Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT MORAL

MAKALAH

Disusun oleh :
Reskyaningsih Parintak (141434002)
Vinsensia P.D.N Sekar (141434031)
Putri Oktavia (141434059)
Iis Romiyati (141434061)
Imroatul Hasanah (141434080)
Kristian Yosar P (1414340
Natasya Serri Supit (1414340
Ryta Tri Pratiwi (1414340
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan yang maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Romo Hendra Dwi A.,SJ, M.A yang telah memberikan tugas makalah ini kepada
kami, sehingga kami dapat mengembangkan ide-ide kreatif dalam diri kami dan
melatih kami dalam membuat sebuah karya ilmiah.
2. Teman-teman anggota kelompok yang mau bekerja sama dan berdinamika dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu kami, yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena kami masih dalam proses belajar. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 09 April 2016


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asal mula kehidupan manusia itu berasal dari Tuhan yang menciptakan seluruh
kehidupan dibumi ini beserta isinya. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Oleh sebab itu kita semua harus tahu mengenai teori-teori tentang awal permulaan
kehidupan manusia dari berbagai sudut pandang sehingga tidak terjerumus ke dalam halhal yang menyesatkan. Kemudian kemajuan IPTEK di dunia ini yang ternyata tidak
diimbangi dengan kemajuan psikologis dan sosiologis dari setiap kalangan yang ada di
setiap negara. Maraknya peristiwa mengakhiri hidup dengan bunuh diri menjadi sebuah
fenomena menarik. Bagi bangsa Indonesia, bunuh diri bukanlah hanya sebuah tradisi
budaya turun-temurun sebagaimana yang terjadi di Jepang dengan harakirinya.
Perkembangan moral dan etika di tengah-tengah masyarakat akhir-akhir ini semakin
pesat. Tak sampai disitu saja, perkembangan ini juga memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap pola pikir dan pilihan yang diambil oleh mereka, bentuk dan
perkembangan moral dan etika yang terjadi di masyarakat bermacam-macam dan salah
satunya adalah Euthanasia. Euthanasia merupakan suatu isu yang kompleks dan sangat
kontroversial, sehingga melibatkan banyaknya pertanyaan yang membingungkan dan
menimbulkan kubu yang pro dan kubu yang kontra. Kemudian maraknya kasus hukuman
mati yang menjadi alasan atas dilakukannya hukuman mati adalah pencegahan
pembunuhan banyak orang di mana hukuman mati ini memberi efek jera bagi orangorang lain yang mengetahuinya dan khususnya hal ini tidak lagi terulang oleh orang yang
sama. Efek jera bukanlah cara yang paling bagus tetapi hukuman paling buruk yang
mengarah kepada balas dendam di mana terdapat motif preventif, yakni agar tidak
terulang lagi karena takut akan hukuman. Namun cara ini pun tidak terlalu efektif dalam
masyarakat yang miskin. Setiap makhluk hidup, termasuk manusia akan mengalami
siklus kehidupan yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia
dengan berbagai permasalahannya, dan diakhiri dengan kematian.Dari berbagai siklus
kehidupan di atas, kematian merupakan salah satu yang masih mengandung misteri yang
sangat besar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Permulaan kehidupan manusia?
2. Bagaimana dengan Masalah mengakhiri kehidupan manusia (Euthanasia)?
3. Bagaimana juga dengan Hukuman mati, sebab-sebab dan masalah moralnya?
4. Lalu bagaimana tentang Bunuh diri, sebab-sebab dan masalah moralnya?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mampu menjelaskan tentang permulaan kehidupan manusia
2. Mampu menjelaskan masalah mengakhiri kehidupan manusia (Euthanasia)
3. Mampu menjelaskan hukuman mati, sebab-sebab dan masalah moralnya
4. Mampu menjelaskantentang bunuh diri, sebab-sebab dan masalah moralnya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Permulaan kehidupan manusia
1. Menurut pandangan Agama
Asal usul manusia adalah penciptaan adam yang diawali oleh pembentukan
fisik dengan bentuk yang sebaik-baiknya,dan dibuat langsung dari tanah yang kering,
setelah bentuknya sempurna lalu ditiupkan roh ke dalamnya sehingga ia bisa hidup.
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan didunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan, demikian halnya dengan manusia, tuhan menciptakan lawan
jenisnya untuk dijadikan teman hidup (istri). Kemudian tuhan menciptakan Hawa
yang berasal dari tulang rusuk Adam sebagai pendamping hidupnya.
2. Menurut Pandangan Biologis
Ditinjau secara biologis kehidupan dimulai pada saat terjadinya konsepsi atau
pembuahan, yakni bersatunya sel telur (ovum: tunggal, ova: jamak) dan sel laki-laki
(spermatozoa: tunggal, spermatozoon: jamak). Kedua sel yang telah bersatu tersebut
tumbuh dan berkembang dalam organ reproduksi wanita (gonad). Sel telur diproduksi
dalam gonad wanita (ovarium) dan sel spermatozoa diprodiksi dalam gonad pria.
3. Menurut teori Darwin
Charles Robert Darwin (1809-1882). Dalam teorinya ia mengatakan : "Suatu
benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada
kesempurnaan". Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asalusul manusia. Menurutnya manusia sekarang ini adalah hasil yang paling sempurna
dari perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum mekanik seperti halnya
tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu ajaran(pengertian) bahwa manusia
yang ada sekarang ini merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar (manusia kera
berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling
sempurna.

2.2 Masalah mengakhiri kehidupan manusia (Euthanasia)


A. Pengertian Euthanasia

Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik, dan
thanatos, yang berarti kematian. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qatlu arrahma atau taysir al-maut. Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar
kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga
berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat
menjelang kematiannya (Nindamarina.2011)
B. Macam Macam Euthanasia
Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu:
1.

Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan
memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Suntikan diberikan pada saat keadaan
penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada stadium akhir, yang menurut
perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh atau bertahan lama. Alasan yang
biasanya dikemukakan dokter adalah bahwa pengobatan yang diberikan hanya akan
memperpanjang penderitaan pasien serta tidak akan mengurangi sakit yang memang sudah
parah.
Contoh euthanasia aktif, misalnya ada seseorang menderita kanker ganas dengan rasa
sakit yang luar biasa sehingga pasien sering kali pingsan. Dalam hal ini, dokter yakin yang
bersangkutan akan meninggal dunia. Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran
tinggi (overdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan
pernapasannya sekaligus (Nindamarina.2011)

2.

Euthanasia Pasif
Adapun euthanasia pasif, adalah tindakan dokter menghentikan pengobatan pasien yang
menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan.
Penghentian pengobatan ini berarti mempercepat kematian pasien. Alasan yang lazim
dikemukakan dokter adalah karena keadaan ekonomi pasien yang terbatas, sementara dana
yang dibutuhkan untuk pengobatan sangat tinggi, sedangkan fungsi pengobatan menurut
perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi. Terdapat tindakan lain yang bisa digolongkan
euthanasia pasif, yaitu tindakan dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang
menurut penelitian medis masih mungkin sembuh. Alasan yang dikemukakan dokter
umumnya adalah ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi, yang tidak mampu lagi
membiayai dana pengobatan yang sangat tinggi (Nindamarina.2011)

Contoh euthanasia pasif, misalkan penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang
sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang tidak ada harapan untuk
sembuh. Atau, orang yang terkena serangan penyakit paru-paru yang jika tidak diobati maka
dapat mematikan penderita. Dalam kondisi demikian, jika pengobatan terhadapnya
dihentikan, akan dapat mempercepat kematiannya.

2.3 Hukuman mati, sebab-sebab dan masalah moralnya


Hukuman mati adalah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan pengadilan (atau
tanpa pengadilan) sebagai bentuk hukumanterberat yang dijatuhkan atas seseorang akibat
perbuatannya.
Pro dan kontra atas hukuman mati bukan baru sekarang saja terjadi. Pro dan kontra
bahkan telah terjadi sejak pertama kali ketentuan tentang pidana dimasukkan dalam KUHP
Hindia Belanda. hukuman mati bahkan tetap dipertahankan dalam KUHP Hindia Belanda
pada saat KUHP Negeri Belanda menghapuskan hukuman mati. Beberapa alasan pokok
masih dipertahankannya hukuman mati antara lain bahwa ketika itu (tahun 1918) terdapat
keadaan khusus di Hindia Belanda yang berbeda dengan Negeri Belanda. Keadaan-keadaan
khusus itu antara lain masih tingginya angka kejahatan dan luasnya wilayah jangkauan polisi.
Beberapa alasan lain yang mengemukakan di antaranya adalah bahwa hukuman mati
diperlukan karena dapat menimbulkan efek jera yang luar biasa bagi penjahat (Kansil. 1989)
Hal tersebut sejalan dengan tugas sistem peradilan pidana yang diantaranya adalah :
(i) untuk mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan, (ii) menyelesaikan kasus
kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang
bersalah dipidana, dan (iii) mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan
tidak mengulangi lagi (Kansil. 1989)
Oleh karena itu, hukuman mati masih diperlukan untuk menakut-nakuti para penjahat.
Kebutuhan akan adanya hukuman mati secara normatif, terasa lebih diperlukan lagi dalam
situasi ketika dewasa ini pelaksanaan pidana penjara tidak dapat secara efektif mampu
menekan angka kejahatan. Penjara kadangkala tak lebih dianggap sebagai "sekolah tinggi
kejahatan". Tidak sepenuhnya dapat dijadikan alasan perspektif HAM untuk dijadikan
sebagai alasan mengeliminir pidana mati. Betul jika menghilangkan nyawa orang lain adalah

pelanggaran atas prinsip dasar HAM yang harus dijunjung tinggi oleh siapapun. Tetapi
sekedar mengingatkan prinsip dasar HAM juga mengatur bahwa tidak seorangpun boleh
ditangkap, ditahan atau dibatasai kebebasannya, dan tidak seorangpun dapat dihukum dengan
suatu peraturan yang berlaku surut serta masih banyak hak-hak dasar lain yang harus dijamin,
dilindungi dan ditegakkan oleh negara (Wignjosoebroto. 2002)
Jika perspektif semacam itu yang kita gunakan, pertanyaan yang timbul adalah :
apakah dengan demikian memenjarakan seorang terhukum juga merupakan pelanggaran
HAM ? Apakah menangkap seseorang penjahat juga merupakan pelanggaran HAM ?
menangkap seorang tersangka, memenjarakan seorang terpidana bahkan termasuk
menghukum seseorang dengan peraturan yang berlaku surut sebagai mana yang dianut UU
No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dan UU No. 15 tahun 2003 tentang Terorisme
pada prinsipnya juga merupakan pelanggaran HAM yang serius. Tetapi dengan diaturnya
segala ketentuan tersebut dalam perundang-undangan yang sah yang segala ketentuan
tersebut dalam perundang-undangan yang sah yang memenuhi syarat materiel dan formal,
maka sifat pelanggaran HAMnya menjadi hilang. Demikian juga dengan hukuman mati,
sepanjang diatur secara sah dalam perundang-undangan maka sifat pelanggaran HAM di
dalamnya menjadi hilang (Wignjosoebroto. 2002)
Terlepas dari dibolehkannya (dilegalkannya) penangkapan, pemenjaraan atau
hukuman mati, ada satu prinsip dasar yang haruslah dijadikan semacam ultimatum
remedium (sarana terakhir yang dapat digunakan). Karena tindakan semacam itu pada
prinsipnya juga melanggar HAM maka putusan untuk melakukan penahanan, pemenjaraan
apalagi hukuman mati harus dilakukan seselektif mungkin (Hadiwardoyo.2000)

2.4 Bunuh diri, sebab-sebab dan masalah moralnya


A. Pengertian Bunuh Diri
Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu
itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal : bila si
korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi
nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri
menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatan-perbuatan yang

termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa
sendiri dengan menggunakan segala macam cara. Menurut teori Freud, bunuh diri merupakan
tampilan agresi yang diarahkan ke diri melawan suatu introyeksi, ambivalensi akan
kehilangan objek cinta. Ia melakukan bunuh diri karena sebelumnya ia merepresi keinginan
untuk membunuh seseorang. Menninger mengatakan bunuh diri sebagai tindakan
pembunuhan yang terbalik karena adanya kemarahan seseorang terhadap orang lain.
Tindakan ini sebagai pembunuhan yang diarahkan ke diri. Ada tiga komponen dalam bunuh
diri yaitu keinginan untuk membunuh, keinginan untuk dibunuh, dan keinginan untuk mati.
B. Faktor-faktor penyebab bunuh diri
a. Gangguan bipolar. Orang yang memiliki gangguan bipolar akan mengalami
perubahan mood yang sangat drastis. Yang tadinya merasa sangat gembira dan
bersemangat, mendadak bisa berubah menjadi sedih, tidak bersemangat, dan bahkan
depresi. Kalangan ini memiliki risiko 20 kali lebih tinggi untuk melakukan percobaan
bunuh diri jika dibandingkan dengan orang normal. Diperkirakan, 1 dari 3 orang
dengan gangguan bipolar akan mencoba bunuh diri setidaknya 1 kali selama
hidupnya.
b. Depresiberat. Ciri- ciri orang yang mengalami depresi berat adalah merasa putus
asa, suasana hati yang buruk, merasa lelah, atau kehilangan minat dan motivasi. Ciriciri semacam ini dapat member dampak buruk bagi kehidupan orang tersebut secara
menyeluruh. Pada akhirnya memicu mereka untuk lebih mungkin mencoba untuk
bunuh diri.
c. Anoreksia nervosa. Menjauhi makanan sebisa mungkin dan selalu berbohong bahwa
mereka tidak lapar atau sudah makan. Itulah tanda- tanda pengidap anoreksia.
Kalangan ini merasa dirinya gemuk sehingga membuat mereka terus-menerus
menurunkan berat badan. Diperkirakan 20 persen pengidap anoreksia akan melakukan
percobaan bunuh diri setidaknya sekali selama hidupnya.
d. Gangguankepribadian. Tanda utama seseorang memiliki gangguan kepribadian adalah
sering menyakiti diri sendiri. Tanda lainnya adalah emosi yang tidak stabil atau
memiliki masalah dalam bersosialisasi. Kalangan ini bisa memiliki riwayat pelecehan
seksual pada masa kecilnya dan memiliki risiko lebih tinggi untuk bunuh diri.
Diperkirakan lebih dari setengah orang- orang dengan gangguan ini akan melakukan
percobaan bunuh diri setidaknya sekali selama hidupnya.

e. Skizofrenia. Sering berhalusinasi, perubahan perilaku atau percaya kepada hal-hal


yang tidak benar adalah tanda-tanda orang mengidap skizofrenia. Diperkirakan, 1 dari
20 orang dengan skizofrenia akan mencoba untuk bunuh diri.
f. Pernah mengalami pelecehan seksual.
g. Kehilangan pekerjaan.
h. Memiliki utang.
i. Memiliki orientasi seksual tertentu seperti gay, lesbian, atau transgender.
j. Tahanan penjara atau seseorang yang baru bebas dari penjara juga bisa memiliki
niatan untuk bunuh diri.
k. Menjadi korban bullying.
C. Pandangan terhadap bunuh diri
Cara pandang terhadap bunuh diri selama ini dipengaruhi oleh konsep eksistensi yang
luas seperti agama, kehormatan, dan makna hidup. Agama Abrahamik secara tradisional
menganggap bunuh diri sebagai perbuatan melawan Tuhan karena kepercayaan bahwa
kehidupan itu suci. Selama era samurai di Jepang, seppuku dijunjung tinggi sebagai sarana
pertobatan akibat kegagalan atau sebagai bentuk protes. Dahulu di kebanyakan negara barat,
bunuh diri maupun percobaan bunuh diri merupakan tindakan kriminal yang bisa membuat
seseorang dihukum, namun sekarang hukum tersebut sudah tidak berlakulagi. Namun di
kebanyakan negara Islam, tindakan ini masih dianggap melanggar hukum. Pada abad ke-20
dan ke-21, bunuh diri dalam bentuk pengorbanan diri digunakan sebagai sarana protes,
dan kamikaze serta bom
(Hadiwardoyo.2000)

bunuhdiri digunakan

sebagai

taktik

militer

atau

teroris

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini penulis dapat menyimpulkan bahwa kita semua harus
Menghormati kehidupan sejak titik awalnya dan memelihara kehidupan sebagai
anugrah. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu dengan
mempelajari hal-hal sejak permulaan kehidupan manusia yang dapat di lihat dari
beberapa sisi menurut pandangan Agama, padangan Biologis maupun teori Darwin
hingga mengetahui Aborsi dan masalah moralnya, mengetahui masalah mengakhiri
kehidupan manusia (Euthanasia) yang berkaitan dengan masalah moral manusia,
adapula Hukuman mati, sebab-sebab dan masalah moralnya serta keterkaitannya
dengan keberadaan HAM dan menjaga kehidupan dengan tidak melakukan bunuh diri
dengan cara mengenali sebab-sebab dan masalah moralnya.

DAFTAR PUSTAKA
Charles Darwin.2001.The Origin Of Spesies.London:Senate Press
Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Maris.2000.Bunuh Diri dan Masalah Moralnya.Bandung : Rineka Cipta
Purwa Hadiwardoyo.2000.Moral dan Masalahnya.Jakarta : Pustaka Cipta
Soetandyo Wignjosoebroto. 2002. Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalah.
Jakarta : ELSAM
Nindamarina.2011.EUTHANASIA-PERSEPETIF-MEDIS-DAN-HUKUM-PIDANAINDONESIA. Dalam http://www.stikku.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/ pdf di
unduh pada 19 April 2016

Anda mungkin juga menyukai