Jakarta.
http://en.wikipedia.org/wiki/Fast_Green_FCF diakses pada tanggal 20 Februari 2014

http://en.wikipedia.org/wiki/Brilliant_Blue_FCF diakses pada tanggal 20 Februari 2014


ebook pewarna makanan diakses pada tanggal 19 Februari 2014
http://letshare17.blogspot.com/2010/10/zat-warna-sintetis-bagian2.html diakses pada tanggal
19 Februari 2014
http://www.google.com/crystal violet-wikipedia diakses pada tanggal 18 Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai