Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam
interaksi belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip
yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan
ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa
lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa
modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Aktivitas belajar merupakan hal
yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas
mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang
terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada
prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam
proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa,
sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman
Natawijaya (2005:22), belajar aktif adalah Suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor.
Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif.
Tidak mungkin terjadi proses edukatif jika hanya salah satu unsure yang
aktif. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh setiap siswa dalam kelas
selalu berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan metode dan
pendekatan pembelajaran serta orientasi aktivitas (Djamarah, 2003:81.

Ketidaksamaan aktivitas siswa menimbulkan perkembangan tingkat


aktivitas siswa dari yang rendah menuju aktivitas siswa yang lebih tinggi.
Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas belajar adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan
belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh
Paul B. Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi
saran, berpendapat, diskusi, interupsi.
3) Listening Activities, sebagai contoh

mendengarkan:

uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.


4) Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
menyalin.
5) Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun,
beternak.
7) Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.
8) Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup,
melamun, berani, tenang.
Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti
berpendapat bahwa dalam belajr sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa
yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak
membimbing dan mengarahkan.

2. Hasil Belajar

Setelah

mengetahui

pengertian

belajar

dan

faktor

yang

mempengaruhinya, maka akan dikemukakan apa itu hasil belajar. Nana


Sudjana (2005: 5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya
memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Suratinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan hasil belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Syaiful Bahri Djamarah
(1996:23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai
hasil dari aktivitas dalam belajar.
Eko Putro Widoyoko (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar
terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan
menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran,
penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian
(assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Benyamin
Bloom (Nana Sudjana , 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar
membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: 1) Pengetahuan 2)
Pemahaman 3) Aplikasi 4) Analisis 5) Sintesis 6) Evaluasi
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari
lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana
sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut. 1) Reciving/ attending

(penerimaan) 2) Responding (jawaban) 3) Valuing (penilaian) 4)


Organisasi 5) Karaakteristik nilai atau internalisasi nilai
c. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yakni: 1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan
yang tidak sadar; 2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; 3)
kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris dan lain-lain; 4) kemampuan di bidang
fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan; 5) gerakangerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks; 6) kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat
kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan
perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007: 121) mengungkapkan ranah
kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman
dan aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat dilatih di SLTP
dan SMU dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang ada.
Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah,
misalnya mengingat rumus, istilah, nama-nama tokoh atau nama-nama kota.
Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada
pengetahuan, misalnya memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Sedangkan aplikasi
adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.
Menerapkan abstraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis ke dalam situasi
baru disebut aplikasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
model atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

10

Dengan

demikian

aspek

kognitif

adalah

subtaksonomi

yang

mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat


pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam
ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha
kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu. Di antara ketiga ranah
tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai
isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 23). Dalam pembatasan hasil
pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada
jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).
3. Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut paham konvensional (Darsono, 2000;24), pendidikan
dalam arti sempit diartikan bantuan kepada siswa terutama pada aspek
moral atau budi pekerti, sedangkan pengajaran diartikan sebagai bantuan
kepada anak didik dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan.
Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai
seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian
pendidikan, pembelajaran dan pengajaran mempunyai hubungan yang
konseptual yang tidak berbeda, kalau dicari perbedaannya, pendidikan
memiliki cakupan yang cukup luas yaitu mencakup baik pengajaran
maupun

pembelajaran,

dan

pengajaran

merupakan

bagian

dari

pembelajaran. Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu


bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan terjadi
perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah
laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:24)
Aliran behavioristik mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
usaha guru terbentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

11

lingkungan atau stimulus. Sedangkan aliran kognitif mendefinisikan


pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang
dipelajari (Darsono, 2000:24) Pembelajaran adalah suatu proses transfer
ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai
penerima informasi. (Munif Chatib, 2004) Humanistic mendeskripsikan
pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada si belajar untuk
memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat
dan kemampuannya. (Sugandi, 2004:9)
Jadi pembelajaran bisa diartikan proses belajar antara dua orang
atau lebih yaitu antara guru sebagai pemberi informasi dengan siswa
sebagai penerima informasi untuk mengenal dan memahami apa yang
sedang dipelajari sesuai dengan minat dan kemampuannya.
b. Fase dalam proses pembelajaran
Menurut Brunner, dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase
atau episode , yakni (1) informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi.
1) Informasi
Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang
menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus
dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan
apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada
energi yang lenyap.
2) Transformasi
Informasi itu harus di analisis, diubah atau di transformasi
kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru
sangat diperlukan.

3) Evaluasi

12

Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita


peroleh dan tranformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain. (Nasution:2000:15)
c. Ciri-ciri Pembelajaran
Sesuai dengan ciri-ciri belajar, berdasarkan pendapat Darsono
(2000:25) maka ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai
berikut :
1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis.
2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa
dalam belajar.
3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik
perhatian dan menantang siswa.
4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik.
5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik
secara fisik maupun psikologis.
7) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar
dan sengaja. Oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan.
Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa
bertambah baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku yang
dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang
berfungsi sebagai pengendalian sikap dan prilaku siswa, serta juga
meliputi kemampuan sosial dalam bergaul terhadap sesama bagaimana
nilai dan norma yang terdapat didalamnya.
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut
fungsinya:

13

1) Alat untuk menyampaikan pengalaman viklarius, yaitu menyajikan


bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak mereka peroleh
dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat
dilakukan melalui TV, rekaman suara dan lain-lain. vicarious berarti
sebagai substitusi atau pengganti pengalaman yang langsung.
2) Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau
prinsip suatu segala, misalnya model molekul atau alat pernafasan,
tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang
memberikan langkah langkah untuk memahami suatu prinsip, atau
struktur pokok.
3) Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu
peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan
perjuangan untuk hidup, untuk member pengertian tentang suatu ide
atau gejala.
4) Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran
berprogram, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang
teratur dan member balikan atau feedback tentang respon murid. Alat
ini dapat meringankan beban guru. Selain itu alat ini segera
memberikan feedback dan memberi jalan untuk memperbaiki
kesalahan yang di buat oleh murid. (Nasution:15)
d. Prinsip Pembelajaran
Prinsip pengaturan kegiatan dalam pembelajaran dibagi menjadi
tiga :
1) Prinsip pengaturan kegiatan kognitif,
Pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana mengatur
kegiatan kognitif yang efisien. Caranya mengatur kegiatan kognitif
yang efisien menggunakan sistematika alur pemikiran dan sistematika
proses pembelajaran itu sendiri.
2) Prinsip pengaturan kegiatan afektif,
Pembelajaran afektif perlu memperhatikan dan menerapkan tiga
pengaturan kegiatan afektif, yaitu factor conditioning, behavior

14

modification, human model. Factor conditioning yaitu prilaku guru


yang berpengaruh terhadap rasa senang atau rasa benci siswa terhadap
guru. Factor behavior modification yaitu pemberian penguatan
seketika. Factor human model yaitu contoh berupa orang yang
dikagumi dan dipercaya oleh siswa.
3) Prinsip pengaturan kegiatan psikomotorik.
Pembelajaran psikomotorik mementingkan faktor latihan,
penguasaan prosedur gerak-gerak dan prosedur koordinasi anggota
badan. Untuk itu diperlukan pembelajaran fase kognitif. (Sugandi,
2004:11)
4. Modifikasi
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh
para guru agar pembelajaran mencerminkan developmentally appropriate
practice (DAP). Untuk itu DAP yang di dalamnya memperhatikan ukuran
tubuh siswa harus selalu menjadi prinsip utama dalam memodifikasi
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Inti dari
modifikasi

adalah

menganalisa

sekaligus

mengembangkan

materi

pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar


potensi yang dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. (Suherman,
2000:1)
Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan
materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas
belajar yang potensial yang dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.
Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan
siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang rendah
ketingkat yang lebih tinggi, yang tadinya kurang terampil menjadi terampil
(Yoyo Bahagia, dkk, 2000:1).
Jadi dapat disimpulkan modifikasi adalah menganalisa sekaligus
mengembangkan suatu bentuk dan mengarahkan pihak yang terdapat
didalamnya untuk menjadikan dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat

15

rendah ke yang lebih tinggi, dan yang tadinya kurang terampil menjadi
terampil.
a. Klasifikasi modifikasi
Modifikasi ini dapat diklasifikasikan dalam berbagai hal seperti :
1) Peralatan,
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas
dan kesulitan tugas ajar dengan cara modifikasi peralatan yang di
gunakan. Misalnya pada anak SD bermain bola voli tidak harus
mengunakan bola yang sebenarnya tetapi bisa menggunakan bola
plastik atau bola spon yang lebih ringan dan menggunakan net yang
lebih rendah.
2) Penataan ruang gerak,
Dalam hal ini guru harus menata ruang sebaik mungkin agar
siswa dalam bergerak tidak saling bertubrukan dengan siswa lain.
Contoh dalam penelitian ini guru menata sisi kiri, sisi kanan gawang
dan daerah setengah lapangan untuk pemanasan agar siswa dapat
bergerak leluasa selama melakukan pemanasan.
3) Jumlah siswa yang terlibat,
Sangat jelas disini agar siswa dapat leluasa bergerak siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok siswa. Dalam penelitian ini ada 40
siswa yang terlibat. Dan seterusnya dibagi menjadi 2 kelompok, 1
kelompok putra dan 1 kelompok putri
4) Formasi pembelajaran.
Dalam hal ini guru membuat variasi formasi pembelajaran
sehingga tidak monoton. Misalnya yang semula saling berhadapan
tegak lurus di ubah menjadi saling silang. Contoh kemudian pada saat
memakai bola berhadapan tegak lurus. (Suherman, 2004:7-8). Kriteria
modifikasi permainan adalah sebagai berikut :
a) Mendorong partisipasi maksimal,
b) Memperhatikan keselamatan,
c) Mengajar efektifitas dan efisien gerak,
d) Memenuhi tuntutan perbedaan kemampuan anak,
e) Sesuai dengan pertumbuhan perkembangan anak,
f) Memperkuat ketrampilan yang sudah dipelajari sebelumnya,
g) Mengajar menjadi anak yang cerdas,

16

h) Meningkatkan perkembangan emosional dan sosial (Suherman,


2000)
Sedangkan Aussie (1996) mengembangkan modifikasi di
Australia dengan pertimbangan :
a) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional orang
dewasa,
b) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi
akan mengurangi cidera pada anak,
c) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan
keterampilan anak lebih cepat dibandingkan dengan peralatan yang
standar untuk orang dewasa,
d) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan
kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif.
Beberapa komponen yang dapat dimodifikasi sebagai pendekatan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani diantaranya adalah :
1) Ukuran berat atau peralatan yang digunakan,
2) Lapangan permainan,
3) Waktu bermain,
4) Peraturan permainan dan
5) Jumlah Pemain (Aussie : 1996)
Jadi modifikasi adalah suatu cara atau usaha yang dilakukan guru
berupa rancangan model pembelajaran yang baru dan lebih variatif untuk
menarik minat siswa agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan
dapat menciptakan perubahan, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.
5. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui jasmani, jasmani
adalah kata sifat dengan asal kata jasat yang berarti tubuh atau badan.
Dengan pandangan ini maka jasmani berkaitan dengan perasaan, hubungan
pribadi, tingkahlaku kelompok, perkembangan mental dan sosial, intelektual
serta estetika. Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani, yakni
aktivitas jasmani yang pada umumnya dilakukan pada tempo yang cukup
tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar ketangkasan dan keterampilan,
yang tidak perlu terlalu tepat, terlalu halus dan sempurna atau berkualitas

17

tinggi. Agar diperoleh manfaat bagi anak-anak didik mencakup bidangbidang non fisik seperti intelektual. Sosial, estetika, dalam kawasankawasan kognitif maupun afektif. (H. abdul kadir. 1992:4)
Pengertian pendidikan jasmani olahraga kesehatan adalah proses
pendidikan keseluruhan yang mengacu pada aspek kognitif, afektif,
psikomotorik, dan fisik yang terangkum dalam kurikulum pendidikan,
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jasmani, mental, emosional dan
sosial, serta menjadikan manusia yang seutuhnya sehat jasmani dan rohani
untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
6. Permainan
Bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang dan
permainan adalah bermain (Poewadarminta, 2003:689) Telah diakui
kebenarannya bahwa hidup manusia sejak dari kecil tumbuh dengan
melewati beberapa macam bentuk pengalaman bermain. Dari mempelajari
perkembangan

individu

manusia

beserta

sejarahnya,

dapat

ditarik

kesimpulan bahwa permainan itu ada. Oleh karena itu manusia tumbuh tidak
dapat mengelakkan alam permainan. Anak-anak berkembang melewati
bermacam macam permainan sebagai kodrat yang alami (Soemitro 1992:3)
1) Permainan Bola Voli Mini
Permainan bola voli adalah memasukan bola kedaerah lawan
melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan
permainan bola itu di daerah lawan. Memvoli artinya memainkan atau
memantulkan bola sebelum jatuh atau sebelum menyentuh lantai. (M.
Yunus 1992 : 1) Dalam hal ini permainan bola voli mini menggunakan
tinggi net 2,00 meter dan besar lapangan 12,00 x 6,00 meter. Permainan
bola voli mini merupakan salah satu permainan atau cabang olah raga
yang ada dalam pembelajaran penjasorkes di Sekolah Dasar.
2) Teknik dasar bola voli mini
Menurut Suharno (1982: 31) teknik dalam bola voli adalah suatu
proses melatihkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek
dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam

18

cabang permainan bola voli. Di samping itu, agar permainan berlangsung


dengan baik, lancar, dan teratur maka teknik dasar permainan bola voli
harus dikuasai dengan baik. Selanjutnya, Yunus M. (1992: 68)
menyatakan bahwa teknik dasar permainan bola voli meliputi: (a) servis,
(b) passing, (c) smash (spike), (d) bendungan (block).
a) Servis
Pada mulanya servis hanya merupakan pukulan pembukaan
untuk memulainya suatu pertandingan, dengan berkembangnya
permainan bola voli kini servis dijadikan serangan untuk mendapatkan
poin sehingga kini servis sudah sangat berkembang teknik maupun
variasi dari servis itu sendiri. Adapun teknik-teknik dalam permainan
bola voli antara lain: (1) servis tangan bawah (underhand service), (2)
servis mengapung (floating service; floating overhand serve,
overhand change service (overhand round-house service), (3) jumping
service.
Menururt Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 187) servis atau
sajian adalah pukulan permulaan yang dilakukan oleh pihak yang
berhak melakukan servis untuk memulai menghidupkan bola ke dalam
permainan atau tindakan untuk menghidupkan bola ke dalam
permainan. Selanjutnya, menurut Nuril Ahmadi (2007: 20) servis
adalah pukulan bola yang dilakukan dari belakang garis akhir
lapangan permainan melampui net ke daerah lawan.

19

Gambar

2.1 Cara Melakukan Service


(Minarsih, 2010:75)

Bawah

dan

Atas

b) Passing
Passing adalah upaya pemain bola voli dalam menerima bola
dengan menggunakan gaya atau teknik tertentu. Fungsinya untuk
menerima atau memainkan bola yang datang dari lawan atau teman
beregu yang dipergunakan untuk menyerang dan memegang inisiatif
pertandingan. Pelaksanaan passing secara umum dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu passing bawah dan passing atas.
1) Passing Bawah
Dalam permainan bola voli salah satu yang sangat penting
dan yang harus dikuasai oleh seorang pemain adalah teknik
passing bawah. Teknik passing bawah dapat digunakan sebagai
pertahanan untuk menerima smash dari lawan dan dapat pula untuk
pengambilan bola setelah terjadi block atau bola pantulan dari net.
Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 189) yang dimaksud
dengan passing bawah ialah mengambil bola yang berada di bawah
badan atau bola dari bawah dan biasanya dilakukan dengan kedua
lengan bagian bawah (dari sikut sampai pergelangan tangan
dirapatkan), baik untuk dioperkan kepada kawan, maupun langsung
ke lapangan melalui di atas net.

Gambar 2.2 Sikap Persiapan Pukulan Passing Bawah (M


Yunus, 1992: 83)

20

Gambar 2.3 Pukulan Passing Bawah (Yunus M., 1992: 83)


Teknik passing bawah terdapat beberapa macam jenis dan
variasi. Berkaitan dengan jenis dan variasi teknik passing bawah
menurut Dieter Beuthelstahl (2007: 34) ada beberapa jenis dan
macam passing bawah sebagai berikut: (1) Two-armed defence
standing position atau pertahanan dengan dua lengan dengan posisi
berdiri. (2) Two-armed defence on the move atau pertahanan dua
lengan dalam posisi bergerak (3) Forward dive atau menjatuhkan
diri ke depan. (4) One-armed rolling dig to the side (japannes roll)
atau pertahanan satu lengan dengan menjatuhkan diri ke sisi dean
sambil menyendok bola.
2) Passing Atas
Teknik passing atas sangat efektif digunakan untuk
mengambil bola-bola atas. Pada umumnya passing atas digunakan
untuk mengumpan ke teman yang lain dalam tim, yang selanjutnya
diharapkan akan dapat dipergunakan untuk menyerang ke lapangan
lawan. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 190) passing
atas

adalah

menyajikan

bola atau membagi-bagikan bola

(mengoper bola) dengan menggunakan jari-jari tangan, baik kepada


kapan maupun langsung ditunjukkan ke lapangan lawan melalui
atas jaring. Novi Lestari (2008: 175) menyatakan bahwa passing
atas merupakan pukulan passing yang dilakukan pemain dengan
menyentuh bola menggunakan kedua tangan di atas kepala.

21

Gambar 2.4 Sikap Tangan Saat Passing Atas (Yunus M., 1992:
16)

Gambar 2.5 Passing Atas (Yunus M., 1992: 16)


Passing atas merupakan salah satu teknik yang harus
dikuasai oleh seorang pemain. Dalam pengambilan bola dengan
tangan atas (passing atas) ini harus benar-benar diperhatikan.
Terutama bagi para pemain yang baru belajar, karena passing atas
pada dasarnya cara penggunaanya dengan kedua jari-jari tangan,
selain itu relatif sulit untuk dipelajari, juga kemungkinan
mengalami risiko cedera cukup tinggi. Hendaknya pemain dalam
melakukan passing atas lebih berhati-hati saat memvoli bola dan
memahami teknik passing atas dengan baik. Menurut Nuril Ahmadi
(2007: 25), cara melakukan teknik passing atas yang baik adalah
jari tangan terbuka lebar dan kedua tangan membentuk mangkuk
hampir saling berhadapan. Sebelum menyentuh bola, lutut sedikit
ditekuk hingga tangan berada di muka setinggi hidung. Sudut
antara sikut dan badan kurang lebih 45. Bola disentuhkan dengan
cara meluruskan kedua kaki dengan lengan.
3) Smash (spike)

22

Smash adalah tindakan memukul ke bawah dengan


kekuatan, biasanya melompat ke atas, masuk ke bagian lapangan
lawan (Bonnie Robinson, 1997: 13). Smash yaitu teknik yang
dilakukan oleh pemain bola voli yang berfungsi untuk melakukan
serangan ke daerah lawan, sehingga bola yang akan diseberangkan
ke daerah lawan tersebut dapat mematikan minimal menyulitkan
lawan dalam memainkan bola dengan sempurna.
Menurut Nuril Ahmadi (2007: 32) smash adalah suatu
pukulan dimana tangan melakukan kontak dengan bola secara
penuh pada bagian atas, sehingga jalanya bola terjal dengan
kecepatan yang tinggi. Bahwa smash yang dilakukan harus
dilakukan dengan cepat, tepat dan keras. Agar pukulan smash yang
diarahkan ke lawan sulit di terima dan dengan teknik ini peluang
mendapatkan angka lebih besar. Menurut Dieter Beuthelstahl
(2007: 24) untuk dapat mencapai hasil yang baik dalam melakukan
smash ini diperlukan raihan yang tinggi dan kemampuan meloncat
yang tinggi. Dalam melakukan smash ada beberapa macam jenis
dan variasinya, hal ini dikarenakan setiap pemain memiliki
kemampuan yang berbeda beda dalam melakukan smash.
Berikut ini macam-macam jenis smash bahwa ada 4 jenis
smash yaitu: (1) Frontal smash atau smash depan, (2) Frontal
Smash dengan twist atau smash depan dengan memutar, (3) Smash
dari pergelangan tangan, (4) Dump atau tipuan.

23

Gambar 2.6 Cara melakukan smes (Kurniadi, 2010:79)


4) Bendungan (block)
Blok merupakan benteng pertahanan yang utama untuk
menahan serangan lawan. Blok mempunyai tingkat keberhasilan
yang sangat kecil karena bola smash yang akan diblok arahnya
dikendalikan oleh lawan (lawan selalu menghindari blok). Seiring
dengan berkembangnya permainan, blok berubah menjadi senjata
untuk mengumpulkan angka apabila dilakukan dan terkoordinir
dengan baik.
Menurut Aip Syarifddin dan Muhadi (1991: 193) block
adalah tindakan dalam usaha untuk menahan serangan lawan pada
saat bola melewati atas jaring, dengan mempergunakan satu atau
kedua tangan yang dilakukan seorang pemain atau oleh dua atau
tiga orang pemain secara bersama-sama. Menurut Novi Lestari
(2008: 106) blocking atau membendung bola adalah suatu
keterampilan bertahan yang digunakan untuk menghentikan atau
memperlambat serangan lawan di daerah jaring.

Gambar 2.7 Cara melakukan Bendungan (block) ((Kurniadi,


2010:79))
7. Permainan dan Pendidikan jasmani
Permainan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan
jasmani. Oleh sebab itu permainan atau bermain mempunyai tugas dan

24

tujuan yang sama dengan tugas dengan tugas dan tujuan pendidikan
jasmani. Jika anak bermain atau diberi permainan dalam rangka pelajaran
pendidikan jasmani, maka anak akan melakukan permainan itu dengan rasa
senang. Karena rasa senang inilah maka anak akan mengungkapkan keadaan
pribadinya yang asli pada saat dia bermain, baik itu watak asli, maupun
kebiasaan yang telah membentuk kepribadiannya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa dengan bermain orang dapat mengaktualisasikan potensi
aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap, dan prilaku. Dari situasi yang
timbul ini maka seorang guru pendidikan jasmani dapat melaksanakan
kewajibannya. Sebab dari itu, bilamana perlu, guru dapat memberi
pengarahan, koreksi, saran, latihan, atau dorongan yang tepat agar anak
didiknya berkembang lebih baik, dan dapat mencapai kedewasaan yang
diharapkan. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa dengan bermain
kita dapat meningkatkan kualitas sesuai dengan aspek pribadi manusia
(Sukintaka, 1992:11 -12).
Bermain mempunyai peranan dalam aspek jasmani pribadi manusia.
Sasaran jasmani tersebut sebagai berikut :

a.

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Aktivitas bermain pada anak-anak dilakukan dengan aktivitas
jasmani. Aktivitas jasmani ini sangat penting bagi anak-anak dalam masa
pertumbuhannya. Gerak mereka berarti berlatih tanpa disadarinya. Dasar
gerak mereka menjadi lebih baik, karena kekuatan otot, kelentukan, daya
tahan otot setempat, dan daya tahan kardiovaskuler menjadi baik. Di
samping itu bertambah panjang dan bertambah besar otot-otot mereka.
Dari pertumbuhan mereka, berarti semakin baik pula fungsi organ tubuh
mereka, sehingga dapat dikatakan, bahwa dari pertumbuhan mereka,
akan terjadi perkembangan yang lebih baik (Sukintaka, 1992:12).

b.

Kemampuan Gerak

25

Kemampuan gerak sering juga disebut gerak umum (general motor


ability). Kemampuan gerak itu merupakan kemampuan seseorang dalam
melakukan tugas gerak yang spesifik yang agak luas terhadap
keterampilan gerak (motor skill) yang banyak. Kemampuan gerak dalam
berolahraga biasanya juga akan memberi pengaruh terhadap gerak dan
sikap gerak sehari-hari. Kemampuan gerak akan didasari oleh gerak
dasar yang baik. Adapun dasar gerak itu adalah, kekuatan otot,
kelentukan otot, daya tahan otot setempat, dan daya tahan kardiovaskuler
(Sukintaka, 1992:16).
c.

Kesegaran Jasmani
Anak yang bermain secara terus menerus, dalam jangka waktu
yang lama, merupakan keadaan yang dapat diharapkan berkembangnya
kesegaran jasmaninya. Sehingga dapat melaksanakan tugas sehari-hari
dengan baik dan kuat, tanpa kelelahan yang berarti, dan dengan energi
yang besar mendapatkan kesenangan dalam menggunakan waktu luang
(Sukintaka, 1992:27)

d.

Kesehatan
Dalam bahasa kesegaran jasmani, dapat disimpulkan bahwa anak
yang bermain tidak menjadi sakit, yang berarti bahwa mereka bahkan
menjadi lebih baik. Kegiatan jasmani yang dilakukan anak dengan rasa
senang ini, akan menjadikan anak lebih tahan terhadap beberapa penyakit
(Sukinta, 1992:27)
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran bola voli mini merupakan suatu proses belajar yang
dilakukan dengan cara bimbingan, pemberian pengetahuan atau materi yang
diberikan dari guru kepada siswa didalam suatu proses pembelajaran yang
terprogram. Banyak pendekatan pembelajaran yang merangsang siswa untuk
belajar mandiri, kreatif dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
adalah mengedepankan karakteristik anak sekolah dasar dengan pendekatan
permainan dan memodifikasi permainan bola voli mini dengan memodifikasi

26

sarana dan prasarana dalam permainan bola voli mini yaitu dengan
menggunakan bola spon dan menggunakan tinggi net yang lebih rendah yaitu
dengan tinggi net putri. Berdasarkan pemahaman diatas, maka sebagai seorang
guru harus menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dalam
pembelajaran bola voli mini di sekolah dasar yaitu melalui permainan
sederhana. Sehingga meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar
teknik dasar bermain bola voli mini yang benar, karena dengan pendekatan
yang baru memungkinkan siswa dapat melakukan gerakan, pengontrolan dan
ketepatan secara lebih baik mudah dan menyenangkan. Seorang guru juga
harus mengetahui kemampuan ataupun kondisi siswanya dimana pembelajaran
yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik siswa tersebut dan lebih
mengedepankan aspek-aspek yang ada dalam pembelajaran penjasorkes yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu pembelajaran tidak harus
selalu berpusat pada guru penjasorkes melainkan terpusat kepada siswa,
sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan yang ia miliki sendiri
bersama teman sebayanya, tentunya hal itu dalam pengawasan guru
penjasorkes. Maka dengan pemikiran tersebut diatas penulis merangsang
pelaksanan pembelajaran dengan menggunakan modifikasi permainan bola voli
mini untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa kelas IV SDN Ulu Naron
Tahun Pelajaran 2014/2015.
Dalam bentuk diagram, kerangka pikir penelitian tindakan kelas dengan
modifikasi permainan bola voli mini siswa kelas IV SDN Ulu Naron
sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

27

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir


C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan penjelasan pada kajian teori dan kerangka berpikir yang
telah disusun, maka diajukan hipotesis terhadap penelitian sebagai berikut:
1. Modifikasi permainan bola voli mini

dapat meningkatkan prosese

pembelajaran Penjasorkes siswa kelas IV SDN Ulu Naron Tahun Pelajaran


2014/2015
2. Modifikasi permainan bola voli mini

dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran Penjasorkes siswa kelas IV SDN Ulu Naron Tahun Pelajaran


2014/2015.
3. Modifikasi permainan bola voli mini dapat meningkatkan hasil belajar
Penjasorkes siswa kelas IV SDN Ulu Naron Tahun Pelajaran 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai