Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN UMUM
2.1.

Lokasi dan Kesampaian Daerah


Daerah penelitian secara administrasi terletak di Desa Gunung Gajah,

Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis,


lokasi ini berada pada daerah perbukitan temas dan secara astronomis wilayah
tersebut berada pada koordinat 11003633 BT dan 00704550 LS, Jalur untuk
mencapai lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat
dengan jalur dari Kampus UPN Veteran Yogyakarta Ring Road Utara jalan
solo Kabupaten Klaten Kecamatan Bayat Desa Gunung Gajah Perbukitan
Temas (lokasi penelitian). Jarak tempuh dari Kampus UPN Veteran Yogyakarta
ke tempat lokasi adalah 39 km. Jalur tersebut dapat di tempuh selama 1 jam
perjalanan melalui jalan aspal dengan kondisi cukup baik namun menjelang lokasi
pengambilan conto jalan yang dilalui dalam kondisi buruk. Peta kesampaian
lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.2.

Iklim dan Curah Hujan


Seperti halnya daerah-daerah di Indonesia pada umumnya, daerah

penelitian dan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Klaten juga tergolong daerah
yang beriklim tropis yang setiap tahunnya dipengaruhi oleh dua musim yaitu
musim kemarau dan musim hujan. Temperatur udara rata-rata 28 0 - 300C dengan
curah hujan tertinggi bulan Januari (350 mm) dan curah hujan terendah bulan Juli
(8 mm) (sumber: www.klatenkab.go.id).
2.3.

Geologi (Van Bemmelen, 1949)


Secara umum keadaan geologi dapat dibagi menjadi fisiografi, statigrafi

dan keadaan geologi lokal daerah penelitian.


2.3.1. Fisiografi
Mengacu pada Rahardjo (2004), fisiografi Perbukitan Jiwo di daerah

Gambar 2.1
Peta Kesampaian Daerah Lokasi Penelitian

Bayat merupakan suatu kenampakan tonjolan perbukitan rendah yang tersusun


oleh batuan berumur Pra-Tersier dan Tersier. Daerah sekitar perbukitan rendah
tersebut dikelilingi oleh dataran yang tersusun oleh endapan berumur Kuarter.
Elevasi tertinggi dari Puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 meter di atas
muka laut, sehingga perbukitan tersebut dapat disebut perbukitan rendah.
Secara keseluruhan perbukitan ini merupakan perbukitan yang telah
mengalami penorehan secara intensif. Terutama pada daerah yang tersusun oleh
batuan metamorf dan batuan beku, baik di Jiwo Barat maupun di Jiwo Timur. Di
Jiwo Barat jalur puncak-puncak bukit berarah utara selatan, yang diwakili oleh
puncak-puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo Sari, dan Tugu dengan di
bagian paling utara membelok ke arah barat, yaitu daerah perbukitan Kampak. Di
Jiwo Timur arah jalurnya adalah barat-timur, dengan puncak-puncak Konang,
Pendul dan Temas, dengan percabangan kearah utara, yang terwakili oleh puncak
Jokotuo dan Bawak. Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping yaitu
daerah Jiwo Barat menunjukkan perbukitan memanjang dengan punggungan yang
tumpul sehingga kenampakan puncak tidak begitu nyata.
2.3.2. Geologi Lokal Daerah Penelitian
Secara umum daerah Kecamatan Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu
wilayah Perbukitan Jiwo dan Wilayah Pegunungan Selatan. Perbukitan Jiwo
dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur. Berikut ini akan
dijelaskan wilayah daerah Kecamatan Bayat sebagai berikut :
a. Perbukitan Jiwo
Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo
Timur yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng. Sungai Dengkeng
sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arah selatantenggara, berbelok ke arah timur kemudian ke utara memotong perbukitan dan
selanjutnya mengalir ke arah timur laut.
Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang
mengalir dari lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan. Genangan air
ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari lahar,
sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan antar bukit di Perbukitan Jiwo
merupakan endapan air tenang yang berupa lempung hitam.

10

b. Daerah Jiwo Barat


Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G.
Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki
litologi batugamping berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 40
cm. Di daerah G. Kampak batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu
tubuh yang massif, menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu. Di
antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak langsung
dengan batuan metamorfik.
Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan
yang diwakili oleh puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu
dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat yaitu G. Kampak. Batuan
metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. Kebo, G. Merak,
G. Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit, dan
banyak mengandung mineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan G.
Merak

pada sekis mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah andesit dan

mikrodiorit. Batuan beku tersebut merupakan batuan terobosan yang mengenai


tubuh sekis mika. Singkapan yang baik dijumpai di dasar sungai-sungai kecil yang
menunjukkan kekar.
Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk,
terdapat mineral kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G. Jabalkat.
Sedangkan pada bagian puncak dari kedua bukit masih ditemukan bongkahbongkah konglomerat kuarsa. Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran pada area
pedesaan di tepian Rawa Jombor masih dapat ditemukan sisa-sisa konglomerat
kuarsa serta batupasir.
c. Daerah Jiwo Timur
Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan
deretan perbukitan yang terdiri dari Gunung Konang, Gunung Pendul, Gunung
Semangu, Di lereng selatan Gunung Pendul hingga mencapai bagian puncak,
terutama mulai dari sebelah utara Desa Dowo dijumpai batu pasir berlapis,
terdapat juga fragmen sekis mika yang ada di dalamnya. Sedangkan di bagian
timur Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu berlapis, keras,
mengalami deformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan.

11

Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit berarah


barat-timur yang diwakili oleh puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas,
Gunung Jokotuo dan Gunung Temas. Gunung Konang dan Gunung Semangu
merupakan tubuh batuan sekis-mika, berfoliasi cukup baik, sedangkan Gunung
Pendul merupakan tubuh intrusi mikrodiorit. Gunung Jokotuo merupakan batuan
marmer yang dijumpai tanda-tanda struktur sesar. Sedangkan Gunung Temas
merupakan tubuh batu gamping berlapis.
Di sebelah utara Gunung Pendul dijumpai singkapan batu gamping
nummulites, berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar batu gamping
nummulites tersebut terdapat batu pasir berlapis. Penyebaran batugamping
nummulites dijumpai secara setempat-setempat terutama di sekitar desa Padasan,
dengan percabangan ke arah utara yang diwakili oleh puncak Jokotuo dan Bawak.
Di bagian utara dan tenggara Perbukitan Jiwo timur terdapat bukit terisolir
yang menonjol dan dataran aluvial yang ada di sekitamya. Inlier (isolited hill) ini
adalah bukit Jeto di utara dan bukit Lanang di tenggara. Bukit Jeto secara umum
tersusun oleh batu gamping Neogen yang bertumpu secara tidak selaras di atas
batuan metamorf, sedangkan bukit Lanang secara keseluruhan tersusun oleh batu
gamping Neogen.
d. Daerah Pegunungan selatan
Di sebelah selatan Kecamatan Bayat hingga mencapai puncak Pegunungan
Baturagung, sudah termasuk wilayah Pegunungan Selatan. Secara struktural
deretan pegunungan tersebut, pada penampang utara-selatan, merupakan suatu
pegunungan blok patahan yang membujur barat-timur. Puncak Baturagung
mempunyai perlapisan-perlapisan batuan sedimen berupa batu pasir, batu
lempung, batu pasir krikilan, maupun sisipan breksi. Peta geologi daerah
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.2.
2.3.2. Stratigrafi
Menurut Surono et al. (1992), geologi regional Perbukitan Jiwo tersusun
oleh Batuan Metamorf Pra-Tersier yang tersusun oleh sekis, pualam, batuan
gunungapi malih, sedimen malih, dan batusabak. Secara tidakselaras diatasnya
terdapat Formasi Wungkal Gamping yang tersusun oleh batupasir, napal pasiran,
batulempung, dan batugamping. Secara tidakselaras terdapat Diorit Pendul yang

12

Gambar 2.2
Peta Geologi Daerah Bayat ( Prasetyadi, 2007)

13

merupakan tubuh intrusi dari diorit. Berikutnya secara tidakselaras


diatasnya terdapat Formasi Oyo yang tersusun oleh napal tufan, tuf andesitan, dan
batugamping konglomeratan. Kemudian secara menjemari dengan Formasi Oyo
terdapat

Formasi

Wonosari-Punung

yang

tersusun

oleh

batugamping,

batugamping napalan-tufan, batugamping konglomerat, dan batupasir tufan.


Secara tidakselaras diatasnya terdapat Endapan Gunung Merapi yang tersusun
oleh lempung hitam, lumpur, lanau, dan pasir serta batuan berumur paling muda
yang secara tidakselaras diatasnya hadir Aluvium yang tersusun oleh lempung
hitam, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan berangkal. Selanjutnya, Rahardjo
(2004) dalam penamaan litostratigrafi dari urutan satuan batuan tertua hingga
termuda menjelaskan geologi regional Perbukitan Jiwo (Gambar 2.3) tersusun
oleh :
a. Batuan Metamorf Pra-Tersier
Batuan metamorf di Perbukitan Jiwo Barat terdiri dari Gunung Sari,
Gunung Kebo, Gunung Merak, Gunung Cakaran, dan Gunung Jabalkat yang
secara umum berupa sekis mika, filit, dan banyak mengandung mineral kuarsa.
Bongkah andesit dan mikrodiorit banyak dijumpai pada singkapan sekis mika di
daerah Gunung Sari, Gunung Kebo, dan Gunung Merak. Zona-zona lapukannya
berupa pelapukan membola yang dijumpai di tepi jalan desa. Batuan beku tersebut
merupakan batuan terobosan yang mengenai tubuh sekis mika.
Daerah Perbukitan Jiwo Timur terdapat Gunung Konang dan Gunung
Semangu yang merupakan tubuh sekis mika dengan foliasi cukup baik, sedangkan
Gunung Pendul merupakan tubuh intrusi mikrodiorit. Gunung Jokotuo tersusun
oleh batuan metasedimen atau marmer dan pada tempat tersebut dijumpai tandatanda struktur pensesaran (Rahardjo, 2004). Hingga saat ini batuan metamorf di
Perbukitan Jiwo ditafsirkan terbentuk pada umur Pra-Tersier.
b. Formasi Wungkal-Gamping
Formasi Wungkal-Gamping merupakan formasi yang berada di atas dari
satuan Batuan Metamorf Pra-Tersier. Kontak keduanya berupa kontak
ketidakselarasan. Pada Perbukitan Jiwo, terdapat pada Gunung Kampak, Gunung
Wungkal, dan Gunung Tugu memiliki litologi batugamping berlapis, berwarna
putih kekuningan, kompak, dengan ketebalan lapisan 20 40 cm. Batas Gunung

14

Gambar 2.3
Stratigrafi peneliti terdahulu (Surono et al., 1992 dan Rahardjo, 1994 dengan modifikasi)

15

Tugu dan Gunung Sari merupakan kontak langsung dengan batuan metamorf.
Formasi Wungkal-Gamping menjadi batuan Tersier tertua di Perbukitan Jiwo.
c. Intrusi Batuan Beku
Batuan beku tersebar di sekitar Gunung Pendul yang merupakan tubuh
intrusi yang mengintrusi batuan metamorf di Perbukitan Jiwo. Daerah di sekitar
puncak Gunung Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukit yang seluruhnya
tersusun oleh batuan beku. Kondisi morfologinya cukup kasar mirip perbukitan
metamorfik, namun relief tidak sekuat perbukitan metamorfik. Intrusi ini tersusun
oleh batuan beku intermediet yaitu diorit dan diperkirakan menjadi batuan
termuda yang menyusun Perbukitan Jiwo.
d. Formasi Oyo-Wonosari
Formasi Oyo tersusun atas batugamping konglomeratan, napal tufan, dan
tuf andesitan. Kandungan fosil yang ada yaitu Foraminifera besar umumnya
adalah Lepidocyclina sp., Miogypsinas sp., foraminifera kecil, dan moluska.
Fosil-fosil yang ada menunjukkan umur Miosen Tengah - Miosen Akhir. Formasi
Wonosari

yang

tersusun

oleh

batugamping,

batugamping

napal-tufan,

batugamping konglomeratan, batupasir tufan, dan batulanau. Formasi Wonosari


mempunyai lingkungan pengendapan laut dangkal yang mendangkal ke arah
selatan dan mempunyai ketebalan lebih dari 800 m. Bagian bawah formasi ini
menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan bagian atasnya menjemari dengan
Formasi Kepek.
e. Endapan Aluvial
Menurut Rahardjo (2004) setelah terjadi pengendapan batugamping di
sekitar Perbukitan Jiwo tidak lagi ditemukan batuan-batuan berumur Pra-Tersier.
Kala Pleistosen-Holosen diwakili oleh kehadiran pasir fluvio-vulkanik Merapi
serta endapan lempung hitam yang berasal dari lingkungan rawa. Selain itu juga
ditemukan breksi lahar. Kehadiran breksi lahar pada bagian utara dari Perbukitan
Ngembel, berupa breksi dengan fragmen andesit dengan bermacam-macam variasi
ukuran (Rahardjo, 2004). Fragmen tersebut berada pada matriks berukuran pasir
halus-lanau yang bersifat tufan. Breksi ini diperkirakan berasal dari aliran lahar
Gunung Merapi yang terhenti karena membentur bukit batugamping Ngembel
yang terjadi pada Kala Pleistosen.

16

Endapan pasir fluvio-vulkanik dari Gunung Merapi menempati dataran


rendah di sebelah timur laut, barat, dan selatan dari komplek Perbukitan Jiwo
Barat. Litologi berupa pasir vulkanik lepas yang terbawa oleh aliran sungai dari
lereng Gunung Merapi. Endapan ini juga diperkirakan berasal dari hasil erosi
endapan lahar dan endapan vulkanik yang lain dan diendapkan jauh dari tubuh
Gunung Merapi.

17

Anda mungkin juga menyukai