Anda di halaman 1dari 11

HARMONISASI DAN NILAI TAMBAH EKONOMI

DALAM PARADIGMA BERPIKIR SISTEM (Suatu Tinjauan Islam)


Mujahid Quraisy,SE,MSI

I. Pendahuluan

Sebagaimana kita ketahui bahwa faktor-faktor produksi terdiri atas sumber

daya alam (Tanah,energi dan mineral), dan sumber daya manusia (modal,

informasi, teknologi dan keahlian). Produksi sebagai bagian dari rantai aktivitas

ekonomi distribusi serta konsumsi bermasalah karena berangkat dari tujuan over

eksploitasi terhadap peluang pemenuhan keinginan keinginan manusia yang

berdimensi tunggal yakni pemuasan nafsu yang bersipat jasmani dan emosi belaka

demi keuntungan semata, bukan pada tujuan profetik menghadapi tantangan-

tantangan kebutuhan manusia yang mendasar dan multidimensional sebagai upaya

peningkatan kesejahteraanjasmani dan rohani secara simultan.

Demikian juga orientasi pemenuhan keinginan yang berdimensi tunggal

dan tidak terbatas tersebut mengabaikan prinsip-prlnsip hidup yang benar yakni

adanya proses hidup yang sunnatullah yakni prinsip hidup sistemik dengan ciri

kemenyatuan, berpasangan dan non linear. Dengan ciri seperti ini maka setiap

tindakan bertujuan yang membawa pada pergeseran nilai tambah dapat

menimbulkan kekacauan jika tidak mempertimbangkan berbagai kepentingan

(kemenyatuan), keseimbangan (berpasangan) dan daur hidup (non linear) .

Dewasa ini perpaduan antara ilmu, teknologi dan bisnis semakin

menggoda keinginan-keinginan umat manusia untuk mencari cara hidup yang

lebih nyaman, aman, praktis dan bernilai jual. Peristiwa ini sudah sangat sejalan

dengan satu sisi pemikiran dan hasutan ekonom monumental Adam Smith bahwa
setiap manusia pada dasarnya bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri

(tentunya Smith berbicara dalam konteks masanya). Jika dibiarkan melakukan

sesuatu berdasarkan kepentingannya akan menciptakan produktivitas yang

dinamis, kreatif dan berkualitas. Meskipun pada sisi lain Smith mengingatkan

tentang pentingnya peran moral dalam membatasi tindakan-tindakan kita yang

dapat merugikan orang lain (Paul Omerod, 1998) tapi tampaknya ini yang

terlupakan atau sengaja dilupakan.

Business is business dapat memperagakan berbagai aksi yang "seolaholah"

perbuatan mulia pada hal tetap konsisten pada bisnis yang eksploitatif. Keluwesan

perilaku dan pelaku bisnis ini nampak dalam kondisi-kondisi tertentu dapat

memanfaatkan empati-empati social dan agama dalam bebrgai acrobat politik

bisnis yang sistemik. Sang kapitalis bahkan memiliki kyai dan pendeta, ke1ompok

pencinta lingkungan untuk memberi kesan akan kepeduliaan yang sungguh-

sungguh pada berbagai kerusakan alam yang ditimbulkan oleh ulah mereka

sendiri. Sang kapitalis memainkan paradoks (negative) untuk memaksimalkan

keuntungan (baca Musa Asy' arie,2003).

Untuk mengatasi problem diatas maka dimensi immaterial yang bersipat

metafisik atau nilai-nilai dari ajaran agama hams terintegrasi dalam semua bagian

aktivitas hidup kita (ibadah total). Memberi pondasi kesadaran Ilahiah dan bekerja

dengan cara kerja Ilahiah pula. Merekonstruksi tujuan dan proses produksi

berdasarkan kesadaran kekhalifaan dan misi kenabian serta nalar sistemik

sebagaimana cara Tuhan (Allah Swt) menciptakan kehidupan ini akan


menghindarkan kita dari kehancuran akibat benturan kepentingan yang mengarah

pada immoralitas dan pengrusakan alam semesta dimana hal ini sangat menonjol

dalam hegemoni dunia bisnis ekonomistik dewasa ini.

Untuk itu partisipasi umat beragama (Islam) mutlak diperlukan dan

sekurang sekurangnya ada 5 hal perubahan berpikir yang harus direvolusi.:

1. Pemahaman terhadap eksistensi keberadaan manusia di bumi ini (dari


orientasi kehambaan menuju orientasi kekhalifaan)
2. Misi kenabian adalah prototype misi kekhalifaan (dari amal individual
ke amal sosial)
3. Akal meliputi nalar kreatif (reduksionis) dan nalar sistemik (harmonis)
4. Misi Produksi (dari eksploitasi sumber daya ke pemenuhan berbagai
kepentingan, serta dorongan pengembangan bisnis}
5. Amanah dan hakekat kepemilikan dari nilai tambah kekayaan pribadi
ke nilai tambah kemaslahatan

B. Eksistensi Manusia; dari orientasi kehambaan ke orientasi kekhalifaan

Tuhan sebagai pemilik tunggal alam semesta mengangkat manusia menja-


di co-worker di bu mi dengan jabatan khalifah. Dalam al-Qur-an dijelaskan tujuan
Tuhan tersebut :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfmnan kepada para malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfmnan: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui." (2:30)
Sesungguhnya manusia telah diberi kewenangan dan tanggung

jawab.dalam tugas tersebut manusia telah melakukan perjanjian melalui simbol

syahadat artinya Simbol syahadat tersebut merupakan kontrak kerja dengan Allah

dalam kehidupan. Simbol syahadat sebagai akad akan menjadi dasar hubungan

manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dalam semua bentuk

kategori kehidupan yang bertujuan . Manusia dibekali dengan akal pikiran yang

diharapkan menjadi alat membaca tanda-tanda di alam semesta, kabar dari nabi

dan tanda-tanda dalam dirinya. Akal juga menjadi lambang kebebasan yang

mempertegas fungsi kekhalifaannya.

Karakter kekhalifaan itu ditunjukkan oleh kemampun kreatif, inovatif dan

dinamis manusia. Sebagaimana kekuatiran malaikat atas bahaya laten fungsi akal

yang bebas. Untuk memandu akal tersebut Allah Swt memberikan garis pedoman

hidup yang benar yang logis,etis dan estetik yakni dengan ketundukan manusia

pada tata hidup yang dibuat oleh Allah melalui jalan yang benar menurut hukum-

hukum sunnatullah dan sunnah rasul sebagai jalan atau prlnsip-prlnsip pokok

dalam menjalani tugas sebagai coworker Tuhan di bumi. Dalam al-qur' an

disebutkan :

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (Q.S.51 :56)

Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah memberi

nilai tambah (nalar kreatif) pada kehidupan dan tetap menjaga keharmonisan

hidup (nalar sistemik). Cara untuk menjaga kehidupan yang harmonis adalah

dengan menjadi hamba. Hamba berarti taat, patuh dan memegang prinsip atau
dalam pengertian lain berjalan melalui garis sunnatullah dan sunna rasul.

C. Misi Kenabian adalah protipe misi kekhalifaan; dari orientasi


amal individual ke orientasi amal sosial

Memahami bahwa tujuan hidup adalah menjalankan misi kehalifaan

dengan berpedoman pada sunnatullah dan sunna rasul berarti mengetahui hukum-

hukum Allah dan apa yang disampaikan dan diamalkan oleh para nabi dan rasul

Muhamad. Nabi sebagai prototype kekhalifaan yang ideal secara subtantif

memiliki misi membangun kesadaran ilahiah, pembebasan dari penindasan dan

penjajahan serta mengkhalifakan manusia dengan cara mengangkat derajat

kemanusiaannya. Demikian juga keprlbadian nabi sebagai sosok tauladan

penyempurna akhlak mengajari kita strategi jihad dan dakwah yang komunikatif

(tabliq), Amanah (tanggung jawab), cerdas (Fathonah), jujur (siddiq). Intinya

adalah bahwa pilihan jihad (menjalani tugas kekhalifaan) seorang khalifah adalah

berpihak pada kebenaran (akal sehat), kebaikan (etis) dan keadilan

(keharmonisan) dengan cara-cara yang strategis dan taktis.

D. Nalar sistemik dari Nalar Reduksionis kreatif ke nalar sistemik harmonis

Nalar reduksionis kreatif adalah ungkapan kebebasan berpikir manusia

yang merefleksikan hasil bacaannya terhadap sumber bacaan; kauliah, kauniah

dan nafsiyah sebagai idiom kehidupan yang dapat direkayasa untuk kepentingan

kekayaan peradaban manusia. Nalar reduksionis kreatif akan menghancurkan

dirinya jika tidak disertai dengan nalar sistemik.. Artinya selama manusia luput

dari memikirkan prinsip-prinsip penciptaan sebagai dasar didalam menemukan


idiom-idiom kehidupan tersebut akan mengalami kesenjangan dan benturan multi

dimensional. Prinsip-prinsip peneiptaan tersebut terdiri atas:

1. Prinsip Kemenyatuan dalam interkoneksi dan interdependensi (Q.S. 4:126)


(baea Aehmad Charris Z, 1997)
2. Prinsip Berpasangan (Q.S. 51 : 49) (Baea Kuntowijoyo, 2001)
3. Prinsip Gerak non linear (Q.S. 2:140,2:148) (Baea F.Capra 1999)

Nalar harmonis membawa kesadaran kita pada sikap kebersamaan (saling

memiliki, pnnslp kemenyatuan), toleransi (saling me1engkapi pnnslp

berpasangan) dan semangat inovatif (dinamis dalam perlombaan prinsip gerak

non linear) dalam berkarya dan memberi nilai tambah pada kehidupan

E.Produksi; dari orientasi eksploitasi sumber daya alam ke Pemenuhan


berbagai kepentingan serta dorongan pengembangan kegiatan ekonomi

Awalnya adalah keinginan. Keinginan adalah masalah. Masalah ini

membawa manusia pada upaya memenuhi keinginan. Upaya memenuhi keinginan

adalah masalah karena menyangkut produk. Produk dieiptkan dari suatu proses

yang melibatkan input-input. Pemenuhan input-input dan terjadinya proses

produksi menimbulkan masalah yakni berhadapan dengan berbagai kepentingan

dalam ruang lingkup tertentu. Dalam konsep manajemen sistem disebutkan ada 8

kepentingan yakni 1. kepentingan pemilik modal, 2.kepentingan keberlansungan

hidup 3. kepentingan konsumen 4. kepentingan karyawan 5. kepentingan

pemerintah 6. kepentingan pelestarian lingkungan hidup, 7. kepentingan

masyarakat 8.kepentingan Rekanan. Memenuhi 8 kepentingan tersebut yang

bemilai kontrak/akad perjanjian merupakan upaya menjaga harmonisasi.

Selanjutnya untuk tetap menjaga harmonisasi dan memberi nilai tambah maka
upaya berupa peningkatan penjualan, peningkatan pendapatan dan peningkatan

keuntungan hams dilakukan.

Sekarang masalahnya bukan lagi sebatas bagaimana memenuhi keinginan

yang menjadi alasan pembuatan produk pada awalnya tapi juga termasuk

bagaimana memenuhi 7 kepentingan lainnya . memenuhi kepentingan--

kepentingan membawa kita pada pikiran bagaimana menjualnya sebanyak--

banvaknva. meningkatkan pendapatan dan laba. Jawabannva adalah menciptakan

transaksi. Sehingga transaksi adalah fungsi pertama yang harus dipersiapkan.

Transaksi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh produk unggul melalui cara-cara

perebutan pelanggang yang baik. Produk yang unggul dan perebutan pelanggang

yang baik terjadi karena adanya perencanan yang unggul dan baik pula.

Perencanaan yang baik adalah hasil dari riset dan pengembangan. Fungsi-fungsi

spesifik ini hanya bias berlansung jika didukung oleh fungsi-fungsi umu

manajemen yang terdiri atas manajemen SDM, manajemen logistic, manajemen

keuangan dan akuntansi dan dibalik semua itu ada kepemimpinan yang siap turun

tangan memberi arah,dorongan, langkah-Iangkah strategis dan evaluasi.

Sebagaimana dalam gambar:


F. Amanah dan Hakekat Kepemilikan dari nilai tambah kekayaan pribadi ke
nilai tambah kemaslahatan

Kemaslahatan dalam Islam merupakan sumber kebahagiaan yang

dirasakan secara fisik dan psikologi atas konsekwensi ibadah dan kemenangan

sejati. Buah dari ini berubah berkah yang dirasakan dan manfaat yang diberikan

kepada diri dan lingkungan . Skema gambaran tersebut seperti dibawah ini :

Falah

Ibadah

Maslahah

Berkah Benefit

Pahala

Sumber : Munrokhim

Berkaitan dengan hakekat kepemilikan, sering dikatakan bahwa manusia

pada hakekatnya hanya dititipi sumber daya oleh Allah Swt sebagai pemilik

tunggal yang sah. Kepenguasaan terhadap sumber daya sesungguhnya hanyalah

menunjukkan besamya kawasan tanggung jawab kita sebagai khalifah dalam

kehidupan. Konsep kepemilikan adalah ukuran kinerja atau prestasi yang nilai

tukamya dapat dihitung melalui laba, sewa, upah dan bagi hasil dan memberi

akses terhadap penguasaan aset-aset sumber daya. Nilai akhir dari kepemilikan

kita adalah peningkatan nilai-nilai kehidupan dan keharmonisan secara simultan.


G. Kesimpulan

Tujuan diciptakan manusia adalah untuk menjadi khalifah (co worker) di

muka bumi dengan tugas memakmurkannya. Prestasi hidup manusia diukur dari

besamya nilai tambah yang diberikan pada kehidupan dalam tatanan

keharmonisan . Pencapaian prestasi tersebut hanya dapat tercapai jika manusia

mengembangkan nalar kreatifnya (reduksionis) dalam koridor nalar sistemiknya

(sunnatullah dan sunnah Rasul). Dalam Jihad atau menjalankan tugas (khalifah)

dan pengabdian (hamba) manusia menjalankan misi profetik yakni berpihak pada

kebenaran, kebaikan dan keadilan. Salah satu indicator prestasi dalam kehidupan

adalah besamya kepemilikan atas sumber daya yang menunjukkan besamya

kawasan tanggung jawab.


Sumber Bacaan

Aehmad Charris Z, "Kekacauan menurut perpektif Filsafat dan Islam, "Ulumul


Qur'an, Nomor 5, 1997,7

Capra, Fritjof, 1999, Titik Balik Peradaban, Yogyakarta, Bentang

Kuntowijoyo, 2001. Muslim Tanpa Mesjid, Esai-Esai Agama, Budaya dan


Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, Bandung, Mizan

Munrokhim Misanam, Materi Kuliah Ekonomi Mikro, 12 oktober 2007,


Program Doktor Ekonomi Islam UIN Sunan Kalijaga
Musa Asy' arie, "Corporate Culture Jati Diri Untuk Memenangkan
Persaingan", Makalah Seminar" Corporate Culture" Perspektif Teoritis
dan Empiris, Gedung (VC) UGM Yogyakarta, 10 September 2003

Ormerod Paul, 1998, Matinya Ilmu Ekonomi Menurut Paul Ormerod, Jakarta
Kepustakaan Populer Gramedia

Poemomosidi Hadjisarosa 2003, Pendekatan Sistem dalam Manajemen dan


Bisnis ed Yulianto Pudjiwinarno, Yogyakarta, BPFE dan MM Mitra
Indonesia, Y ogyakarta

Anda mungkin juga menyukai