A. PENDAHULUAN
Neuropati dapat didefinisikan sebagai perubahan struktur dan fungsi
saraf perifer atau saraf tepi, baik motorik, sensorik, dan otonom, yang
menyebabkan gejala dan tanda neuropati.1
Neuropati dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk faktor
penuaan, diabetes, proses pengobatan, trauma, infeksi, alkoholisme, gangguan
nutrisi, imunitas, dan akibat gangguan metabolik lainnya. Neuropati pada
umumnya dialami oleh sekitar 26%, atau 1 dari 4 orang yang berusia 40 tahun
keatas. Pada penderita diabetes, angka prevalensi ini meningkat menjadi 50%
atau 1 dari 2 penderita. Neuropati juga dapat menyerang mereka yang
mengalami defisiensi vitamin B1, B6, dan B12.
Berdasarkan hasil
pemeriksaan pada lebih dari 5.000 pasien pada pelaksana Neuropathy Service
Point di 12 rumah sakit di Jakarta, Surabaya, dan Medan di temukan bahwa
37,8% dari pasien terskrining sebagai berisiko neuropati. Dari persentase
tersebut, 81%nya berusia di atas 40 tahun.1,2
Neuropati dapat menimbulkan gejala, seperti rasa nyeri, kesemutan,
baal atau kebas, mati rasa, kaku otot, kram, hipersensitif sampai gangguan
kontrol kandung kemih, kelemahan bahkan penyusutan otot. Neuropati juga
dapat menimbulkan gangguan pengeluaran kelenjar keringat sehingga kulit
tampak kering, mengkilap dan kerontokan rambut.1
B. DEFINISI
Neuropati adalah proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer,
berupa proses demielinisasi atau degenerasi aksonal atau kedua-duanya.
Susunan saraf perifer mencakup saraf otak, saraf spinal dengan akar saraf serta
cabang-cabangnya, saraf tepi dan bagian-bagian tepi dari susunan saraf
otonom.1,2,3
C. EPIDEMIOLOGI
Neuropati pada umumnya dialami oleh sekitar 26%, atau 1 dari 4
orang yang berusia 40 tahun keatas. Pada penderita diabetes, angka prevalensi
ini meningkt menjadi 50% atau 1 dari 2 penderita
berdasarkan hasil
pemeriksaan pada lebih dari 5000 pasien pada pelaksana Neuropathy Service
Point di 12 rumah sakit di Jakarta, Surabaya, dan Medan di temukan bahwa
37,8% dari pasien terskrining beresiko neuropati. Dari persentase tersebut,
81%nya berusia diatas 40 tahun.1,2
D. KLASIFIKASI NEUROPATI
Neuropati dibagi dalam beberapa kategori, antara lain;1,3
1) Berdasarkan jenis saraf yang dikenai:
a. Sistem motorik
b. Sistem Sensorik
c. Sistem otonom
2) Berdasrkan pada lokasi terkena saraf:
a. Mononeuropati
b. Mononeuropati Multiplex
c. Polineuropati
3) Berdasarkan penyebab:
a. Neuropati Diabetik
b. Neuropati Nutrisional
c. Obat-obatan dan toxic
d. Neoplasma
e. Infeksi
f. Idiopatik Neuropati
E. ETIOLOGI
Terdapat banyak penyebab yang dapat menyebabkan gangguan fungsi
saraf, antara lain;1,3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
F.
rasa seperti terbakar pada kaki dan jari kaki, tetapi juga dapat dialami pada
tangan dan jari. Juga dapat dirasa dikitik-kitik, nyeri tanpa alasan, atau rasa
yang tampaknya lebih hebat daripada biasa. Gejala dapat bersifat sementara:
kadang sangat sakit, terus tiba-tiba hilang. gangguan sensorik berupa
parestesia, nyeri, terbakar, penurunan rasa raba, vibrasi dan posisi. gangguan
motorik berupa kelemahan otot-otot, reflek tendon menurun dan fasikulasi.1
G. PATOFISIOLOGI
Gambar 1. Patofisiologi neuropati.4
Patologi neuropati saraf tepi mengikuti tiga pola dasar : Degenerasi Wallerian,
aksonopati distal, dan demielinasi segmental.4
Degenerasi Wallerian
kimia yang lengkap. Perubahan juga terjadi pada badan neuronal. Retikulum
endoplasmik kasar mengalami disagregasi dan badan sel membulat.
Sitoplasma mejadi lebih bening dan inti bergeser keperifer sel. Proses ini
disebut khromatolisis sentral dan menunjukkan aktifasi sintesis protein dalam
usaha meregenerasi akson. Protein sitoskeletal dan material lain menuju
akson. Puntung proksimal memenjang 1-3 mm per hari. Sel Schwann didistal
daerah yang putus berproliferasi dan membentuk mielin baru. Derajat
regenerasi dan pemulihan tergantung berapa baik ujung-ujung yang putus
bertemu dan pada luasnya cedera jaringan lunak serta jaringan parut sekitar
area yang putus. Bila rekonstruksi tidak baik, proliferasi kolagen tidak
terkontrol, prosesus sel Scwann dan pertumbuhan aksonal mengisi celah,
membentuk neuroma traumatika. Degenerasi Wallerian semula dijelaskan
pada aksotomi eksperimental. Neuropati yang khas disertai degenerasi
Wallerian adalah yang disebabkan trauma, infark saraf tepi (mononeuropati
diabetik, vaskulitis) dan infiltrasi neoplastik.4
Aksonopati Distal.
Degenerasi akson dan mielin dimulai pertama pada bagian distal akson
dan, bila abnormalitas menetap, akson mengalami dies back. Ini
menyebabkan kehilangan sensori (stocking-glove) dan kelemahan yang khas
didistal. Neurofilamen dan organel terkumpul di akson yang berdegenerasi
(mungkin karena terhentinya aliran aksoplasma). Terkadang akson menjadi
atrofi dan hancur. Aksonopati distal yang berat menyerupai degenerasi
Demielinasi Segmental
regenerasi mielin yang tipis, onion bulbs, dan pada kasus berat, hilangnya
akson. Kondisi mielin dapat dinilai dengan preparat berkas serabut pada saraf
tepi dan dengan mikroskop elektron. Neuropati khas dengan demielinasi
segmental termasuk neuropati inflamatori akut dan kronik, neuropati difteritik,
leukodistrofi metakhromatik, dan kelainan Charcot-Marie.4
Formasi Onion Bulb adalah lapisan konsentrik prosesus sel Schwann
dan kolagen sekitar akson. Proliferasi ini disebabkan dimielinasi segmental
berulang serta regenerasi mielin dan dapat menyebabkan penebalan hebat
saraf tepi (neuropati hipertrofik). Akson sentral sering mengalami demielinasi
atau memiliki lapisan tipis mielin. Formasi onion bulb adalah pertanda
histologis kelainan Charcot-Mariee-Tooth, namun juga tampak pada neuropati
herediter lain (kelainan Dejerine-Sotta, kelainan Refsum), neuropati diabetik,
dan pada neuropati demielinatif inflamatori kronik.4
Patologi neuropati saraf tepi berdampak pada kord spinal. Neuropati
aksonal akut menyebabkan khromatolisis sentral. Neuropati aksonal dan
aksonopati distal mengenai neuron bipoler ganglia akar dorsal menyebabkan
degenerasi akson sentral neuron tsb. pada traktus grasilis dan kuneatus dari
kord spinal. Lesi ini berhubungan dengan hilangnya sensasi posisi dan vibrasi
serta ataksia sensori.4
Neuropati dapat diklasifikasikan berdasar perubahan patologis aksonal
(degenerasi Wallerian dan aksonopati distal), demielinatif, atau campuran.4
1) Metabolik
a. Neuropati diabetik:
Neuropati metabolik secara luas dari gangguan saraf perifer
berhubungan dengan penyakit sistemik asal metabolik. Penyakit-penyakit ini
termasuk diabetes mellitus, hipoglikemia, uremia, hipotiroidisme, gagal hati,
polisitemia, amiloidosis, akromegali, porfiria, gangguan lipid / metabolisme
glikolipid, kekurangan gizi / vitamin, dan gangguan mitokondria, antara
lain. Ciri umum dari penyakit ini adalah keterlibatan saraf perifer oleh
perubahan struktur atau fungsi dari mielin dan akson karena metabolisme jalur
disregulasi.1,3-5
Diabetes mellitus adalah penyebab paling umum dari neuropati
metabolisme, diikuti oleh uremia. Menyadari bahwa beberapa gangguan yang
melibatkan saraf perifer juga mempengaruhi otot-otot penting.5
Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kejadian neuropati
metabolik telah dikaitkan dengan ras. Uremik neuropati lebih sering pada lakilaki dari pada perempuan.5
Neuropati diabetes mungkin lebih umum pada pasien usia lanjut.
Neuropati diabetes lebih ringan telah dilaporkan pada diabetes tipe 2, yang
paling sering mempengaruhi populasi lansia. Jarang, neuropati metabolik
berhubungan dengan penyebab kongenital dan keturunan dan lebih sering
terjadi pada masa kanak-kanak (yaitu, mewarisi gangguan metabolisme,
penyakit mitokondria).1,5
berikut:
Polineuropati
simetris,
Sensorik
atau
sensorimotor
10
seperti NT3, IGF-I, dan IGF-II, mungkin akan menurun pada jaringan yang
terkena neuropati diabetes. Faktor-faktor lain seperti kelainan pada zat
vasoaktif dan glikasi nonenzimatik telah menunjukkan kemungkinan
keterlibatan dalam pengembangan neuropati diabetes.5
Sebuah glikoprotein yang disebut laminin mempromosikan ekstensi
neurite di neuron berbudaya. Kurangnya ekspresi gen beta2 laminin dapat
berkontribusi pada patogenesis neuropati diabetes.5
Peran hipoglikemia juga telah ditunjukkan; kerusakan saraf perifer
telah dibuktikan dalam insulinoma dan pada model binatang hipoglikemia
insulin-induced.5
Komplikasi diabetes melitus yang paling sering terjadi Gejala dan
tanda pada gangguan motorik tungkai lebih sering terkena dari pada tangan,
gangguan sensorik kaos kaki dan sarung tangan berupa gangguan rasa nyeri,
suhu, vibrasi serta posisi.5
Otonom neuropati;
Neuropati diabetik pada saraf autonom juga disebabkan oleh
vaskulitis, pembuluh darah yang terkena proses tersebut ialah yang
memperdarahi pleksus serabut autonom, terutama pleksus vesikalis. Oleh
karena itu timbullah inkontinensia urine, impotensi dengan hilangnya ereksi.
Lesi spinovaskular dan serebrovaskular pada penderita diabetes sering terjadi
akibat trombosis ataupun pecahnya micro-aneurisme.1,5
11
12
13
14
Poliarteritis Nodosa
3) Nutrisi
Neuropati terjadi dalam 2 bentuk: kekurangan terisolasi (biasanya dari
vitamin B) atau defisiensi kompleks yang dihasilkan dari beberapa gangguan
metabolisme
bersamaan
(biasanya
termasuk
malabsorpsi). Mekanisme
B 6 terdiri dari pyridoxine, piridoksal, dan pyridoxamine. Hal ini terlibat dalam
karboksilasi primer dan transaminasi, memainkan peran dalam metabolisme
triptofan, glisin, serotonin, dan glutamat, serta asam amino yang mengandung
sulfur. Pyridoxine digunakan dalam sintesis heme baik dan asam-aminobutyric
(GABA).7
Kekurangan biasanya berhubungan dengan peningkatan ekskresi
karena konsumsi isoniazid dan menyebabkan neuropati sensorimotor dan
kejang. Defisiensi
multipleks
piridoksin
vaskulitis. Diet
jarang
tinggi
dikaitkan
protein
dengan
mononeuropati
meningkatkan
persyaratan
piridoksin.7
Efek toksik jangka panjang, konsumsi piridoksin berlebihan pada
ganglion akar dorsal menyebabkan neuropati sensorik murni. Pyridoxine
menghambat
metabolisme
metionin,
menyebabkan
peningkatan
S-
penting
untuk
elektron
dan
asil-kelompok
transfer
dalam
16
b. Polineuropati alkoholik
Intercalates etanol ke dalam membran sel, meningkatkan fluiditas
membran.Alkohol juga mempengaruhi banyak protein sinyal-transduksi,
termasuk
saluran
ion,
utusan
sekunder,
neurotransmiter,
reseptor
17
18
19
21
Kronis CTS adalah kondisi jauh lebih umum dan onset lebih bertahap,
dengan gejala intermiten awalnya dan perkembangan lambat. Kondisi ini
sering bilateral dan hampir selalu lebih menonjol di tangan yang
dominan. Sindrom ini ditandai dengan nyeri, parestesia, dan kelemahan dalam
distribusi saraf median dari tangan yang biasanya dipicu oleh tidur atau
kegiatan yang melibatkan penggunaan tangan berulang-ulang. Studi elektro
diagnostik membantu untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pengobatan pada
kasus ringan mungkin nonsurgical dan termasuk pergelangan belat, tetapi
banyak pasien memerlukan carpal tunnel rilis operasi terbuka atau endoskopi
dengan hasilnya biasanya sangat baik.12
Nervus medianus dibentuk oleh serat C5-C7 dari kabel lateral dan serat
C8-T1 dari kabel medial pleksus brakialis. Cabang otot saraf median innervate
sebagian besar otot fleksor lengan bawah dan termasuk interosseus saraf
anterior. Cabang kutan palmar dari saraf median daun batang proksimal utama
ke lipatan pergelangan tangan dan memberikan sensasi lebih eminensia
tenar. Lihat gambar di bawah ini.12
Dalam tangan, saraf median membawa C8-T1 bermotor serat ke brevis
penculik polisis, opponens polisis, dan kepala dangkal dari polisis brevis otot
fleksor (tenar atau cabang motorik berulang) dan otot-otot lumbrical pertama
dan kedua. Ini memasok persarafan sensorik ke permukaan palmar jempol,
dan angka 2, 3, dan setengah lateral digit 4 (melalui umum palmaris digit saraf
1-3).12
Nervus medianus melewati dari lengan distal ke tangan melalui
terowongan karpal.Terowongan karpal terletak di dasar telapak tangan, hanya
distal pergelangan tangan lipatan distal. Lantai terowongan karpal dibentuk
22
sekitar
tendon
fleksor.Studi
biokimia
spesimen
bedah
23
24
dan amiloidoses familial. Neuropati pada kelainan ini adalah bagian dari defek
metabolik sistemik. Pada neuropati bawaan termasuk juga kelompok kelainan
yang disebut neuropati motor dan sensori herediter, dimana neuropati adalah
kelainan utama atau satu-satunya. Temuan paling sering pada kelompok ini
dan pada kebanyakan neuropati familial secara keseluruhan adalah kelainan
Charcot-Marie-Tooth.11
Kelainan Charcot-Marie-Tooth (CMT)
Bukan kelainan tunggal, namun adalah kelompok neuropati bawaan
yang terbagi tiga fenotip, CMT1, CMT2, dan CMT X-link. CMT1 adalah
neuropati tepi bawaan paling sering. Menyerang 1 dari 2.500 orang dan
dominan otosomal. Menyebabkan kelemahan dan atrofi otot distal, terutama
yang diinervasi saraf peroneal (stork leg), pes cavus, kehilangan sensori, serta
tremor aksi pada beberapa kasus. Dimulai pada usia kanak-kanak atau remaja
dan berkembang perlahan, mengenai saraf lainnya. Bisa menjalani kehidupan
normal. Pemeriksaan hantar saraf memperlihatkan penurunan kecepatan
konduksi. Biopsi pada CMT1 memperlihatkan demielinasi, regenerasi mielin
(mielin tipis), kehilangan aksonal, dan onion bulb. Pada kasus lama terdapat
penebalan saraf yang luas, disebut neuropati hipertrofik.11
CMT1 adalah kelainan genetik. Paling sering akibat duplikasi segmen
kromosom 17 (17p11.2-p12) yang mengandung gen untuk protein mielin
perifer 22 kd, PMP22. Protein ini mungkin berperan dalam diferensiasi sel
Schwann. Pasien CMT1 memilki tiga kopi gen normal dan mungkin
memproduksi 1.5 kali lebih banyak PMP22 dibanding orang normal. Bentuk
lain CMT1 disebabkan mutasi gen PMP22 atau mutasi gen Myelin Protein
Zero (MPZ). CMT2 adalah aksonopati distal dengan latar belakang kelainan
25
genetik. CMT X-link disebabkan mutasi protein gap junction, connexin 32.
Hilangnya gen PMP22 menyebabkan neuropati herediter dengan gangguan
sensor tekanan. 11
Mutasi otosom dominan dan otosom resesif PMP22, MPZ, dan gen
lain menimbulkan CMT3 (kelainan Dejerine-Sottas), sebuah neuropati
hipertrofik demielinatif infantil. Kelainan molekuler ini menunjukkan
pentingnya protein mielin untuk stabilitas struktur mielin dan memperlihatkan
bagaimana perubahan abnormal genetik dapat menyebabkan fenotip yang
serupa.11
Neuropati amiloid familial (FAP)
Adalah kelompok amiloidoses sistemik familial yang mengenai saraf
tepi. Terbanyak FAP disebabkan oleh mutasi otosom dominan gen
transthyretin pada 18q11. Protein mutan diletakkan dalam bentuk amiloid dan
merusak saraf tepi, jantung, ginjal, GIT, dan organ lain. Pada saraf kerusakan
amilioid pertama dan paling berat merusak serabut kecil, menyebabkan
kehiangan sensasi nyeri dan suhu serta disfungsi otonom. Transthyretin
diproduksi oleh hati. Transplantasi hati menghentikan perkembangan penyakit
ini.11
H. KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :1
Gangguan sensorik : parestesia, nyeri, terbakar, penurunan rasa raba,
vibrasi dan posisi.
Gangguan motorik : kelemahan otot-otot
26
I. DIAGNOSIS BANDING :1
Miopati
Motor neuron disease
Multipel sklerosis
J. PENATALAKSANA
Sebagian besar kasus Neuropati dengan evaluasi intensif dapat
ditentukan penyebabnya. Periksa hal-hal berikut bila berhadapan dengan
penderita neuropati yang tidak jelas penyebabnya.10
1
Apakah terdapat riwayat kontak dengan bahan toksik (kaki merah dan nyeri.
Gangguan system pencernaan), thalium (alopesia), timah (mengenai
ekstemitas atas, neuropati motorik dengan wrist drop dan adanya garis
timah pada gusi), logam lain seperti tembaga, seng (Zn), dan air raksa (Hg).
27
keacunan timah.10
Pemeriksaan EMG dan KHS (kecepatan hantar saraf) harus dikerjakan bila
diagnosis masih diragukan; pada neuropati perifer terjadi penurunan KHS
tetapi pada neuropati aksona dapat nomal atau sedikit menurun. Tergantung
pada jenis neuopati, hantaran motorik dan sensorik dapat mengalami
gangguan yang berbeda dan neuropati aksonal bebeda dengan neuropati
demielinisasi.10
Biopsi saraf kadang sangat membantu menegakkan diagnosis (sarkoidosis,
28
Pengobatan1,10,11
Hilangkan bahan penyebab neuropati toksik (alcohol) dan bila
mungkin pengobatan
Pemberian vitamin dianjurkan pada defisiensi vitamin. Steroid dan kadangkadang tukar plasma (plasma exchange) bemanfaat pada polyneuritis
demielinisasi berulang; steroid dan cyclophasphamide berguna pada
poliarteritis.
Terapi kausa
Simptomatis : analgetik, antiepileptic
Neurotropik vitamin : B1, B6, B12, asam folat
Fisioterapi
Banyak pengobatan yang digunakan untuk mengobati neuropati
perifer ternyata tidak disetujui oleh FDA untuk tujuan ini. Obat-obat ini
mencakup obat yang khususnya digunakan sebagai anti konvulsan dan anti
depresan serta terdaftar berdasarkan penggunaannya yang telah disetujui.
Obat-obatan yang banyak digunakan sebagai terapi nyeri neuropati
adalah anti depresan trisiklik dan anti konvulsan karbamasepin. Anti
depresan golongan trisiklik, seperti amitriptilin, imipramin, maprotilin,
desipramin. Mekanisme kerja anti depresan trisiklik (TCA) terutama mampu
memodulasi transmisi dari serotonin dan norepinefrin (NE). Anti depresan
trisiklik
menghambat
pengambilan
kembali
serotonin
(5-HT)
dan
reuptake
norepinefrin
29
juga
meningkatkan
konsentrasi
konvulsan
merupakan
gabungan
berbagai
macam obat
Seperti diketahui
nyeri
neuropati
hasil
yang
memuaskan,
30
sama,
atau
sedikit diatas
menjaga
kesehatan
saraf.Melindungi
terhadap
B-12
L. PENYULIT1
Penyakit dasar : progresifitas & komplikasinya
Perawatan & fisioterapi yang kurang cermat menimbulkai atrofi,
dekubitus, infeksi saluran kencing dan kontraktur.
32