Tuga P Geologi Dua
Tuga P Geologi Dua
NIM : F1D215001
PRODI : TEKNIK GEOLOGI
Konsep Geomorfologi
Dalam mempelajari ilmu geomorfologi, perlu sekali memahami konsep
geomorfologi yang dikemukakan oleh Thornbury (1969). Pemahaman yang baik
terhadap konsep ini merupakan hal yang mendasar supaya tidak terjadi kekacauan
dalam memahami luasnya keilmuan geomorfologi. Demikian juga supaya tidak
terjadi kerancuan dengan bidang ilmu lainnya ketika mengenali dan memahami
fenomena bentuklahan, meskipun tidak dipungkiri pemahaman multidisiplin akan
sangat membantu pemahaman. Konsep geomorfologi tersebut dan penjelasaanya
diuraikan berikut ini.
1. Hukum-hukum fisika, kimia dan biologi pembentuk permukaan bumi yang
berlangsung saat ini juga berlangsung pada masa lampau meskipun dengan
intensitas yang berbeda. Misalnya erupsi gunungapi Merapi 2010 diperkirakan
mencapai VEI (Vulkanik Eruption Index) 4, hal tersebut diperkirakan pernah
terjadi juga pada erupsi tahun 1930-an. Antara kedua tahun tersebut tercatat
berkali-kali erupsi dengan proses sama yang dikenal sebagai Tipe Merapi
meskipun VEI-nya lebih kecil
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol paling dominan dalam evolusi
bentuklahan dan akan tercermin dalam bentuklahan. Struktur geologi merupakan
segala unsur yang membentuk arsitektur kulit bumi yang dikendalikan tenaga
endogen bumi. Struktur geologi ini diantaranya menentukan tinggian berbukitan
Baturagung dan amblesan (graben) Bantul. Selain itu juga kelurusan rangkaian
gunungapi atau arah erupsi gunungapi seperti patahan kukusan dan hiperbolik di
bentuklahan Gunungapi Merapi. Contoh lainnya adalah runtuhan dolin di
bentuklahan karst seperti sungai alogenik Kalisuci, dolin runtuhan Glatik,
Buriomah, Grubuk di karst Gunungsewu yang membentuk suatu kelurusan, dan
lainnya. Sementara ada juga struktur non geologis, seperti ketidakrataan pada
permukaan dengan material lepas sehingga terbentuknya beragam bentuk gumuk
pasir pada bentuklahan asal eolin, juga bentuk garis pantai landai yang
dikendalikan oleh gelombang dan arus pada bentuklahan asal marin.
3. Relief muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya terjadi karena
derajat pembentukannya yang berbeda. Misalnya kaldera gunungapi Merapi hasil
erupsi 2010 berdiameter sekitar 400 m, berbeda dengan kaldera Tambora dengan
diameter 6-7 km. Hal ini terjadi karena derajat erupsi yang berbeda karena erupsi
Tambora 1815 diperkirakan mencapai VEI 7.
4. Proses-proses geomorfologi akan meninggalkan bekas-bekas yang nyata pada
bentuklahan dengan karakteristik tertentu. Misalnya bentuklahan asal vulkanik
akan sangat berbeda dengan bentukahan asal marin. Setidaknya perbedaan dapat
disaksikan dari relief dan komposisi materialnya sebagai pengaruh dari sumber
tenaga yang berbeda dan berlangsungnya proses yang berbeda. Sumber tenaga
vulkan adalah endogen yang mendorong keluarnya magma ke permukaan yang
menghasilkan material lava dan piroklastik. Sementara tenaga marin adalah
eksogen berupa gelombang dan arus yang menghancurkan dan mengendapkan
material. Komposisi kimia materialnya akan berbeda antara hasil vulkan dengan
marin.
5. Tenaga erosional yang bekerja di permukaan bumi berbeda-beda, maka akan
menghasilkan tingkat perkembangan yang berbeda. Setiap ruang muka bumi
memiliki perbedaan dalam erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan
kemiringan lereng, jenis tanaman, dan teknik konservasi yang sangat beragam.
Keragaman ini menjadikan perkembangan material penyusun bentuklahan juga
berbeda-beda.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dijumpai dibandingkan dengan
evolusi geomorfik yang sederhana. Misalnya rangkaian perbukitan Baturagung
bagian dari Pegunungan Selatan Jawa, pada kala Oligosen Miosen adalah bagian
dari tubuh gunungapi. Perkembangan berikutnya adalah matinya gunungapi dan
selanjutnya dikontrol oleh proses tektonisme berupa sesar. Saat ini kontrol
tektonisme masih berlangsung diikuti oleh kontrol danudasional. Hal ini
menunjukkan dalam satu ruang muka bumi berlangsung proses yang berbeda yang
kompleks dalam waktu geologis yang berlainan.
7. Bentuklahan di permukaan bumi yang berumur lebih tua dari Tersier jarang
sekali dijumpai dan kebanyakan berumur Kuarter. Hal ini menegaskan bahwa
ilmu geomorfologi mempelajari bentuklahan hasil proses yang bekerja pada
zaman Kuarter, sedangkan untuk zaman Tersier lebih didalami oleh ilmu geologi.
8. Penafsiran secara tepat terhadap bentangalam saat ini tidak mungkin dilakukan
tanpa mempertimbangkan perubahan iklim dan geologi yang terjadi selama zaman
Kuarter. Misalnya beberapa penelitian mengenai perkiraan iklim di Pulau Jawa
mengungkapkan bahwa sekitar 126.000 sampai dengan 107.000 tahun sebelum
masehi, iklim di Jawa mengalami periode hangat dengan temperatur sekitar 1-2 oC
lebih hangat dari iklim sekarang. Sementara terjadi periode iklim yang lebih
dingin dan kering pada sekitar 81.000 tahun sebelum masehi sampai 17.000 tahun
tahun sebelum masehi (periode glasial akhir) lebih dingin sekitar 1-2oC dari saat
ini. Perubahan dalam kurun waktu tersebut berpengaruh dalam pendalaman alur
banyak sungai di Jawa. Contoh lainnya terkait proses geologi adalah dijumpai
tanah Andosol di sekitarBedoyo Gunungkidul yang dominasi bentuklahannya
karst. Padahal Andosol terbentuk di bentuklahan vulkanik. Beberapa penelitian
menafsirkan tersebut adalah bahwa pada kala Holosen ( 2250-90 tahun sebelum
masehi) Gunungapi Panggung di sekitar wilayah tersebut aktif dan terjadi erupsi
abu vulkanik yang diendapkan di Formasi Semilir dan Formasi Wonosari-Punung
(gampingan) sampai sejauh sekitar 13 km ke arah Bedoyo.
9. Pemahaman iklim
dunia sangat penting
untuk
memahami
proses
geomorfik yang berbeda-beda. Misalnya ketika kita mempelajari El Nino danLa
Nina, maka harus memahami peningkatan dan penurunan suhu muka laut di
Pasifik Ekuator secara berkala dengan selang waktu tertentu yang mengakibatkan
terjadinya perbedaan tekanan udara di Darwin dan Tahiti. Pemahaman ini
diperlukan karena dampak El Nino dan La Nina akan sangat diraskan di
Indonesia, karena El Nino potensial menimbulkan kekeringan danLa
Nina potensial memacu banjir. Kedua perbedaan iklim tersebut menentukan
proses geomorfik yang berbeda juga.
10. Walaupun fokus geomorfologi pada bentuklahan masa kini, namun untuk
mempelajari diperlukan pengetahuan sejarah perkembangannya. Pada konsep no.7
menyatakan bahwa bentuklahan merupakan hasil proses yang bekerja pada zaman
Kuarter. Akan tetapi untuk memahami bentuklahan tersebut, pemahaman terhadap
sejarah perkembangan sebelumnya sangat penting dipahami seperti halnya pada
konsep no. 6.
Bentang alam struktural merupakan bentang alam yang dikontrol oleh struktur
geologi. Biasanya bentang alam struktural dikontrol oleh sesar dan lipatan.
Beberapa indikasi bentang alam yang di kontrol sesar antara lain :
Mesa
Butte
Cuesta
Hogback
Perbukitan lipatan
Bentang alam fluvial adalah bentang alam yang dihasilkan oleh aktivitas
air yang mengalir. Bentang alam ini dapat terjadi karena proses erosi, transportasi
maupun karena sedimentasi yang dilakukan air permukaan.
Bentang alam fluvial antara lain :
Sungai teranyam
Tanggul alam
Dataran banjir
Kipas alluvial
Oxbow lake
Sungai Meander
Transvesal dunes
Barchans dunes
Parabollic dunes
Seif
Star dunes
Longitudinal dunes
Doline
Uvala
Polje
Sink holes
Gua
Stalagmit
Stalagtit
Pilar
Lava dome
Volcanic neck
Maar
Volcanic Island
Spit
Tombolo
Laguna
Barier Island
bumi, tidak terhindarkan haru dengan media proses aktual di lantai samudera yang
mengalami pemekaran (sea floor spreading).
Tepi benua
STRATIGRAFI
Dalam pembelajaran stratigrafi permulaannya adalah pada prinsip-prinsip dasr
yang sangat penting aplikasinya sekarang ini.Sebagai dasar daari studi ini Nicolas
Steno membuat empat prinsip tentang konsep dasar perlapisan yamg sekarang
dikenal dengan Stenos Law.
4 prinsip steno tersebut adalah :
1.The Principles of Superpositin (Prinsip Superposisi)
Dalam suatu uruan perlapisan, lapisan yang lebih muda adalah lapisan yang
berada diatas lapisan yang lebih tua. pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat
terjadinya pengendapan), semua massa yang berada diatasnya adalah fluida,
maka pada saat suatu lapisan yang lebih dulu terbentuk, tidak ada keterdapatan
lapisan diatasnya. Steno, 1669
3.lateral Continuity
Dimana suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan
berkelanjutan jauh sebelum akhirnya terbentuk sekarang. Material yang
membentuk suatu perlapisan terbentuk secara menerus pada permukaan bumi
walaupun beberapa material yang padat langsung berhenti pada saat mengalami
transportasi. Steno, 1669
REFERENSI
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/12-artikel/171-konsep-geomorfologi
https://kelompok5stratigrafi.wordpress.com/2011/10/29/prinsip-prinsip-dasarstratigrafi/