Disusun Oleh :
ISRIYANTO
NIM. 814129473
UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
PANGKALPINANG
2010
Nama Mahasiswa
: ISRIYANTO
NIM
: 814129473
Program Studi
: S1 PGSD
Tempat Mengajar
Perbaikan Pembelajaran
: 3 siklus
Tempat Pelaksanaan
: SD Negeri 10 Muntok
Tanggal Pelaksanaan
Judul
Supervisor,
SURADI, M .Pd
NIP. 19630413 198308 1 002
196505211991031003
ISRIYANTO
NIM. 814129473
Mengetahui,
Kepala UPBJJ Pangkalpinang
SURAT PERNYATAAN
Hasil
ISRIYANTO
NIM. 814129473
Oleh :
ISRIYANTO
NIM. 81429473
ABSTRAK
Pemahaman siswa tentang materi pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai hal
diantaranya adalah minat siswa dalam pembelajaran dan penggunaan alat peraga/media
pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan materi pembelajaran. Pengajaran yang
sistematis dan sesuai dengan karakteristik siswa akan turut mempengaruhi pemahaman
siswa. Penelitian masalah meningkatkan aktivitas siswa pada materi Sudut Siku-siku,
Sudut Lancip, dan Sudut Tumpul di kelas IIIB SD Negeri 10 Muntok telah dilaksanakan
pada bulan Mei 2010(11 15 Mei 2010).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
rendahnya nilai hasil belajar siswa karena minat siswa dalam pembelajaran sangat
kurang. Hal ini disebabkan oleh penggunaan alat peraga/media pembelajaran guru
yang tidak efektif untuk materi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan, hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran Matematika
khususnya materi Sudut Siku-siku, Sudut Lancip, dan Sudut Tumpul. Selain itu juga
untuk meningkatkan profesionalisme guru dengan menambah pengalaman dan
pengetahuan dalam menerapkan metode mengajar. Jenis penelitian yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui 3 siklus pembelajaran. Subjek pelaku
penelitian ini adalah guru wali kelas IIIB dan subjek penerima tindakan siswa kelas IIIB
semester II tahun pelajaran 2009 / 2010 SD Negeri 10 Muntok. Data penelitian
diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata siswa selama proses perbaikan pembelajaran dari
siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan mencapai 95 % sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran/alat peraga
gambar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IIIB SD Negeri 10
Muntok pada mata pelajaran Matematika materi Sudut Siku-siku, Sudut Lancip, dan
Sudut Tumpul.
Kata Kunci : Media Gambar, Hasil Belajar, Sudut Siku-siku, Sudut Lancip, dan Sudut
Tumpul.
KATA PENGANTAR
egala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, kepada-Nya kita berbakti, dan
kepada-Nya pula kita memohon ampun atas segala dosa dan alpa kita. Sholawat
dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Identifikasi dan Pengesahan ......................................................................... i
Surat Pernyataan ........................................................................................................ ii
Abstrak ...................................................................................................................... iii
Kata Pengantar ........................................................................................................... iv
Daftar Isi ..................................................................................................................... v
Daftar Lampiran ......................................................................................................... vi
Daftar Grafik ............................................................................................................. vii
I.
II.
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
KAJIAN PUSTAKA
A.
B.
C.
B.
V.
A.
B.
Pembahasan .............................................................................................. 16
Kesimpulan .............................................................................................. 18
B.
Saran ........................................................................................................ 18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muntok, dari 20 siswa yang mendapatkan nilai >= KKM 60 hanya 3 siswa,
sedangkan 17 siswa lainnya mendapatkan nilai dibawah 60.
Berdasarkan data yang ada, penulis terdorong untuk merefleksikan diri dan
melakukan rencana perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas.
Penulis mempunyai keyakinan apabila penyampaian materi dengan menggunakan
media dan alat peraga yang baik, dapat memotivasi dan hasil belajar akan
meningkat, adapun upaya penulis untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut
yaitu meggunakan alat peraga / media gambar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah, rumusan masalah yang
menjadi fokus perbaikan dan pelitian adalah : Apakah Alat Peraga / Media Gambar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIIB SD Negeri 10 Muntok Bangka
Barat tentang Sudut Siku-siku, Lancip dan tumpul ?
C. Tujuan Perbaikan
1. Untuk mengetahui apakah penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan
Hasil Belajar siswa kelas kelas IIIB SD Negeri 10 Muntok Bangka Barat tentang
Sudut Siku-siku, Lancip dan Tumpul.
2. Untuk mengetahui apakah penggunaan Media Gambar dalam pembelajaran
Sudut Siku-siku, Lancip, dan Tumpul dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas
IIIB di SD Negeri 10 Muntok Bangka Barat.
D. Manfaat Perbaikan
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan minat belajar siswa
b. Menambah tingkat penguasaan materi pelajaran dari sebelumnya
2. Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar
b. Dapat merefleksi kegiatan belajar mengajar
3. Bagi Sekolah
a. Dapat meningkatkan mutu dan keberhasilan sekolah
b. Membawa nama baik sekolah
II.
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika di SD
Belajar adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk
mengadakan perubahan terhadap dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan
maupun sikap.
Sedangkan pembelajaran adalah segala sesuatu yang yang digunakan untuk
menimbulkan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa untuk memperoleh atau
mencapai pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap (Suharsimi Arikonto.
1980).
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling tidak disukai
anak-anak, atau paling banyak murid yang tidak menyukainya. Ini tidak hanya
berlaku di negeri kita. Padahal, Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar
terpenting untuk sains dan teknologi, yang sangat perlu bagi pembangunan. Lebih
dari itu, dalam kehidupan sehari-hari tidak ada orang yang terbebas dari
hubungannya dengan Matematika. Oleh sebab itu ketidaksukaan terhadap
Matematika, yang tentunya mengakibatkan kekurang terampilan dalam Matematika
serta bisa menimbulkan kesulitan atau mengesalkan hati. (Soeparmo. 1992)
Menurut pakar belajar Tuntas Block (1980), bentuk anak itu pada dasarnya
berbeda, namun setiap dapat mencapai taraf penguasaan penuh. Yang membedakan
individu satu dari yang lain dalam belajar adalah waktu. Artinya ada orang yang
dapat menguasai sesuatu dengan penuh dalam waktu singkat dan ada yang
memerlukan waktu lebih lama.
Peaget dalam Crawford R (1999) menyatakan pengetahuan meliputi fakta
yang telah dibangun merupakan kondisi perkembangan biologis secara umum yang
berinteraksi dengan lingkungan dan dibangun kedalam konsepsi yang berkembang
dalam bentuk kognitif.
Menurut Rogers, belajar harus memiliki makna bagi peserta didik.
Pengorganisasian bahan dan ide baru harus dalam kerangka member makna kepada
peserta didik. Belajar yang optimal akan terjadi jika peserta didik berpartisipasi
penuh serta memiliki tanggung jawab dalam belajar. Jadi belajar mengalami
(Experintal Learning) merupakan suatu hal yang sangat penting agar peserta didik
dapat lebih kreatif dan melakukan evaluasi serta kritik diri.
Menurut Kline (1973) bahwa Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri
yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu untuk membantu
manusia dalam memahami permasalahan social, ekonomi dan alam.
10
Menurut Jean Peageat bahwa anak tidak bertindak dan berpikir sama seperti
orang dewasa. Lebih-lebih dalam pembelajaran Matematik di SD. Sesuatu yang
abstrak dapat saja dipandang sederahan menurut kita yang sudah formal, namun
dapat saja sesuatu yang sulit dimengerti oleh anak yang belum formal. Oleh karena
itu tugas utama guru ialah menolong anak mengembangkan kemampuan
intlektualnya sesuai dengan perkembangan intlektual anak.
Berdasarkan apa yang diukur diatas, penulis mencoba mengggunakan media
gambar dalam usaha meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Matematika tentang Sudut Siku-siku, Lancip dan Tumpul.
B. Media Pembelajaran /Alat Peraga Media Gambar
Media pembelajaran dalam pembelajaran Matematika SD adalah alat bantu
pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan, menyajikan,
atau menjelaskan bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu
sendiri bukan merupakan bagian dari pelajaran yang diberikan.
Secara harfiah media diartikan sebagai medium atau perantara. Dalam
kaitannya dengan proses komunikasi pembelajaran, media diartikan sebagai wahana
pesan pembelajaran.
NEA (1969) mengartikan media pembelajaran sebagai sarana komunikasi,
baik dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk perangkat kerasnya.
Wilbur Schramm (1977) mendefinisikan media pembelajaran sebagai
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajran.
Miarso (1980) menegaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung
dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti
ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran
dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke
obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta
didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun
bentuk gambar gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
11
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik
tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek
terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak
terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu
halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan
media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk
menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau sebaliknya, secara
terkoordinir untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.
Sedangkan gambar dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan tiruan barang,
objek, benda, orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.
Maka,secara sederhana media gambar dalam pembelajaran dapat diartikan
sarana komunikasi sebagai pembawa pesan pembelajaran kepada peserta didik
melalui tiruan objek atau benda yang dapat membantu tercapainya proses
pembelajaran yang diharapkan.
Secara sederhana pula media pembelajaran dapat dipilah menjadi tiga bagian
saja, yaitu :
a. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra
penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk
membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas
media yang tidak dapat diproyeksikan (project visual). Media yang dapat
diproyeksikan ini dapat berupa gambar diam (still pictures) atau bergerak
(motion pictures)
12
b. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya
dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar.
c. Media Audiovisual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau
biasa disebut media pandang-dengar.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media visual (gambar), dengan
deskripsi melihat gambar, menentukan nama gambar dan jenis sudut yang ada pada
gambar. Karena menurut Jean Piaget, usia 7 sampai 11 tahun (usia anak SD), tahap
yang dimilikinya adalah Tahap Konkret Operasional. Dalam tahap ini anak sudah
mulai melakukan operasi, mulai dapat berpikir rasional. Namun demikian,
kemampuan berpikir intuitifnya seperti pada masa praoperasional tidak hilang
sampai anak memasuki masa remaja. Pada periode ini seorang anak mulai
memperoleh tambahan kemampuan yang disebut satuan langkah berpikir (system of
operations) yang berfungsi untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan
peristiwa tertentu ke dalam system pemikirannya sendiri sehingga ia mampu
mengambil keputusan secara logis. Operasi-operasi dalam periode ini terikat pada
pengalaman perorangan yang bersifat konkret dan bukan operasi formal.
Aristoteles pun melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang ada dalam dunia
fisik bukan dalam pikiran. Ini berarti, mengacu pada proses belajar memahami
sesuatu hal dengan cara melihat perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh objek
pada gambar yang dipelajari. Dengan melihat perbedaan yang dimilki oleh objek,
individu dapat memahami sudut benda, suasana, keadaan atau objek lain yang ada
dilingkungannya.
Menurut Winataputra U.S et al (2008), media sebagai sumber pembelajaran
erat kaitannya dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator,
guru harus mampu memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan tujuan,
materi, metode, dan evaluasi, serta tetap bertujuan untuk memperlancar pencapaian
tujuan dan mampu menarik minat siswa.
Media gambar merupakan salah satu jenis media yang paling disukai peserta
didik, terutama peserta didik usia anak-anak (tingkat Sekolah Dasar). Media gambar
lebih memudahkan mereka dalam memahami materi pembelajaran, apalagi peserta
13
didik kelas bawah yang sebagian besar belum lancar baca tulis. Menilik pada
pernyataan Winaputra di atas, dapat dilihat bahwa media visual (gambar), memiliki
peranan yang paling besar dalam memudahkan peserta didik untuk memperoleh
informasi.
Adapun beberapa manfaat yang dapat dilihat dari penggunaan media gambar
dalam pembelajaran ini, adalah :
1. Meningkatkan semangat belajar siswa
2. Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang diberikan
3. Adanya interaksi positif antar guru dan siswa
4. Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan
5. Meningkatkan hasil nilai belajar siswa.
Sedangkan kelemahan yang dilihat adalah Guru perlu persiapan banyak
gambar yang jelas dan memadai.
C. Hasil Belajar
Setiap berakhirnya suatu proses belajar mengajar yang dilakukan antar siswa
dan guru, maka akan memperoleh suatu hasil belajar. Menurut Oemar Hamalik
(2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti.
Sedangkan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik hanya dapat dicapai
melalui proses belajar yang bermutu, jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
dihasilkan belajar yang baik.
Sebagaimana pengertian hasil belajar di atas, sebagai titik akhir dari
pembelajaran diharapkan terjadinya suatu perubahan dalam diri manusia. Terjadinya
perubahan yang diperoleh manusia tersebut merupakan akibat dari pada perubahan
belajar yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
Pada umumnya untuk mengetahui hasil belajar pada siswa digunakan
beberapa cara yang merupakan alat berupa tes yang disusun sedemikian rupa,
sehingga dapat mengungkapkan segala sesuatu yang telah diperoleh siswa dari
proses belajar baik pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya
adalah sebagai berikut:
14
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi
keterampilan
motorik,
manipulasi
benda-benda,
koordinasi
2)
15
siswa. Guru yang profesional akan memberikan pelajaran secara maksimal apabila
disertai oleh sarana, prasarana dan fasilitas yang memadai. Oleh karena itu, agar
dapat menumbuhkan minat dan mempertinggi intelegensi siswa, diperlukan alat
untuk mewujudkannya, salah satunya dengan nyanyian. Dengan siswa yang
mempunyai minat tinggi disertai oleh intelegensi yang tinggi, akan menyerap
pelajaran yang diberikan oleh guru dengan lebih maksimal pula, sehingga proses
belajar mengajar akan berhasil dengan baik.
Seorang siswa dikatakan telah belajar jika adanya perubahan tingkah laku
pada siswa tersebut, yaitu perubahan tingkah laku yang menetap. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku pada siswa tersebut merupakan hasil
dari belajar. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan :
Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan
pada saat sebelum belajar.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah
memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar :
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari
semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena
sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar
adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak
akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan
merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diketahui bahwa hasil belajar yang
telah diperoleh siswa merupakan pedoman bagi guru untuk mengetahui sejauhmana
16
III.
A. Subjek Penelitian
17
Hari / Tanggal
Siklus
Pokok Bahasan
1.
2.
II
3.
III
Rencana
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus I, menyiapkan sistematika
laporan siklus I.
b.
Pelaksanaan
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini , di kegiatan awal guru
memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali
pengetahuan awal siswa yang dapat dikaitkan dengan materi. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Kemudian di kegiatan inti
guru menjelaskan materi dan melontarkan pertanyaan benda-benda yang ada
disekitar siswa. Dan di kegiatan akhir guru memberikan latihan soal kepada
siswa secara individu.
c.
Pengamatan
Setelah perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan, diadakanlah diskusi
dengan teman teman sejawat, dari pengamatan yang telah dilakukan bersama
menunjukkan hasil yang belum sesuai dengan yang diharapkan.
d.
Refleksi
18
Rencana
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II, menyiapkan sistematika
laporan siklus II, menyiapkan gambar-gambar benda yang memiliki sudut dan
tidak memiliki sudut.
b.
Pelaksanaan
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini, di awal pertemuan guru
memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali
pengetahuan siswa yang berkaitan dengan materi. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran. Di kegiatan inti, guru menjelaskan materi
pelajaran sambil memperlihatkan gambar sudut siku-siku, sudut lancip, dan
sudut tumpul. Kemudian guru melakukan tanya jawab tentang materi. Dan di
kegiatan akhir guru dan siswa membuat rangkuman tentang materi. Kemudian
memberikan latihan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.
c.
Pengamatan
Setelah perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan, diadakanlah diskusi
dengan teman sejawat, dari pengamatan yang telah dilakukan bersama
menunjukkan hasil yang lebih baik dari siklus I namun masih belum seperti
yang diharapkan.
d.
Refleksi
Berdasarkan penyebab tidak optimalnya pembelajaran siklus II dan hasil
diskusi bersama teman sejawat, maka peneliti perlu melaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus III.
Siklus III
a.
Rencana
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus III, menyiapkan sistematika
laporan siklus III, menyiapkan gambar-gambar benda yang memiliki sudut dan
tidak memiliki sudut.
b.
Pelaksanaan
19
Pengamatan
Sesudah perbaikan pembelajaran siklus III dilaksanakan diadakan diskusi
dengan teman sejawat, dari pengamatan yang dilakukan bersama menunjukkan
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
d.
Refleksi
Berdasarkan
pengamatan
bersama
teman
sejawat
tentang
perbaikan
pembelajaran siklus III maka hasil refleksi dijadikan sebagai bahan laporan
penelitian tindakan kelas.
20
IV.
gambar yang diberikan. Pembelajaran terlihat lebih efektif dan menyenangkan dan
tumbuh minat untuk belajar dengan mengamati gambar. Setelah dilakukan perbaikan
pembelajaran terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa, baik dari nilai rata-rata
kelas maupun jumlah siswa yang memperoleh nilai. Berikut disampaikan grafik
peningkatan jumlah siswa yang mendapat nilai 60 ke atas.
Diagram 4.1 Ketuntasan Belajar Siswa Selama Pembelajaran
19 siswa
20 siswa
17 siswa
15 siswa
15 siswa
11 siswa
9 siswa
10 siswa
5 siswa
3 siswa
5 siswa
1 siswa
0 siswa
PRA SIKLUS
SIKLUS I
TUNTAS
SIKLUS II
SIKLUS III
TIDAK TUNTAS
Dari grafik diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang
tuntas belajarnya, mulai dari Praiklus sampai ke siklus III. Jumlah siswa yang
tuntas (yang nilai KKM > 60) di Prasiklus adalah 3 orang 15%, jumlah siswa yang
memperoleh nilai KKM > (60) pada siklus I berjumlah 5 orang atau 25%, pada
siklus II berjumlah 11 orang atau 55%, dan pada siklus III meningkat menjadi 19
orang atau 95%.
21
80.75
SIKLUS III
60.75
SIKLUS II
48.25
SIKLUS I
47.00
PRA SIKLUS
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
7 siswa
5 siswa
10 siswa
9 siswa
8 siswa
8 siswa
3 siswa
3 siswa
2 siswa
2 siswa
2 siswa
1 siswa
0 siswa
PRA SIKLUS
Melontarkan Pertanyaan
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Keaktifan Berkomentar
22
Pembahasan
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II ternyata
hasilnya masih belum memuaskan dan tidak seperti yang diharapkan. Menurut
guru dan teman sejawat hal ini dikarenakan pada siklus I metode pembelajaran
yang digunakan guru tidak disertai dengan penggunaan alat peraga, dalam proses
pembelajaran cenderung guru mengaktualisasikan diri-sendiri dengan metode
ceramah, tidak memberikan perhatian untuk menarik minat siswa, serta tidak
menginformasikan arah dan tujuan pembelajaran yang akan diberikan, sehingga
siswa lebih cenderung memperhatikan yang lain. Maka akibat yang didapatkan,
hasil kemampuan siswa mempunyai nilai rata-rata kelas yang rendah yaitu 48,25.
Sedangkan pada siklus II, pada dasarnya cenderung lebih baik
dibandingkan pada siklus I, karena guru sudah lebih memberikan perhatian secara
terfokus
terhadap
materi
yang
akan
diberikan
kepada
siswa
dengan
23
yang mencapai rata-rata kelas 80,75 maupun tingkat aktivitas belajar siswa yang
lebih tinggi.
Maka dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dalam tiga siklus ini,
hasil yang dicapai siswa setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran diantaranya:
1. Berani mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
2. Siswa lebih cepat menguasai materi
3. Siswa merasa senang dan aktif mengikuti pembelajaran.
4. Nilai total evaluasi siswa meningkat.
Keberhasilan
refleksi pada siklus I, siklus II, dan siklus III, ternyata penggunaan media gambar
dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam pembelajaran.
Menurut Hoover KH
daripada yang lain berdasarkan jenis, pengertian atau dalam hubungannya dengan
tujuan. Sehubungan dengan pembelajaran Matematika tentang Sudut Siku-siku,
Sudut Lancip, dan Sudut Tumpul, menggunakan media gambar dapat menggugah
minat dan menimbulkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Fokus
materi yang disampaikan benar-benar tertanam dalam pemahaman siswa tidak
hanya sekedar numpang lewat, indikator pembelajaran tercapai dengan baik dan
hasil pembelajaran meningkat serta memuaskan. Kelemahan yang ditemukan pada
siklus I dapat diatasi pada siklus II kemudian pada siklus III pembelajaran
dinyatakan berhasil. Oleh karena itu peneliti dan teman sejawat sepakat untuk
tidak lagi melanjutkan pada siklus berikutnya.
24
V.
A.
Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat diambil
kesimpulan:
1. Alat Peraga Media Gambar ternyata dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa
kelas IIIB SD Negeri 10 Muntok Bangka Barat tentang Sudut Siku-siku,
Sudut Lancip, dan Sudut Tumpul.
2. Alat Peraga Media Gambar ternyata juga dapat meningkatkan aktivitas dan
minat belajar siswa kelas IIIB SD Negeri 10 Muntok Bangka Barat tentang
Sudut Siku-siku, Sudut Lancip, dan Sudut Tumpul.
B.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan
diatas,
untuk
meningkatkan
kualitas
25
DAFTAR PUSTAKA
Ali M. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta : Pustaka Amani. Hal. 101
Dimyati dan Mudjiono. 1999.
Hal. 250-251.
: Universitas Terbuka.
Oemar Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hal. 30.
Soeparmo. 1992. System Kilat Matematika Dasar Metode Trachtenberg. Jakarta :
PT Rosda Jayaputra. Hal. iii
Winataputra US, Djahrudin, Suharwan W, Sriyono, Ningrum E, Hayati S, Sobandi M,
Darojat O, dan Sapriya. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta
:
Universitas Terbuka. Hal. 9.23.
Wiranataputra US. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas
Terbuka. Hal. 1.5, 2.12, & 3.41.
Sumber Internet :
Sudrajat
A.
2008.
Blogspot
Media
Pembelajaran.
http
akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran.
(14 Maret 2010).
//
26