Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga makalah yang berjudul
Hujan Asam ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun berdasarkan berbagai
sumber yang relevan dengan materi yang
disajikan dalam makalah ini. Adapun materi yang
dipaparkan adalah mengenai apa yang dimaksud
dengan hujan asam, apa penyebab terjadinya
hujan asam, bagaimana dampak hujan asam
terhadap penurunan manusia dan lingkungan,
dan bagaimana upaya yang dapat ditempuh
untuk mencegah terjadinya hujan asam.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif
sangat saya harapkan guna kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih, semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Palembang, 25 April 2016

Syavira Augustine
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hujan Asam
2.2 Proses Terbentuknya Hujan Asam
2.3 Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan
Manusia dan Lingkungan
2.4 Upaya-Upaya Untuk mengurangi dan
Mencegah Dampak Hujan Asam
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahun
dan teknologi (IPTEK), semakin tinggi pula
aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di antaranya
dengan semakin pesatnya perkembangan sektor
industri dan sistem transportasi. Sebagai
konsekuensi logis, maka semakin dampaknya
akan meningkatkan pula zat-zat polutan yang
dikeluarkan
kegiatan
industri
maupun
transportasi tersebut. Keberadaan zat-zat polutan
di udara ini tentu akan berpengaruh terhadap
proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di
udara.
Beberapa
contoh
efek
negatif
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menjadi isu-isu global antara lain efek
rumah kaca, pemanasan global, polusi, sampah,
dan hujan asam.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert
Angus Smith pada tahun 1972. Hujan asam ini
pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwa
terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan bahwa
bahan pencemar di udara yang bercampur
dengan air hujan bersenyawa menjadi asam dan
menyebabkan
kerusakan
bangunan
dan
monumen bersejarah. Pada dasarnya, air hujan
normal memang sudah asam dengan kadar

keasaman antara pH 5,6- 5,0. Keasaman ini


dihasilkan ketika karbondioksida dan materi
asam alami lainnya terurai dalam uap air yang
bercampur di udara.
Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita
tahu
bahwa
banyak
gas
polutan
yang
menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk
sulfur dioksida yang umumnya dihasilkan oleh
pembangkit tenaga listrik yang menggunakan
batubara, dan nitrogen oksida dari kendaraan
bermotor serta bahan bakar fosil yang digunakan
oleh industri. Kedua unsur tersebut bersenyawa
di atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari
senyawa-senyawa asam lainnya. Persenyawaan
ini membentuk semacam lapisan gabungan
antara asam sulfur dan asam nitrat. Cahaya
matahari mempercepat laju reaksi proses itu.
Hujan asam menyebabkan peningkatan kadar
asam di tanah, danau-danau, sungai serta
menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam
juga merusak material gedung, patung-patung
dan peninggalan sejarah.
Mengingat
begitu
besar
dampak
yang
ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan
manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini
akan dibahas mengenai bagaimana hujan asam
terbentuk, dampak hujan asam terhadap
manusia dan lingkungan, serta usaha yang dapat
kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah
terjadinya hujan asam.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa rumusan yang ingin dibahas dalam
makalah yang akan membahas tentang hujan
asam, antara lain:
1.Apa yang dimaksud dengan hujan asam?
2.Bagaimanakah proses terbentuknya hujan
asam?
3.Bagaimanakah dampak atau akibat yang
ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan?
4.Upaya apa sajakah yang dapat ditempuh
untuk mengurangi dan menegah terjadinya
hujan asam?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka saya merumuskan
beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1.Untuk mengetahui
dengan hujan asam.

apa

yang

dimaksud

2.Untukmengetahui proses terbentuknya hujan


asam.
3.Untuk mengetahui dampak atau akibat yang
ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan.
4.Untuk mengetahui upaya yang dapat
ditempuh untuk mengurangi dan menegah
terjadinya hujan asam.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah
ini adalah memberikan kita pengentahuan dan
wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan
hujan
asam, mengetahui
tentang
proses
terjadinya hujan asam, dampak yang ditimbulkan
oleh hujan asam terhadap kehidupan manusia
dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita
lakukan untuk mengurangi dan mencegah
dampak buruk yang ditimbulkan oleh hujan
asam. Pengetahuan ini diharapkan semoga
mampu meningkatkan kesadaran kita untuk
menjaga lingkungan serta mengubah pola hidup
untuk mendukung pelestarian lingkungan hidup.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hujan Asam
Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir
abad 17, hal ini diketahui dari buku karya Robert
Boyle pada tahun 1960 dengan judul A General
History
of
the
Air.
Buku
tersebut
menggambarkan fenomena hujan asam sebagai
nitrous or salino-sulforus spiris.
Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang
dimulai sekitar awal abad ke 18 memaksa
penggunaan bahan bakar batubara dan minyak

sebagai sember utama energi untuk mesinmesin.


Sebagai
akibatnya,
tingkat
emisi precursor (faktor penyebab) dari hujan
asam yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat.
Padahal biasanya precussor ini hanya berasal
dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran
hutan.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh
Robert Angus Smith pada tahun 1872 pada saat
menguraikan keadaan di Manchester, sebuah
daerah industri di Inggris bagian utara. Smith
menjelaskan fenomena hujan asam pada
bukunya yang berjudul Air and Rain: The
Beginnings of Chemical Technology.
Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam
daripada hujan biasa (Hunter BT, 2004 dalam
Rahardiman, Arya. 2009). Deposit asam dari
atmosfer dapat bersifat abash (dari hujan, salju,
atau hujan es) atau kering (dari pertukaran
turbulen dan pengaruh gravitasi yang tidak
berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal
pertama kali pada tahun 1950, yaitu pada saat
hujan asam tersebut memberikan dampak
negative berupa air yang bersifat asam di danau
Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000 dalam
Rahardiman, Arya. 2009).
Istilah keasaman berarti bertambahnya ion
hydrogen ke dalam suatu lingkungan. Suatu
lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan

ion hydrogen yang bersal dari asam sulfat


(H2SO4) dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi
penting dalam oksidasi sulfur dioksida adalah
antara sulfur dioksida yang terlarut dan hydrogen
peroksida.
Masalah hujan asam dalam skala yang cukup
besar pertama terjadi pada tahun 1960-an ketika
sebuah danau di Skandinavia meningkat
keasamannya
hingga
mengakibatkan
berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga
terjadi di Amerika Utara, pada masa itu pula
banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika
yang rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai
usaha penaggulangannya, baik melalui bidang
ilmu pengetahuan, teknis maupun politik.
Hujan yang normal seharusnya adalah hujan
yang tidak membawa zat pencemar dan dengan
pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena
H2O yang ada pada air hujan bereaksi dengan
CO2 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam
lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan. Apabila air
hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka
pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan
terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global
warming, gas buang seperti SO2 penyebab hujan
asam mampu memantulkan sinar matahari
keluar atmosfer bumi sehingga dapat mencegah
kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek

samping
dari
hujan
asam
menghasilkan
kerusakan
lingkungan
yang
lebih
parah
dibandingkan global
warming.
Sebenarnya
hujan asam merupakan istilah yang kurang
tepat untuk menggambarkan jatuhnya asamasam dari atmosfer ke permukaan bumi. Istilah
yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi
asam, karena pengendapan asam dari atmosfir
ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan
tetapi juga melalui kabut, embun, salju, aerosol
bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi
asam lebih bermakna luas dari hujan asam.
(Sumber: Ophardt, C.O., (2003)).
Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti
air bersih, pengukuran pH diambil untuk
menentukan
keasaman
yang
dimilikinya.
Menurut US Environmental Protection Agency, air
murni memiliki pH 7,0, dan hujan normal
memiliki pH sekitar 5.6 (Howard, Rhonda, 2010).
Nilai 7,0 dianggap netral, Nilai yang lebih tinggi
dari 7,0 semakin alkali atau dasar, Nilai lebih
rendah dari 7,0 semakin asam. ilustrasi di atas
juga menggambarkan pH dari beberapa zat
umum
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi
kering dan deposisi basah. Deposisi kering ialah
peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup
oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat
terjadi
pada
daerah
perkotaan
karena

pencemaran udara akibat kendaraan maupun


asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat
terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin
yang membawa udara yang mengandung asam.
Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari
sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam
bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di
dalam udara larut di dalam butir-butir air di
awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air
hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam
dapat pula terjadi karena hujan turun melalui
udara yang mengandung asam sehingga asam
itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi.
Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini
dapat
terjadi
sangat
jauh
dari
sumber
pencemaran.
Beberapa penyebab hujan asam diantaranya :
1.Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh
2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan
nitrogen oxides (NOx) yang keduanya
dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi
sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer
diseluruh
dunia
terjadi
secara
alami,
misalnya dari letusan gunung berapi maupun
kebakaran hutan secara alami.
Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan
manusia, misalnya akibat pembakaran BBF,
peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak

bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai


3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di
bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi
belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara.
Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi
asam sulfat.
Oksida nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida,
atau SO2, adalah dua sumber utama hujan
asam. Sulfur dioksida, yang merupakan gas tidak
berwarna, dilepaskan sebagai produk oleh-ketika
bahan bakar fosil yang mengandung belerang
yang terbakar.
Gas ini dihasilkan karena berbagai proses
industri, seperti pengolahan minyak mentah,
pabrik utilitas, dan besi dan pabrik baja. berarti
alam dan bencana juga dapat mengakibatkan
belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer,
seperti vegetasi membusuk, plankton, semprot
laut, dan gunung berapi, yang semuanya
memancarkan
sekitar
10%
belerang
dioksida. Secara
keseluruhan,
pembakaran
industri bertanggung jawab atas 69,4% emisi
sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi
kendaraan bertanggung jawab atas sekitar 3,7%
(Anonim , 2009).
1.NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik
yang menggunakan senyawa organik yang
mengandung N. Oksida N merupakan hasil
samping aktifitas jasad renik itu. Di dalam

tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan


juga mengalami kimi-fisik dan biologik
sehingga menghasilkan N. Karena itu
semakin banyak menggunakan pupuk N,
makin tinggi pula produksi oksida tersebut.
2.Hujan asam juga dapat terbentuk melalui
proses kimia dimana gas sulphur dioxide atau
sulphur dan nitrogen mengendap pada logam
serta mengering bersama debu atau partikel
lainnya.

2.2 Proses Terbentuknya Hujan Asam


Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam
nitrat, atau asam klorida yang ada do atmosfer
baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke
tanah, sungai, danau, hutan, lahan pertanian,
atau bangunan melalui tetes hujan, kabut,
embun, salju, atau butiran-butiran cairan
(aerosol), ataupun jatuh bersama angin.
Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan
asam dari kegiatan manusia (anthropogenic)
seperti emisi pembakaran batubara dan minyak
bumi, serta emisi dari kendaraan bermotor.
Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi
juga dapat menjadi salah satu penyebab deposisi
asam. Reaksi pembentukan asam di atmosfer

dari prekursor hujan asamnya melalui reaksi


katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang
terjadi cukup banyak dan kompleks, namun
dapat dituliskan secara sederhana seperti
dibawah ini.
1.1.

Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)

Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan


oksigen melalui reaksi photokatalitik di atmosfer,
akan membentuk asamnya.
SO2 + OH HSO3
HSO3 + O2 HO2 + SO3
SO3 + H2O H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen
monoksida (NO) maka radikan hidroperoksil (HO2)
yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan
bereaksi kembali seperti:
NO + HO2 NO2 + OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk
kembali, jadi selama ada NO diudara, maka
reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali,
jadi semakin banyak SO2, maka akan semakin
banyak pula asam sulfat yang terbentuk.
1.2.

Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)

Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik


antara gas Nitrogen dioksida dengan radikal
hidroksil.
NO2 + OH HNO3

Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara


Nitrogen dioksida dengan ozon
NO2 + O3 NO3 + O2
NO2 + NO3 N2O5
N2O5 + H2O HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan
concong menghasilkan asam pada tanahnya
mengingat kotoran hewan banyak mengandung
NH3 dan tanah pertanian mengandung urea.
Amoniak di tanah semula akan menetralkan
asam, namun garam-garam ammonia yang
terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat
dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang
menguap ke udara dengan uap air akan
membentuk ammonia hingga memungkinkan
penetralan asam yang ada di udara.
HNO3 sangat asam dan larut dengan baik sekali.
Selain itu juga merupakan asam keras dan reaktif
terhadap benda-benda lain yang menyebabkan
korosif. Oleh sebab itu, presipitasinya akan
merusak tanaman terutama daun (Manahan,
1994 dalam Rahmawaty, 2002).
1.3.

Pembentukan Asam Chlorida (HCl)

Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan


stratosfer,
dimana
reaksinya
melibatkanChloroflorocarbon (CFC) dan radikal
oksigen O*
CFC + hv(UV) Cl* + produk

CFC + O* ClO + produk


O* + ClO Cl* + O2
Cl + CH4 HCl + CH3
Reaksi diatas merupakan bagian dari rangkaian
reaksi yang menyebabkan deplesi lapisan ozon di
stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut
dalam hujan asam biasanya berkisar antara 62
persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat
dan 6 persen Asam Chlorida.
Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab
hujan asam tertinggi di Indonesia, terutama
disebabkan oleh sebagian besar kegiatan
perekonomian yang terpusat di pulau ini. Pada
tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia
mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan
NOx mencapai 175.000 ton per tahun. Kota
Surabaya
pada
tahun
2000
tercatat
mengemisikan 0,26 ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke
udara dari berbagai sumber pencemar (Musfil
A.S., (2008) dalam Sumahamijaya, I., (2009)).
Mekanisme proses terbentuknya hujan asam,
dapat diamati pada Gambar berikut:

Mekanisme Terbentuknya Hujan Asam


Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat
semburan dari gunung berapi dan dari proses
biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi,
mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti industri, pembangkit tenaga
listrik,
kendaraan
bermotor
dan
pabrik
pengolahan pertanian (terutama amonia). Gasgas yang dihasilkan oleh proses ini dapat
terbawa angin hingga ratusan kilometer di
atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan
terdeposit
ke
tanah.
Hujan asam karena proses industri telah menjadi
masalah yang penting di Republik Rakyat Cina,
Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan
anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga
listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah
merusak hutan-hutan di New York dan New
England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya

menggunakan
bakarnya.

batu

bara

sebagai

bahan

Bukti terjadinya peningkatan hujan asam


diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat turunnya
kadar pH sejak dimulainya revolusi industri dari
Ph 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh
dari organisme yang dikenal sebagai diatom
yang menghuni kolam-kolam. Setelah bertahuntahun, organisme-organisme yang mati akan
mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di
dasar
kolam.
Pertumbuhan
diatom
akan
meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah
diatom yang ditemukan di dasar kolam akan
memperlihatkan perubahan pH secara tahunan
bila kita melihat ke masing-masing lapisan
tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi
sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer
turut meningkat. Industri yang menggunakan
bahan bakar fosil, terutama batu bara,
merupakan sumber utama meningkatnya oksida
belerang ini. Pembacaan pH di area industri
terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman
cuka). Penggunaan cerobong asap yang tinggi
untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi
dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas
yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi
udara regional yang memiliki jangkauan lebih
luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah
yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah

pegunungan
cenderung
memperoleh
lebih
banyak karena tingginya curah hujan di sini.
2.3 Dampak
Hujan
Asam
Terhadap
Kehidupan Manusia dan Lingkungan
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena
dampak yang ditimbulkan bersifat global dan
dapat menggangu keseimbangan ekosistem.
Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada
lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan
abiotik, antara lain :
a)Danau
Kelebihan
zat
asam
pada
danau
akan
mengakibatkan
sedikitnya
spesies
yang
bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara
rendahnya pH dengan berkurangnya populasi
ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak
memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara
pH 6 atau lebih tinggi akan membantu
pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air
akan menghambat produksi enzim dari larva ikan
trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga
mengikat logam beracun seperi alumunium di
danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa
ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar
insangnya
sehingga
ikan
sulit
bernafas.
Pertumbuhan
Phytoplankton
yang
menjadi
sumber makanan ikan juga dihambat oleh
tingginya kadar pH.

b) Tanah
Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek
terhadap tanah. Gejala ini menyebabkan
terjadinya pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan
Potassium, yang merupakan yamg merupakan
mineral
utama
bagi
pertumbuhan
dan
perkembangan
tanaman.
Mineral
tersebut
digantikan oleh logam berat seperti Al, yang
justru menghambat pertumbuhan akar dan
menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian
mulai mati, karena kekurangan air. Adanya
pelapukan dalam batang menandakan terjadinya
kerusakan sistem transportasi air pada tanaman.
Dr. Ulrich dari Universitas Gottingen (Jerman)
menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat
beberapa pohon spruce dan beech mencapai
umur lebih dari 30 40 tahun (Nandika,
Dodi.,2004).
c) Tumbuhan
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam
berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun
rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga
tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin,
jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi
lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa
diambil, dan mineral-mineral penting menjadi
hilang.
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam
tanah akan menyapu kandungan tersebut

sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya


untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia
beracun
seperti
aluminium,
yang
akan
bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila
nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan
menghambat pertumbuhan dan mempercepat
daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan
terserang penyakit, kekeringan dan mati.
d) Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah
banyak diteliti, namun belum ada yang nyata
berhubungan langsung dengan pencemaran
udara khususnya oleh senyawa NOx dan SO2.
Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya
faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang,
termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap
pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang
berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk
relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara
dibandingkan dengan orang yang sehat.
Akan tetapi, kuat dugaan bahwa ion-ion beracun
yang terlepas akibat hujan asam menjadi
ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di
air berdampak pada timbulnya wabah diare pada
anak dan air tercemar alumunium dapat
menyebabkan penyakit Alzheimer. Walaupun
hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada
tahun 1970-an para ilmuwan mulai mengadakan
banyak
melakukan
penelitian
mengenai

fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan


asam di Amerika Serikat meningkat di tahun
1990-an setelah di New York Times memuat
laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest
in New Hampshire tentang banyaknya kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam.
e) Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses
pengkaratan dari beberapa material seperti batu
kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton
serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi
pada bagunan tua serta monument termasuk
candi dan patung. Hujan asam dapat merusak
batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang telah
menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin
banyak akan merusak batuan.
Lebih
lanjut,
Harjanto,
N.T.,
(2008)
mengungkapkan beberapa dampak dari deposisi
asam ini sangat luas yakni terhadap makhluk
hidup, vegetasi dan struktur bangunan seperti
pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Dampak Deposisi Asam

Dampak
terhadap
Makhluk Hidup

Keterangan
1.Punahnya
jenis ikan

beberapa

2.Mengganggu
makanan

siklus

3.Mengganggu
pemanfaatan
air
untuk air minum,
perikanan, pertanian
4.Menimbulkan
masalah
kesehatan,
pernafasan
iritasi kulit
Vegetasi

pada
dan

1.Perubahan
keseimbangan
nutrisi dalam tanah
2.Mengganggu
pertumbuhan
tanaman
3.Merusak tanaman
4.Menyuburkan
pertumbuhan jamur
madu yang dapat
mengganggu

Dampak
terhadap

Keterangan
pertumbuhan
tanaman
(menjadi
layu)

Stuktur
Bangunan

1.Melarutkan Kalsium
Karbonat
pada
beton, lantai marmer
2.Melarutkan tembaga
dan baja
3.Mempercepat korosi
pada pipa saluran air
4.Mengikis bangunan
candi dan patung

2.4 Upaya-Upaya Untuk Mengurangi dan


Mencegah Dampak Dari Hujan Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah
menggunakan bahan bakar yang mengandung
sedikit
zat
pencemaran,
menghindari
terbentuknya zat pencemar saar terjadinya
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas
buangan dan penghematan energi.
a)
Menggunakan
Bahan
kandungan Belerang Rendah

Bakar

Dengan

Kandungan belerang dalam bahan bakar


bervariasi.
Penggunaan
gas
asalm
akan
mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan
tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi
metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan
bahan bakar non-belerang atau bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan, misalnya
metanol, etanol dan hidrogen.
b)
Pengendalian
Pembakaran

Pencemaran

Selama

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2


dan Nox pada waktu pembakaran telah
dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime
injection in multiple burners (LIMB). Selain itu,
bisa
juga
dilakukan
dengan
penggunaan Scrubbers. Alat ini
mampu
mengurangi emisi sulfur okida hingga 80-95 %
(Ophardt, C.O., 2003).
c) Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas
ilmiah hasil pembakaran. Teknologi yang sudah
banyak
dipakai
ialah fle
gas
desulfurization (FGD). Cara lain ialah dengan
menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya
sehingga
limbah
yang
dihasilkan
dapat
dipergunakan sebagi pupuk.
d) Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle,
Reduce)

Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat


memproduksi suatu barang, dimana produk itu
harus dapat digunakan kembali atau dapat
didaur ulang sehingga jumlah sampah atau
limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
e) Menambahkan
maupun danau

zat

kapur

kedalam

tanah

Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul


dari hujan asam terhadap tanah ataupun danau
dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur
kedalam
tanah
atau
kedalam
danau.
Penambahan kapur kedalam tanah maupun
danau dapat menetralkan sifat asam.
f)Melakukan Reboisasi atau penanaman kembali
Keberhasilan program reboisasi dan rehabilitasi
lahan akan dapat meningkatkan produktivitas
lahan dan kualitas lingkungan terutama dalam
aspek:
1.Fungsi hidrologi
2.Fungsi perlindungan tanah
3.Stabilitas iklim mikro
4.Penghasil
O2,
pencemar udara

dan

5.Potensi sumberdaya
dipanen

penyerap
pulih

gas-gas

yang

dapat

6.Pelestarian sumberdaya plasma nutfah


7.Perkembangbiakan ternak dan satwa liar

8.Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi


9.Menciptakan kesempatan kerja
10. Penyediaan
penelitian.

fasilitas

pendidikan

dan

Pada tahun 1970 Amerika mulai mengontrol


emisi
SO2 dan
NOx
dengan
peraturan
pemerintah.Peraturan ini menentukan standar
polutan dari kendaraan bermotor dan industri.
Pada
tahun
1990
kongres
menyetujui
amandemen untuk lebih memperketat kontrol
emisi
yang
menyebabkan
hujan
asam.
Amandemen
tersebut
tercatat
mempu
mengurangi pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton
menjadi sekitar 16 juta ton. US juga
merencanakan untuk mengurangi emisi NOx
hingga 5 juta ton pada tahun 2010.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.Hujan asam didefinisikan sebagai segala
macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan
secara alami bersifat asam (pH sedikit di
bawah 6) karena karbondioksida di udara
yang larut dengan air hujan memiliki bentuk
sebagai asam lemah.

2.Hujan asam disebabkan oleh belerang


(sulfur) yang merupakan pengotor dalam
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara
yang bereaksi dengan oksigen membentuk
sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat
ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan
air untuk membentuk asam sulfat dan asam
nitrat yang mudah larut sehingga jatuh
bersama air hujan. Secara sedehana, reaksi
pembentukan hujan asam sebagai berikut:
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh
2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan
nitrogen oxides (NOx) yang keduanya
dihasilkan melalui pembakaran.
3.Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan
oleh hujan asam antara lain Kelebihan zat
asam pada danau akan mengakibatkan
sedikitnya species yang bertahan, hujan
asam yang larut bersama nutrisi didalam
tanah akan menyapu kandungan tersebut
sebelum
pohon-pohon
dapat
menggunakannya untuk tumbuh, korosi dan
menyebabkan
terganggunya
kesehatan
manusia.
4.Usaha untuk mengendalikan deposisi asam
ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung
sedikit
zat
pencemar,
menghindari terbentuknya zat pencemar
saar terjadinya pembakaran, menangkap zat
pencemar
dari
gas
buangan
dan

penghematan energi serta penambahan zat


kapur.
3.2. Saran
Agar pemerintah dan masyarakat baik dari
kalangan industri maupun umum, untuk bekerja
sama dalam menjalankan peraturan yang
berkaitan dengan upaya penurunan polusi udara
agar dapat terlaksana dan diterapkan dengan
baik dan seksama. Dengan penurunan polusi
udara, diharapkan akan mampu mencegah
terjadinya hujan asam yang membawa akibat
buruk tidak hanya erhadap lingkungan namun
terhadap kelangsungan hidup manusia.

Daftar Pustaka

Anonim . 2009. Cause and Effects of Acid Rain.


Diperoleh dari: http://www.buzzle.com/ articles/
causes and effects of acid rain.html.
Harjanto, N.T., 2008. Dampak Lingkungan Pusat
Listrik Tenaga Fosil Dan Prospek Pltn Sebagai
Sumber Energi Listrik Nasional. Pusat Teknologi
Bahan
Bakar
Nuklir,
BATAN.
Diperoleh
dari:http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdfpublikasi /PIN/ pin-pdf/ 06Anto.pdf.
Howard, Rhonda. 2010. Acid Rain and Heart
Disease.
Diperoleh
pada:http://www.ehow.co.uk/about_5640136_
acid- rain- heart- disease .html.
Likens, Gene . 2010. Acid Rain. Diperoleh
dari: http://www.eoearth.org/article/
Acid_rain?
topic.
Nandika,
Dodi.,2004. Hujan
Asam
Suatu
Fenomena yang Mengancam Kelestarian Hutan.
Sataf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Hutan-IPB.
Diperoleh
dari:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 1
23456789/
23543/Dodi%
20Nandika_RK.pdf?
sequence=1.

Ophardt, C.O., 2003. Acid Rain. Diperoleh


dari: http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook.
Rahardiman, Arya. 2009. Hujan Asam. Diperoleh
dari:http://keslingbanget.blogspot.com/2009/03/
hujan -asam. html.
Rahmawaty, 2002. Dampak Pencemaran Udara
Terhadap Tumbuhan. Fakultas Pertanian Program
Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Diperoleh
dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream
/
123456789/857/1/ hutan-rahmawaty2.pdf.
Sumahamijaya,I.,
2009. Hujan
Asam
Menghancurkan
Bumi.
Diperoleh
darihttp://majarimagazine.com/2009/03/ hujan
asam mencegah global warmingmenghancurkan- bumi/.

Anda mungkin juga menyukai