Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Chadratun Naimah
155020038
Suwarno
155020042
Nurahmah Hidayati
155020043
Melika Hafizha M
155020076
Zuwidah Mawaddah
155020079
Rizqi Mulyaningsih
155020080
PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2016
Swamedikasi BATUK & ASMA Kelompok II PSPA.9 2016
Page 1
BAB I
PENDAULUAN
A. Latar Belakang
Batuk merupakan gejala umum bagi penyakit respiratori dan nonrespiratori. Batuk bisa menyebabkan morbiditas yang tinggi dan simptom
seperti insomnia, suara serak, nyeri muskuloskeletal, berkeringat, dan
inkotinensia urin.
Batuk akut merupakan salah satu gejala utama yang dikeluhkan penderita
di praktik dokter. Mayoritas dari kasus batuk akut ini disebabkan oleh infeksi
virus saluran pernafasan atas yang merupakan satu self-limiting disease.
Batuk kronis merupakan kondisi umum yang menyebabkan morbiditas
fisik dan psikologi yang tinggi. Batuk kronis yang terus menerus mempunyai
efek pada kualitas hidup dan menyebabkan isolasi sosial serta depresi klinis.
Obat batuk terdapat beberapa jenis yaitu antitusif sebagai obat menekan
refleks batuk, ekspektoran untuk merangsang dahak dikeluarkan dari saluran
pernafasan dan mukolitik untuk mengencerkan dahak. Antitusif diberikan
kepada penderita batuk tidak berdahak, sedangkan ekspektoran dan mukolitik
diberikan kepada penderita batuk berdahak.
Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju
maupun di negara-negara sedang berkembang. Asma adalah penyakit inflamasi
kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel imun terutama sel mast,
eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel, serta meningkatnya
respon saluran napas (hipereaktivitas bronkus) terhadap berbagai stimulant.
Inflamasi kronik ini akan menyebabkan penyempitan (obstruksi) saluran
napas yang reversible, membaik secara spontan dengan atau tanpa pengobatan.
Gejala yang timbul dapat berupa batuk, sesak nafas dan mengi.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan
secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam
waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila
karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus
selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan.
Swamedikasi BATUK & ASMA Kelompok II PSPA.9 2016
Page 2
Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh
penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan
waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui gejala yang timbul dari batuk dan asma
b. Untuk mengetahui tatalaksana penanganan terapi batuk dan asma
c. Memberikan terapi Non Farmakologi dan Farmakologi
BAB II
ISI
A. BATUK
Swamedikasi BATUK & ASMA Kelompok II PSPA.9 2016
Page 3
dari
bulu getar
di dinding
bronchi,
yang
berfungsi
2.
3.
Asma
4.
5.
6.
Etiologi
Batuk dapat dipicu oleh berbagai iritan yang memasuki cabang
trakeobronkial melalui inhalasi (asap, debu, asap rokok) atau melalui aspirasi
(sekresi jalan nafas, benda asing, isi lambung). Jika batuk disebabkan karena
iritasi oleh adanya sekresi jalan nafas (seperti post nasal drip) atau isi
Swamedikasi BATUK & ASMA Kelompok II PSPA.9 2016
Page 4
Page 5
glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup.
Hasilnya akan terjadi tekanan positif pada intratoraks yang menyebabkan
penyempitan trakea. Sekali glotis terbuka perbedaan tekanan yang besar
antara saluran nafas dan udara keluar bersama dengan penyempitan trakea
akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan
eksplosif ini akan menyapu sekret dan benda asing yang ada di saluran nafas
(Ikawati, 2002).
Page 6
melalui celah-celah bronkus dan trakhea. Hal ini dapat membantu saluran
pernafasan untuk membersihkan atau mengeluarkan kotoran benda-benda
asing.
Dari mekanisme terjadinya batuk di atas, dapat diketahui bahwa batuk
bukanlah suatu penyakit, melainkan sebagai suatu reaksi fisiologis tubuh
untuk membersihkan saluran pernafasan dari benda-benda asing.
Klasifikasi batuk berdasarkan durasi menurut Ikawati 2002 :
a. Akut, yaitu batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu. Penyebab batuk ini
umumnya adalah iritasi, adanya penyempitan saluran nafas akut dan
adanya infeksi virus atau bakteri.
b. Sub akut, batuk yang terjadi selama 3-8 minggu. Batuk ini biasanya
disebabkan karena adanya infeksi akut saluran pernafasan oleh virus yang
mengakibatkan adanya kerusakan epitel pada saluran nafas, batuk pasca
infeksi, sinusitis bakteri atau asma. Dan umumnya dapat sembuh tanpa
pengobatan. Jika batuk pasien disertai suara-suara pernafasan seperti
mengi, maka perlu diperiksakan lebih lanjut untuk dugaan asma.
c. Kronis, batuk yang berlangsung lebih dari 8 minggu, durasi batuk bisa
memprediksi penyebabnya. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau
gejala adanya penyakit lain yang lebih berat seperti asma, tuberculosis,
bronchitis dan sebagainya.
Penatalaksanaan Terapi
Tujuan terapi :
a. Menghilangkan gejela batuk
b. Menghilangkan kondisi atau penyebab batuk
Strategi terapi :
a. Terapi non farmakologi
Untuk batuk akut dan subakut yang umumnya bisa sembuh dengan
sendirinya, tetapi non farmakologi dilakukan dengan cara menghindari
pemicu atau perangsang batuk yang dapat dikenali seperti merokok,
Page 7
dalam
dosis
besar
dapat
menyebabkan
aksi
Page 8
jam
Jika
(tidak
dari 60 mg/hari)
boleh lebih dari 120 2-6 tahun : 0,25 mg/kg sampai
mg/hari)
4 x sehari
25 mg/ 5 ml sirup 0-4 tahun : 1,25 ml
4-10 tahun : 2,5 ml
setiap 8 jam
10-15 tahun : 3,75 ml tiap 8
Noskapin
jam
Dekstromertofan 10-20 mg tiap 4 1 mg/kg per hari dalam 3-4
jam / 30 mg tiap 6-8 dosis terbagi
jam maksimal 120
mg/hari
2. Ekspektoran
Ekspektoran ditunjukkan untuk merangsang batuk sehingga
memudahkan pengeluaran dahak atau ekspektorasi. Obat bebas yang
sering digunakan adalah guaifenesin. Zat-zat yang terdapat pada obat
ekspektoran memperbanyak produksi dahak yang encer dan engan
demikian
mengurangi
kekentalannya,
sehingga
mempermudah
Page 9
sehari
Asetilsistein
Bromheksin
8 mg 3-4 x sehari
>10 tahun : 8 mg 3 x
sehari
Karbosistein
3-10 tahun : 4 mg 3 x
Awal : 750 mg 3 x sehari, 2-5 tahun : 65,5-125 4 x
kemudian : 1,5 g sehari sehari
6-12 tahun : 250 mg 3 x
dosis terbagi
sehari
Terapi
Penghindaran iritan lingkungan steroid spray
intranasal
Kombinasi
anti
histamin-dekongestan
Gastroesophageal
Sinusitis
Asma
sebelum berbaring
Obatnya :
antagonis
reseptor
H2
simetidin, famotidin)
inhibitor pompa proton
Bronkitis kronis
(ranitidin,
(omeprazole,
lanzoprazole)
agen prokinetik (cisaprid)
Berhenti
merokok,
mengurangi
atau
Page 10
Page 11
Klasifikasi Asma
Klasifikasi asama berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan faal paru
menurut Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
Epidemiologi Asma
Swamedikasi BATUK & ASMA Kelompok II PSPA.9 2016
Page 12
Asma merupakan penyakit kronik yang banyak diderita oleh anak dan
dewasa baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sekitar 300 juta
manusia di dunia menderita asma dan diperkirakan akan terus meningkat
hingga mencapai 400 juta pada tahun 2025. Prevalens asma di dunia sangat
bervariasi dan penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa kekerapan asma
semakin meningkat terutama di negara maju.
Penelitian prevalens asma anak di beberapa kota besar di Indonesia
mendapatkan hasil yang bervariasi mulai dari 2,1%8 hingga 22,2%.Penelitian
di RSUD dr. Sutomo, Surabaya pasien 13-70 tahun (rata-rata 35,6 tahun)
mendapatkan prevalens asma sebesar 7,7%, dengan rincian laki-laki 9,2% dan
perempuan 6,6% (Ratnawati,2011).
Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa asma dan rinitis
sering terjadi bersamaan pada setiap negara. Prevalensi penderita asma tanpa
rinitis kurang dari 2% sedangkan penderita asma dengan rinitis berkisar
antara 10%-40% .Pasien dengan rinitis persisten lebih banyak menderita
asma. Interleukin (IL)-5 dan vascular endothelial growth factor merupakan
sitokin penting dalam terjadinya hiperreaktivitas bronkus pada pasien rinitis
alergi. Jumlah yang rendah IL-4 dan IL-13 berhubungan dengan ketiadaan
gejala asma dengan hiperreaktivitas bronkus. Hidung sampai alveoli
mempunyai kesamaan sel epitel dan sel inflamasi sehingga diperkirakan
merupakan satu kesatuan penyakit. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan
dalam hal pajanan alergen dan zat berbahaya, hidung lebih banyak terpajan
daripada saluran napas bawah.
Patofisiologi Asma
Patofisiologi asma dapat dikategorikan menjadi :
1. Inflamasi Akut
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor
antara lain alergen, virus, iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi
akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus
diikuti reaksi asma tipe lambat.
Reaksi Asma Tipe Cepat
Swamedikasi BATUK & ASMA Kelompok II PSPA.9 2016
Page 13
Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan
terjadi degranulasi sel mast tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan
preformed mediator seperti histamin, protease dan newly generated
mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF yang menyebabkan
kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.
Reaksi Fase Lambat
Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan
melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan
makrofag.
2. Inflamasi Kronik
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel
tersebut ialah limfosit T, eosinofil, makrofag, sel mast, sel epitel, fibroblast
dan otot polos bronkus.
Banyak Sel:
Sel Mast
Eosinofil
Netrofil
Limfosit
Melepas
mediator:
Histamin
Prostaglandin
Leukotrien
PAF,dll
Page 14
Faktor Risiko
Page 15
1.
Anamnesis
Anamnesis yang baik meliputi riwayat tentang penyakit/gejala, yaitu:
a. Asma bersifat episodik, sering bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan
b. Asma biasanya muncul setelah adanya paparan terhadap alergen,
gejala musiman, riwayat alergi/atopi, dan riwayat keluarga pengidap
asma
c. Gejala asma berupa batuk, mengi, sesak napas yang episodik, rasa
berat di dada dan berdahak yang berulang
d. Gejala timbul/memburuk terutama pada malam/dini hari
e. Mengi atau batuk setelah kegiatan fisik
f. Respon positif terhadap pemberian bronkodilator
2.
Pemeriksaan Fisik
Kelainan pemeriksaan fisik yang paling umum ditemukan pada
auskultasi adalah mengi.Pemeriksaan fisik akan sangat membantu
diagnosis jika pada saat pemeriksaan terdapat gejala-gejala obstruksi
saluran pernapasan. Sewaktu mengalami serangan, jalan napas akan
semakin mengecil dikarenakan kontraksi otot polos saluran napas, edema
dan hipersekresi mukus. Keadaan ini dapat menyumbat saluran napas;
sebagai kompensasi penderita akan bernapas pada volume paru yang
lebih besar untuk mengatasi jalan napas yang mengecil (hiperinflasi). Hal
ini akan menyebabkan timbulnya gejala klinis berupa batuk, sesak napas,
dan mengi.
3.
Faal Paru
Pengukuran faal paru sangat berguna untuk meningkatkan nilai
diagnostik. Ini disebabkan karena penderita asma sering tidak mengenal
gejala dan kadar keparahannya, demikian pula diagnosa oleh dokter tidak
selalu akurat. Faal paru menilai derajat keparahan hambatan aliran udara,
reversibilitasnya, dan membantu kita menegakkan diagnosis asma. Akan
tetapi, faal paru tidak mempunyai hubungan kuat dengan gejala, hanya
Page 16
Penatalaksanaan Asma
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut
sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam
waktu satu bulan.
Tujuan penatalaksanaan asma :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) irreversibel
7. Mencegah kematian karena asma
Penatalaksanaan asma bronkial terdiri dari pengobatan nonmedikamentosa dan pengobatan medikamentosa.
Pengobatan non-medikamentosa :
1.
2.
3.
4.
Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi
jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
1. Pengontrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol
asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan
Page 17
steroid
inhalasi,
maka
dianjurkan
pemberiannya
Page 18
hiperesponsif
jalan
napas
walau
tidak
seefektif
jalan
napas.
Teofilin
juga
digunakan
sebagai
Page 19
meningkatkan
pembersihan
mukosilier,
menurunkan
reseptor-reseptor
leukotrien
sisteinil
Page 20
polos
saluran
napas,
meningkatkan
bersihan
mukosilier,
Page 21
drive,
memperkuat
fungsi
otot
pernapasan
dan
Page 22
Page 23
berat penyakit
dan
KASUS
Suatu pagi Tn. Suwarno (46 th) datang ke Apotek, beliau mengatakan pada
apoteker tentang keluhannya. Dua minggu ini utamanya pada malam hari
mengalami batuk dengan dahak sulit keluar. Dan kemarin malam batuk begitu
kuat sampai menekan dada sehingga untuk bernafas sedikit terengah-engah.
Sebelumnya, pasien melakukan pengobatan sendiri dengan meminum air
perasan kencur untuk mengatasi batuknya. Hasil interview yang dilakukan
apoteker pada pasien tersebut, ditemukan bahwa Tn. Suwarno memelihara kucing
selama 4 bulan ini, dan tiap kontak dengan kucing beliau bersin-bersin. Setelah itu
beliau selalu memakai masker ketika kontak dengan kucing . Bapak dari
Tn.Suwarno menderita asma sejak kecil.
PENYELESAIAN KASUS :
a. Subjektif
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Keluhan
: Tn. Suwarno
: laki-laki
: 46 th
: Dua minggu ini utamanya pada malam hari pasien
mengalami batuk dengan dahak sulit keluar. Terkadang itu sampai menekan
dada sehingga untuk bernafas sedikit terengah-engah
Riwayat keluarga: Bapak Tn. Suwarno penderita asma sejak kecil
Riwayat pengobatan: Swamedikasi batuk dengan minum air perasan kencur.
Swamedikasi BATUK & ASMA Kelompok II PSPA.9 2016
Page 24
b. Objektif
Tidak ada.
c. Assesment
Pasien belum menerima pengobatan untuk gejala asma tersebut.
d. Plan
Swamedikasi untuk Tn. Suwarno dapat diberikan obat bebas (OTC), obat bebas
terbatas, atau OWA :
1. OTC : Neo-napacin, asthma soho (komposisi: ephedrine HCL 12,5 mg dan
theofillyne 125 mg) ditambah dengan mengontrol faktor pencetus
alergi (tidak kontak dengan kucing), atau
2. OTC syrup : Decadryl atau Laserin syrup 60 ml, diminum 3 x sehari 1
sendok makan, dengan mengontrol faktor pencetus alergi
(tidak kontak dengan kucing), atau
3. Sediaan tablet generik :
Salbutamol : Dosis awal 2 mg, 3 x sehari 1 tablet, diminum saat perut
kosong (1-2 jam sebelum/sesudah makan).
Ambroxol dosis 30 mg, diminum 3 x sehari 1 tablet (p.c)
Ceterizin 10 mg, diminum 1 x sehari 1 tablet (p.c)
Terapi non-farmakologi :
Memberikan edukasi pada pasien dan mengontrol faktor pencetus asma.
KIE terhadap pasien:
1. Memberikan informasi pada pasien untuk tidak kontak dengan kucing,
karena diduga faktor pencetus reaksi alergi berasal dari allergen bulu
kucing.
2. Memberikan edukasi pasien jika gejala dada terasa berat dan sesak masih
terjadi 30 menit setelah penggunaan obat, segera berkonsultasi pada
dokter.
3. Pasien diharapkan memonitoring gejala kekambuhan (jika terjadi). Serta
memberikan edukasi pada pasien untuk periksa ke laboratorium guna
penegakan diagnosa.
4. Memberikan edukasi pada pasien tentang aturan pemakaian obat, efek
samping obat.
Page 25
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, Jakarta.
Ikawati Zullies, Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya, Bursa
Ilmu, Jakarta
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2006, Asma Pedoman, Diagnosis
dan Penatalaksaan Di Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Ratnawati, 2011, Jurnal Respiratory Indonesia : Epidemiology Of Asthma.
Tjay T.H., Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting Edisi IV, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Widodo, R., dan Djajalaksana, S., 2012, Jurnal Respiratory Indonesia :
Patofisiologi dan Marker Airway Remodeling Pada Asma Bronkial,
Universitas Brawijaya, Malang.
Page 26