Anda di halaman 1dari 33

Laporan praktikum membuat tempe

Guru Pembimbing : EMILIA KONTESA,S.Pd


Disusun oleh

yuni indrawati
Nurhayati
Uswatun hasanah
Ahmad humaidi
Siti farhanah
Cahyono

MADRASAH ALIYAH BUSTANUL FAIZIN

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi


pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan
perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungankandungan bahan pangan tersebut.
Jika cara-cara pengawetan pangan yang lain misalnya pemanasan, pendinginan,
pengeringan, iradiasi dan lain-lainnya ditujukan untuk mengurangi jumlah
mikroba, maka proses fermentasi adalah sebaliknya, yaitu memperbanyak
jumlah mikroba dan menggiatkan metabolismenya di dalam makanan. Tetapi
jenis mikroba yang digunakan sangat terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil
akhir yang dikehendaki.
Beberapa contoh makanan hasil fermentasi adalah tempe, tauco, dan kecap
yang dibuat dari kedelai, oncom dari bungkil kacang tanah, ikan peda, terasi,
sayur asin, keju dan yoghurt dari susu, anggur minum, brem dan lain-lainnya.
Pada proses pembuatan tempe, fermentasi berlangsung secara aerobik dan non
alkoholik. Mikroorganisme yang berperan adalah kapang (jamur), yaitu
Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, dan Rhizopus arrhizus.
B.

Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan agar pratikan mampu menganalisis dan memahami


prinsip fermentasi yang terjadi pada kedelai hingga menjadi tempe.
C.

Manfaat Percobaan

Dengan pengolahan kedelai menjadi tempe pastinya dapat meningkatkan


sumber protein yang penting bagi pola makanan masyarakat di Indonesia
khususnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Fermentasi
Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba
seperti bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan
memberikan hasil yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba
penyebab
penyakit
dan
penyebab
kerusakan.
Mikroba
fermentasi
mendatangkan hasil akhir yang dikehendaki, misalnya bakteri akan
menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan
tempe (Muchtadi; 1989).
Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang
dihasilkan di laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau
dibekukan, misalnya kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju.
Kadang-kadang tidak digunakan kultur murni untuk fermentasi sebagai laru
(starter). Misalnya pada pembuatan tempe atau oncom digunakan hancuran
tempe dan oncom yang sudah jadi (Winarno, dkk; 1984).

B. Mikroorganisme pada Fermentasi


Jenis kapang digunakan dalam khususnya bagi beberapa jenis kayu dan
fermentasi bahan pangan khususnya di Asia, seperti kecap, miso, tempe dan
lain-lainnya. Jenis kapang yang banyak memegang peranan penting dalam
fermentasi bahan makanan tersebut adalah Aspergillus, Rhizopus dan Penicillium
(Setiadi; 2002).
Tempe adalah sumber protein yang penting bagi pola makanan di Indonesia,
terbuat dari kedelai. Pembuatan tempe dilakukan sebagai berikut : kedelai
kering dicuci, direndam semalam pada suhu 250C esok paginya kulit dikeluarkan
dan air rendam dibuang. Kedelai lalu dimasak selama 30 menit. Sesudah itu
didinginkan, diinokulasikan dengan spora Rhizopus oligosporus dan Rhizopus
oryzae, ditaruh dalam panci yang dangkal dan diinkubasikan pada suhu 300C
selama 20 - 24 jam. Dalam waktu itu kedelai terbungkus sempurna oleh mycelia
putih dari jamur. Sekarang tempe siap untuk dikosumsi. Cara penyajiannya
adalah tempe dipotong-potong, direndam sebentar dalam garam lalu digoreng
dengan minyak nabati. Hasilnya adalah tempe yang berwarna coklat dan
kering. Dapat juga dimakan dalam bentuk mempunyai kuah atau dengan kecap
(Wirakartakusumah, dkk; 1992).

BAB III
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

A.
-

Tempat
Tempat

Laboratorium biologi MA BUSTANUL FAIZIN


B.
-

Bahan dan Alat Percobaan


Bahan:

Biji kedelai dan bibit tempe (laru).


- Alat:
Panci, kompor gas, tampah, tapisan, sendok nasi, ember, pembungkus, jarum,
serbet.
C.
1.

Metode Kerja
Biji kedelai yang telah dipilih, dibersihkan dan dicuci dengan air bersih.

2.
Lalu kedelai direbus sampai mendidih dan lanjutkan perebusan sampai
kedelai benar-benar kelihatan empuk, kemudian direndam dengan air bersih
selama satu hari satu malam. Air rendaman diganti setiap 12 jam.
3.
Setelah direndam sehari semalam dalam air rendaman, lalu kulit ari kedelai
dibuang dengan cara diremas-remas sampai biji terbelah.
4.
Kedelai yang telah dibuang kulitnya direbus lagi dengan air baru dan bersih
selama 90 menit sampai titik didih tercapai. Kemudian rebusan kedelai
ditiriskan pada tampah yang beralaskan koran, lalu didinginkan.
5.
Setelah rebusan kedelai dingin, taburkan bibit tempe sebanyak 1 gram / 1
kg kedelai secara merata dengan alat pengaduk.
6.
Kedelai yang sudah dicampur bibit tempe, dibungkus dengan plastik yang
sudah ditusuk-tusuk dengan jarum. Setelah itu disimpan dalam rak bambu
selama dua hari.
7.
Pengamatan dilakukan selama dua hari berturut-turut guna melihat proses
berlangsungnya fermentasi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pratikan pada dua hari berturut-turut setelah


pengolahan kedelai hingga menjadi tempe adalah sebagai berikut:
-

Pengamatan I (Selasa, 18 Oktober 2015/Pukul 12.00 WIB)

Kedelai yang terbungkus masih dalam keadaan panas dan mengembun.


-

Pengamatan II (Rabu, 19 Oktober 2015/Pukul 12.00 WIB)

Jamur merata, tekstur rata dan bau tempe.


B.

Pembahasan

Pada pengamatan I keadaan bungkus kedelai dipenuhi uap air akibat panas
yang masih ditimbulkan oleh proses fermentasi dan mycelia putih dari jamur
belum merata (masih terlihat padatan/biji kedelai).
Pada pengamatan II masih ada biji kedelai yang terlihat akan tetapi keadaan
kedelai telah terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur, karena
padatan kedelai menempel pada pembungkusnya maka padatan kedelai
tersebut terlihat membentuk tekstur yang rata sesuai bentuk pembungkusnya
dan pastinya tercium bau yang khas dari bungkusan kedelai tersebut yaitu bau
tempe.

BAB V
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tempe sangat tergantung dari hasil
fermentasi jenis bahan utama/substratnya yaitu kedelai, macam mikroba yang
aktif dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan
metabolisme mikroba tersebut, dan hal ini dapat dikatakan bahwa pengolahan
kedelai hingga menjadi tempe sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki.
B.

Saran

Pemberian keterangan/pengarahan yang dilakukan asisten/pembimbing sudah


baik akan tetapi pratikan masih mengharapkan pada percobaan selanjutnya para
asisten/pembimbing untuk dapat memberikan keterangan/pengarahan lebih
spesifik lagi dalam hal pengolahan dan penyajian bahan yang dicoba. Dengan
adanya keterangan/pengarahan yang lebih baik lagi yang diberikan
asisten/pembimbing dapat menjadi pengetahuan dan bahan kuliah bagi pratikan
nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi,
IPB Bogor.
Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap
Pembangunan UNPAD, Bandung.

Pengolahan

Pangan.

Pusat

Dinamika

Winarno,F.G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.


Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan.
Pangan dan Gizi, IPB Bogor.

PAU

LAMPIRAN
v Modal
Plastik ( ons)

= Rp

Kedelai (1 kg)

= Rp 7.000

Gas

= Rp 4.000

Lilin (1 btg)
Laru/bibit tempe (1 ons)
Total

= Rp

1000

500

= Rp 1.000 +
Rp 13.500

Dari percobaan yang telah dilakukan pratikan hingga pada proses


pengamatan, maka tempe yang dapat dihasilkan pratikan dari modal di atas
sebanyak 13 bungkus tempe dengan berat keseluruhan @147gr x 13 bungkus
adalah 1911 gram.

Dokumentasi

Laporan praktikum membuat telur asin

Guru Pembimbing : EMILIA KONTESA,S.Pd


Disusun oleh

Joko wedi
Didin
Ishak
Ayu umi kulsum
Ayu fatimah

MADRASAH ALIYAH BUSTANUL FAIZIN

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan
bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Telur dapat dimanfaatkan
sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur
terdiri dari 13% protein, 12% lemak, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada
bagian kuning telur. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral
seperti: besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein dan semua lemak
terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60% dari seluruh bulatan telur
mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah
rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui
pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur.
Telur akan lebih bermanfaat apabila direbus setengah matang, daripada direbus matang atau dimakan
mentah. Telur yang digoreng kering juga kurang baik, karena protein telur mengalami denaturasi atau
rusak, berarti mutu protein akan menurun. Macam-macam telur adalah: telur ayam (kampung dan
ras), telur bebek, puyuh, dan lain-lain. Kualitas telur ditentukan oleh:
1) Kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya
noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur)
2) Kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan kulit
telur)
Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu di ruang terbuka.
Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang tampak dari luar dan kerusakan yang baru dapat
diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak ). Kerusakan
lain adalah akibat udara dari dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain karena
keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur encer, sehingga
kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat juga disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam
telur, yang terjadi ketika telur masih berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama
disebabkan oleh kotoran yang menempel pada kulit telur. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi
oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan.
B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana proses pembuatan telur asin?

2.

Bagaimana takaran yang tepat untuk membuat telur asin?

C.

Tujuan Percobaan

1.

Mengetahui proses pembuatan telur asin.

2.

Mengetahui takaran yang tepat untuk membuat telur asin.

D. Variabel
1.

Variabel terikat : telur asin

2.

Variabel bebas : abu gosok, dan garam dapur

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Morfologi Telur

Berdasarkan asal hewannya, bentuk telur bermacam-macam, mulai dari hampir bulat dan lonjong.
Beberapa faktor yang menimpa induk penghasil telur mempengaruhi bentuk telur, contohnya faktor
turun menurun, ukuran bentuk telur biasa dinyatakan dengan bentuk indeks perbandingan antara lebar
dan panjang dikalikan seratus. Disamping bentuk dan ukuran telur bermacam-macam, besar telur pun
bervariasi, ada yang berat dan ada yang ringan. Pengaruh jenis hewan juga penting, seperti telur bebek
lebih besar daripada telur ayam dan warnanya pun berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar telur diantaranya:
1.

Jenis hewan

2.

Umur hewan

3.

Perubahan musim petelur

4.

Sifat turun temurun induk

5.

Umur pembuahan

6.

Berat tubuh induk

7.

Zat-zat makanan induk

Perbedaan warna telur juga oleh jenis induk, seperti telur ayam berwarna putih kuning sampai
kecoklatan. Sedangkan telur bebek berwarna biru langit atau warna biru telur asin dan putih. Kadangkadang ada telur yang berbintik-bintik hitamatau bintik-bintik lain. Hal tersebut disebabkan karena
adanya kapang yang tumbuh pada permukaan kulit telur.

Pada umumnya telur unggas dibagi atas tiga bagian. Di dalam telur, bagian kuning telur terdapat pada
bagian paling dalam, bagian ini diikat oleh putih telur oleh kalaza. Kantong udara (air sel) merupakan
rongga yang terdapat pada bagian tumpul isi telur. Kantong udara berfungsi untuk tempat pemberi
udara pada waktu embrio bernafas.oleh karena itu letak embrio pada telur terletak tepat di belakang
kantong udara. Apabila kantong udara terletak di bagian runcing, maka besar kemungkinan calon
ayam atau bebek tersebut akan mati di dalam telur.
B.

Pengawetan Telur

Prinsip pengawetan telur adalah:

1)

Mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur

2)

Mencegah keluarnya air dari dalam telur

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat Praktikum
Lab. Kimia SMAN 1 Mangkutana.
B.

Waktu Praktikum

Hari Jumat tanggal 04 April 2014, pukul 09.00 selesai.


C.

Alat dan Bahan

1.

Alat:

Ember plastik

Toples

Pengaduk

Amplas

2.

Bahan:

7 butir telur bebek

175 gram garam

175 gram abu gosok

Air secukupnya

D.

Cara Kerja

1) Pilih telur yang bermutu baik.


2) Bersihkan telur dangan cara dicuci lalu dilap agar kering.
3) Amplaslah seluruh permukaan telur agar pori-pori telur terbuka.
4) Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran garam, abu gosok.

5) Tambahkan sedikit air ke dalam adonan, lalu diaduk sampai berbentuk pasta.
6) Bungkus telur dengan menggunakan adonan dengan ketebalan 1 cm 2 cm.
7) Simpan telur dalam wadah toples plastik atau tupperware selama sekitar 15-20 hari.
8) Usahakan telur tidak pecah atau retak pada waktu penyimpanan.
9) Setelah waktu yang ditentukan, bersihkan telur asin dari pasta campuran dan kemudian bersihkan
atau cuci telur asin tersebut.
10) Telur sudah siap untuk dimasak (bisa direbus atau dikukus).

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
PERUBAHAN

SEBELUM

SESUDAH

Warna kuning telur

Kuning

Jingga kecoklatan

Rasa

Biasa

Asin

BAB V
PEMBAHASAN
Pembuatan telur asin ini bertujuan untuk meningkatkan daya simpan telur. Secara tradisional
telur asin biasanya dibuat dari telur bebek dan memiliki daya simpan anatara 1-3 minggu. Ketahanan
simpan ini dikarenakan kadar garam yang tinggi.dalam pembuatan telur asin ini, yang digunakan
adalah adonan abu gosok, pecahan batu bata, dan garam. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin
dan sekaligus bahan pengawet. Karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh
bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam
telur.
Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam larutan garam dan
pemeraman oleh adonan campuran garam, pecahan batu bata, dan abu gosok. Prinsip kedua cara
tersebut adalah dehidrasi osmosis, yaitu proses penguranagan air dari bahan dengan cara
membenamkan garam dalam suatu larutan berkonstrasi tinggi, larutan tersebut mempunyai tekanan
osmosis tinggi. Dehidrasi osmosis (osmotic dehydration) merupakan proses perpindahan masa secara
simultan (countercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan dan zat terlarut berpindah dari larutan
ke dalam bahan. Perpindahan massa osmosis dinyatakan sebagai kehilangan air (WL, Water Loss) dan
penambahan padatan (SG, Solid Gain).
Aplikasi dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan, terlihat dengan keluarnya air dari dalam telur
bersamaan dengan masuknya larutan garam ke dalam telur. Garam (NaCI) akan masuk ke dalam telur
dengan cara merembes melalui pori-pori kulit, menuju bagian putih, dan akhirnya ke ujung telur,
NaCI mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang
sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur.
Makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes ke dalam telur, sehingga
telur menjadi semakin awet dan asin. Lamanya telur dibungkus adonan ini harus disesuaikan dengan
selera individu yang akan dikonsumsinya.
Pada proses pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion yang bersifat stokiometri, yakni satu ion H+
diganti oleh suatu ion Na+. Pertukaran ion adalh suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung
lengkap. Ion Na didapatkan dari garam sedangkan ion H+ berasal dari air. Dengan demikian, ion Na
masuk ke dalam telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur menjadi asin.
Kebanyakan telur asin dibuat dari telur bebek, bukan dari telur ayam atau telur yang lain. Ada
beberapa alasan mengapa telur asin dibuat dari telur bebek, yaitu:
1.
Cangkang telur bebek lebih tebal, sehingga telur bebek tidak mudah retak atau pecah. Ini akan
berpengaruh pada saat proses pengasinan yaitu pada saat telur direndam dalam campuran media
(media dapat berupa abu gosok atau batu bata) dengan garam. Karena adanya tekanan dan suhu yang
kemungkinan naik, jika cangkang telur terlalu tipis, telur akan mudah pecah atau retak.ebalnya

cangkang telur bebek juga melindungi telur saat telur bebek juga melindungi telur saat telur digosok
dengan amplas pada perlakuan pendahuluan sebelum pengasinan.
2.
Pori-pori telur bebek lebih besar. Pori-pori ini akan sangat berpengaruh pada saat proses
pengasinan karena garam akan lebih mudah berpenetrasi ke dalam telur bebek. Jika pori-pori telur
kecil, akan menyebabkan penetrasi garam terhambat sehingga rasa telur jadi kurang asin. Bisa juga
pengasinan dilakukan tetapi butuh waktu yang lama. Pori-pori telur bebek juga bisa diperlebar dengan
cara menggosok telur dengan amplas halus.
3.
Nilai gizi telur bebek lebih tinggi. Di dalam telur bebek, benyak terkandung protein. Protein
telur ini mengandung asam amino esensial yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat. Jumlah dan
komposisi asam amino pada telur sangat lengkap dan berimbang, sehingga dapat digunakan untuk
pertumbuhan juga pergantian sel yang rusak. Begitu juga dengan kandungan lemak, hampir semua
lemak dalam sebutir telur bebek terdapat pada kuning telurnya. Lemak pada telur ini terdiri dari
trigliserida, fosfolipida, dan kolesterol. Fungsinya sebagai sumber energi. Apalagi lemak dalam telur
tergabung dengan air sehingga lebih mudah dicerna oleh bayi, anak-anak dan lansia. Selain itu bagian
kuning telur mengandung hampir semua vitamin, kecuali vitamin C. Telur juga mengandung sumber
mineral serta vitamin D alami kedua terbesar setelah minyak, hati ikan hiu. Mineral penting juga
terkandung dalam telur diantaranya besi, fosfor, kalsium, tembaga iodium, magnesium, mangan,
kalium, natrium, asam klorida dan sulfur.
4.
Masa simpan telur bebek lebih lama. Masa simpan telur bebek relatif lebih lama, hal ini
dipengaruhi oleh ketebalan cangkang yang mampu melindungi.

BAB VI
PENUTUP
A.

Kesimpulan

1.

Proses pengasinan telur bertujuan agar membuat telur menjadi lebih awet.

2.
Proses masuknya garam ke dalam telur berlangsung secara dehidrasi osmosis, ion Na di
dapatkan dari garam, sedangkan ion H+ berasal dari air, dengan demikian, ion Na masuk ke dalam
telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur menjadi asin.
3.
Tingkat asin pada telur dipengaruhi oleh faktor waktu, ketebalan pasta, dan juga perbandingan
antara pecahan batu bata dan tanah pada waktu pembuatan pasta.
B.

Saran

Perebusan telur asin sebaiknya lebih lama, karena perebusan yang kurang lama menyebabkan tekstur
telur masih cair. Selain itu perlu diperhatikan juga dalam proses penyimpanan telur asin, agar telur
asin tidak mudah retak ataupun pecah.

Dokumentasi

MAKALAH BIOLOGI
Komponen sel

Guru Pembimbing : EMILIA KONTESA,S.Pd


Disusun oleh
Joko wedi
Didin
Ishak
Ayu umi kulsum
Ayu fatimah

MADRASAH ALIYAH BUSTANUL FAIZIN

BAB I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari seluruh aspek kehidupan. Dalam
kehidupan sehari-hari biologi mengampil peran yang sangat penting. Untuk
itulah kita mempelajari biologi khususnya tentang Sel. Ini dikarenakan sel
merupakan dasar dari sebuah kehidupan. Sel-sel tersebut membentuk kesatuan
untuk membetuk kehidupan. Kita bias lihat bahwa alam semesta ini begitu luas.
Namun apabila kita selidiki lebih dalam lagi ternyata terdapat kehidupan yang
lebih kecil dan lebih sederhana dari yang kita bayangkan.dari masa kemasa
dilakukan penelitian dan penemuan tentang sel. Dimulai dari penemuan Robert
Hook dengan sel gabusnya pada tahun 1665 sampai sekarang pun masih
dilakukan penelitian bahkan sudah mencapai tahap materi genetic.
Sel memiliki ukuran yang sangat kecil dan tak kasat mata. Ada yang hanya 1-10
mikron, ada yang mencapai 30-40 mikron, bahkan ada yang beberapa
sentimeter. Didalam ukuran yang sangat kecil bentuk yang bermacam-macam
tersebut, sel memiliki bagian-bagian sel yang memiliki fungsi masing-masing.
Antar bagian sel itu melakukan interaksi dan salingt ketergantungan. Oleh
karena itu sel dipandang sebagai dasar kehidupan makhluk hidup.
Dalam pembagiannya sel terdiri dari Eukariot(eu=sejati, karyon=inti) yang
memiliki membrane inti dan Prokariot(pro=sebelum, karyon=inti) yang tidak
memiliki membrane inti dan pada umumnya makhluk hidup uniseluler.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belekang tersebut, dapat disusun pertanyaan yang akan menjadi focus
pembahasan dalam makalah ini, yaitu bagaimana penjelasan tentang kehidupan
sel dan perkembangannya ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. SEL
A. Pengertian Sel
Sel berasal dari kata cella yang berarti ruangan berukuran kecil maka sel
merupakan unit (kesatuan, zahrah) terkecil dari makhluk hidup, yang dapat
melaksanakan kehidupan. Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi
dasar kehidupan. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel.
Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya
bakteri, Archaea, serta sejumlah fungi dan protozoa) atau dari banyak sel
(multiselular). Pada organisme multiselular terjadi pembagian tugas terhadap
sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup. Struktur sel dan
fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme,
namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar
organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel
prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota
beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.
Ada empat teori tentang sel, yaitu:

unit struktural terkecil makhluk hidup (Schleiden & T. Schwann)

unit fungsional terkecil makhluk hidup (Max Schultze)

unit pertumbuhan terkecil makhluk hidup (Rudolf Virchow)

unit hereditas terkecil makhluk hidup (Penemuan akhir abad XIX

B. Sel Prokariot dan Sel Eukariot


Sel prokariotik mempunyai membran plasma, sitoplasma yang mengandung
ribosom, mesosom, kromator (pigmen) dan materi inti (DNA dan RNA). Sel
prokariotik tidak mempunyai membran inti dan sistem endomembran seperti
retikulum endoplasma dan kompleks golgi. Selain itu tidak memiliki

mitokondria dan kloroplas. Yang termasuk sel prokariotik adalah bakteri dan
alga biru. Berikut bagian struktur sel bakteri Escherichia coli:

Pilus

Ribosom

Kapsul

Dinding Sel

Membrane Plasma

DNA

Mesosom

Flagela

Berikut gambar struktur sel prokariot


Sel Eukariotik memiliki membran nukleus dan sistem endomembran. Berikut
struktur sel eukariotik:

Membran Plasma Tersusun atas lemak (lipid) dan protein (lipoprotein).

Fungsi: melindungi sel, mengatur keluar masuknya zat dan sebagai penerima
rangsang dari luar sel.

SitoplasmaTersusun atas cairan(sitosol) dan padatan(organela-organela)

Fungsi: tempat berlangsungnya reaksi metabolisme sel.

Nukleus Merupakan organel terbesar, berbentuk bulat, membran


rangkap. Di dalam nukleus terdapat nukleoplasma, yang terdiri atas benang
kromatin yang tersusun atas DNA, RNA dan protein. Selain itu terkadang
terbentuk nucleolus.
Fungsi: pengendali seluruh aktivitas sel, pengatur pembelahan sel dan pembawa
informasi genetik.

Sentriol Hanya dimiliki sel hewan.

Fungsi:menarik kromosom menuju ke kutub.

Retikulum Endoplasma (RE) Berbentuk benang-benang jala meliputi:

RE kasar: terdapat ribosom, berfungsi untuk transpor dan sintesis

protein.

RE halus: tidak terdapat ribosom, berfungsi untuk transpor dan sintesis lemak
dan steroid.

Ribosom Tersusun dari protein dan RNA, berbentuk bulat dan tidak
bermembran.
Fungsi: tempat berlangsungnya sintesis protein.

Kompleks Golgi Terdiri atas membran berbentuk kantong pipih. Pada sel
tumbuhan, kompleks golgi disebut diktiosom.
Fungsi: sekresi polisakarida, protein & lendir (musin).

Lisosom Merupakan membran berbentuk kantong kecil berisi enzim


hidrolitik yang berfungsi dalam pencernaan intrasel. Fungsi lain:
-mencerna materi yang diambil secara endositosis.
-menghancurkan organela sel lain yang sudah tidak berfungsi (autofage).
-menghancurkan selnya sendiri(autolisis).

Mitokondria Memiliki membran rangkap (luar & dlm). Membran dalam


berlekuk-lekuk membentuk krista.

Mikrotubulus Tersusun atas protein tubulin Fungsi: punyusun spindel,


sentriol, silia dan flagela.

Mikrofilamen Tersusun atas protein aktin. Fungsi: dalam gerakan sel,


sitoplasma, kontraksi otot dan pembelahan sel.

Dinding Sel Tersusun atas protein selulose, hemiselulose, pektin dan


lignin. Fungsi: memberi bentuk sel, melindungi bagian sebelah dalam, dan
mengatur transportasi zat.

Badan mikro Terdiri:

-Peroksisom:mengandung enzim katalase.


-Glioksisom: mengandung enzim katalase dan oksidase.

Plastida

Organela yang mengandung pigmen, meliputi:


Kloroplas: plastida yang mengandung pigmen klorofil/hijau.
Kromoplas: plastida yang mengandung pigmen merah, jingga, kuning.
Leukoplas: plastida yang tidak mengandung pigmen.

Vakuola

Vakuola sel tumbuhan bersifat menetap.


Fungsi: tempat menyimpan cadangan mkanan, pigmen, minyak atsiri dan sisa
metabolisme
C. Perbedaan Sel Hewan dengan Sel Tumbuhan

Sel Hewan

1. tidak memiliki dinding sel


2. tidak memiliki plastida
3. memiliki lisosom
4. memiliki sentrosom
5. timbunan zat berupa lemak dan glikogen
6. bentuk tidak tetap
7. pada hewan tertentu memiliki vakuola, ukuran kecil, sedikit
Sel Tumbuhan
1. memiliki dinding sel dan membran sel
2. umumnya memiliki plastida
3. tidak memiliki lisosom
4. tidak memiliki sentrosom
5. timbunan zat berupa pati
6. bentuk tetap
7. memiliki vakuola ukuran besar, banyak

2. REPRODUKSI SEL
Sel sel tersebut juga memiliki kemampuan yang berbeda beda dalam
melakukan pembelahannya, ada sel sel yang mampu melakukan pembelahan
secara cepat, ada yang lambat dan ada juga yang tidak mengalami pembelahan
sama sekalisetelah melewati masa pertumbuhan tertentu, misalnya sel sel
germinatikum kulit mampu melakukan pembelahan yang sangat cepat untuk
menggantikan sel sel kulit yang rusak atau mati. Akan tetapi sel sel yang ada
pada organ hati melakukan pembelahan dalam waktu tahunan, atau sel sel
saraf pada jaringan saraf yang sama sekali tidak tidak mampu melakukan
pembelahan setelah usia tertentu. Sementara itu beberapa jenis bakteri mampu
melakukan pembelahan hanya dalam hitungan jam, sehingga haya dalam waktu
beberapa jam saja dapat dihasilkan ribuan, bahkan jutaan sel bakteri. Sama
dnegan bakteri, protozoa bersel tunggal mampu melakukan pembelahan hanya
dalam waktu singkat, misalkan amoeba, paramecium, didinium, dan euglena.
A. Amitosis
Pembelahan Amitosis merupakan pembelahan sel secara langsung, tanpa fasefase dan pembentukan kromosom. Ini dilakukan oleh makhluk hidup sel satu
(Protozoa, Bakteri, Alga biru) untuk tujuan reproduksi
B. Mitosis
Pembelahan mitosis menghasilkan sel anakan yang jumlah kromosomnya sama
dengan jumlah kromosom sel induknya, pembelahan mitosis terjadi pada sel
somatic (sel penyusun tubuh). Pembelahan mitosis dibedakan atas dua fase,
yaitu kariokinesis dan sitokinesis, kariokinesis adalah proses pembagian materi
inti yang terdiri dari beberapa fase, yaitu Profase, Metafase, dan Telofase.
Sedangkan sitokinesis adalah proses pembagian sitoplasma kepada dua sel anak
hasil pembelahan.
Kariokinesis selama mitosis menunjukkan cirri yang berbeda beda pada tiap
fasenya. Beberapa aspek yang dapat dipelajari selama proses pembagian materi

inti berlangsung adalah berubah ubah pada struktur kromosom,membran inti,


mikro tubulus dan sentriol. Cirri dari tiap fase pada kariokinesis adalah.

a) Profase
1. Benang benang kromatin berubah menjadi kromosom. Kemudian setiap
kromosom membelah menjadi kromatid dengan satu sentromer.
2. Dinding inti (nucleus) dan anak inti (nucleolus) menghilang.
3. Pasangan sentriol yang terdapat dalam sentrosom berpisah dan bergerak
menuju kutub yang berlawanan.
4. Serat serat gelendong atau benang benang spindle terbentuk diantara
kedua kutub pembelahan.
b) Metafase
Setiap kromosom yang terdiri dari sepasang kromatida menuju ketengah sel dan
berkumpul pada bidang pembelahan (bidang ekuator), dan menggantung pada
serat gelendong melalui sentromer atau kinetokor.
c) Anaphase
Sentromer dari setiap kromosom membelah menjadi dua dengan masing
masing satu kromatida. Kemudian setiap kromatida berpisah dengan
pasangannya dan menuju kekutub yang berlawanan. Pada akhir nanfase, semua
kroatida sampai pada kutub masing masing.
d) Telofase
Pada telofase terjadi peristiwa berikut:
Kromatida yang berada
benangkromatin kembali.

jpada

kutub

berubah

menjasadi

benang

Terbentuk kembali dinding inti dan nucleolus membentuk dua inti baru.
Serat serat gelendong menghilang.
4. Terjadi pembelahan sitoplasma (sitokenesis) menjadi dua bagian, dan
terbentuk membrane sel pemisah ditengah bidang pembelahan. Akhirnya ,

terbentuk dua sel anak yang mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan
kromosom induk.
Hasil mitosis:
1. Satu Sel induk yang diploid (2n) menjadi 2 sel anakan yang masing masing
diploid.
2. Jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah kromosom sel induknya.
Selama sitokinesis berlangsung, sitoplasma sel hewan dibagi menjadi dua
melalui terbentuknya cincin kontraktil yang terbentuk oleh aktin dan miosin
pada bagian tengah sel. Cincin kontraktil ini menyebabkan terbentuknya alur
pembelahan yang akhirnya akan menghasilkan dua sel anak. Masing masing
sel anak yang terbentuk ini mengandung inti sel, beserta organel organel
selnya. Pada tumbuhan, sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding
pemisah ditengah tengah sel. Tahap sitokinesis ini biasanya dimasukkan
dalam tahap telofase.
C. Meiosis
Pembelahan Meiosis disebut juga pembelahan reduksi, karena terjadinya
pengurangan jumlah kromosom dalam prosesnya dari 2n menjadi n.
Menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom separuh dari jumlah
kromosom sel induknya. Contoh, sel induk gamet jantan (spermatogonium)
merupakan sel yang diploid (2n) setelah membelah, sel anak yang terbentuk
(spermatozoa) merupakan sel yang haploid (n). Dalam pembelahan Meiosis
terjadi dua kali pembelahan sel secara berturut turut, tanpa diselingi adanya
interfase, yaitu tahap meiosis 1 dan meiosis 2 dengan hasil akhir 4 sel anak
dengan jumlah kromosom haploid (n).
Meiosis I
1. Profase I
a. Leptoten
Kromatin menebal membentuk kromosom.
b. Zygoten
Kromosom yang homolog mulai berpasangan, kedua sentriol bergerak menuju
ke kutub yang berlawanan.

c. Pakiten
Tiap kromosom menebal dan mengganda menjadi dua kromatida dengan satu
sentromer.
d. Diploten
Kromatida membesar dan memendek, bergandengan yang homolog dan menjadi
rapat.
e. Diakenesis
Ditandai dengan adanya pindah silang (crossing over) dari bagian kromosom
yang telah mengalami duplikasi. Hal ini hanya terjadi pada meiosis saja,, yang
dapat mengakibatkan terjadinya rekombinasi gen. nucleolus dan dinding inti
menghilang. Sentriol berpisah menuju kutub yang berawanan, terbentuk serat
gelendong diantara dua kutub.
2. Metafase 1
Pada tahap ini, tetrad menempatkan dirinya pada bidang ekuator. Membrane inti
sudah tidak tampak lagi dan sentromer terikat oleh spindel pembelahan.
3. Anafase I
Pada tahap ini, spindel pembelahan memendek dan menarik belahan tetrad
(diad) ke kutub sel berlawanan sehingga kromosom homolog dipisahkan.
Kromosom hasil crossing over yang bergerak ke kutub sel membawa materi
genetic yang berbeda.
4. Telofase I
Pada tahap ini, membrane sel membentuk sekat sehingga terbentuk dua sel anak
yang bersifat haploid, tetapi setiap kromosom masih mengandung dua kromatid
(siser cromatid) yang terhubung melalui sentromer.
Meiosis II
1. Profase II
a. Benang benang kromatin berubah kembali menjadi kromosom.
b. Kromosom yang terdiri dari 2 kromatida tidak mengalami duplikasi lagi.
c. Nucleolus dan dinding inti menghilang.

d. Sentriol berpisah menuju kutub yang berlawanan.


e. Serat serat gelendong terbentuk diantara 2 kutub pembelahan.

2. Metafase II
Kromosom kebidang ekuator menggantung pada serat gelendong melalui
sentromernya.
3. Anafase II
Kromatida berpisah dari homolognya, dan bergerak menuju ke kutub yang
berlawanan.
4. Telofase II
a. Kromosom berubah menjadi benang benang kromatin kembali.
b. Nucleolus dan dinding inti terbentuk kembali.
c. Serat serat gelendong menghilang dan terbentuk sentrosom kembali.
Hasil meiosis :
1.) Satu sel induk yang diploid (2n) menjadi 4 sel anakan yang masing masing
haploid (n)
2.) Jumlah kromosom sel anak setengah dari jumlah kromosom sel induknya.
3.) Pembelahan meiosis hanya terjadi pada sel sel generative atau sel sel
gamet seperti sperma dan ovum (sel telur).

BAB III.
PENUTUP
Dari uraian makalah ini, diperoleh kesimpulan bahwasel merupakan unit
kehidupan dari sebuah makhluk hidup. Setiap sel melakukan aktivitasnya
masing-masing layaknya indivudu. Didalam sel terdapat bagian-bagian yang
terdiri dari bagian hidup mati seperti dinding sel dan vakuola dan bagian yang
hidup seperti, plasma sel, dan organel-organel sel. Bagian-bagian tersebut
bekerja sama dalam melakukan kegiatannya. Namun, tidak semua memiliki
bgian tersebut. Pada sebagian sel prokariot hanya memiliki beberapa bagian
saja.

Tak lepas dari itu, sel melakukan reproduksi layaknya makhluk hidup. Baik
secara Amitosis, Mitosis, Meiosis. Banyak sekali kegunaan reproduksi ini
seperti, pada sel meristem stumbuhan berfungsi untuk pertumbuhan. Sedangkan
pada sel epitel manusia untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau sudah tua
dan lainnya.

BAB IV.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri, Istamar.2008.Biologi SMA 2B. Jakarta: Erlangga

Campbell, Neil A. Reece, Jane B. and Mitchell, Lawrence G. 2002. Biologi jilid
1. Jakarta: Erlangga

Foster, Bob .2008. Koding IPA. Bandung : Ganesha Operation

Anda mungkin juga menyukai