Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HUKUM PERDATA

HUKUM BENDA
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis
Dosen Pengampu : Drs. Suhartono, MP

Disusun oleh :
Novendaning Sabrina

150910202049

Austin Helena

150910202050

Muh. Dirgan Sallahudin S.

150910202051

Kalfin Kadmaer

150910202052

Afif Firmansyah

150910202053

Intan Kurnia Sari

150910202055

Noveria Priska Nasarani

150910202056

Annisa Mukti Dinimadarina 150910202058


Andaratul Masruroh

150910202059

Dannu Prasetiawan

150910202060

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Beberapa perkara menyangkut perbuatan hukum, tidak jarang berkait


dengan hak-hak perseorangan yang bersifat kebendaan. Dalam hukum
keperdataan, kita mengenal adanya subyek hak, yakni badan pribadi atau orang
per orang serta badan hukum-badan hukum, dan adanya obyek hak yang dikenal
dengan sebutan benda. Benda yang dimaksud terakhir ini, dalam sistematika
Hukum Perdata Indonesia adalah semua obyek hak yang dapat menjadi obyek hak
milik, baik dalam arti benda berwujud maupun benda tak berwujud,
sebagaimana dimaksud menurut pasal 499 KUHPerdata.
Hukum perdata Indonesia merupakan sekumpulan peraturan yang berisi
perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat
dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi
terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu bidang
hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan
hubungan antara subyek hukum.
Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan
dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
negara serta kepentingan umum misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara),
kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara
penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang,
perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan
tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda,
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undangundang Hukum Perdata (dikenal KUHPer) yang berlaku di Indonesia tidak lain

adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal
dengan BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan
wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang
saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis
dengan beberapa penyesuaian.
Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat
bagian, yaitu:

Buku I tentang Orang, mengatur tentang hukum perseorangan dan


hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan
kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum.

Buku II tentang Kebendaan, mengatur tentang hukum benda, yaitu


hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum
yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan, waris dan
penjaminan.

Buku III tentang Perikatan, mengatur tentang hukum perikatan atau


kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya
mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur tentang
hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain
tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari
(ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul dari adanya
perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian.

Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian, mengatur hak dan


kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau tenggat waktu) dalam
mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal yang
berkaitan dengan pembuktian.

BAB II
PEMBAHASAN

1.

Pengertian Benda

Dalam bahasa aslinya bahasa Belanda, benda itu adalah zaak. Dalam pasal
499 KUHPdt yang diartikan dengan zaak ialah semua barang dan hak. Hak
disebut juga dengan bagian dari harta kekayaan (vermogensbestanddeel). Harta
kekayaan meliputi barang, hak, dan hubungan hukum mengenai barang dan hak,
diatur dalam buku II dan buku III KUHPdt. Sedangkan zaak meliputi barang dan
hak diatur dalam buku II KUHPdt.
Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala
sesuatu yang dapat diberikan / diletakkan suatu hak diatasnya, utamanya yang
berupa hak milik. Dengan demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut
adalah Subyek Hukum, sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu adalah Obyek
Hukum.
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BWI, tidak sama
dengan bidang disiplin ilmu fisika, dimana dikatakan bahwa bulan itu adalah
benda (angkasa), sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan
(belum) dapat dikatakan sebagai benda, karena tidak / belum ada yang (dapat)
memilikinya.
Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini mempergunakan
sistem tertutup, artinya orang tidak diperbolehkan mengadakan hak-hak
kebendaan selain dari yang telah diatur dalam undang undang ini. Selain itu,
hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi, tidak
boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari
yang telah ditetapkan.

Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala
sesuatu yang berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan
termasuk juga pengertian benda yang tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan
seseorang. Istilah benda yang dipakai untuk pengertian kekayaan, termasuk
didalamnya tagihan / piutang, atau hak-hak lainnya, misalnya bunga atas deposito.
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda berwujud
saja, namun sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda mengatur tentang
benda yang berwujud. Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti
benda, tetapi bisa berarti yang lain, seperti: perbuatan hukum (Ps.1792 BW),
atau kepentingan (Ps.1354 BW), dan juga berarti kenyataan hukum (Ps.1263
BW).
2.

Pengertian Hukum Benda

Dalam kamus hukum disebutkan pengertian hukum benda, yaitu:


Hukum benda adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara subyek hukum dengan benda dan hak
kebendaan.
Menurut Titik Triwulan Tutik, hukum benda adalah suatu ketentuan yang
mengatur tentang hak-hak kebendaan dan barang-barang tak terwujud
(immaterial).
Menurut P.N.H.Simanjuntak, hukum benda yaitu peraturan-peraturan
hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang sifatnya mutlak.
Menurut Prof. Soediman Kartihadiprojo, bahwa hukum kebendaan ialah
semua kaidah hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan
mengatur hak-hak atas benda.
Menurut Prof. L.J Van Apel Doorn, yaitu hukum kebendaan adalah
peraturan mengenai hak-hak kebendaan.
Menurut Prof Sri Soedewi Masjchoen Sofwan juga mengemukakan ruang
lingkup yang diatur dalam hukum benda itu, sebagai berikut: Apa yang diatur

dalam dalam hukum benda itu? Pertama-tama hukum benda itu mengatur
pengertian dari benda, kemudian pembedaan macam-macam benda dan
selanjutnya bagran yang terbesar mengatur mengeras macam-macam hak
kebendaan.
3.

Dasar Hukum

Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur
dalam:
a.

Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak
hak kebendaan yang berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang
terkandung didalamnya.

b.

Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang


hak atas penggunaan merek perusahaan dan merek perniagaan.

c.

Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur


tentang hak cipta sebagai benda tak berwujud, yang dapat dijadikan
obyek hak milik.

d.

Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang


mengatur tentang hak atas tanah dan bangunan diatasnya sebagai
pengganti hipotik dan crediet verband .

4. Sistem dan Pembagian Kebendaan

Sistem yang dianut Hukum Kebendaan adalah Sistem Tertutup sesuai


dengan sistem yang dianut buku ke-II KUHPer (BW). Artinya orang tidak
diperbolehkan mengadakan hak-hak kebendaan selain dari yang telah diatur dalam
undang undang ini. Menurut sistem hukum perdata, pembagian kebendaan adalah
sebagai berikut:
1.

Benda berwujud dan tidak berwujud


Arti peting pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan

benda dimaksud,yaitu :

Kalau benda berwujud itu benda bergerak, pemindah


tanganannya harus secara nyata dari tangan ke tangan.

Kalau benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah


tanganannya harus dilakukan dengan balik nama. Contohnya, jual

2.

beli rumah, pewarisan, pemberian, dll.


Benda bergerak dan benda tidak bergerak
Cara membedakannya:
a. Benda bergerak
Karena sifatnya, yaitu benda benda yang dapat berpindah
(termasuk kapal-kapal, perahu-perahu dan tempat pemandian
yang dipasangi perahu, pasal 510 KUHPer).
Karena ketentuan UU (Pasal 511 KUHPer)
Hak pakai hasil dan hak pakai atas benda benda bergerak.
Hak atas bunga bunga yang diperjanjikan.
Penagihan penagihan atau piutang piutang.
Saham saham atau andil andil dalam persekutuan
dagang, dll.
b. Benda tidak bergerak
Karena sifatnya, (Pasal 506 KUHPer). Tanah dan segala sesuatu
yang melekat diatasnya, demikian juga dengan barang barang
tambang.
Karena peruntukannya dan tujuan pemakaian (Pasal 507
KUHPer). Pabrik dan barang barang yang dihasilkannya,
penggilingan penggilingan, dsb.
Karena UU. Hak pakai hasil, dan hak pakai atas kebendaan
tidak bergerak, hak pengabdian tanah, hak numpang karang, hak
usaha, dll (Pasal 508 KUHPer). Pasal 314 KUHD kapal kapal
berukuran berat kotor 20 M (kubik) keatas juga termasuk benda
tidak bergerak.
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak

terletak pada:
Penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka
orang yang menguasai benda tersebut dianggap sebagai
pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini tidak berlaku bagi benda
tidak bergerak.
Penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus
dilakukan secara nyata, sedangkan pada benda tidak bergerak
dilakukan dengan balik nama ;

Kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak


dikenal daluwarsa, sedangkan pada benda tidak bergerak
terdapat kadaluwarsa:
dalam hal ada alas

hak,

daluwarsanya

20

tahun;

dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun


Pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak
dengan gadai, sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan
hipotik.
Dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah
(penyitaan untuk menuntut kembali barangnya),hanya dapat
dilakukan terhadap barang barang bergerak . Penyitaan untuk
melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah) harus
dilakukan terlebih dahulu terhadapbarang barang bergerak, dan
apabila masih belum mencukupi untuk pelunasan hutang
tergugat, baru dilakukan executoir terhadap barang tidak
3.
4.

bergerak.
Benda dipakai habis dan tidak dipakai habis
a. Benda yang dipakai habis : nasi, kopi, gula, uang, lilin.
b. Benda yang dipakai tidak habis : piring, sendok, mobil, dll.
Benda sudah ada dan benda akan ada
Benda yang akan masih ada : absolut dan relatif
a. Absolut : benda tersebut pada suatu saat sama sekali belum ada,
misalnya panen padi yang masih akan datang.
b. Relatif : benda yang suatu saat sudah ada, tetapi bagi orang
orang tertentu belum ada, misalnya perabot rumah tangga yang
sudah dibeli berdasarkan pesanan tapi belum diserahkan.

5.

Benda dalam perdagangan dan luar perdagangan


Pentingnya : terletak pada objek perjanjian
a. Benda dalam perdagangan : benda benda yang dalam lapangan
harta kekayaan dapat dijadikan objek suatu perjanjian (dapat
diperjual belikan dengan bebas).
b. Benda di luar perdagangan : benda benda yang dalam lapangan
perdagangan tidak dapat dijadikan objek perjanjian, tidak dapat

6.

diperjualbelikan (jalan umum, lapangan sepak bola, dll).


Benda dapat dibagi dan tidak dapat dibagi

a. Benda yang dapat dibagi : benda yang wujudnya apabila dibagi


tidak akan menghilangkan sifat dan hakekat benda tersebut
(missal : beras, kopi, nasi ).
b. Benda yang tidak dapat dibagi : benda yang wujudnya apabila
dibagi akan mengakibatkan hilangnya sifat dan hakekat benda
tersebut. (kuda, ayam, sapi karena kalau dibagi bukan lagi berupa
7.

hewan tetapi berupa daging kuda, daging ayam, daging sapi, dll.
Benda terdaftar dan tidak terdaftar
Pentingnya terletak pada pembuktian kepemilikan :
a. Benda terdaftar (benda atas nama) : benda benda yang
pemindahan dan pembebanannya harus didaftarkan dalam daftar
buku atau register umum, jadi dapat dibuktikan dengan tanda
pendaftaran atau serifikat atas nama kepemilikannya.
b. Benda tidak terdaftar (benda tidak atas nama) : (pada umumnya)
benda bergerak yang tidak sulit membuktikan siapa pemiliknya
karena berlaku asas BEZIT berlaku sebagai title yang sempurna
untuk benda bergerak

Selain itu ada juga benda yang dapat diganti dan benda yang tak dapat
diganti. Menurut pasal 1694, BW pengambilan barang oleh penerima titipan harus
in natura, artinya tidak boleh diganti oleh benda lain. Oleh karena itu, maka
perjanjian pada penitipan barang umumnya hanya dilakukan mengenai benda
yang tidak musnah.
Bilamana benda yang dititipkan berupa uang, maka menurut pasal 1714
BW, jumlah uang yang harus dlkembalikan harus dalam mata uang yang sama
pada waktu dititipkan, baik mata uang itu telah naik atau turun nilainya. Lain
halnya jika uang tersebut tidak dititipkan tetapi dipinjam menggantikan, maka
yang menerima pinjaman hanya diwjibkan mengembalikan sejumlah uang yang
sama banyaknya saja, sekalipun dengan mata uang yang berbeda dari waktu
perjanjian (pinjam mengganti) diadakan.
5. Sifat Hak Kebendaan

Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II BWI dengan hak
perorangan yang diatur dalam Buku III BWI adalah sebagai berikut :

a.

Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku terhadap


siapa saja, dan orang lain harus menghormati hak tersebut,
sedangkan hak perorangan berlaku secara nisbi (relatief), karena
hanya melibatkan orang / pihak tertentu saja, yakni yang ada dalam
suatu perjanjian saja.

b.

Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama seseorang masih


hidup, atau bahkan bisa berlanjut setelah diwariskan kepada ahli
warisnya, sedangkan hokum perorangan berlangsung relatif lebih
singkat, yakni sebatas pelaksanaan perjanjian telah selesai dilakukan.

c.

Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam


peraturan perundangan yang berlaku, tidak boleh mengarang /
menciptakan sendiri hak yangl lainnya, sedangkan dalam hak
perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja dapat dijadikan
obyek perjanjian, sepanjang tidakbertentangan dengan undangundang, kesusilaan dan ketertiban umum. Oleh karena itu sering
dikatakan hokum kebendaan itu bersifat tertutup, sedangkan hukum
perorangan bersifat terbuka

6. Ciri-ciri Hak Kebendaan


a. Bersifat absolut (mutlak) dapat dipertahankan terhadap tuntutan
b.

setiap orang.
Droit de suite : suatu hak yang terus mengikuti pemilik benda, atau

c.
d.

hak yang mengikat bendanya di tangan siapa pun.


Droit de preference : hak yang didahulukan atau diutamakan.
Hak gugat dapat dilakukan terhadap siapapun yang mengganggu
benda itu.

d.

Pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun juga.

7. Asas-asas Kebendaan
a. Asas individualitas. Yaitu objek kebendaan selalu benda tertentu,
atau dapat ditentukan secara individual, yang merupakan kesatuan.
Hak kebendaan selalu benda yang dapat ditentukan secara individu.
Artinya berwujud dan merupakan satu kesatuan yang ditentukan
menurut jenis jumlahnya. Contoh: rumah, hewan.

b.

Asas totalitas. Yaitu hak kebendaan terletak diatas seluruh objeknya


sebagai satu kesatuan. Contoh: seorang memiliki sebuah rumah,
maka otomatis dia adalah pemilik jendela, pintu, kunci, dan benda-

c.

benda lainnya yang menjadi pelengkap dari benda pokoknya (tanah).


Asas tidak dapat dipisahkan.Yaitu orang yang berhak tidak boleh
memindah tangankan sebagian dari kekuasaan yang termasuk hak
kebendaan yang ada padanya. Contoh: seseorang tidak dapat
memindah tangankan sebagian dari wewenang yang ada padanya
atas

suatu

hak

kebendaan,

seperti

memindahkan

sebagian

penguasaan atas sebuah rumah kepada orang lain. Penguasaan atas


d.

rumah harus utuh, karena itu pemindahannya harus juga utuh.


Asas publisitas. Yaitu hak kebendaan atas benda tidak bergerak
diumumkan dan di daftarkan dalam register umum. Contoh:
pengumunam status kepemilikan suatu benda tidak bergerak (tanah)
kepada masyarakat melalui pendaftaran dalam buku tanah/
register.sedangkan pengumuman benda bergerak terjadi melalui

e.

penguasaan nyata benda itu.


Asas spesialitas. Dalam lembaga hak kepemilikan hak atas tanah
secara individual harus ditunjukan dengan jelas ujud, batas, letak,
luas tanah. Contoh Asas ini terdapat pada hak milik, hak guna usaha,

f.

hak guna bangunan atas benda tetap.


Asas zaaksvelog atau droit de suit (hak yang mengikuti), artinya
benda it uterus menerus mengikuti bendanya dimanapun juga (dalam

g.

tangan siapapun juga) barang itu berada.


Asas accessie/asas pelekatan. Suatu benda biasanya terdiri atas
bagian-bagian yang melekat menjadi satu dengan benda pokok.
Contohnya: hubungan antara bangunan dengan genteng, kosen, pintu
dan jendela. Menurut asas ini pemilik benda pokok dengan
sendirinya merupakan pemilik dari benda pelengkap. Dengan
perkataan lain status hukum benda pelengkap mengikuti status

h.

hukum benda pokok.


Asas zakelijke actie. Adalah hak untuk menggugat apabila terjadi
gangguan atas hak tersebut. Misalnya: penuntutan kembali, gugatan
untuk menghilangkan gangguan-gangguan atas haknya, gugatan

untuk memulihkan secara semula, gugatan untuk menuntut ganti


i.

rugi, dll.
Asas hukum pemaksa (dewingen recht). Bahwa orang tidak boleh
mengadakan hak kebendaan yang sudah diatur dalam UU. Aturan
yang sudah berlaku menurut UU wajib dipatuhi atau tidak boleh

j.

disimpangi oleh para pihak.


Asas dapat dipindah tangankan. Yaitu semua hak kebendaan dapat
dipindah tangankan. Menurut perdata barat, tidak semua dapat
dipindah tangankan ( seperti hak pakai dan hak mendiami) tetapi
setelah berlakunya undang-undang hak atas tanah UUHT, semua hak

kebendaan dapat dipindah tangankan.


8. Penggolongan Hak Kebendaan
Hak Kebendaan Dibagi atas dua, sebagai berikut:
a. Hak
kebendaan
yang
bersifat
memberi

kenikmatan

(zakelijkgenootsrecht), yang diperinci menjadi:


Bezit, suatu keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda ,
baik sendiri maupun dengan perantaraan orang lain , seolaholahnya benda itu miliknya sendiri.
Hak milik (hak eigendom) disebutkan dalam pasal 570 BW
menyatakan bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati
kegunaan sesuatu benda dengan sepenuhnya dan untuk berbuat
sebebas-bebasnya terhadap benda itu.
Hak memungut hasil adalah hak untuk menarik hasil (memungut)
hasil dari benda orang lain , seolah-olah benda itu miliknya sendiri
dengan kewajiban untuk menjaga benda tersebut tetap dalam
keadaan seperti semula.
Hak pakai dan mendiami dalam BW hak pakai dan hak mendiami
ini diatur dalam buku II title XI dari pasal 818 s.d 829 . dalam pasal
818 BW hanya disebutkan bahwa hak pakai dan hak mendiami itu
merupakan hak kebendaan yang terjadinya dan hapusnya sama
b.

seperti hak memungut hasil (vruchtgebruik)


Hak
kebendaan
yang
bersifat
memberi

jaminan

(zakelijkzakerheidsrecht), yang terdiri dari:


Hak gadai (pasal 1150 BW) : hak yang diperoleh atas suatu benda
bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitur obyek : benda
bergerak subyek : orang cakap.

Jaminan fidusia : hak jaminan atas benda bergerak baik berwujud


maupun tidak dan benda tidak bergerak dibebani hak tanggungan.
Subyek : orang yang membuat perjanjian.
Hypotheek : hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan
kepada kreditur bahwa piutangnya akan dilunasia debitur (dalam
buku II title XXI pasal 1162 s.d 1232, tidak semua berlaku ).
Privilege (piutang piutang yang di istimewakan)
9. Timbulnya Hak Kebendaan
a.

Dengan pengakuan
Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius) kemudian
didapatkan dan diakui oleh seseorang yang mendapatkannya,
dianggap sebagai pemiliknya. Contohnya, orang yang menangkap
ikan, barang siapa yang mendapat ikan itu dan kemudian mengaku
sebagai pemiliknya, dialah pemilik ikan tersebut. Demikianpula
halnya dengan berburu dihutan, menggali harta karun dll.

b.

Dengan penemuan
Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari
penguasaannya, karena misalnya jatuh di perjalanan, maka barang
siapa yang menemukan barang tersebut dan ia tidak mengetahui
siapa pemiliknya, menjadi pemilik barang yang diketemukannya.
Contoh ini adalah aplikasi hak bezit.

c.

Dengan penyerahan
Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui
penyerahan berdasarkan alas hak (rechts titel) tertentu, seperti jual
beli, sewa menyewa, hibah warisan, dll. Dengan adanya penyerahan
maka titel berpindah kepada siapa benda itu diserahkan.

d.

Dengan cara daluarsa


Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui
pemilik benda itu sebelumnya (misalnya karena menemukannya),
hak milik atas benda itu diperoleh setelah lewat waktu 3 tahun sejak
orang tersebut menguasai benda yang bersangkutan.
Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah:
jika ada alas hak, 20 tahun

jika tidak ada alas hak, 30 tahun


e.

Dengan pewarisan
Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum
waris yang berlaku, bisa hukum adat, hukum Islam atau hukum
barat.

f.

Dengan cara penciptaan


Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang
sudah ada maupun sama sekali baru, dapat memperoleh hak milik
atas benda ciptaannya itu. Contohnya orang yang menciptakan
patung dari sebatang kayu, menjadi pemilik patung itu, demikian
pula hak kebendaan tidak berwujud seperti hak paten, hak cipta dan
lain sabagainya.

g.

Dengan cara ikutan / turunan


Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka
anak sapi yang dilahirkan dari induknya itu menjadi miliknya juga.
Demikian pula orang yang membeli sebidang tanah, ternyata diatas
tanah itu kemudian tumbuh pohon durian, maka pohon durian itu
termasuk milik orang yang membeli tanah tersebut.

10. Terhapusnya Hak Kebendaan


a. Karena bendanya lenyap/musnah
Musnahnya sesuatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut
lenyap,misalnya hak sewa atas sebuah rumah yang habis/musnah
ketimbun longsoran tanah gunung, menjadimusnah juga. Atau, hak
gadai atas sebuah sepeda motor, ikut habis apabila barang tersebut
b.

musnah karena kebakaran.


Karena dipindahtangankan
Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila

c.

benda yangbersangkutan dipindah tangankan kepada orang lain.


Karena pelepasan hak
Dalam hal ini pada umumnya pelepasan yang bersangkutan
dilakukan secarasengaja oleh yang memiliki hak tersebut, seperti
radio yang rusak dibuang ketempat sampah. Dalam hal ini maka halk
kepemilikan menjadi hapus dan bisa menjadi hak milik orang lain
yang menemukan radio tersebut.

d.

e.

Karena daluarsa (lampau waktu)


Daluwarsa untuk barang tidak bergerak pada umumnya 30 tahun
(karena adaalas hak), sedangkan untuk benda bergerak 3 tahun.
Karena pencabutan hak
Penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas
bendatertentu, dengan memenuhi syarat:
Harus didasarkan suatu undang undang
Dilakukan untuk kepentingan umum (dengan ganti rugi yang layak)

BAB III
PENUTUP
Dalam bahasa aslinya bahasa Belanda, benda itu adalah zaak. Dalam pasal
499 KUHPdt yang diartikan dengan zaak ialah semua barang dan hak. Pengertian
benda dalam hukum berbeda dengan pengertian umum secara fisika, karena dalam
pengertian hukum, benda adalah sesuatu yang dapat diberikan hak diatasnya.
Terdapat beberapa batasan tentang benda dipandang dari sifat / karakternya,
seperti benda berwujud / tidak berwujud, benda habis / tidak habis dibagi, benda
bergerak / tidak bergerak, benda habis / tidak habis terpakai, benda yang sudah /
akan ada dlsb.
Hak Kebendaan bersifat mutlak, berlangsung lama, bersifat tertutup,yang
lebih tua kedudukannya lebih tinggi / didahulukan, mengikuti benda dimana hak
itu melekat.
Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu hak kebendaaan
yang memberi kenikmatan (misalnya Bezit; Hak Milik /eigendom; Hak
Memungut Hasil; Hak Pakai) dan hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan
(misalnya Gadai, Hipotik,).

DAFTAR PUSTAKA
Zhuo, Tommi. Hukum Perdata: Hukum Benda, macam-macam benda, asasasas kebendaan. 18 Maret 2016.
https://tommizhuo.wordpress.com/2015/02/13/hukum-perdata-hukumbenda-macam-macam-benda-asas-asas-kebendaan/.
Riyowansyah. Makalah Hukum Benda (Hukum Perdata). 19 Maret 2016.
http://riyowansyah.blogspot.co.id/2014/10/makalah-hukum-bendahukum-perdata.html.
KBM FH UB. Makalah Hukum Benda. 19 Maret 2016.
http://kbmfhub.blogspot.co.id/2010/07/makalah-hukum-benda_17.html.

Anda mungkin juga menyukai