Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permintaan informasi yang aktual dan cepat serta hiburan yang
menarik menyebabkan perkembangan teknologi informasi yang begitu
pesat. Televisi merupakan salah satu teknologi yang memberikan
informasi, pendidikan dan juga hiburan. Oleh karena itu Televisi pun
berkembang dengan pesat, baik dari segi teknologi maupun dari segi
bisnis.
Meskipun
perkembangan
teknologi
Televisi
tidak
secepat
dan
juga
menyajikan
program-program
menarik
bagi
pemirsanya.
TRANS TV adalah salah satu stasiun penyiaran Televisi swasta di
indonesia yang bisa dibilang masih muda tetapi kualitasnya bisa dikatakan
tidak kalah dengan stasiun televisi swasta lainnya yang berdiri sudah
cukup lama. Dalam meningkatkan kualitas siaran agar dapat dinikmati
oleh masyarakat indonesia secara menyeluruh, TRANS TV mendirikan
stasiun-stasiun relay di beberapa kota di Indonesia. Stasiun-stasiun relay in
berfungsi untuk memperluas jangkauan penyiaran agar dapat dinikmati
oleh seluruh masyarakat dengan hanya menggunakan pesawat televisi
tanpa harus menggunakan peralatan tambahan yang harganya cukup
mahal. Untuk menjaga kualitas siaran televisi yang dipancarkan sinyal
yang diterima dari satelit terlebih dahulu diolah, sinyal tersebut dikoreksi
dan diperbaiki jika terjadi cacat pada sinyal. Proses ini dilakukan pada
1.3
Batasan Masalah
Agar ruang lingkup permasalahan lebih jelas serta mempermudah
dalam analisa, maka permasalahan lebih ditekankan pada materi dasar
Modulasi Sinyal Audio Dan Video yang tidak terjadi pada stasiun relay
tetapi yang di olah di studio TransTV di Jakarta.
1.4
Metode
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi untuk
penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Mengadakan analisa secara langsung dilapangan sehingga
dapat mengetahui seluk beluk dan karakteristik dari peralatanperalatan yang ada di Stasiun Relay TRANS TV Semarang.
b. Wawancara
Menanyakan secara langsung hal-hal yang kurang dimengerti
kepada teman sesama peserta Kerja praktek, kepada teknisi dan
operator Stasiun Relay TRANS TV Semarang.
c. Study literature
Mencari informasi tentang spesifikasi alat. Cara kerja maupun
fungsi dar tiap-tiap bagian alat dengan membaca manual book
Sistematika Laporan
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang dilaksanakannya
kegiatan ini, tujuan kerja praktek, batasan masalah, metode, serta
sistematika penulisan laporan.
Bab II Tinjauan Umum Perusahaan
Dalam bab ini dibahas mengenai sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi dan sistem siaran, sistem transmisi siaran televisi pada
TRANS TV Semarang, Sistem transmitter pada TRANS TV Semarang,
dan Spesifikasi teknis Tx.
BAB III Sistem Transmisi Siaran Televisi
Dalam bab ini di jelaskan tentang dasar sistem siaran televisi,
sistem pemancar televisi, sistem transmisi siaran televisi pada TRANS TV
Semarang, Spesisfikasi teknis Tx, Teknik televisi, dan sinyal video.
BAB IV Sistem Modulasi Sinyal Audio Dan Video
Dalam bab ini dijelaskan mengenai modulasi, dasar modulasi,
sistem modulasi pada transmitter, modulasi sinyal audio dan video, blok
penyusun exiter dimana sinyal audio dan video dimodulasi dan komposisi
RF Channel.
BAB V Penutup
Didalam bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat dari
seluruh isi dari penulisan Laporan Kerja Praktek yang sudah disusun. Bab
ini juga memuat saran yang disampaikan penulis.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1
program-program
berkualitas
serta
berperilaku
berdasarkan nilai-nilai moral dan budaya kerja yang dapat diterima oleh
stakeholders
Hal ini adalah tugas dari Trans TV untuk dapat meningkatkan
professionalisme dan standart pemrograman yang tinggi didalam
kinerjanya sebagai konsekwensi untuk tercapainya misi sebagai gagasan
dan aspirasi masyarakat untuk mensejahterakan dan mencerdaskan bangsa,
memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai nilai demokrasi yang
karya
penuh
inovasi
dan
sejarah
bangsa.
luasnya
VISI:
Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil
usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program
berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang
dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan
kontribusi
dalam
meningkatkan
kesejahteraan
serta
kecerdasan
masyarakat.
MISI:
Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta
mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilainilai demokrasi.
2.2 Struktur Organisasi
Stasiun relay di Semarang adalah merupakan bagian dari
Trasmission Department yang dipimpin seorang Penaggung Jawab Teknik
Stasiun (PJTS) dan membawahi 6 orang staf teknik, 3 orang satpam dan
seorang Office Boy.
Jajaran direksi di PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV)
per 1 Januari 2015 adalah:
a. Komisaris Utama
Chairul Tanjung
b. Komisaris
Chairul Tanjung
Drs. Ishadi SK, Msc.
c. Direktur Utama
d.Direktur Operasional
Warnedy
e. Direktur Pemberitaan
Gatot Triyanto
f. Direktur Finansial
Hannibal K. Pertama
KEPALA STASIUN
TRANSMISI
JUMRIANTO
OPERATOR
1.GALUH PINTOKO
2.RIYANTO
3.MISBAKHUD Z
4.ARIF
SECURITY
1. SUPRIYADI
2.TJONDRO
3. PRIMA
OFFICE BOY
1. PARYONO
2.3
Sistem Siaran
Dalam melaksanakan operasi penyiarannya Trans TV yang
merupakan stasiun televisi yang menggunakan sistem digital dalam proses
typing serta menggunakan server dalam pengoperasiannya sampai saat ini
10
2.4
Dummy Load.
11
peralatan
penunjang
oleh divisi
programing.
d. Setelah sign on, harus dilakukan :
Pemeriksaan kondisi pemancar pada front display :
12
(color-bar). Untuk
selanjutnya
telah ditetapkan
Sub. Dep.
Maintenance
h. Penggantian Blower A dan B juga dilakukan 1 bulan sekali
mengikuti
operator harus
segera melaporkan pada KST dan atau sesuai dengan kebijakan Standar
Prosedur Operasional Departemen Transmisi.
j. Bila terdapat program bilingual (sesuai dengan MEMO BILINGUAL),
operator wajib melakukan perubahan mode pada peralatan nicam-encoder,
dan mengembalikannya jika program bilingual berakhir.
Menghidupkan Transmitter
menekan
13
memilih blower A.
d. ON-kan TX dengan menekan tombol control dan TX ON
secara
bersamaan
14
pada
Mematikan transmitter
15
a. Tekan tombol control dan exciter yang digunakan untuk memilih exciter
yang akan digunakan. Contoh untuk
Mode bilingual
Pengukuran
dilakukan
16
Metering DEHYDRATOR
Tekanan pada waveguide dilihat pada display psi meter output dehydrator pada
masing masing waveguide, yaitu Upper dan Lower.
17
Switch Frame
saat
transmitter
digunakan
memancarkan
sinyalnya
konektornya.
Pindahkan pemancar
18
Gambar 2.4.6 Switch Frame 3 Port U Link ( SEbeleh Kiri ) dan 6 port U Link
( sebelah Kanan )
Dummy load
BAB III
Pengiriman sinyal audio dan video adalah merupakan dasar dari siaran
televisi. Proses siaran diawalai dengan pengambilan gambar dengan menggunakan
kamera, Video Tape Recorder (VTR), Telecine, dan juga Slide Scaner dan
19
menggunakan modulasi
20
tidak diperlukan lagi peralatan peralatan khusus untuk untuk dapat menerima
siaran televisi. Maka jangkauan transmisi akan semakin luas dan juga dapat
diterima oleh konsumen tanpa harus menggunakan receiver khusus.
Dalam jarak tertentu antena penerima televisi dapat menerima sinyal yang
ditransmisikan oleh antena pemancar, kemudian pesawat penerima televisi
menguatkan sinyal tersebut dan memprosesnya lebih lanjut (demodulasi) untuk
kemudian sinyal audio dan sinyal video dipisahkan. Sinyal video yang telah di
demodulasi akan diteruskan ke tabung katoda untuk direproduksi sedapat
mungkin sesuai dengan gambar aslinya, sedangkan sinyal audio yang telah di
demodulasi diteruskan ke loudspeaker untuk menghasilkan kembali informasi
suara yang sedapat mungkin sesuai dengan informasi suara aslinya yang
berhubungan dengan gambar tersebut.
21
Dummy Load
Antena
Generator Set
: 4084 Mhz
b. Polarisasi
: Horizontal
c. Symbol Rate
: 60.000 hsym/s
e. LNB freq
: 05150
22
23
Sinyal dari studio pusat dikirimkan ke satelit (uplink) dengan sinyal carrier
kurang lebih 6 Ghz, dari satelit sinyal tersebut dikirimkan ke stasiun relay di
bumi (downlink) dengan sinyal carrier 4 Ghz. Sinyal diterima oleh receiver yang
kemudian diteruskan ke PIE rack, dimana sinyal video, audio 1, dan audio 2 akan
diolah dan dimonitoring. PIE rack terdiri dari
Server
Bagian server berfungsi sebagai masukan siaran lokal.
Patch Panel
Pada bagian patch panel terdapat beberapa terminal-terminal jumper yang
berfungsi untuk error tester pada PIE rack.
Test Generator
Generator sinyal audio dan video yang berguna sebagai pembangkit sinyal
pengujian. Sinyal video yang diterima oleh receiver dapat dilihat pada
WFM/VSCOPE, yang pada dasarnya adalah sebuah osiloscope. Pada
bagian monitor dapat dilihat tampilan sinyal audio yang diterima oleh
receiver.
NICAM
Pengolahan sinyal pada NICAM dapat mendukung sebuah mode suara dwi
bahasa (Bilingual)
24
Setelah dari PIE rack sinyal dikirimkan ke Transmitter untuk kemudian sinyal
audio dan video tersebut diolah kembali pada bagian exciter dan hasilnya dalam
bentuk gelombang RF dan selanjutnya dikuatkan pada bagian TRPA (Transistor
Power Amplifier) dan digabungkan kemudian dipancarkan melalui antena
pemancar.
Pemancar NEC PCU-1120SSP/1
Secara garis besar, pemancar NEC PCU-1120SSP/1 dibagi menjadi dua bagian,
yaitu Exciter dan Penguat Daya. Exciter untuk memperbaiki kualitas sinyal audio
dan video, memodulasi frekuensi pada tingakat IF, dan memixer sampai pada
frekuensi channel yang diinginkan. Pada penguat daya atau TRPA unit frekuensi
channel diperkuat sampai pada daya yang diinginkan. Kemudian sinyal tersebut
dipancarkan dengan antenna.
Exciter
Pada pemancar NEC PCU-1120SSP/1 mempunyai dua blok Exciter yaitu Exciter
A dan Exciter B yang dioperasikan secara bergantian. Di dalamnya terdapat
bagian HPB-3090 UHF TV Exciter Chassis yang tersusun atas beberapa blok
bagian:
HPB-3112B IM Corrector
HPB-3105B IF Corrector
25
26
3.2.2
a.
b.
kelambatan dari suatu frekuensi terhadap frekuensi yang lain dalam satu
band frekuensi yang ditransmisikan bersama-sama.Pengaruh group delay
pada TV monitor adalah warnanya bergeser dari rangkanya.Timbulnya
group delay akibat karena adanya pembatasan band frekuensi.
27
Color Equalizer
a. Transmitter GD.EQ adalah rangkaian yang berfungsi memperbaii cacat
yang terjadi di pemancar TV yaitu pada : Modulator, Mixer, BPF, PA,
CIND.
b. Receiver
GD.Precorrector
adalah
rangkaian
yang
berfungsi
Video Corrector
a. Rangkaian white clipper : rangkaian yang berfungsi memotong level
video sinyal pada sisi putih sesuai dengan standar agar residual carrier
dapat dipertahankan pada 10%-12,5%. Pemotongan pada level tertentu
diatur secara manual dengan potensio.
b. Rangkaian Video Level : untuk mengatur level video pada level 75 %.
c. Rangkaian sync level : untuk mengatur level sync pada level 25 %.
d. Back porch clamper : untuk memegang level back porch pada level
tertentu. Tujuan back porh clamper adalah
28
Video IF Modulator
Memodulasikan signal video composite pada IF 38,9 MHz secara AM
negative modulation. VIDEO IF OSC digunakan untuk membangkitkan
frekuensi video IF sebesar 38,9 MHz.
Linear Corrector
a. Diff. phase corrector : untuk memperbaiki cacat differensial phase.
Diff phase adalah perbedaan phase dari color sub carrier 4,43
MHz karena perbedaan luminan level ( Brightness ).
Pengaruh diff phase pada monitor adalah perubahan corak warna
karena perbedaan luminan level.
Yang menyebabkan cacat diff gain dan diff phase adalah karena
ketidak lineran transfer elemen.
b. Diff. gain corrector : untuk memperbaiki cacat diff.gain
c. Fungsi color Burst : untuk sinkronisasi warna yaitu phasenya untuk
menentukan corak warna ( HUE ) gainnya untuk menentukan
saturation.
29
Vision Mixer
Mencampur frekwensi RF Oscilator dengan video IF yang telah termodulir
oleh sinyal video secara AM modulasi negatif.
BPF
TR.PA
Penguat daya menggunakan transistor.
Circulator
PA
Penguat daya yang menggunakan tabung electron.
Audio Limiter
Membatasi level signal audio input. Lebar band = 2( fm+df )
Perlu adanya audio limiter agar lebar band dari pemancar audio dapat
dibatasi karena amplitudo dari signal audio mempengaruhi lebar band.
Besar kecilnya perubahan frequecy carrier ditentukan oleh amplitudo
signal audio. Kecepatan perubahan frekuensi carrier ditentukan oleh
frekuensi audio.
Pre Emphasis
Untuk menaikkan level frekuensi tinggi.
30
Audio IF Modulator
Memodulasikan sinyal audio pada frekuensi IF 33,4 MHz secara FM.
Aural Mixer
Mencampur frekuensi RF oscillator dengan audio IF 33,4 +(-) F.
Antenna
Memancarkan signal audio dan video yang telah dimodulasi.
3.2.3 Prinsip Kerja Operasi Modulasi
Sinyal video dengan frekuensi 7 MHz dipotong menjadi 5 MHz
sesuai standart sinyal video dan dikoreksi oleh Video Corrector. Warna
dikoreksi oleh Color Equalizer, lalu masuk ke Video IF Modulator
menghasilkan DSB ( Double Side Band ) dengan frekuensi 38,9 MHz.
Sinyal DSB masuk ke VSBF untuk diubah menjadi VSB ( Vestigial Side
Band ). Linn Corrector memperbaiki VSB sebelum masuk Mixer. Pada
Mixer sinyal video IF 38,9 MHz dicampur dengan carrier Fvc 535,25
MHz, lalu masuk ke BPF untuk mengatenuasi sesuai kebutuhan, lalu
menuju penguat.
Sinyal input audio masuk ke Audio Limitter dan Pre Emphasis.
Kemudian masuk Audio IF Modulator menghasilkan IF 33,4 MHz. Pada
31
Mixer, sinyal IF 33,4 MHz dicampur dengan carrier Fac 540,75 MHz, dan
menghasilkan sinyal RF lalu dikuatkan.
Sinyal RF Video dan Audio digabungkan di Diplexer dan
dipancarkan melalui antenna.
3.2.4
SPESIFIKASI
KETERANGAN
Video : 1 Vp p
Input Level
Audio : 0 atau +6 dBm
Video : 75
Input Impedansi
Audio : 600
Itermediate Frekuensi Video : 38,9 MHz
(IF)
Sistem Modulasi
Audio : FM
Video : 50
Audio : 50
Output Power
Derajat Modulasi
(Modulasi Dept)
Bandwidth : 7 MHz
Vision
: 535,25 Mhz
Sound
: 540,75 MHz
Itercarrier
Video
: 5,5 MHz
: RC 10%
BL
: 75 %
Luminance : 65 %
Synch
: 25 %
32
BAB IV
MODULASI SINYAL AUDIO DAN VIDEO
33
max
c
phasa
, dan frekuensi fc .
Modulasi digunakan dengan tujuan:
34
Efisiensi antenna.
Modulasi memungkinkan untuk dapat dilakukan pengontrolan bandwidth baik
memperlabar maupun memperkecil sesuai dengan yang dibutuhkan.
Gangguan yang terjadi pada modulasi disebabkan oleh:
1. Adanya gangguan luar.
2. Penyetelan alat yang berlangsung hingga berjam-jam.
Akibat dari gangguan modulasi tersebut:
1. Cacat atau distorsi pada gambar.
2. Gangguan pewarnaan.
3. Terjadi clips ( pemotongan pada bagian putih saja ).
Asas penumpangan frekuensi dalam modulasi ada tiga, yaitu:
1. Asas Interferensi, adalah penumpangan dua frekuensi yang sama.
2. Asas Superposisi, adalah penumpangan dua frekuensi yang
berbeda, yang hasilnya berfrekuensi sama dengan salah satu
frekuensi tersebut.
3. Asas Konversi, adalah penumpangan dua frekuensi yang jauh
berbeda pada komponen alat non-linear. Hasilnya selain frekuensi
yang sama juga ada frekuensi baru.
.
35
Pada jenis ini sistem modulasi terjadi pada tingkat akhir yaitu
antara fc termodulasi sinyal video dan fc termodulasi sinyal audio dan
combinned di diplexer.
36
37
sinyal audio dalam bentuk sinyal FM dan sinyal video dalam bentuk AM tersebut
digabungkan dan dimodulasi sesuai dengan frekuensi chanel yang diinginkan.
4.3.1
Modulasi Video
Sistem modulasi pada sinyal video menggunakan modulasi amplitudo.
Berbeda dengan sistem modulasi pada sinyal suara, untuk siaran televisi modulasi
amplitudo pada sinyal video menggunakan sistem modulasi amplitudo ( - )
negative.
38
2.
3.
4.
39
e Ec max Sin ct c
(4.2)
Persamaan untuk sinyal inforamsinya adalah
em E m max cos m t m
m 2f c
dimana
(4.3)
ec ( E cmaks em ) cos ( c t c )
(4.4)
puncak puncak dari siklus carrier ( pembawa ) jika dihubungkan akan
membentuk sebuah gelombang selebung (envelope) dengan persamaan :
eenv Ec max em
(4.5)
40
m
Pada umumnya sudut fase tetap
c
tetap
untuk carriernya, hal ini menunjukkan bahwa kedua sinyal ini tidak saling
berkaitan dalam waktu. Namun hasil modulasi amplitudo tidak bergantung pada
sudut fase ini , sehingga dapat dianggap nol. Dengan menggantikan e m dari
persamaan (4.3) ke dalam persamaan (4.5) dan e env dari persamaan (4.5) ke dalam
persamaan (4.4) maka persamaan untuk gelombang termodulasi secara sinusoidal
menjadi :
e eenv cos c t
( Ecma ks Emma ks cos m t ) cos c t
(4.6)
Index Modulasi m adalah suatu perbandingan antara amplitudo sinyal
informasi dengan amplitudo sinyal carrier yang didefinisikan sebagai :
E max E min
E
m m max
E max E min
E c max
(4.7)
(4.9)
(4.10)
41
42
Jika kurang dari 10% maka sinyal video akan kabur karena kurang dari 0,7
Vpp, tapi jika lebih dari 12,5% akan terjadi over modulasi.
43
sinyal totalnya, sedangkan carrier berisi duapertiga dari daya sinyal totalnya.
Selanjutnya, carrier itu sendiri tidak membawa informasi yang disumbangkan
oleh sinyal modulasi.
Bila sinyal modulasi mengandung suatu band frekuensi maka disebut
dengan istilah Upper sideband (USB) dan lower sideband (LSB). Demodulasi
sinyal tunggal ini didapat dengan mengalikan sinyal carrier sinkron yang
dibangkit secara local pada penerima. Detector yang menggunakan prinsip ini
dinamakan product detector (detektor perkalian), dan rangkaian modulator
berimbang digunakan untuk maksud ini. Penting bahwa carrier tersebut sepersis
mungkin mungkin tersinkron dalam frekuensi dalam frekuensi dan fase dengan
carrier aslinya untuk menghindarkan distorsi keluaran termodulasi.
Pemborosan daya dari modulasi amplitudo dapat dikurangi dengan
menghilangkan sinyal carrier. Karena masing-masing sideband membawa
informasi
yang
sama
maka
bandwidth
juga
dapat
diperkecil
dengan
menghilangkan salah satu upper sideband atau lower sideband dari sinyal.
Gambar 4.11 Sinyal Double Sideband terdiri dari dua buah Single Sideband
em E m max cos m t m
Dengan masukan sinusoidal
keluaran dari
44
e Emax [cos(c m )t ]
(4.11)
dimana Emax = k(Em max/2). Apabila salah satu dalam DSBSC tersebut dihilangkan,
maka
untuk sinyal upper frekuensinya dilukiskan sebagai berikut.
45
Gambar 4.12 FCC standard gelombang untuk transmisi TV monochrome dan berwarna.
(FCC Rules, Sec. 73.699.)
46
E 2 c max
2R
(4.15)
2
PSF
2R
2
m
Pc
4
(4.16)
m2
Pc 1
2
(4.17)
47
E2
PT
R
(4.18)
(4.19)
E2
m2
Pc 1
R
2
E 2c
m2
1
R
2
(4.20)
m2
E Ec 1
2
dimana
(4.21)
dimana I adalah arus rms gelombang termodulasi dan Ic adalah arus rms
carrier tidak termodulasi.
48
49
em Em max Sinmt
(4.22)
em
perubahan pada frekuensi pembawa adalah k
f l f c kem
(4.23)
dari persamaan 1 dan 2 frekuensi sesaatnya didapat :
f l f c kEmmax sin mt
(4.24)
Deviasi frekuensi puncak dari sinyal didefinisikan sebagai
f kEmmax
(4.25)
sehingga
f l f c f sin mt
(4.26)
Sedang persamaan untuk sinyal pembawanya adalah :
ec Ecmax sin c
(4.27)
Persamaan sinyal yang telah dimodulasi frekuensi adalah :
f
e sin ct
cos mt
fm
(4.28)
f
fm
(4.29)
50
BEM 2 m f 1 f m
(4.31)
(4.32)
K=
Em
Em max
(4.33)
Em
Em max
(4.34)
51
(4.35b)
52
Gambar 4.15 Plot fungsi bessel & tiga sisi frekuensi pertama carrier termodulasi FM Sinusoidal
Dimana :
A
J0
53
membesar ini dapat digunakan untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N)
dari transmisi. Dengan demikian FM dapat dimungkinkan pertukaran bandwidth
untuk menaikkan S/N.
Selama proses modulasi daya dari sistem FM adalah tetap. Tidak seperti
pada proses modulasi AM dimana dayanya meningkat selama proses modulasi,
pada sistem FM dayanya didistribusikan ke seluruh komponen frekuensi yang
dihasilkan pada proses modulasi.
Amplitudo yang tetap pada sistem FM memberikan keuntungan pada
penerima FM dengan low noise. Pada saat proses penerimaan dan penguatan
sinyal FM biasanya dilakukan pemotongan pada semua variasi amplitudo yang
ada yang melebihi batas yang ditentukan untuk menghilangkan noise yang terjadi
pada sinyal. Sumber noise dari sinyal atmosfir tidak mempengaruhi frekuensi dari
sinyal yang terpengaruh hanyalah amplitudo dari sinyal tersebut.dengan
menggunakan hard limitting pada receiver akan memotong gangguan yang terjadi.
ADC
Bentuk umum diagram blok sederhana dari pengubah analog ke digital
ditunjukkan pada Gambar 4.16. Pengubah analog ke digital mengambil
masukan analog, mencupliknya, kemudian mengubah amplitudo dari setiap
54
MSB
1 2 3
f o u r b it
d ig it a l
o u tp u t
a n a lo g in p u t
s a m p lin g
c o n v e r s io n
LSB
Pencuplikan
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, isyarat analog harus dicuplik
dengan laju paling sedikit dua kali frekuensi tertinggi dari masukan analog
aslinya. Laju pencuplikan ini disebut sebagai laju Nyquist. Pada saat cuplikancuplikan tersebut disatukan kembali dengan cara menghubungkan titik-titik
ujung dari setiap cuplikan, gelombang yang terbentuk harus berisi informasi
yang sama dengan bentuk gelombang semula.
Jika laju pencuplikan lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi syarat
analog maka akan terjadi efek aliasing. Karena hasil pencuplikan terlalu
renggang maka hanya disajikan sebuah nilai dari isyarat tetapi pada titik yang
55
56
praktek, tegangan pada kapasitor sedikit menurun karena adanya arus yang
bocor dari saklar MOSFET, pelucutan sendiri (self discharge) melewati
dielektriknya dan arus masukan dari penguat penyangga. Turunnya tegangan
ini disebut droop.
a m p lif ie r
a n a lo g
in p u t
s a m p le d
o u tp u t
T1
s a m p li n g
p u ls e
h o ld
c a p a s it o r
Proses Pengubahan
Langkah terakhir dalam ADC adalah proses pengubahan. Sejumlah aras
misalnya 0.25, 0.5, 0.75, 1.0, dan seterusnya, disusun dengan sandi binernya.
Langkah ini disebut sebagai kuantisasi cacah aras kuantum seperti ditunjukkan
pada Tabel 3.1. Kuantisasi ini ditentukan oleh cacat bit pada keluaran
pengubah. Sebagai contoh, untuk ADC 3 bit, keluaran biner dapat bernilai 000
sampai 111, yaitu sejumlah 8 aras. Dimisalkan digunakan skala atau kuantum
sebesar 250 mV. Kuantum sebesar 250 mV menunjukkan resolusi pengubah
yang didefinisikan sebagai langkah terkecil dari tegangan masukan yang dapat
dikenal dan secara akurat diubah menjadi keluaran digital. Dengan masukan
yang analog (kontinyu), tegangan-tegangan cuplikan akan bernilai diantara
aras kuantum. Sehingga selalu ada elemen yang tidak jelas dalam nilai bit
57
signifikan terkecil. Ini akan selalu tampak pada sembarang penyandian digital
atau penampilan digital nilai-nilai analog. Hal ini disebut kesalahan kuantisasi.
Kesalahan kuantisasi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dikurangi dengan
meningkatkan resolusi pengubah dengan cara menaikkan cacah bit yang
digunakan sehingga mengurangi aras kuantum dan kesalahan kuantisasi.
Tegangan Cuplikan
Kode Biner
Aras
0
(V)
0.00
MSB
0
LSB
0
0.25
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50
1.75
QPSK
Prisip kerja dari QPSK dapat dijelaskan dengan diagram blok dibawah ini:
Modulator QPSK
R/2
Biner Digital
Sin c t
Sin c t
I
BUFFER
INPUT
Penggeser
90
Cos c t
Clock
R/2
Cos ct
BPF
58
I = Inphase Channel
Q = Quadrature Channel
Dari gambar 4.18 diketahui bahwa :
Sin ct
Inphase
(4.36)
Cos ct
Quadrature =
(4.37)
Sin ct Cos ct
I.
(4.38a)
Sin ct Cos ct
II.
(4.38b)
Sin ct Cos ct
III.
(4.38c)
Sin ct Cos ct
IV.
(4.38d)
Dengan merubah persamaan 4.38 (a), (b), (c), (d) menjadi bentuk
persamaan :
C sin ( c t )
(4.39)
maka didapatkan :
Sin c t Cos ct 2 Sin ( ct 45 )
I.
(4.40a)
Sin c t Cos ct 2 Sin ( ct 45 )
II.
(4.40b)
Sin ct Cos ct 2 Sin ( ct 135 )
III.
(4.40c)
59
IV.
(4.40d)
60
: 1.0Vp-p
Level output IF
: +10 dBm
Perbaikan ICPM
10 derajat
61
62
Ring modulator dilengkapi oleh pin rangkaian pensaklaran dioda melalui filter
harmonik, kemudian sinyal melewati filter VSBF (vestigial-sidedand filter) yang
menggunakan filter SAW (surface acoustic wave) untuk mendapatkan bentuk
nyquist.
Selanjutnya unit tersebut mempunyai rangkaian pemisah sync, dan
rangkaian pengatur level untuk gambar, pedestal, pembawa sinyal dan kedalaman
modulasi.
63
Pada CN-101-2 digunakan sinyal video sync negatif yang kemudian sinyal
dipisah menjadi dua bagian, satu untuk modulasi sinyal IF, dan yang lainnya
untuk modulasi fasa IF.
Penguat non-inverting IC 101 menerima video melalui blok pelemah R
105~107 dan jalur tunda DL 101 yang mengkompensasi untuk perbedaan waktu
tunda antara dua bagian tersebut. Input video yang menuju IC 101 dicabang
untuk menyesuaikan levelnya.
Keluaran IC 101 dilewatkan melalui penguat diferensial TR 101 dimana
sinyal video dipotong oleh FET TR 104.
Kedua sumber dari TR 101, diikuti oleh TR 102 pengikut emiter dan TR
103 dihubungkan melalui R 126 ke Ring Modulator terdiri dari transformer
seimbang, T 501 dan T 502 dan konfigursi jembatan D 501- D 504 yang mana
arusnya akan mengalir dalam satu arah. Sinyal Pembawa IF digunakan pada satu
jembatan melalui T 501 dan keluaran termodulasi dapat keluar dari jembatan yang
lain ke T 502 yang terhubung.
Untuk menghasilkan tingkat modulasi yang benar, beberapa ofset arus
harus ditambahkan pada sinyal video. Level
DC potensiometer VR 104
64
65
66
67
4.4.2
memodulasi sinyal audio secara FM pada tingkat IF, dimodulasi oleh VCO (volt
control oscilator) dengan audio input. Ada dua pasang input audio yaitu jalur
balanced (seimbang) 600 untuk line stereo, dan jalur unbalanced 75 untuk
sistem audio broadcast yang termultiplex. Untuk jalur 600 balanced preemphasis (untuk menaikkan level frekuensi tinggi ) bisa dipilih salah satu dan 50
s / 75 s. Untuk memperbaiki frekuensi rata - rata dari modulator oscilator
digunakan automatic phase control (APC) yang telah disediakan.
Spesifikasi Kinerja
Level output IF
: +10dBm
Deviasi
Pre-emphasis
Distorsi
SNR
: +4dBm ~ +13dBm
Jika terjadi kesalahan (error) akan ditampilkan dengan sebuah LED ketika
sebuah bagian output yang salah / APC tidak mengkoreksi.
68
69
70
71
Jarak Intercarrier adalah jarak antara carrier video dan carrier audio, yaitu
sebesar 5,5 MHz.
Dengan pemancaran gelombang VHF, channel televisi berkapasitas
sebesar 7 MHz. Sedang dalam pemancaran gelombang UHF, channel televisi
berkapasitas 8 MHz.
72
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan penyusunan laporan Kerja Praktek ini yang berjudul
Stasiun Relay Trans TV Semarang (Study Tentang Modulasi Sinyal Audio
Dan Video) dalam melaksanakan kegiatan Kerja Praktek di Stasiun Relay Trans
TV Semarang dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
2.
Pada proses transmisi proses modulasi terjadi dua kali, yaitu modulasi
pada tingkat IF dimana sinyal audio dimodulasi secara FM dengan
frekuensi 33,4 MHz dan sinyal video dimodulasi secara AM (-) dengan
frekuensi 38,9 MHz dan modulasi pada tingkat RF dimana terlebih
dahulu sinyal audio (FM) dan sinyal video (AM-) di gabungkan yang
kemudian di modulasi dengan frekuensi sesui dengan frekuensi channel
yang diinginkan.
3.
73
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaiakan mudah-mudahan dapat
berguna dalam peningkatan kualitas siaran dari Trans TV Semarang.
1.
2.
3.
4.
74
DAFTAR PUSTAKA
75
DAFTAR SINGKATAN