Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ILMUILMU PERAIRAN DAN PERI KANAN INDONESIA

Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil
penelitian dan kajian analitis-kritis dalam ilmu-ilmu perairan dan perikanan. ISSN 0854-3194.

Ketua Penyunting
Meunofatria Boer
Penyunting Pelaksana
Kadarwan Soewardi
Kiagus Abdul Aziz
Ridwan Affandi
Penelaah (Mitra Bestari)
Aria Damar
Agus O. Sudradjat
Etty Riani
Fredinan Yulianda
Hefui Effendi
Irzal Effendi
John Pariwono
Majariana Krisanti
M. Mukhlis Kamal
M. F. Rahardjo
Niken Tunjung Mum Pratiwi
Nurlisa A. Butet
Ridwan Affandi
Sigid Hariyadi
Yon Vitner
Yunizar Emawati
Pelaksana
Rahmat Kumia
Nurlisa A. Butet
Ari Maria
Dedi Alamsyah
Administrasi dan Iklan
Wahjll Widijati

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
IImu Kelautan, Institut Pertanian Bogor - J1. Lingkar Akademik, Kamplls IPB Darmaga, Bogar 16680, Wing C,
Lantai 4 - Telepon (0251) 8622912, Fax. (0251) 8622932. E-mail: jippi@centrin.net.id
JURc~AL ILMU-ILMU PERAIRAN DA~ PERIKA~AN INDONESIA diterbitkan sejak Juni 1994 oleh Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan TImu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pemah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS A4 spasi ganda sepanjang lebih kurang 10 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam-belakang (Persyaratan Naskah untuk JIPPI). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting
untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.
Dicetak di Percetakan Intra Media, Bogor. lsi di luar tanggung jawab Percetakan.

JURNAL ILMUILMU PERAIRAN DAN PERIKANAN INDONESIA

ISSN 0854-3194
Juni 2008, Jilid 15, Nomor 1
Halaman 1 - 83

Bahtiar, F. Yulianda, dan 1. Setyobudiandi. Kajian Aspek Pertumbuhan Populasi Pokea (Batissa
violacea celebensis Martens, 1897) di Sungai Pobara Sulawesi Tenggara. (The Study of
Population Growth of Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) in Pohara River,
Southeast Sulawesi) ...................................................................................................................... .
Santoso, J., Nurjanah dan A. Irawan. Kandungan dan Kelarutan Mineral pada Cumi Cumi
Loligo sp dan Udang Vannamei Litopenaeus vanname;' (Mineral Contents and Their
Solubility on Squid Loligo sp and Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamel) ............................. .

7-12

Pudjirahaju, A., Rustidja, dan S. B. Sumitro. Penelusuran Genotipe lkan Mas (Cyprinus earpio L.)
Strain Punten Gynogenetik. (Gynotype Investigation of Common Carp (Cyprinus carpio L.)
Punten Gynogenetic Strain) .......................................................................................................... .

13-19

Alianto, E. M. Adiwilaga, dan A. Damar~ Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya


dengan Unsur Hara dan Cabaya di Perairan Teluk Banten. (Phytoplankton Primary
Productivity and its Relationship to Nutrients and Light Availabilities in Banten Bay) .............. .
Said, A. Beberapa Aspek Biologi lkan Bujuk (Channa cyanospilos) Di DAS Musi, Sumatera
Selatan. (Biological Aspects of Ikan Bujuk (Channa cyanospi/os) in Musi Catchment Area,
South Sumatera) ............................................................................................................................ .

27-34

Sobari, M. P., Diniah, dan D. 1. Widiarso. Analisis "Maximum Sustainable Yield" dan "Maximum

Economic Yield" Menggunakan Bio-Ekonomik Model Statis Gordon-Schaefer dari


Penangkapan Spiny Lobster di Wonogiri. (Analysis of "Maximum Sustainable Yield" and
"Maximum Economics Yield" Use Bio-economics Static Models of Gordon-Schaeffer from
Spiny Lobsters Capture on W onogiri) ......................................................................................... ..

35-40

Samuel dan S. Adjie. Zonasi, Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Jcnis..Jenis lkan Tertangkap
di Sungai Musi, Sumatera Selatan. (Zonation, Physico-chemical characteristic of water and
Fish species of Musi River) ...........................................................................................................

41-48

Sudarso, Y., Y. Wardiatno, dan 1. Sualia. Pengarob Kontaminasi Logam Berat di Sedimen

terbadap Komunitas Bentik Makroavertebrata: Studi Kasus di Waduk Saguling, Jawa


Barat. (The Effect of Heavy Metal Contamination in Sediment on Benthic Macroinvertebrate
Community: a Case Study in Saguling Reservoir, West Java) ..................................................... .

49-59

Kumiasih, T. Evaluasi Pertumbuhan, Sintasan dan Rasio Kefamin Runa Biro (Cherax albertisu)

dan Red claw (Cherax quadriearillatus) dengan Pemberian Pakan Alami dan Pakan
Buatan. (The Evaluation on Growth, Survival Rate and Sexual Dimorfisme of Papua (Cherax
alber/isil) and Australian (Cherax quadricarinatus) Freshwater Crayfish) ................................. ..

61-68

Rovara, 0., it. Affandi, M. Z. Junior, S. Agungpriyono, dan M. R. Toelihere. Pematangan Gonad
lkan Sidat Betina (Anguilla bieolor bieolor) Melalui Induksi Ekstrak Ripofisis. (Artificial
Induction of Gonadal Maturation in Female Tropical Eel (Anguilla bicolor bicolor) by
Injection of Carp Pituitary Homogenate (Extract ...................................................................... ..
Jalius, D. D. Setiyanto, K. Sumantadinata, E. Riani, dan Y. Emawati. Akumulasi Logam Berat dan
Pengarubnya Terbadap Spermatogenesis Kerang Hijau (Perna viridis). (The Heavy Metal
of Accumulation and Its Effects to Spermatogenesis on the Green Mussel (Perna viridis ....... ..

77-83

Berdasarkan Keputusan Direlctur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan NasionaI No. 551DIK1JIKep.l2005 tanggal 17 November 2005 tentang Hasil Akreditasi Jumal Ilmiah Direklorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2005, Jumalllmu-ilmu Peraimn dan Perikanan Indonesia (JIPPI) diakui sebagai jurlllll nasional terakreditasi.

PRODUKTnnTASPREWERFITOPLANKTON
DAN KETERKAITANNYA DENGAN UNSUR HARA DAN CAHAYA
DI PERAlRAN TELUK BANTENI
(Phytoplankton Primary Productivity and its Relationship
to Nutrients and Light Availabilities in Banten Bay)
Alianto1, Enan M. Adiwilaga3, dan Arlo Damar"
ABSTRAK
Pada ekosistem perairan, keberadaan cahaya dan unsur bam di kolom air merupakan faktor utama
yang mengontrol laju produidivitas primer fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui hubungan
antara produktivita.<; primer fitoplankton dengan keheradaan intensita.<; cahaya dan unsur hara di Imlom perairan Teluk Banten. Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan menggunakan metode oksigen botol terang dan gelap. Pengambilan contoh air laut untuk pengukuran pro<iuktivitas primer dan unsur ham dilakukan
pada dua sta.<;iun dengan cmpat titik kcdalaman. Hasil yang dipemleh menunjukkan hahwa produktivita.<; pri3
mer fitoplankton pada setiap kedalaman inkubasi berkisar dati 13.56-29.59 mg Clm /jam di kedua stasiun
pengamatan. Terdapat kecenderungan kolom perairan di lokasi penelitian termasuk massa airnya tercampur.
Hal ini terlihat daTi distrihusi vertikal unsur hars yang homogen. Disamping itu, eahaya cenderung herkursng
dengan bertambahnya kedalaman. Terdapat hubungan yang sangat erat antara cahaya yang ada di kolom air
dengan produktivitas primer (82% dan 64%) dan sebaliknya, unsur ham dengan produktivitas primer berkorelasi lemah (herkisar antara 0.90/.,..16.5%). Cahaya lehih hersifat sehagai pemhata.<; dihanding unsur hars hagi
produktivitas primer.

Kata kunci:

produktivitas primer fitoplankton, cahaya, DIN (nitrogen anorganik terlarut). DIP (fosfat anorganik terlarut).

ABSTRACT
In aquatic ecosystems, light and nutrients in water column are the primary factors governing the
planktonic primary productivity. The aim of this research is to estimate planktonic primary productivity and
its relationship to nutrient availability and light intensity in Banten Bay. The measurement was made by deplogim~ a series of dark-light oxygen bottle. Nutrient samplings and mea<;urement<; of primary productivity
were done at 2 different stations each with 4 depth intervals. The results showed that the planktonic primary
productivity ranged from 13.56 to 29.59 mg Clm3/hours. It is likely that the study area is a mixed water c0lumn, resulting in a homogenous nutrient vertical distrihution. However, light is more dispersed, showing a
decreasing intensity down into the bottom. There was a strong relationship between light intensity and primary productivity (82'% and 64%) while conversely, nutrient and primary productivity is weakly correlated
(ranges hetween O.qo;., to 16.5%). Light is more limiting than nutrient for the phytoplankton primary productivty in the study area.
Key word: phytoplankton primary productiviy, light, DIN (Dissolved inorganic nitrogen), OfP (dissolved inorganic phosphate)

mempelajari struktur dan fungsi ekosistem perairan (Gocke & Lenz 2004). Fitoplankton merupakan tumbuhan yang paling luas tersebar dan
ditemui di seluruh permukaan Jaut dan pada kedalaman sampai setebal lapisan eufotik. Fitoplankton menghasilkan karbon 1010 ton setiap
tabun atau kira-kira 50% dari seluruh karbon
yang dihasilkan oleh seluruh tumbuh-tumbuhan
(Smayda 1970; Meadows & Campbell 1988)
dan diperkirakan 50% produktivitas primer di
laut dihasilkan oleh fitoplankton (Falkowski et
al.I998).

PENDAHULUAN
Pengukuran produktivitas primer fitoplankton merupakan satu syarat dasar untuk
I
2

Diterima 3 April 2007 I Disetujui 14 Mei 2007.


Jurusan Perikanan, Fakultas Petemakan, Perikanan dan limn
Kelautan, Universitas Negeri Papua.
Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen
Mauajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan llmu
Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor, Bogar.
Bagian Ekobiologi, Departemen Manajemen Sumberdaya PerlIimn, Fakultas Perikanan dan lImu Kelliutan, Institut Pernmian
Bogar, Bogor.

21

22

Jumaillmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2008, Jilid 15, Nomor I: 21-26

Dari perk iraan 20,000 jenis fitoplankton


(Falkowski & Raven 1997), hanya sebagian keeil yang berperan penting dalam mengontrol siklus karbon dan bioelemen lainnya di perairan
(Rost et ai, 2003). Bioelemen terpenting terdiri
dari nitrogen (Dore et al. 2002) dan fosfat (Benitez-Nelson & Karl 2002). Unsur-unsur bioelemen ini ketersediaannya di perairan bervariasi
dan saling mempengaruhi dalam memberikan
kontribusi bagi produktivitas primer fitoplankton (Rost et al. 2003). Unsur nitrogen dan fosfat
dibutuhkan dalam jum lah besar akan tetapi ketersediaannya hanya dalam jumlah sedikit sehingga menjadi pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton (Cloern 2002).
Faktor utama lainnya yang mengontrol
laju produktivitas primer fitoplankton di perairan adalah eahaya. Aspek dasar dari eahaya yang
penting seeara biologi adalah kuantitas dan kualitasnya (Parsons et ai, 1984), kedua karakter ini berfluktuasi di laut, bergantung kepada waktu, ruang, kondisi cuaea, penyebaran sudut, dan
polarisasi (Kennish 1990). Proses fotosintesis di
dalam perairan hanya dapat berlangsung jika ada cahaya sampai pada kedalaman tertentu tempat fitoplankton berada (Lalli & Parsons 1993).
Tingkat penyerapan cahaya oleh fitoplankton
sekitar 1.4% di perairan jernih dan 40% di perairan yang sangat keruh (Kishino 1994).
Distribusi cahaya dan unsur hara di perairan pada umumnya tidak serasi dengan kebutuhan fitoplankton. Adanya kekeruhan yang disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi mengakibatkan adanya perbedaan potensi tumbuh fitoplankton pada suatu kolom air. Hal ini akan
berpengaruh pada produktivitas primer fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara produktivitas primer fitoplankton dengan intensitas eahaya, ketersediaan
unsur hara dan klorofil-a di perairan Teluk ffanten.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di perairan
Teluk Banten, Propinsi Banten yang berlangsung dari Tanggal 27 Maret sampai 25 April
2005 pada musim peralihan I (musim hujan ke
musim kemarau). Pengambilan contoh dilakukan pada dua stasiun pengamatan dalam tiga
peri ode dengan interval waktu setiap dua ming-

gu (Gam bar 1). Contoh air laut diambil dengan


menggunakan Van Dorn kapasitas 5 liter pada
kedalaman 0.20 m, I m, 4 m, dan 5 m di stasi un
A dan kedalaman 0.20 m, 2 m, 5 m, dan 6 m di
stasi un B.

Gambar 1.

Lokasi penelitian di perairan Teluk


Banten.

Intensitas Cahaya Matahari


lntensitas Cahaya Matahari permukaan
diukur dengan menggunakan alat Automatic
Weather Station (A WS) tipe JY 106 dari Badan
Meteorologi dan Geofisika Serang. Distribusi
intensitas cahaya matahari di kolom air ditentukan menurut Hukum Beer-Lambert (Parsons et
al. 1984) dengan formula sebagai berikut:

Iz

= Ioe kTz

dimana II adalah intensitas cahaya pad a kedalaman z, I" adalah intensitas cahaya permukaan,
kT adaJah koefisien peredupan, dan z adalah kedalaman.
Koefisien peredupan dihitung dad pembacaan kedalaman keping Secchi disk (Sd (m
dengan menggunakan hubungan persamaan empiris (Tilmann et al. 2000), dengan formula sebagai berikut kr = 0.191 + 1.242/S d

Konsentrasi Unsur Hara


Contoh air laut diambil sebanyak I liter
dan disaring dengan filter nukleopore (diameter
47 mm dan porositas 0.45 /.lm) dengan menggunakan pompa vakum melewati suatu glass microfibre filter. Contoh air laut yang telah disaring dimasukkan dalam botol contoh polietilen
kapasitas 250 ml untuk anal isis DIN (ammonianitrogen, nitrat-nitrogen, nitrit-nitrogen), DIP

Alianto, E. M. Adiwilaga, dan A. Damar, Produ/aivitas Primer Fitoplankton dan KeterkiJJtannya ...

(ortofosfat), dan silikat. Selanjutnya eontoh air


disimpan difreezer sebelum dianalisis. Konsentrasi unsur hara diukur dengan alat spektrofotometer dengan metode analisis mengaeu pada
Grasshof (1976).

unsur hara DIN, DIP, dan silikat dengan menggunakan analisis regresi linear (Mattjik & Sumertajaya 2000). Kedua pola hubungan ini dianalisis dengan menggunakan software kgraph.

BASIL DAN PEMBAHASAN


Konsentrasi Klorofil-a
Contoh air laut diambil sebanyak I liter
dan dimasukkan kedalam botol polietilen kapasitas 1 liter (ditutup rapat dengan plastik hitam),
dan disimpan dalam box iee bersuhu dingin untuk di analisis di laboratorium. Konsentrasi klorofil-a dihitung dengan menggunakan formula
menurut APHA (1998), sebagai berikut :

Klorofil _ a(

m%3)

7
26. (664; ~ 665a) 11;
2

dimana VI adalah volume air yang dieksrak (I),


3
V2 adalah volume air contoh (m ), 664t adalah
absorbansi pada panjang gelombang 664 nm
dikurangi absorbansi pada panjang gelombang
750 nm sebelum pengasaman, 665 a adalah absorbansi pada panjang gelombang 665 nm dikurangi dengan absorbansi pada panjang gelombang 750 nm setelah pengasaman, dan I adalah
panjang kuvet (em).

Produktivitas Primer Bersih


Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan metode oksigen. Inkubasi dilakukan
selama 5 jam (09.00-14.00 Will). Nilai produktivitas primer perairan diukur dengan menggunakan formula sebagai berikut (Umaly & Cuvin
1988):
NPP

(02BT-02BA)xIOOOx0.375
PQ(t)

dimana NPP adalah produktivitas primer bersih


(mg Clm3/jam), 02BTadaiah oksigen pada botol
terang (Bn setelah inkubasi (mg//), 02BA adalah oksigen pada botol inisial (BA) (mgll), PQ
adalah koefisien fotosintesis (1.2), t adalah
waktu inkubasi (jam), 1000 adalah konversi liter menjadi m3, dan 0.375 adalah koefisien konversi oksigen menjadi carbon (12/32).

Analisis Data
Untuk mengetahui pola hubungan antara
produktivitas primer dengan intensitas eahaya
digunakan model Von Platt (Platt et al. 1980;
Damar 2003). Sedangkan untuk mengetahui pola hubungan antara produktivitas primer dengan

Hubungan Produktivitas Primer Dengan


Intensitas Cabaya
Pengukuran nilai produktivitas primer dan
intensitas cahaya selama penelitian di stasiun A
dan B berturut-turut berkisar dari 13.56-29.59
mg Clm 3/jam dan 3.841-79.411 MJlm 2 Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara
produktivitas primer dengan intensitas cahaya
memperiihatkan korelasi yang eraf. Hal ini terlihat dari nilai koefisien determinasi yang diperoleh di stasiun A sebesar 0.82 dan di stasiun B
sebesar 0.64 (Gambar 2). Korelasi antara keduanya memperlihatkan pola kuadratik, artinya
produktivitas primer di perairan Teluk Banten
sangat bergantung pada keberadaan intensitas
cahaya matahari yang masuk ke kolom air.
Dari Gambar 2 terlihat pula bahwa setiap
peningkatan intensitas cahaya akan selalu diikuti oleh peningkatan nilai produktivitas primer sampai pada suatu titik optimum. Intensitas
di atas cahaya optimum merupakan cahaya penghambat dan dibawah cahaya optimum juga merupakan cahaya pembatas (Miller 2004). Pada
penelitian ini diperoleh cahaya optimum pada
level 28.875 MJlm 2 (48.2%) di stasiun A dan
21.717 MJlm 2 (32.6%) di stasiun B. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas primer fitoplankton di perairan Teluk Banten dengan waktu inkubasi 5 jam di kedalaman 0.20 m, 1 m, 2
m, 4 m, 5 m, dan 6 m pada musim peralihan I (hujan ke kemarau) akan mencapai maksimal pada
kisaran level eahaya 21.717-28.875 MJlm 2

Hubungan Produktivitas Primer dengan


UnsurHara
Nilai DIN, DIP, dan silikat yang diperoleh selama penelitian di stasiun A dan B berturut-turut berkisar dari 0.072-0.217 mg-at Nil,
0.001-0009 mg-at PIl, dan 0.145-1.715 mg-at Sill.
HasH analisis menunjukkan bahwa unsur hara
DIN, DIP, dan silikat dalam mempengaruhi nilai produktivitas primer berkorelasi rendah. Hal
ini dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi di bawah 50% di stasiun A dan B. Dari
Gambar 3 terlihat ada dua pola korelasi antara

14

Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2008, Jilid 15, Nomarl: 21-26

produktivitas primer dengan unsur hara, yaitu


korelasi positif (DIN di stasiun A dan B serta
DIP stasiun B) dan korelasi negatif (DIP di sta
siun A dan silikat di stasiun A dan B). Pola ko
relasi positif menunjukkan kecenderungan bah
wa setiap peningkatan konsentrasi unsur hara

?I)

41]

se

(terutama DIN) akan diikuti oleh peningkatan


produktivitas primer. Sebaliknya pola korelasi
negatif menunjukkan kecenderungan bahwa ke
beradaan unsur hara (terutama DIP dan silikat)
tidak selalu diikuti peningkatan produktivitas
primer.

60

1Ll

~ll

'JU

4U

:,!lJ

titl

(\ltt",~ IL~!. ~ jk~~,j HI:1t.:1t!,111 {MJim "1

Gambar 2.

Grafik Pola Hubungan Produktivitas Primer dengan Intensitas Cabaya Mambari di Perair
an Teluk Danten.

Terdapat dua alasan yang dapat menjelas


kan terjadinya pola korelasi negatif antara pro
duktivitas primer dengan DIP dan silikat. Per
tama, kandungan ortofosfat yang dibutuhkan le
bib tinggi jika nitrogen yang digunakan tersedia
dalam bentuk nitrat (Boney 1975), sehingga or
tofosfat yang diperoleh pada penelitian ini be
lum dapat memacu pertumbuhan fitopJankton.
Kedua, konsentrasi DIP dan silikat makin her
kurang ke arah laut karena sumber utama fosfat
dan silikat di laut berasal dari aliran sungai (Le
wis et al. 1985), Sehingga konsentrasinya akan
semakin herkurang ke arab laut. Hal ini didu
kung oleh pemyataan Risgaard-Petersen et aI.
(1994) bahwa pola korelasi negatif akan terjadi
pada kondisi ortofosfat dengan konsentrasi ren
dah sehingga fitoplankton tidak dapat berfoto
sintesis.
Sebalikoya terlihat pula pola korelasi po
sitif antara produktivitas primer dengan DIP pa
da kondisi perairan dengan konsentrasi ortofos
fat yang rendah (Oambar 3 tengah stasiun B).
Hal ini diduga pieoplankton yang pada peneliti
an ini tidak teramati karena ukurannya yang sa
ngat keeil (Iebib keeil 2 pm) turnt memberikan

kontribusi pada peningkatan produktivitas pri


mer tersebut. Kondisi ini memungkinkan terjadi
karena pieoplankton selalu berada pada perairan
yang oligotrophic, stratifikasi produktivitas pri
mer (Li & Harrison 2001), tetapi memberikan
kontribusi yang relatif kecil pada peningkatan
produktivitas primer (Fernandez et al. 2003).
WaJaupun demikian po]a korelasi tersebut (Gam
bar 3 tengah stasii.m B), tidak memberikan hu
bungan yang signiftkan. Hal ini diketahui dari
nilai koefisien detenninasi yang sangat rendah
di stasiun B sebesar 0.4. Kondisi ini menunjuk
kan bahwa produktivitas primer di stasiun B ti
dak dipengaruhi oleh ortofosfat seeara relatif.

Hubungao Produktivitas Primer deugao


Klorofil-a
Nilai klorofil-a yang diperoleh selama
penelitian di stasiun A dan B berkisar dari
0.069-0.303 mg chl-alm3 Hubungan antara pro
duktivitas primer dengan klorofil-a memperli
hatkan korelasi yang sangat rendah dengan pola
korelasi negatif (koefisien detenninasi di stasi
un A sebesar 0.01 dan stasiun B sebesar 0.02)
(Oambar 4). Faktor penyebabnya adalah ke

15

Alianlo, E. M. Adiwilaga, danA. Damar, ProdukJivitas Primer FitoplankJon dan Keter1fJlitannya ...

tetapi juga dati klorofil-a yang ada di detritus


yang masih mengandung klorofil-a

mungkinan nilai klorofil-a yang terukur diduga


tidak hanya disumbangkan dari sel fitoplankton,

1"I!';'~~~~~~IB'i!

351

,30

L5

.s

15

~~IJ
tL

(l

"
.J

f;

..

.
..

'

.~,..,..~~".~~+

':-'.1:::

= 1:;Y,$t9~ + Ji.(l1(l

R2~('.1U

y= 154.9:,7::+
p~ = ').l~~:-'

t).11

1.,.1,

U.L';;

(;.i4

"'.i5

(1.1ft

'>/";' (1/:8

IJ,}/

(1.1:: .:I.l~~
'.:!, i';
I'UJ (rng Of-1:;-..1)

(1.1

[nr (rtt,g at~l ti}


:-. t i t :
J , "

n fi..
I

(UB

:"1oSlt.n b
I ,

..

g,

:?5~

""

CL

'"
[

-.

11

... y -4~3.-1;!);-;:+ 17J.1l)Y

"

1$---;

-i

..

~5 2(11.....,....
(j

SCI

n;;

(jJ~('

..

"
(1,1:11).:1 ,)/,,',,:

!)/!(I:~

DIP

"}/1l-1 ,.,/11,:,

1\,

DIP

Dm
E
-

~()

"'1

", .. '"

30

E
.!!!,

..

.eu
g

..

~=o.o43

::lU

y =-2,492x+ 22.296
III

OJ)l

9i

.!!.
;;

15

(,.(11):'::

(rn>;; <,t PfI)

StBsiunB

Stl3SIUn A

asf,!I".!

,_\(t(I'~

(1'\'.1(,::

3.tPll!

5~~~~~~~~~~~-+
U U U U I U U U U

!l:
:z

ZII

:20

'-r.

lG

10
;

ya .2.012x+2(l,152
~ 0,0093
j'

0.2

Silika!: (mg ar SilO

0,6

0.0

Silikat 11119 at Sill)

Gambar 3. PoJa Hubuagan Produktlvitas Primer Bersih dengaR Unsur Hara di Perairan Teluk Banten.

Hal tersebut mungkin terjadi mengingat


kedua stasiun pengamatan terletak tidak jauh
dati (1) wilayah pesisir yang masih mendapat
pengaruh air sungai yang dapat membawa ma
sukan klorofil-a dari detritus, dan (2) pulau-pu
lau kecil di sekitarnya yang banyak mengandung
mangrove dan lamun, sehingga klorofil-a dapat
berasal dari detritus hasil pembusukan atau
penguraian serasah mangrove dan lamun yang
telah mati. Hal serupa juga ditemui pada sebagi
an hasil penelitian Damar (2003) di Teluk Ja
karta yang menemukan adanya beberapa lokasi
yang berada di sekitar pesisir yang memiliki ko
relasi rendah antara produktivitas primer de
ngan klorofil-a.

KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dikemukakan, da
pat disiropulkan bahwa temyata cahaya meru
pakan faktor pembatas penting bagi produktivi
tas primer fitoplankton dibandingkan dengan
unsur ham pada masa peralihan musim hujan ke
musim kemamu di perairan Teluk Banten.

PUSTAKA
APHA (American Public Health Association). 1998. Stan
dard Methods for the Examination of Water and
Wastewater, 20m Edition. APHA, AWWA (American
Water Works Association). and WPCF (Water Pollu
tion Control Federation). Washington" D.C.

Jurnal Ilmu-i1mu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2()()8, Jilid 15, Nomor I: 2/-26

26

Benitez-Nelson. C. R. and D. M. Karl. 2002. Phosphorus


cycling in the north pacific subtropjeal gyre using
.;

t,~

';

cosmogenic :Up and


762-770.

P.

Limnol. Oceanogr. 47(3):

I IU: ,:..

..

ao

& :s

,~-;

0,1

Gambllr 4. Grafik Hubungan Produktlvitas Primer Bersih dengan KIorolil-a di Perairan Teluk Banten.
Boney, GA.D. 1975. Phytoplankton. 1st Edition. Camelot
Press Ltd. Southhampton.
Cloem, J.E. 2002. Our evolving conceptual model of the
coastal eutrophication problem. Mar. &01. Prog.
Ser. (210): 223-253.
Damar, A. 2003. Effects of enrichment on nutrient dy
namics, phytoplankton dynamics and productivity
in Indonesian tropieal waters. A comparison bet
ween Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka
Bay. Phd Dissertation. Christian Albrechts University.
Kiel, Gennany.

Lewis, E. F., S. L. Sager, and S. C. Wofsy. 1985. Factor


controlin& of soluble phosphorus in the Mississippi
estuary. Limnal. Oceanogr., 30(4): 826-832.
Li, W. K. W. and W. G. Harrison. 2001. Chlorophyll bac
teria and pieophytoplankton In ecological provinces
of the north atlantic. Deep-Sea Res., 11(48): 2271
2293.
Mattjik, A. A. dan M. Sumertajaya. 2000. Peraneangan
Percobun Bengan Aplikasi SAS dan MINITAB.
Jilid I. IPB Press, &gor.
Meadows, P. S. and 1. I. Campbell. 1988. An Introduct
ion to Marine Science. 2nd Edition. John Wiley &
Sons, New York.

Dore, J. E., J. R. Brum, L. M. Tupas and D. M. Karl. 2002.


Seasonal and interannual in sources of nitrogen
supporting export in the oligotrophic: subtropieal
north pacific ocean. Limnol. Oceanogr, 47(6): 1595
1607.

Miller, C. B. 2004. Biologieal Oceanograpby. Blackwell


Science Ltd. USA.

Falkowski, P. G., R. T. Barber and V. Smetacek. 1998.


Biogeoehemieal controls and feedbacks on ocean
primary production. Sci., (281): 200-2006.

Parsons, T. R, M. Takahasbi, and B. ~ve. 1984. Rio-


logical Oceanographic Processes. 2 Edition. Perga
mon Press, Oxford.

_ _ _ _---', and J. A. Raven. 1997. Aquatic Photo


synthesis. Blackwell, USA
Fernandez, E., E. Maranon, X. A. G. Mol'llll, and P. Serret.
2003. Potential eauses for the unequal contribution
of pieophytoplankton to total biomass and product
ivity in oHgotrophic waters. Mar. &01. Prog. Ser.
(254): 101-109.
Gocke, K., and J. Lenz. 2004. A new "turbulence incubi
tor" for measuring primary production in non
stratified waters. J. Plankton Res., 26(3): 357-369.
Grasshof, K. 1976. Methods of Seawater Analysis. Ver
lag Chemie, New York.
Kennish, M. J. 1990. Ecology of Estuaries. 2nd Edition.
CRC Press, Florida.

Platt, T., C. K.. Gallegos and W. G. Harrison. 1980. Photo


inbibition of pbotosyntbesls in natural assemblages
of marine phytoplankton. J. Mar. Res., (38): 687
701.
Risgaard-Petersen, N., L. P. Nielsen, and N. P. Revsbech.
1994. Diurnal variation of denitrification in sedi
men colonized by bentbic: mierophytes. Limnol. 0
ceanogr., 39(3): 573-579.
Rost, B., U. Riebesell, and S. Burkhardt. 2003. Carbon
acquisition of bloom-forming marine pbytoplank
ton. Limnal. Oceanogr., 48(1): 55-67.
Smayda, J. T. 1970. The suspension and singking of
pbytoplankton in tbe sea. Oceanogr. Mar. Riol. Ann.
Rev., (8): 353-414.

Kishino, M. 1994. Interrelatioasbips Between Light and


Pbytoplankton in tbe Sea. In Ocean Optics. Spinrad,
R.W., Kendall L. Carder and Mary Jane Perry (eds.).
Oxford University Press, New York. pp 73-102.

Tihnann, U., K. J. Hesse and F. Colijn 2000. Planktonic


primary production in tbe German Wadden sea. J.
Plankton Res., 22(7): 1253-1276.

Lalli, C. M. dan T. R. Parsons. 1993. Biologieal Oceano


grapby: An Introduction. Butterworth-Heinemann.
Oxford.

Umaty, R. C. and L. A. Cuvin. 1988. Umnology: Labo


ratory and Field Guide Pbysic:o-Cbemieal Factors,
Biology Factors. National Book Store Publ., Manila.

Anda mungkin juga menyukai