Sebagian besar bakteri yang ditemukan pada infeksi endodontik merupakan jenis
bakteri anaerob. Bakteri anaerob umumnya menghasilkan ikatan asam lemak rantai pendek
terutama propionate, butirat, dan asam isobutirat.
Penelitian pertama Miller(1890), membuktikan adanya bakteri pada jaringan pulpa gigi
manusia yang nekrotik. Flora dalam saluran akar yang terinfeksi pada umumnya terdiri dari
banyak spesies bakteri (polimikrobial). Spesies yang dahulu dianggap predominan adalah
Streptococci, Micrococci dan sejumlah kecil bakteri anaerob. Semakin canggih media kultur
dan teknik identifikasi bakteri, ditemukan bahwa 90% bakteri adalah anaerob.
Dalam penelitian
selanjutnya, Miller (1890) menemukan hubungan antara
mikroorganisme dengan penyakit pulpa dan periapikal yang menunjukkan adanya perbedaan
antara bakteri yang ditemukan pada kamar pulpa dengan bakteri di saluran akar. Hubungan
ini juga diteliti oleh Kakehasi (1965) yang menunjukkan bahwa bakteri adalah agen penyebab
terjadinya infeksi pulpa dan berkembangnya lesi periapikal. Infeksi kamar pulpa sering
dihubungkan dengan terjadinya karies, dan penyebaran bakteri ke sistem saluran akar
merupakan penyebab utama terjadinya lesi pulpa dan periapikal.
Tahap perkembangan
infeksi saluran akar dimulai dengan invasi bakteri, multiplikasi, dan adanya aktivitas patogen.
Diantara beberapa jenis mikroflora rongga mulut yang paling banyak ditemukan dalam
radang periapikal adalah :
1. Streptococcus jenis anaerob
2. Staphylococcus
3. Bakteri gram negatif, contohnya Fusobacterium nucleatum
4. Bakteri anaerob
5. Kadang kadang ditemukan jamur actynomices, Candida albicans yang merupakan
penghuni rongga mulut
Secara umum tidak ada bakteri bisa bertahan di daerah periapikal, kecuali dalam
kondisi :
1.
2.
3.
4.
Abses akut
Aktinomikosis periapikal
Ekstruksi debris pada waktu perawatan saluran akar
Ada fistula
anginosus, Bacteroides gracilis, dan Fusobacterium nucleatum pada saluran akar yang gagal
(Fisher K, Philip C., 2009).
1. Enterococcusfaecalis
Enterococcus faecalis diklasifikasikan dalam:
Kingdom
: Bacteria
Filum
: Firmicutes
Famili
: Enterococcaceae
Genus
: Enterococcus
Spesies
: Enterococcus faecalis
Jenis Enterococcus yg terdapat pada saluran akar adalah Enterococcus faecalis.
Bakteri ini merupak bakteri kokus gram positif, tidak membentuk spora, tidak bergerak,
metabolisme fermentatif (karbohidrat menjadi asam laktat), dan fakultatif anaerob. Pada
dasarnya, Enterococcus faecalis merupakan flora normal komensal yang habitatnya pada
gastrointestinal dan rongga mulut. Akan tetapi, dapat menjadi mikroorganisme patogen
penyebab infeksi pada luka, bakteremia, endokarditis, meningitis. Sedangkan di rongga
mulut, Enterococcus faecalis adalah salah satu jenis bakteri yang sering ditemukan pada
saluran akar. Mikroorganisme ini dapat diisolasi dari berbagai infeksi rongga mulut serta
berhubungan erat respon inflamasi periradikular. Enterococcus biasanya ditemukan dalam
jumlah sedikit pada saluran akar yang belum dirawat tetapi bakteri ini sering ditemukan pada
perawatan saluran akar yang gagal dan dapat menyebabkan infeksi saluran akar yang
persisten.
lapisan membran sitoplasma dan peptidoglikan yang berfungsi menjaga fungsi selubung sel
dan sebagai pertahananan permeabilitas eksternal bakteri.
Enterococcus faecalis resisten terhadap pemberian Ca(OH)2 di dalam saluran akar
karena Enterococcus faecalis dapat mempertahankan pH tetap homeostasis. Hal ini terjadi
akibat kemampuan buffering dari sitoplasma Enterococcus faecalis dan adanya mekanisme
proton pump yang efektif mempertahankan pH sitoplasma tetap optimal. Selain itu,
Enterococcus faecalis memiliki berat molekul yang tinggi pada permukaan protein. Hal ini
akan membantu dalam pembentukan biofilm pada dinding dentin dan inilah yang
menyebabkan resistensi bakteri terhadap efek baterisidal kalsium hidroksida.
Virulensi Enterococcus faecalis disebabkan kemampuannya dalam pembentukan
kolonisasi pada host, dapat bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme
pertahanan host, menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung melalui produksi
toksin atau secara tidak langsung melalui rangsangan terhadap mediator inflamasi. Faktorfaktor virulen yang berperan adalah komponen:
2. Fusobacterium nucleatum
: Bacteria
Filum
: Fusobacteria
Famili
: Bacteriodaceae
Genus
: Fusobacterium
Spesies
: Fusobacterium nucleatum
F.nucleatum adalah bakteri obligat anaerob gram negatif yang tidak berspora dan non
motil. Selnya berbentuk batang, dengan bagian ujung yang tajam dan panjang yang
bervariasi. F.nucleatum memerlukan media yang baik untuk tumbuh dan biasanya tumbuh
subur pada media yang mengandung trypticase, peptone dan ekstrak ragi. F.nucleatum
menggunakan asam amino untuk menghasilkan energi serta menggunakan glukosa untuk
reaksi biosintesis molekul interseluler.
Lipopolisakarida memegang peranan penting dalam proses perlekatannya dan mampu larut
dalam saliva. Lipopolisakarida yang diproduksi oleh F.nucleatum memungkinkan bakteri ini
melekat pada struktur hidroksiapatit, serum dan sementum. Hal ini menunjukkan bahwa
lipopolisakarida dari F.nucleatum memegang peranan penting dalam proses perlekatannya,
bukan hanya pada epitel, tetapi juga permukaan gigi.
Polisakarida yang dihasilkan F.nucleatum merupakan potent agent yang dapat
menyebabkan pembentukan antibodi host walau hanya dalam konsentrasi yang sangat
rendah. Bakteri gram negatif anaerob sering sekali diisolasi dari gigi dengan infeksi saluran
akar, oleh karena itu endotoksin bakteri mungkin menyebabkan iritasi jaringan periapikal dan
berperan penting dalam patogenesis lesi inflamasi dan pulpa.
Sebagian besar bakteri spesies F.nucleatum menghasilkan asam butirat dan mengubah
treonin menjadi asam propionat. Butirat, propionat dan ion amonium merupakan produk hasil
metabolisme F.nucleatum yang dapat menghambat proliferasi sel fibroblas pada gingiva.
Kejadian ini memberikan jalan bagi F.nucleatum untuk melakukan penetrasi ke epitel
gingiva. Asam butirat yang dihasilkan juga dapat mengiritasi jaringan.
3. Porphyromonas gingivalis
Berdasarkan taksonominya, Porphyromonas gingivalis diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom
: Eubacteria
Filum
: Bacteroidetes
Famili
: Porphyromonadaceae
Genus
: Porphyromonas
Spesies
: Porphyromonas gingivalis
Patogenitas bakteri gram negatif disebabkan oleh adanya lipopolysacharide (LPS) pada
membran luar. LPS yang terdapat pada saluran akar dan jaringan periradikular menunjukkan
keparahan yang terjadi. Saat LPS (endotoksin) dilepaskan, memberikan efek biologi, yaitu
terjadi inflamasi dan resorpsi tulang periapikal. Penelitian menunjukkan LPS Porphyromonas
gingivalis menstimulasi IL-1 yang dapat menyebabkan terjadinya resorpsi tulang.8,9 LPS
Porphyromonas gingivalis menyebabkan resorpsi tulang dan menghasilkan IL-6 pada gingiva
yang menghambat antibodi menuju CD14 yang merupakan reseptor LPS pada fibroblas dan
sel epitel gingiva (Gambar 2).
Porphyromonas gingivalis tidak resisten terhadap Ca(OH)2 karena Ca(OH)2 memiliki
kemampuan menginaktifkan LPS dengan menghidrolisis lapisan lipid dari LPS bakteri
menghasilkan asam lemak hidroksil dalam jumlah yang banyak dan menonaktifkan enzim
dalam membran bakteri serta mengganggu mekanisme transportasi yang mengakibatkan sel
keracunan.
Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus:
Domain:
Kingdom:
Phylum:
Class:
Order:
Family:
Genus:
Species:
Bacteria
Eubacteria
Firmicutes
Bacilli
Bacillales
Staphylococcaceae
Staphylococcus
S. aureus
Streptococcus
pneumoniae
merupakan
flora
normal
pada
adalah
produk
ekstra
seluler
sebagai
sifat
virulen
dari
sel
bakteri
tahan
difagositis.
Bakteri
ini
dapat
merupakan
Bakteri
ini
flora
mulut
bersifat
sebagai
anaerob
penyebab
obligat
infeksi
gram-positif.
penyebab
actinomycosis
Actinomyecesnaeslundi,
Actinomyeces
pada
manusia
odontolyticus,
sedangkan
Actinomyeces
ini
bersifat
anaerob
obligat
gram-positif.
Bifidobacterium
terdapat
di
dalam
rongaa
mulut.
Morfologi
dari
PERANAN
Peran bakteri dalam proses infeksi ini tidak terlepas dari berbagai faktor virulensinya.
Faktor faktor virulensi
Faktor virulensi bakteri adalah fimbria (fili), kapsul, vesikel ekstrasel, lipopolisakarida
(LPS), enzim, asam lemak rantai pendek, dan produk berberat molekul rendah seperti amonia
dan H2S.
1. Fimbria
Fimbria berperan penting bagi perlekatan bakteri kepermukaan atau ke bakteri lain.
Fimbria juga berperan penting dalam hubungan sinergi dengan bakteri lain
2. Kapsul
Kapsul adalah faktor resisten yang signifikan bagi bakteri yang memungkinkannya
mampu menghindari fagositosis
3. Lipopolisakarida
LPS ditemukan pada permukaan bakteri gram negatif dan memiliki banyak sekali
efek biologis yang dapat menghindari penyakit periradikuler. LPS memiliki antigen
non spesifik yang tidak dapat dinetralkan dengan sempurna oleh antibodi. Ketika
LPS dilepasan dari dinding sel, LPS disebut endotoksin.
Endotoksin mampu
Strukturnya berlapis tiga yang sama dengan membran luar bakteri gram negatif.
Vesikel mengandung enzim atau produk lain yang dapat mempengaruhi sel
penjamu. Vesikel vesikel ini terlibat dalam hemaglutinasi, hemolisis, adhesi
bakteri, dan aktivitas proteolitik. Memiliki determinan antigen di pernukaannya
seperti halnya bakteri asalnya dan melindungi bakteri dengan jalan menetralkan
antibodi
6. Asam lemak
Bakteri anaerob menghasilkan asam lemak rantai pendek seperti asam propionat,
butirat, dan asam isobutirat. Asam asam ini adalah faktor virulensi yanbg aktif
mempengaruhi kemotaksis neutrofil, degranulasi, luminesensi kimia, fagositosis,
dan perubahan intrasel yang lain. Penelitian menunjukkan bahwa asam butirat
memiliki inhibisi terhadap blastogenesis sel T yang lebih besar dari pada asam
proprionat dan isobutirat. Asam butirat dapat menstimulasi pembentukan IL-1 yang
menyebabkan resorpsi tulang dan penyakit periradikuler.
7. Poliamin
Poliamin seperti putrsin, kadaverin, spermidin, dan spermin terlibat dalam regulasi
pertumbuhan sel, regenerasi jaringan, dan modulasi inflamasi
8. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses
fagositosis. Tes adanya aktivtias katalase menjadi pembeda egnus Staphylococcus
dari Streptococcus (Ryan et al., 1994; Brooks et al., 1995).
9. Koagulase
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena adanya
faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim tersebut. Esterase
yang dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk
deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis
(Warsa, 1994).
10. Hemolisin
Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar
koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta
hemolisisn, dan delta hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung
jawab terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni S. aureus pada
medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan
manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan Stafilokokus yang
diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel darah merah domba dan sapi.
Sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan sel darah merah
manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba
(Warsa, 1994).
11. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi perannya
dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Stafilokokus patogen tidak
dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis (Jawetz et al.,
1995).
Lapisan pelindung enamel dan dentin juga rusak kare trauma, fraktur, retak atau
restorasi yang dapat memungkinkan mikrorganisme ke pulpa.
Bakteri dapat menembus dentin pada waktu preparasi kavitas karena kontaminasi
lapisan smear, karena penetrasi bakteri pada tubuli dentin terbuka disebabkan oleh karies, dan
oleh masuknya bakteri karena tindakan operatif yang tidak bersih.
menembus tubuli dentin, dan waktu mencapai pulpa menyebabkan reaksi inflamasi
Jika email dan dentin sudah tidak ada lagi, mikroorganisme bisa menginvasi pulpa
melalui tubulus dentin yang terbuka. Karies adalah sumber utama bakteri yang berpenetrasi
melalui tubulus. Bakteri dapat berinvasi dan membelah di dalam tubulus yang permeabel.
Hal ini dikarenakan diameter tubulus dentin sekitar 1-4 mikro sedangkan sebagian besar
diameter bakteri lebih kecil dari 1 mikro. Selain itu jika enamel dan sementum hilang, maka
bakteri dapat masuk ke pulpa melalui dentin yang terpapar.
Melalui Dentin Tubulus Yang Terbuka
Mikrorganisme dapat melewati tubulus dentin dan selanjutnya masuk ke pulpa.
Penetrasi bakteri ke tubulus dentin lebih jelas terlihat pada gigi yang pulpanya nekrosis.
Bakteri di dalam tubulus didahului dengan memecah produk mereka yang berperan sebagai
iritan pulpa.
Melalui Ligamen Periodontal Atau Sulcus Gingiva
Mikrorganisme juga menyerang ke dalam pulpa melalui kanal lateral dan tambahan
yang terhubung dengan pulpa dan periodontal. Jika penyakit periodontal merusak penutup
pelindung, kanal yang dapat memaparkan kemunculan mikrorganisme ke sulcus gingival.
Penghapusan sementum selama terapi periodontal juga memaprkan cairan dentin ke flora
oral.
Anachoresis
Bakteri transien atau bakteri temporer biasanya berkaitan dengan banyak aktivitas
kesehatan individu. Anachoresis lebih tertarik pada darah-tulang pada daerah inflamasi.
Dalam kata lain, anachoresis merupakan proses dimana mikroorganisme dibawa di dalam
darah ke daerah inflamasi dimana mikrorganisme ini membentuk infeksi. Tetapi, baik
anachoresis yang menginfeksi pulpa atau periadikular belum dapat ditentukan. Invasi melalui
pembuluh darah atau limfatik terbuka yang ada hubungannya dengan penyakit periodontal,
suatu kanal aksesori pada daerah furkasi, infeksi gusi atau scalling gigi gigi.
Melalui Kesalahan Restorasi
Telah diketahui kesalahan restorasi dengan kebocoran tepi dapat mengkontaminasi
pulpa yang disebabkan oleh bakteri. Kontaminasi bakteri pada pulpa atau daerah periapikal
dapat terjadi melalui tumpatan sementara, restorasi akhir inadekuat dan bagian yang
renggang.
Daftar pustaka
Tarigan R. Perawatan pulpa gigi (endodonti). 2nded. In : Juwono L,ed. Jakarta : Penerbit
buku kedoktern EGC,2006:12
Nasution M. Pengantar mikrobiologi. Medan : USU Press, 2010 :103;175-6
Walton, Richard E. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta : EGC
Rukmo, Mandojo. 2011. Perkembangan Metode Penilaian Kesembuhan Penyakit
Periapikal Setelah Perawatan Endodontik. Kongres IKORGI ke IX dan Seminar Ilmiah
Nasional Ricent Advances in Conservative Dentistry. Surabaya, Indonesia