Anda di halaman 1dari 11

1

Pengertian Efusi Pleura


Efusi Pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam cavum pleura (Kapita Selekta

Kedokteran, 2001).
Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga
pleura (Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan, 2008). dalam
keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20 ml. Cairan pleura
komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein
lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Efusi Pleura, pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
viseral dan pariental, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung
sejumlah keecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8,
Brunner dan Suddarth).
2.2

Etiologi
Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer pada

pleura hanya ada 2 macam yaitu :


1.

Infeksi kuman primer intrapleura

2.

Tumor primer pleura

2.3

Patofisologis
Efusi akan terbentuk sebagai respon mekanis fisiologis dari pembentukan atau absorbsi

cairan serosa yang rusak. Tekanan hidrostatik meningkat pada CHF (Congestif Heart Failure)

yang merupakan penyebab tersering dari kasus-kasus efusi. Hipoproteinemia menurunkan


tekanan osmotik koloid. Penurunan protein plasma sekunder dapat menurunkan sintesis atau
meningkatkan kehilangan protein.
Albumin disintesa di hati, dan merupakan protein yang paling penting untuk
mempertahankan tekanan osmitik koloid. Penyaki-penyakit hati dapat merusak sintesis albumin,
dan yang paling sering berhubungan dengan hipoproteinemia dan efusi adalah sirosis.
Hipoalbuninemia juga menyebabkan peningkatan kehilangan serum protein seperti yang terjadi
pada sindroma nefrotik.
Peningkatan permeabilitas kapiler terjadi jika permukaan pleura atau peritoneal
mengalami inflamasi, hasil dari kehilangan protein pada rongga vaskuler, dan juga tekanan fisik
yang menunjang keluaranya cairan yang terbentuk. Kondisi-kondisi yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler adalah penyakit-penyakit inflamasi, infeksi metastasis tumor.
Jika limfatik mengalami obstruksi atau sumbatan, cairan yang kaya dengan protein kan
terkumpul. Neoplasma dari jaringan limfe sering memproduksi efusi.
2.4

Patogenesis

Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi kondisi :


1.

Gangguan pada reabsorbsi cairan pleura (misalnya karena adanya tumor)

2.

Peningkatan produksi cairan pleura (misalnya akibat infeksi pada pleura)


Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan keadaan :

1.

Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)

2.

Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma ( misalnya hipoproteinemia).

3.

Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)

4.

Berkurangnya absorbsi limfatik

Penyebab Efusi Pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkan adalah :
1.

Transudat:
Gagal jantung, sirosis hepatitis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik sindrom, obstruksi
vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan atelektasis akut.

2.

Eksudat

a.

Infeksi ( Pneumonia, TBC, Virus, Jamur, parasit, dan abses).

b. Neoplasma ( Ca, Paru paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)


c.

Emboli / infark paru paru

d. Penyakit kolagen ( SLE dan Rhematoid arthritis)


e.

Penyakit gastrointestinal ( pangkreatitis, ruptur esofagus, dan abses hati)

f.

Trauma ( hemotoraks dan khilotoraks).


Perbedaan Transudat dan Eksudat
Parameter
Transudat
Penyebab
Tekanan hidrostatik
Tekanan onkotik
Makroskopis
Jernih
kejernihan
Kuning, jernih
warna

BJ
beku spontan
Mikroskopis
jumlah leukosit

2.5

hitung jenis

< 1,018 (1,006 1,018)


Tidak
< 1000 sel/ l (pleural)
< 3000 sel/ l (pleural)
Predominan mononuklear

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari efusi pleura antara lain:

1.

Batuk

Eksudat
Permeabilitas kapiler
Absorbsi limfatik
Keruh
Bervariasi (kuning, abu-abu,
merah, merah muda)
> 1,018 (1,018 1,030)
Bervariasi sering ya
Bervariasi, biasanya:
> 1000 sel/ l (pleural)
> 500 sel/ l (pleural)
Awal : predominan PMN
Lanjut : predominan MN

2.

Dispnea bervariasi

3.

Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)

4.

Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.

5.

Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.

6.

Perkusi meredup diatas efusi pleura.

7.

Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.

8.

Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.

9.

Fremitus fokal dan raba berkurang.

10.

Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses
dan TB paru.
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul dipsnea dan
batuk. Efusi pleura yang besar akan mengakibatkan panas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi
trachea menjauhi sisi yang sakit, dullness pada perkusi dan penurunan bunyi pernafasan pada sisi
yang terkena.
2.6

Penatalaksanaan
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi

melalui selang iga sekitar 500 1000cc. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit dikeluarkan
atau bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu
dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik
hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan
yang adequate.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan pleurodesis
yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin,
Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
1.

Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.

2.

Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).

3.

Pleurodesis (penyatuan parietalis dan viseralis): untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura
setelah aspirasi.

4.

Torakosentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis), menghilangkan


dispnea.
Indikasinya:

Mehilangkan sesak yang ditimbulkan


Bila terapi spesifik pada primernya tidak efektif
Bila terjadi reakumulasi cairan
5.

Water seal drainage (WSD)


Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri,
dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah
meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan
berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.

6.

Antibiotika jika terdapat empiema.

7.

Operatif.

2.7

Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dari efusi pleura antara lain:

1.

Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum).

2.

Hemotoraks (Trauma pada pembuluh darah intercostalis).

3.

Emboli udara (Laserasi yang cukup dalam menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena
pulmonalis).

4.

Atalektasis (Ekspansi paru menurun, terjadi akumulasi cairan).

5.

Fibrosis Paru.

6.

Kolaps Paru.

2.9

Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis
efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Permukaan cairan yang terdapat dalam
rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih
tinggi dari pada permukaan medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke medial pasti
terdapat udara dalam rongga tersebut yang bisa berasal dari luar atau dalam paru paru itu
sendiri.
Hal lain yang dapat terlihat dalam foto dada, efusi pleura adalah tergolongnya
mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Akan tetapi, bila terdapat atelektasis pada
sisi yang bersamaan dengan cairan, mediastinum akan tetap pada tempatnya.
2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor
3. USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis.
Aspirasi caiaran pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapiutik,
torakosintesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi aspirasi adalah pada bagian bawah
paru, disela iga ke 9 garis aksila posterior dengan memakai jarum no. 14 atau 16. Pengeluaran
cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000 1500 cc pada setiap kali aspirasi, jika aspirasi dilakukan
sekaligus dalam jumlah banyak, maka akan menimbulkan syok pleura ( hipotensi) atau edema
paru. Edema paru terjadi karena paru paru terlalu cepat berkembang.
5. Biopsi.
Pemeriksaan histologis 1 atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50
75 % diagnosis kasus pleuritis, tubercolosis, dan tumor paru. Bila hasil pemeriksaan pertama
tidak

memuaskan

dapat

dilakukan pemeriksaans

ulang. Komplikasin

biopsi adalah

pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi pada dinding dada.


6. Analisa cairan pleura.
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi
dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan
dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling
tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA
ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.
7. Bronkoskopi.
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.

2.10

Asuhan Keperawatan

2.10.1 Pengkajian
a. Biodata
Sesuai dengan etiologi penyebabnya, efusi pleura dapat timbul pada seluruh usia. Status ekonomi
( tempat tinggal ) sangat berperan timbulnya penyakit ini terutama Tubercolosis paru. Klien den
yang didahului oleh Tubercolusis paru sering ditemukan didaerah padat penduduk dengan
sanitasi kurang.
b. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama
Kebanyakan Efusi Pleura bersifat Asimtomatik, gejala yang timbul sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik,
ketika efusi sudah membesar dan melebar, kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura
yang besar akan menyebabkan nafas pendek.Tanda Fisik meliputi defiasi Trakhea menjauhi sisi
yang terkena, dullnes pada perkusi penurunan bunyi pernafasan pada sisi trakhea.

Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien dengan Efusi Pleura terutama akibat adanya infeksi nonpleura bisanya mempunyai riwayat
penyakit Tubercolosis Paru.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun diturunkan dari anggota kekeluarganya yang
lain, terutama penularan infeksi Tubercolusis yang menjadis faktor penyebab timbulnya efusi
Pleura.

3. Pemeriksaan Fisik

Pada klien dengan Efusi Pleura membentuk Hemitoraks yang sakit mencembung, kosta
mendatar, ruang interkosta melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum
kearah hemitoraks kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan iktus cordis. RR
cenderung meningkat dan klien biasanya dispnea.

Vokal Fermitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya < 250 cc.
Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada
yang sakit.

Suara Perkusi redup sampai pekak tergantung pada jumlah cairannya. Bila cairannya tidak
mengisi penuh oleh rongga pleura maka pada pemeriksaan ekskursi diagfragma akan didapatkan
penurunan pengembangan diagfragma.

Auskultasi suara napas menurun sampai menghilang, Egofoni.


2.10.2 Pemeriksaan Penunjang

a. Kultur sputum: dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis


b. Apusan darah asam Zehl-Neelsen: positif basil tahan asam
c. Skin test: positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48-72 jam setelah
injeksi.
d. Foto thorax: pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit kalsium
pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran batas
cairan yang melengkung.
e. Biakan kultur: positif Mycobacterium tuberculosis
f. Biopsi paru: adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)
g. Elektrolit: tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh retensi air yang
abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis

h. BGA: Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru


i. Fungsi paru: Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio residual udara
ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik tahap lanjut.
2.10.3 Diagnosa Keperawatan
1. Hipoksia berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan
dalam rongga pleura.
Tujuan : pola nafas kembali efektif dan normal.
KH
Pola nafas kembali normal.
Tidak ada tanda hipoxia.
Tidak ada gejala sianosis.
RR dalam batas normal 16-20x/menit
Retraksi(-)
Rencana Tindakan
1.

Identitas faktor penyebab

R/: dengan mengidentifikasikan penyebab kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat.
2.

Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.

R/: dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernagasan kita dapat mengetahui sejauh
mana perubahan kondisi pasien.
3.

Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur
ditinggikan 60-90 derajat.

R/: penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.
4.

Observasi tanda-tanda vital (RR)

R/: peningkatan RR dan tachicardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.
5.

Lakukan auskultasi suara nafas

R/: auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru.
6.

Bantu dan ajarkan untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.

R/: menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam penekanan otot-otot dada serta
abdomen membuat batuk lebih efektif.
7.

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2, obat-obatan serta foto thorak

R/: pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat
hipoxia dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya
daya kembang paru.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan jumlah/viskositas secret paru
Tujuan: Penurunan kemampuan batuk sekunder akibat nyeri pleuritik/ nyeri karena pemasangan WSD
KH

Anda mungkin juga menyukai