PENDAHULUAN
Polip nasi adalah massa yang tumbuh dalam rongga hidung, sering kali
multiple dan bilateral. Massa ini lunak berwarna keabu-abuan, agak transparan,
permukaan licin mengkilat, bertangkai dan mudah ddigerakkan. Polip yang
sudah lama dapat berubah menjadi kekuning-kuningan atau kemerah-merahan,
suram dan lebih kenyal. Polip nasi juga merupakan suatu proses inflamasi kronis
pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya massa
yang edematous pada rongga hidung.(1,2,3)
Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multiple
dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan
tumbuh kearah belakang, muncul di nasofaring, dimana polip ini disebut juga
dengan polip koana.(1)
Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi
atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang mengemukakan
berbagai teori para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi
belum diketahui dengan pasti.(1)
Polip nasi selain menjadi masalah medis juga merupakan masalah sosial
karena dapat menderitanya baik pada mempengaruhi kualitas hidup penderitanya
baik pada pendidikan, pekerjaan, aktivitas harian, serta kenyamanan. Polip nasi
terjadi pada 1% sampai 4% dari populasi. Laki-laki lebih sering menderita polip
nasi dibanding perempuan dan orang dewasa lebih sering dari anak-anak.(2,4)
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1 ANATOMI HIDUNG
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah(1, 2):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pangkal hidung
Dorsum nasi
Puncak nasi
Ala nasi
Kolumela
Lubang hidung (nares anterior)
Hidung luar dibentuk pada kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
melebarkan dan menyempitkan hidung.(1, 5)
Kerangka tulang terdiri dari:
1. Tulang hidung (os. Nasalis)
2. Prosesus frontalis (os. Maksila)
3. Prosesus nasalais (os. Frontal)
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan
yang terletak di bagian hidung:(1, 2)
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago ala mayor
3. Kartilago ala minor
4. Tepi anterior kartilago septum
anterior
dan
posterior
yang
merupakan
cabang
dari
arteri
Gambar 2. Hidung tampak dari lateral, B:tampak dari potongan coronal, C:tampak dari potongan lateral
hidung.(1)
Ga
mbar 3.Septum nasi.
2.1.1
(1)
Vaskularisasi Hidung
5
2.1.2
Persarafan Hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
nervus etmoidalis anterior yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris yang
berasal dari nervus oftalmikus (N.V-1). Rongga hidung lainnya, sebagian besar
mendapat
persarafan
sensoris
dari
nervus
maksila
melalui
ganglion
BAB III
POLIP NASI
3.1 DEFINISI POLIP NASI
Polip nasi merupakan kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang
bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabuan, dengan
permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Polip nasi
bukan merupakan penyakit tersendiri tapi merupakan manifestasi klinik dari
berbagai macam penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis, rhinitis
alergi, fibrosis kistik dan asma. (6)
Polip yang multipel dapat timbul pada anak-anak dengan sinusitis kronik,
rhinitis alergi, fibrosis kistik atau sinuisitis jamur alergi. Polip sangat bervariasi
pada setiap individu, polip dapat berupa polip antro-koanal, polip jinak yang
besar ataupun polip multipel yang dapat merupakan lesi jinak atau merupakan
suatu
keganasan
seperti:
glioma,
hemangioma,
papiloma,
limfoma,
10
Tempat asal
Tumbuhnya polip terutama di bagian-bagian sempit di bagian atas
hidung, di bagian lateral konka media, dan sekitar muara sinus maksila dan sinus
etmoid. Di tempat inilah mukosa hidung saling berdekatan. Bila ada fasilitas
pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat.
(7)
3.2 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika insiden polip nasi pada anak adalah 0,1%, namun insiden ini
meningkat pada anak-anak dengan fibrosis kistik yaitu 6-48%.
Insiden pada orang dewasa adalah 1-4% dengan rentang 0,2-28%.
Insiden di seluruh dunia tidak jauh berbeda dengan insiden di Amerika. Polip
nasi terjadi pada semua ras dan kelas ekonomi. Walaupun ratio pria dan wanita
pada dewasa 2-4: 1, ratio pada anak anak tidak dilaporkan.
Angka mortalitas polip nasi tidaklah signifikan, namun polip nasi
dihubungkan dengan turunnya kualitas hidup seseorang. Tidak ada perbedaan
insiden polip nasi yang nyata diantara bangsa-bangsa di dunia dan diantara jenis
kelamin. Polip multipel yang jinak biasanya timbul setelah usia 20 tahun dan
lebih sering pada usia diatas 40 tahun. Polip nasi jarang ditemukan pada anak
usia dibawah 10 tahun.(8,9)
3.3 ETIOLOGI
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau
reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip
hidung belum diketahui dengan pasti. Polip berasal dari pembengkakan lapisan
permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke
dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan
interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung
saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan
11
jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala
dari kistik fibrosis.
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
1
Sinusitis kronik.
Iritasi.
Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor penting pada
terjadinya polip, yaitu :
1
tempat yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya.
Jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif ini sehingga
mengakibatkan edema mukosa dan pembentukan polip. Fenomena ini
menjelaskan mengapa polip kebanyakan berasal dari daerah yang sempit di
kompleks ostiomeatal (KOM) di meatus medius. Walaupun demikian polip juga
dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali
bilateral dan multipel.(11)
3.4 PATOFISIOLOGI
Pada awalnya ditemukan edema mukosa yang timbul karena suatu
peradangan kronik yang berulang, kebanyakan terjadi di daerah meatus medius.
Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa yang
sembab menjadi polipoid. Bila proses ini berlanjut, mukosa yang sembab makin
membesar dan kemudian turun kedalam rongga hidung sambil membentuk
tangkai, sehingga terjadilah polip. (11)
12
ketidakseimbangan
vasomotor
mendalilkan
bahwa
peningkatan
13
polip. Cacat yang mungkin diperbesar oleh efek gravitasi atau obstruksi drainase
vena, menyebabkan polip. Teori ini, meskipun mirip dengan Bernstein,
memberikan penjelasan yang kurang meyakinkan untuk pembesaran polip teori
natrium fluks didukung oleh data Bernstein. Baik teori benar-benar
mendefinisikan memicu peradangan.(11,7)
Makroskopis(7)
Secara makroskopis polip merupakan massa bertangkai dengan
permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan,agak
bening, lobular, dapat tunggal atau multipel dan tidak sensitif (bila
ditekan/ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan
karena mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip.bila
terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi
kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya dapat menjadi
kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat. Tempat asal
tumbuhnya polip terutama dari kompleks ostio-meatal di meatus medius dan
sinus etmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat
asal tangkai polip dapat dilihat. (11)
Ada polip yang tumbuh kearah belakang dan membesar dinasofaring,
disebut polip koana.polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila
dan disebut juga polip antro-koana. Ada juga sebagian kecil polip koana yang
berasal dari sinus etmoid. (12,7)
Mikroskopis(7)
Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa
hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang
sembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan
makrofag. Mukosa mengandung sel-sel goblet. Pembuluh darah, saraf dan
kelenjar sangat sedikit. Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia
epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik atau
gepeng berlapis tanpa keratinisasi.
14
Antrochoanal polip adalah polip soliter yang tumbuh dari antrum maxila.
Killian 1906 adalah orng pertama yang menemukan antrochoanal polip.
Walaupun etiologinya blm diketahui secara pasti, namun alergi dapat dijadikan
salah satu faktor pencetus. Polip tersebut keluar dari antrum maxila dan dapat
prolaps melalui ostium asesorius kedalam kavum nasi dan membesar ke arah
posterior choana dan nasofaring.(11)
15
16
Gejala Objektif:
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3
Stadium 4
Stadium 5
17
3.7
DIAGNOSIS
3.7.1 ANAMNESIS
Pada anamnesa kasus polip, keluhan utama biasanya ialah hidung
tersumbat. Sumbatan ini menetap, tidak hilang dan semakin lama semakin berat.
Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar
membuang ingus. Gejala lain adalah gangguan penciuman. Gejala sekunder
dapat terjadi bila sudah disertai kelainan organ didekatnya berupa: adanya apost
nasal drip, sakit kepala, nyeri muka, suara nasal (bindeng), telinga terasa penuh,
mendengkur, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Selain itu juga harus
di tanyakan riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi
obat serta makanan.(10)
3.7.2 PEMERIKSAAN FISIK
1. Rinoskopi Anterior
Memperlihatkan massa translusen pada rongga hidung. Deformitas
septum membuat pemeriksaan menjadi lebih sulit. Tampak sekret mukus dan
polip multipel atau soliter. Polip kadang perlu dibedakan dengan konka nasi
inferior, yakni dengan cara memasukan kapas yang dibasahi dengan larutan
efedrin 1% (vasokonstriktor), konka nasi yang berisi banyak pembuluh darah
akan mengecil, sedangkan polip tidak mengecil. Polip dapat diobservasi berasal
dari daerah sinus etmoidalis, ostium sinus maksilaris atau dari septum.(11)
2. Rinoskopi Posterior
18
Gambar 11.Gambaran endoskopi anterior sinistracavumnasi, tampak septum di sebelah kiri dan tampak
polip antralchoanal pada bagian tengah gambaran endoskopi.
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi waters, lateral, Caldwell dan AP) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan di dalam
sinus, tetapi sebenarnya kurang bermanfaat pada kasus polip nasi karena dapat
memberikan kesan positif palsu atau negative palsu dan tidak dapat memberikan
informasi mengenai keadaan dinding lateral hidung dan variasi anatomis di
daerah kompleks osteomeatal. Pemeriksaan tomografi computer sangat
bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal
19
apakah ada proses radng, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks
osteomeatal. Terutama pada kasus polip yang gagal diobati dengan terapi
medikamentosa,jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan
bedah terutama bedah endoskopi. Biasanya untuk tujuan penapisan dipakai
potongan koronal,sedangkan polip yang rekuren juga diperlukan potongan
aksial.
Tes alergi
Evaluasi alergi sebaiknya dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat
alergi lingkungan atau riwayat alergi pada keluarganya.
Laboratorium
Untuk membedakan polip alergi atau non alergi. Pada polip alergi
ditemukan eosinofil pada swab hidung, sedang pada polip non alergi
ditemukannya neutrofil yang menandakan adanya sinusitis kronis.
Temuan histologis
Oedematous stroma
Tidak bertangkai
Sukar digerakkan
nyeribiladitekandenganpinset
mudahberdarah
dapatmengecilpadapemakaianvasokonstriktor (kapas adrenalin)
Polip
Bertangkai, dapat digerakkan
Polipoid Mukosa
Tidak bertangkai, sukar digerakkan
20
Konsistensi lunak
Tidak nyeri bila ditekan
Tidak mudah berdarah
Berwarna putih kebiruan
Tidak
mengecil
pada
Konsistensi keras
Nyeri pada penekanan
Mudah berdarah
Berwarna merah muda
pemberian Mengecil pada pemberian vasokonstriktor
vasokonstriktor (adrenalin)
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk membedakan
polip dan konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga
harus hati hati pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler
karena bisa menyebabkan vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan darah
yang berbahaya pada pasien dengan hipertensi dan dengan penyakit jantung
lainnya.(5,11)
3.9 PENATALAKSANAAN
Karena etiologi yang mendasari pada polip nasi adalah reaksi inflamasi,
maka penatalaksanaan medis ditujukan untuk pengobatan yang tidak spesifik.
Pada terapi medikamentosa dapat diberikan kortikosteroid. Kortikosteroid dapat
diberikan secara sistemik ataupun intranasal. (7,12)
Pemberian kortikosteroid sistemik diberikan dengan dosis tinggi dalam
waktu yang singkat, dan pemberiannya perlu memperhatikan efek samping dan
kontraindikasi.
pengobatan jangka pendek dari polip nasi, dan kortikosteroid oral memiliki
efektivitas paling baik dalam mengurangi inflamasi polip.(7,12)
Kortikosteroid juga dapat diberikan secara intranasal dalam bentuk spray
steroid, yang dapat mengurangi atau menurunkan pertumbuhan polip nasi yang
kecil, tetapi secara relatif tidak efektif untuk polip yang masif. Steroid intranasal
paling efektif pada periode post operatif untuk mencegah atau mengurangi
relaps. (7,12)
Pengobatan juga dapat ditujukan untuk mengurangi reaksi alergi pada
polip yang dihubungkan dengan rhinitis alergi. Pada penderita dapat diberikan
antihistamin oral untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi. Bila telah
21
terjadi infeksi yang ditandai dengan adanya sekret yang mukopurulen maka
dapat diberikan antibiotik. (7,12)
Pengobatan Medikamentosa
Steroid oral dan topikal di berikan pada pengobatan pertama pada
nasal polip. Antihistamin, dekongestan dan sodium cromolyn memberikan
sedikit keuntungan. Imunoterapi mungkin dapat berguna untuk pengobatan
rhinitis alergi, tapi bila di gunakan sendirian, tak dapat berguna pada polip
yang telah ada, pemberian antibiotik bila terjadi superimposed infeksi
bakteri. (7,12)
Kortikosteroid adalah pengobatan pilihan, baik secara topikal
maupun sistemik. Injeksi langsung pada polip tidak dibenarkan oleh Food
and Drug Administrationkarena dilaporkan terdapat 3 pasien dengan
kehilangan penglihatan unilateral setelah injeksi intranasal langsung dengan
kenalog. Keamanan mungkin tergantung pada ukuran spesifik partikel. Berat
molekuler yang besar seperti Aristocort lebih aman dan sepertinya sedikit
yang di pindahkan ke area intrakranial. Hindari injeksi langsung ke dalam
pembuluh darah.(13)
Steroid oral paling efektif pada pengobatan medis untuk nasal
polipoid. Pada dewasa penulis banyak menggunakan prednison (30-60mg)
selama 4-7 hari dan diturunkan selama 1-3 minggu. Variasi dosis pada anakanak, tetapi maksimum biasanya 1mg/kb/hari selama 5-7 hari dan diturunkan
selama 1-3 minggu. (13)
Respon dengan kortikosteroid tergambar dari ada atau tidaknya
eosinofilia, jadi pasien dengan polip dan rhinitis alergi atau asma seharusnya
respon dengan pengobatan ini. (13)
Pasien dengan polip yang sedikit eosinofil mungkin tidak respon terhadap
steroids. Penggunaan steroid oral jangka panjang tidak direkomendasikan karena
efek sampingnya yang merugikan (seperti gangguan pertumbuhan, Diabetes
Melitus, hipertensi, gangguan psikis, gangguan pencernaan, katarak, glukoma,
osteoporosis). Pemberian topikal kortikosteroid di berikan secara umum karena
22
23
3.9 PROGNOSIS
Polip nasi dapat muncul kembali selama iritasi alergi masih tetap
berlanjut. Rekurensi dari polip umumnya terjadi bila adanya polip yang multipel.
Polip tunggal yang besar seperti polip antral-koanal jarang terjadi relaps. Polip
hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu
ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal pada
rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi.
Secara medikamentosa, dapat diberikan antihistamin dengan atau tanpa
dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung kortikosteroid
atau tidak. Dan untuk alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah
berlangsung lama dapat dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan
hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan cara lain tidak
memberikan hasil yang memuaskan.(13)
24
DAFTAR PUSTAKA
1
2012
Jahromi,A.M, Pour,A.S. The Epidemilogical and Clinical Aspects of
Nasal Polyps that Require Surgey. Iran : Iranian Journal of
2010
10 Bechara Y Ghorayeb. Nasal polyps. http : //
www.otolaryngologyHouston.html
11 Alper Nabi Erkan, MD, zcan akmak, MD, and Nebil Bal,
MD.Frontochoanal
polyp
article
by
All
Rights
Reserved
http://www.entjournal.com
25
S, Ghafourian-Boroujerdnia
M, Saki
N, Soltan-Moradi
26