Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber energi yang dimiliki oleh Indonesia antara lain minyak bumi, gas alam,
batubara, air, angin, dan matahari. Dari sumber energi yang dimiliki oleh Indonesia,
masyarakat Indonesia lebih banyak memanfaatkan bahan bakar dari minyak bumi karena
lebih mudah di dapatkan dan effisien dalam penggunaannya. Dilain pihak ada pilihan sumber
energi lainnya yang potensi jumlahnya masih sangat terbuka untuk jangka waktu yang
panjang yaitu batubara. Berdasarkan aplikasi system database yang dikembangkan oleh
Badan Geologi Departement Energy dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan NEDO
menyatakan cadangan batubara di Indonesia sebesar 12 miliar ton. Produksi batubara di
Indonesia setiap tahunnya juga meningkat. Pada awal tahun 2012 produksi batubara mencapai
sebesar 360 juta ton, hal ini menandakan potensi perolehan batubara di Indonesia cukup
besar.
Permasalahan dalam pemanfaatan batubara adalah pembakarannya yang kurang
sempurna seperti minyak bumi. Minyak bumi lebih mudah dibakar daripada batubara, hal ini
dikarenakan bentuk minyak bumi yang berbentuk cairan. Batubara dapat dibakar dengan
sempurna seperti halnya minyak bumi dengan cara pengubahan bentuk batubara. Ada
beberapa metode pengubahan batubara ke berbagai bentuk misalnya pembuatan briket
batubara (Coal Briquetting), pencairan batubara (Coal Liquefaction) yaitu dengan cara
pirolisis, gasifikasi batubara (Coal Gasification) dan pembuatan slurry batubara.
Salah satu metode pengubahan bentuk batubara yang sedang dikembangkan saat ini
adalah Coal Water Mixture. CWM merupakan suatu hal yang menarik karena bentuk fisiknya
mirip dengan bahan bakar minyak (BBM) yaitu berbentuk cairan. Teknologi pembuatan
CWM cukup sederhana, yaitu dengan mencampurkan batubara (ukuran < 200 m), aditif (<
0,5%) dan air dalam perbandingan tertentu. Penambahan aditif pada campuran batubara dan
air akan membuat bentuk batubara dan air diharapkan dapat meningkatkan homogenitas.

1.2. Tujuan
Menentukan kondisi operasi pembuatan slurry batubara dengan metode Coal Water
Mixture yang paling baik sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Menentukan kondisi
operasi terbaik tersebut dengan variabel variasi ukuran batubara dan variasi suhu pada proses
penguapan untuk mengoptimasi nilai kalori slurry batubara.
1.3. Tinjauan Pustaka
1.3.1. Batubara
Batubara terbentuk dari endapan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang terjadi selama
beberapa ratus juta tahun yang lalu yang mengalami perubahan melalui proses pembentukan
batubara yang disebut pembatubaraan (coalification).
Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, dengan komposisi utama terdiri dari
cellulose. Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut :
5(C6H10O5)

C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO

Celloluse

Lignit

Gas Metan

Semakin banyak unsur C pada lignit, semakin baik kualitasnya. Sedangkan semakin
sedikit unsur H pada lignit semakin rendah kualitasnya (Sukandarrumidi, 2005).
Klasifikasi batubara secara umum digolongkan menjadi 5 tingkatan, dari tingkatan
tinggi sampai tingkat rendah yaitu anthracite, bituminous coal, sub bituminous coal, lignite,
dan peat (gambut). Penggolongan tersebut menekankan pada kandungan relatif antara unsur
C dan H2O yang terdapat dalam batubara (Sukandarrumidi, 2008).
Terdapat 2 metode untuk menganalisa batubara yaitu analisa ultimat dan analisa
proksimat. Analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada
batubara yaitu karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur sedangkan analisis proksimat
dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon
padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash).
1.3.2. Teknologi coal water mixture
Teknologi

pembuatan

CWM

sebenarnya

cukup

sederhana,

yaitu

dengan

mencampurkan batubara (ukuran < 200 m), aditif (< 0,5%), dan air dalam perbandingan
tertentu. Dengan adanya pengungkungan dan penjebakan batubara di dalam air, maka CWM
mempunyai sifat yang sama dengan bahan bakar minyak berat (Heavy Fuel Oil) sehingga bisa
2

dialirkan atau dipompa untuk transportasi maupun pembakaran. Dengan demikian CWM
dapat digunakan untuk bahan bakar tanpa banyak mengubah boiler. Sifat fisik CWM berupa
suspensi dan tidak dapat dibakar secara langsung. Cara pembakaran CWM adalah dengan
cara injeksi ke dalam tungku yang sebelumnya telah dipanaskan. Keuntungan penggunaan
batubara dalam bentuk CWM antara lain:
a. Sifat alirnya yang tergolong bersifat cairan (fluida) sama dengan sifat alir bahan bakar
minyak (BBM).
b. Dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar cair menggantikan minyak bakar di
kilang-kilang minyak atau industri lainnya yang biasa menggunakan minyak bakar berat
(Heavy Fuel Oil) sebagai bahan bakar untuk pengolahan produknya.
c. Penanganan sama dengan penanganan minyak berat. Memungkinkan pengiriman atau
pengangkutan CWM di antara berbagai lokasi di dalam atau luar instalasi atau pabrik
lewat pipa.
d. Dapat menggunakan boiler yang sama dengan boiler yang biasa digunakan untuk
minyak berat dengan melakukan sedikit modifikasi.
e. Batubara dalam bentuk suspensi dapat ditangani secara lebih bersih hingga menunjang
program bersih lingkungan dan terhidar dari kemungkinan terjadinya pembakaran
spontan, peledakan, dan masalah debu yang biasa ditimbulkan batubara dalam bentuk
serbuk.
Tabel 1.1. Karateristik Coal Water Mixture.
Konsentrasi batubara (wt%)
68-70
HHV (kcal/kg)
5000-5200
LHV (kcal/kg)
4600-4800
Viskositas (mPa-s)
1000
3
Densitas (gr/cm )
1,25
Kandungan Debu (%wt)
6
Kandungan Sulfur (%wt)
0,2
Grains of 200 mesh or less (%)
80-85
(Sumber : NEDO, 2013)
1.3.3. Aditif
Aditif yang umumnya dipakai dalam penurunan tegangan di cairan adalah zat organik.
Aditif zat organik yang umum dipakai memiliki rantai atau gugusan N-CH2-CH2-O-. Aditif
juga memiliki peran sebagai pembentuk muatan listrik pada permukaan yang memimbulkan
gaya tolak menolak antara butiran batubara. Pada saat muatan listrik terbentuk, interaksi
3

antara gaya elektrostatik dan gaya van der walls akan mengurangi penggumpalan pada
kondisi tertentu.
Pada proses CWM penambahan aditif sekitar 0,1% sampai 1,5% tergantung aditif
yang digunakan. Aditif yang dipakai harus efektif dan dapat dibakar pada saat pembakaran
berlangsung.
Peran aditif dalam batubara cair adalah sebagai surfaktan atau penurun tegangan di
permukaan dan pada saat dicampur dalam campuran CWM adalah sebagai kestabilan dan
pendispersi butiran batubara yang menyebabkan butiran batubara tidak mengendap dalam
waktu yang lama (sekitar 2 bulan lebih).
Slurry batubara stabil apabila tidak mengendap dan tidak terdispersi apabila tahan
dalam beberapa selang waktu tertentu. Stabilitas penting dalam bentuk cairan batubara, hal ini
berpengaruh pada saat penyimpanan, pengangkutan dan pada saat pembakaran berlangsung.
Kestabilan diperpanjang dengan penambahan bahan aditif yang dianjurkan. Stabilitas dalam
pembuatan CWM dipengaruhi oleh sifat permukaan batubara, ukuran dan distribusi ukuran
batubara, jumlah, dan jenis bahan aditif yang digunakan, konsentrasi batubara, dan perlakuan
proses hidrotermal (Sukandarrumidi, 2005).
Aditif yang dipakai adalah Alkhyl Benzene Sulfonat acid yang berfungsi sebagai
dispersant dan untuk Stabilizing Agent memakai Carboxy Methyl Cellulose.
1.3.3.1. Alkhyl benzene sulfonat acid
ABS merupakan surfaktan anionik yang memiliki molekul dengan hidrofobik dan
kelompok hidrofilik, surfaktan ini banyak digunakan dalam industri yang biasanya diperlukan
untuk meningkatkan kontak antara media polar dan non-polar seperti antara air dan mineral.
ABS terutama digunakan untuk memproduksi deterjen rumah tangga termasuk deterjen
bubuk, cairan cuci, pencuci piring, dan cairan pembersih rumah tangga lainnya serta dalam
aplikasi industri seperti sebagai berbagai bahan penghubung dan sebagai emulsifier untuk
herbisida pertanian dan dalam polimerisasi emulsi (Putranto, 2012).
1.3.3.2. Carboxyl methyl cellulose
CMC adalah turunan dari selulosa dan sering dipakai dalam industri makanan untuk
mendapatkan tekstur yang baik. Fungsi CMC yang terpenting adalah sebagai pengental,
stabilisator, pembentuk gel, sebagai pengemulsi dan dalam beberapa hal dapat meratakan
penyebaran antibiotik (Winarno, 1992).

Sebagai pengental, CMC mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air


terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC (Fardiaz, 1986). CMC biasa
digunakan dalam ilmu makanan sebagai pengubah viskositas atau pengental dan untuk
menstabilkan emulsi dalam berbagai produk. CMC dalam industri pengobaran minyak
sebagai bahan lumpur pemboran, dimana ia bertindak sebagai pengubah viskositas dan agen
retensi air (Putranto, 2012).

Gambar 1.1. Struktur kimia Carboxyl Methyl Cellulose


1.4. Landasan Teori
Pada pembuatan CWM, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembuatannya
adalah sebagai berikut :
1.

Densitas
Densitas merupakan perbandingan antara massa suatu zat dengan volumenya. Nilai
densitas suatu zat memiliki perbandingan terbalik dengan volumenya. Dimana semakin
besar nilai densitas maka semakin kecil volumenya dengan massa yang sama. Maka
densitas sangat berperan penting pada proses penyimpanan, karena volume yang
diperlukan untuk penyimpanan akan semakin kecil dengan massa yang besar. Dan hal ini
sangat menguntungkan dalam effisiensi tempat.

2.

Viskositas dalam pembuatan coal water mixture


Viskositas yang ditinjau di penelitian ini adalah viskositas cairan, karena bentuk
slurry batubara adalah cairan. Viskositas cairan adalah resistansi cairan yang disebabkan
oleh gesekan antar molekul diberikan ketika lapisan cairan saling berpindah satu sama
lain, sehingga viskositas merupakan ukuran hambatan (resistensi) suatu bahan terhadap
aliran. Hal ini yang membuat batubara dengan air tidak dapat menjadi campuran yang
homogen karena terdapat hambatan antara suatu bahan (dalam penelitian ini batubara)
dengan aliran (dalam penelitian ini air).
5

Nilai viskositas dapat menurun dengan adanya kenaikan suhu, sehingga semakin
tinggi suhu campuran maka viskositas atau hambatan dalam campuran akan menurun.
Meningkatnya temperatur menyebabkan gaya kohesi antara molekul akan berkurang
sehingga menyebabkan berkurangnya hambatan gerakan. Dari penelitian ini akan
dilakukan pemanasan dalam suhu tertentu hingga campuran batubara dengan air dapat
menjadi campuran yang homogen.
3.

Karbon residu
Karbon residu memiliki kecendrungan yang berisifat sebagai polusi pada bahan
bakar. Semakin banyak kandungan residu semakin jelek bahan bakar tersebut karena
semakin banyak menimbulkan polusi.

4.

Kadar air
Kadar air pada batubara merupakan faktor yang merugikan baik air bebas maupun
air lembab, karena air mempengaruhi proses pada saat pembakaran. Pada saat proses
pembakaran, air bawaan akan mempengaruhi nilai kalor batubara sehingga batubara
yang dibutuhkan akan lebih besar.

5.

Nilai kalori
Nilai kalori merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan, dan diukur
sebagai nilai kalor kotor (Gross Calorific Value) atau nilai kalor netto (Net Calorific
Value). Nilai kalori pada CWM dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air di
dalam CWM, semakin meningkatkan nilai kalori pada CWM.

6.

Aditif dalam pembuatan coal water mixture


Setelah melewati proses pencampuran batubara dengan air hingga menjadi
campuran yang homogen, kondisi ini tidak selamanya berlangsung dalam waktu yang
lama karena batubara dalam campuran dapat kembali mengendap. Peran aditif disini
sangat diperlukan, karena aditif berperan sebagai penstabil dan pendispersi butiran
batubara sehingga campuran batubara dan air yang sudah menjadi campuran yang
homogen dapat bertahan dalam waktu tertentu. Penambahan bahan aditif dalam
pembuatan slurry batubara dapat memudahkan pengemasan dan pengangkutan dalam
kurun waktu 2 bulan lebih.

7.

Variabel variabel
Variabel variabel yang berpengaruh dalam pembuatan CWM adalah sebagai
berikut:
a. Pengaruh variasi ukuran batubara.
Variasi perbandingan ukuran batubara dapat mempengaruhi bentuk slurry
batubara, karena ukuran batubara dapat mempengaruhi waktu pengendapan batubara
pada slurry.
b. Pengaruh variasi suhu terhadap pemanasan slurry batubara.
Pembuatan CWM membutuhkan panas untuk menentukan kadar fisik maupun
karakteristik bahan bakar batubara cair. Untuk nilai karakteristik bahan bakar batubara
cair yang dianalisa dalam penelitian ini yang berhubungan dengan pemanasan adalah
nilai densitas, viskositas, karbon residu, kadar air, dan nilai kalor.
Suhu pemansan slurry batubara sempurna berkisar 75oC apabila dilihat dari
nilai kalornya, hal ini dikarenakan kandungan air pada bahan bakar semakin
berkurang, karena nilai kandungan kalor pada batubara berhubungan erat dengan
kandungan airnya. Kandungan air ini dapat berupa air bebas maupun air bawaan.

8.

Analisis hasil
Analisis hasil dilakukan dengan cara menganalisis hasil pembuatan slurry batubara
setelah melewati tahap pemanasan. Setelah didapatkan slurry batubara dilakukan analisa
terhadap keadaan fisik dan nilai karakteristik dari slurry batubara tersebut. Nilai
karateristik meliputi nilai densitas, viskositas, karbon residu, kadar air, dan nilai kalor.

1.5. Batasan Masalah


Pada pembuatan CWM perlu diberikan suatu batasan masalah mengenai pengaruh
peubah-ubah terhadap hasil slurry batubara.
1. Batubara yang digunakan berasal PT Bukit Asam.
2. Pembuatan batubara cair dengan perbandingan 40% batubara dan 60% air dari berat
volume.
3. Zat aditif yang dipakai adalah ABS dan CMC dengan berat 7% ABS dan 1% CMC dari
berat total (batubara dan air).
4. Pembuatan batubara cair dengan proses pemanasan dengan suhu 75oC selama 30 menit.

1.6. Hipotesa
Dalam pembuatan slurry batubara, hipotesa awal untuk mencapai spesifikasi CWM
adalah sebagai berikut :
1

Semakin kecil ukuran batubara yang digunakan untuk pembuatan slurry batubara maka
semakin lama waktu pengendapan antara batubara dengan aquadest.

Semakin tinggi suhu penguapan pada slurry batubara, maka semakin rendah densitas pada
slurry batubara.

Semakin tinggi suhu penguapan pada slurry batubara maka, semakin tinggi viskositas
pada slurry batubara.

Semakin tinggi suhu penguapan pada slurry batubara maka, semakin tinggi karbon residu
pada slurry batubara.

Semakin rendah kadar air pada slurry batubara maka, semakin tinggi nilai kalori pada
slurry batubara.

BAB II
PELAKSANAAN PENELITIAN
2.1. Bahan Baku
a. Aquadest
b. Batubara
2.2. Bahan Pembantu
a. Alkyl Benzene Sulfonat
b. Carboxyl Mhetyl Celloluse
2.3. Rangkaian Alat

Keterangan :
4

1. Mixer
2. Termometer
3. Gelas Beker 1000 ml
4. Pemanas

Gambar 2.1. Rangkaian alat proses pembuatan slurry batubara.

2.4. Cara Kerja


2.4.1. Persiapan batubara
Sebelum melakukan pembuatan batubara cair, terlebih dahulu dilakukan preparasi.
Batubara di crushing sampai ukuran halus dan granular. Kemudian ukuran halus di screening
hingga ukuran yang diinginkan (150; 200; 270) mesh.
2.4.2. Pembuatan slurry batubara
Membuat campuran batubara dan aquadest dengan perbandingan batubara dan
aquadest 40 : 60. Campuran batubara dan aquadest tersebut, kemudian dicampur dengan ABS
sebagai dipersan dengan presentase 7% dan CMC sebagai stabilisator dengan presentase 1%.
Selanjutnya melakukan pengadukan menggunakan mixer hingga putaran 900 rpm dengan
waktu 30 menit dan temperatur 75oC menggunakan pemanas. Percobaan diulangi dengan
ukuran batubara yang berbeda yaitu 150 mesh, 200 mesh, dan 270 mesh. Kemudian slurry
batubara yang sudah homogen dilakukan proses penguapan, dengan variasi temperatur yang
dinginkan yaitu 15oC, 30oC, 50oC, 100oC, dan 150oC.
2.5. Pengamatan Fisik Slurry Batubara
Pengujian fisik ini bertujuan untuk mengetahui secara fisik kondisi dari slurry batubara
ketika diberikan variasi temperatur yang berbeda. Dari pengujian fisik ini dilakukan analisa
apakah terjadi penggumpalan ataupun pemisahan dan pengeringan dari slurry batubara.
2.6. Analisa Hasil
Analisis slurry batubara dilakukan di laboratorium sesuai standart, diantaranya adalah
analisis nilai densitas, viskositas, karbon residu, kadar air, dan nilai kalor.

10

2.7. Diagram Alir Penelitian

Batubara

Crushing

Screening
(150; 200; 270) mesh

Batubara dan Air


40% : 60%

Zat Aditif
ABS (7%) dan CMC (1%)

Mixer
T = 75oC
Slurry Batubara
Penguapan Slurry Batubara

T = 150C, 300C, 500C, 1000C, dan 1500C

Pengamatan Fisik

Analisis

Gambar 2.3. Diagram alir pembuatan slurry batubara.

11

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil nilai yang telah didapatkan dari slurry batubara kemudian dilakukan analisa
terhadap pengamatan fisik dan nilai karakteristik slurry batubara. Untuk nilai karakteristik
yang dianalisa dalam penilitian ini adalah nilai densitas, viskositas, karbon residu, kadar air,
dan nilai kalor. Sedangkan untuk temperatur yang digunakan adalah 15oC, 30 oC, 50 oC, 100
o

C, dan 150 oC.

3.1. Pengamatan Fisik Slurry Batubara


Ukuran partikel batubara dapat mempengaruhi sifat slurry batubara, karena semakin
besar ukuran partikel batubara dapat mempercepat waktu pengendapan pada slurry batubara
dan juga dapat mengakibatkan penyumbatan pada sistem pembakaran pada furnace.
Tabel 3.1. Hasil pengamatan fisik slurry batubara.
Keterangan
Waktu Pengamatan
Ukuran
Fisik
Belum
Mulai
(mesh)
Mengendap
(jam)
mengendap mengendap
1

150
3

200
3

270
3

Pembuatan slurry batubara dengan menggunakan ukuran partikel batubara 150 mesh
lebih cepat mengendap. Terlihat pada Tabel 3.1. pada waktu pengamatan fisik selama 1 jam
slurry sudah mulai mengalami pengendapan. Kemudian pada waktu pengamatan selama 2
jam dan seterusnya slurry batubara sudah mengalami pemisahan antara air dan batubara.
12

Pembuatan slurry batubara dengan menggunakan ukuran partikel batubara 200 mesh
mengalami pengendapan tetapi tidak lebih cepat mengendap dibandingkan 150 mesh. Terlihat
pada Tabel 3.1. pada waktu pengamatan fisik selama 1 jam slurry batubara belum mengalami
pengendapan. Selanjutnya waktu pengamatan fisik selama 2 jam slurry batubara mulai
mengalami pengendapan antara air dan batubara. Kemudian saat batubara pada waktu
pengamatan fisik selama 3 jam dan seterusnya slurry batubara sudah mengalami pemisahan
antara air dan batubara.
Pembuatan slurry batubara dengan menggunakan ukuran partikel batubara 270 mesh
lebih baik daripada pada saat pembuatan slurry batubara dengan ukuran partikel batubara 150
mesh dan 200 mesh. Hal ini dikarenakan semakin berat ukuran partikel batubara semakin
cepat pengendapan slurry batubara antara batubara dan air. Terlihat pada Tabel 3.1. ketika
waktu pengamatan fisik selama 1 jam hingga 3 jam slurry batubara belum mengalami
pengendapan. Selanjutnya ketika waktu pengamatan fisik selama 4 jam slurry batubara mulai
mengalami pengendapan antara batubara dan air. Kemudian ketika pengamatan fisik selama 5
jam slurry batubara sudah mengalami pengendapan antara batubara dan air.
3.2. Analisis Slurry Batubara
3.2.1. Densitas
Pengaruh densitas terhadap variasi suhu pada proses penguapan slurry batubara
dengan variabel tetap :
-

Perbandingan batubara dan aquadest

40 : 60

Perbandingan CMC dan ABS

1% : 7%

Ukuran partikel batubara

270 mesh

Suhu proses pencampuran

75

Waktu proses pencampuran

30

menit

Tabel 3.2. Pengaruh temperatur terhadap densitas pada slurry batubara.


Temperatur (oC)
Densitas (g/cm3)
15
1,1345
30
1,1209
50
1,1182
100
1,1098
150
1,0947

13

1,1400

Densitas (g/cm3)

1,1300
1,1200
1,1100
1,1000

Densitas

1,0900
1,0800
1,0700
15

30

50

100

150

Temperatur (oC)
Gambar 3.1. Pengaruh temperatur terhadap densitas pada slurry batubara.
Dari Gambar 3.1 dapat diketahui pengaruh temperatur terhadap densitas bahan bakar
slurry batubara bahwa semakin tinggi temperatur yang diberikan, densitas pada bahan bakar
slurry batubara mengalami penurunan. Untuk temperatur pemanasan pada 50oC sampai
dengan 150oC terjadi penurunan densitas yang sangat signifikan, hal ini dikarenakan
pengaruh temperatur pada slurry batubara mengakibatkan terjadinya penguapan pada
komposisi airnya. Sehingga hal ini mengurangi massa yang terkandung pada slurry batubara.
Dibandingkan dengan spesifikasi CWM, densitas slurry batubara

kurang dari standar

spesifikasi CWM.
3.2.3. Viskositas
Pengaruh densitas terhadap variasi suhu pada proses penguapan slurry batubara
dengan variabel tetap :
-

Perbandingan batubara dan aquadest

40 : 60

Perbandingan CMC dan ABS

1% : 7%

Ukuran partikel batubara

270 mesh

Suhu proses pencampuran

75

Waktu proses pencampuran

30

menit

Tabel 3.3. Pengaruh temperatur terhadap viskositas pada slurry batubara.


Temperatur (oC)
Viskositas Dinamik (Cp)
15
420,3323
30
568,5205
50
610,3136

14

Viskositas Dinamik (Cp)

675
600
525
Viskositas Dinamik

450
375
300
15

30

Temperatur

50

(oC)

Gambar 3.2. Pengaruh temperatur terhadap viskositas kinematik pada slurry batubara.
Pada Gambar 3.2. dapat dilihat keadaan viskositas dari bahan bakar slurry batubara
berbanding lurus dengan kenaikan temperatur. Pada Tabel 3.4. keadaan viskositasnya tidak
dapat diuji pada temperatur 100oC-150oC. Hal ini dikarenakan pada temperatur tersebut
keadaan slurry batubara sudah mengalami penggumpalan dan pengeringan. Komposisi air
pada campuran tersebut mengalami penguapan dan pemisahan akibat ketidakstabilan dari
kedua komposisi tersebut. Dimana air mengalami penguapan pada campuran tersebut.
Dibandingkan dengan spesifikasi CWM, viskositas slurry batubara kurang daripada standar
spesifikasi CWM.
3.2.4. Karbon residu
Pengaruh karbon residu terhadap variasi suhu pada proses penguapan slurry batubara
dengan variabel tetap :
-

Perbandingan batubara dan aquadest

40 : 60

Perbandingan CMC dan ABS

1% : 7%

Ukuran partikel batubara

270 mesh

Suhu proses pencampuran

75

Waktu proses pencampuran

30

menit

Tabel 3.4. Pengaruh temperatur terhadap karbon residu pada slurry batubara.
Karbon residu (%)
Temperatur (oC)
15
30
50
100
150

23,11
23,47
23,98
24,41
25,45

15

Karbon Residu (%)

26
25
24
Karbon Residu
23
22
15

30

50

100

150

Temperatur (oC)
Gambar 3.3. Pengaruh temperatur terhadap residu karbon pada slurry batubara.
Dari gambar 3.3. grafik perbandingan pengaruh temperatur terhadap bahan bakar
slurry batubara. Pengaruh temperatur tersebut mengakibatkan kandungan residu karbon dari
bahan bakar slurry batubara semakin besar. Keadaan ini dikarenakan dengan temperatur 15oC
sampai dengan 50oC massa sampel merupakan campuran air dan batubara sehinggga
komposisi dari air batubara terhadap sampel sedikit. Untuk temperatur 100oC dan 150oC
massa sampel sebagian besar terdiri dari batubara karena air pada campuran mengalami
penguapan (evaporasi). Dibandingkan dengan spesifikasi CWM, karbon residu lebih besar
daripada standar spesifikasi CWM.
3.2.5. Nilai kalori
Pengaruh densitas terhadap variasi suhu pada proses penguapan slurry batubara
dengan variabel tetap :
-

Perbandingan batubara dan aquadest

40 : 60

Perbandingan CMC dan ABS

1% : 7%

Ukuran partikel batubara

270 mesh

Suhu proses pencampuran

75

Waktu proses pencampuran

30

menit

16

Tabel 3.5. Pengaruh temperatur terhadap nilai kalori dan kadar air pada slurry batubara.
Temperatur (oC)
Nilai Kalori (kal/g)
Kadar Air (%wt)
15
2531,6557
56,7962
30
2643,4048
56,2875
50
2698,3546
55,5225
100
2731,4618
5,5296
150
2835,5352
1,3103

Kadar air

3000

60

2900

50

2800

40

2700

30

2600

20

2500

10

2400

Kadar Air (%wt)

Nilai Kalori (kal/g)

Nilai Kalori

0
15

30

50

100

150

Temperatur (oC)
Gambar 3.4. Pengaruh temperatur terhadap nilai kalori dan kadar air pada slurry batubara.
Pada gambar 3.4. grafik terlihat pada kondisi suhu 15oC, slurry batubara memiliki
kadar air 56,7962 %wt dengan nilai kalori 2531,6557 kal/g. Pada kondisi tersebut slurry
batubara memiliki bentuk yang baik untuk digunakan sebagai bahan bakar karena masih
berwujud slurry batubara, namun memiliki nilai kalori yang rendah. Sedangkan pada kondisi
suhu 150oC, slurry batubara memiliki kadar air 1,3103 %wt dengan nilai kalori 2835,5352
kal/g. Pada kondisi tersebut slurry batubara memiliki nilai kalori yang tinggi, namun slurry
batubara tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar karena bentuknya yang sudah tidak
berwujud slurry lagi. Kondisi yang paling optimum adalah pada saat kondisi 50oC dengan
kadar air 55,5225 %wt dan nilai kalori 2698,3546 kal/g. Hal ini dikarenakan pada kondisi
tersebut masih berwujud slurry batubara dengan nilai kalori yang cukup tinggi dibandingkan
pada kondisi 15oC dan 30oC.

17

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1.

Semakin kecil ukuran batubara yang digunakan untuk pembuatan slurry batubara
maka, semakin lama waktu pengendapan antara batubara dengan aquadest. Ukuran
batubara yang terbaik adalah 270 mesh dengan waktu pengendapan 5 jam dari saat
pembuatan.

2.

Semakin tinggi suhu penguapan pada slurry batubara maka, semakin rendah
densitas pada slurry batubara. Densitas terbaik pada kondisi 15oC yaitu 1,1345
gr/cm3 karena mendekati spesifikasi CWM.

3.

Semakin tinggi suhu penguapan pada slurry batubara maka, semakin tinggi
viskositas pada slurry batubara. Viskositas terbaik pada penguapan 50oC yaitu
610,3136 Cp karena mendekati spesifikasi CWM.

4.

Semakin tinggi suhu penguapan pada slurry batubara maka, semakin tinggi karbon
residu pada slurry batubara. Karbon residu terbaik pada kondisi 15oC yaitu 23,11 %
karena mendekati spesifikasi CWM.

5.

Kondisi yang paling optimum adalah pada saat kondisi 50oC dengan kadar air
55,5225 %wt dan nilai kalori 2698,3546 kal/g. Hal ini dikarenakan pada kondisi
tersebut slurry batubara masih dapat dialirkan dan nilai kalori yang cukup tinggi
dibandingkan pada kondisi 15oC.

4.2. Saran
Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut dengan menggunakan ukuran batubara yang lebih
kecil sehingga waktu pengendapan lebih lama dan mengurangi karbon residu sehingga terjadi
pembakaran lebih sempurna.

18

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013.Surfaktan, http://id.wikipedia.org/wiki/Surfaktan. diakses pada 2 Juli 2013,
pukul 12.50 WIB
Anonim, 2013.Mengenal Coal Water Mixture (CWM) Sebagai Pengganti Minyak Berat.
http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/5263-mengenal-coal-water-mixturecwm-sebagai-pengganti-minyak-berat.html. diakses pada 8 maret 2013, pukul 21.45
WIB.
Anonim,
2013.
Clean
Coal
Technologies
in
Japan.
NEDO.
www.nedo.go.jp/content/100079772.pdf. diakses pada 3 Januari 2014, pukul 13.00
WIB.
Eko, Wahono, 2012. Studi Eksperimen Pengaruh Dispersant Dan Stabilizing Agent Pada
Proses Coal Water Mixture Terhadap Karakteristik Bahan Bakar Batubara Cair.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20590-4207100082.pdf. diakses pada
tanggal 29 Juni 2013, pukul 09.00 WIB
Fardiaz, S. 1986. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sukandarrumidi, 2005. Batubara dan Pemanfaatannya, Gadjah Mada University Prees,
Yogyakarta.
Sukandarrumidi, 2005. Batubara dan Gambut, Gadjah Mada University Prees, Yogyakarta.
Streeter, Victol L, E. Benjamin, 1996. Mekanika Fluida, edisi 8 jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

19

LAMPIRAN
1.

Densitas
Analisis densitas slurry batubara dengan cara menimbang berat piknometer kosong 25 ml.
Masukkan sampel slurry batubara dalam piknometer dan timbang beratnya.

Keterangan :
Densitas (gram/cm3)
Massa awal piknometer kosong (gram)
Massa akhir piknometer berisi slurry batubara cair (gram)
Volume piknometer (cm3)
Perhitungan densitas dengan temperatur 15oC
= Massa sampel (15oC) + Massa Piknometer

Massa akhir

= (28,3615 + 16,1342) gram


= 44,4957 gram
Massa awal

= Massa Piknometer
= 16,1342 gram

Volume Piknometer = 25 cm3

( )
(

TC
15
30
50
100
150

Berat
Piknometer kosong
(gr)
16,1342
16,1342
16,1342
16,1342
16,1342

Volume
Piknometer
(cm3)
25
25
25
25
25

Berat
piknometer + sample
(gr)
44,4957
44,1567
44,0882
43,8803
43,5024

Berat
Sampel
(gr)
28,3615
28,0225
27,9540
27,7461
27,3682

Densitas
(gr/cm3)
1,1345
1,1209
1,1182
1,1098
1,0947

20

2.

Viskositas
Analisa viskositas menggunakan viskometer Brookfield. Pasang kontak viscometer.
Selanjutnya pasang spindel no 4 dengan ujung yang tipis (diperuntukkan cairan yang
berat). Masukkan sampel pada wadah kemudian turunkan spindel hingga batas yang ada
pada spindel. Pastikan angka penunjuk viskometer berada pada anka 0 (nol). Jalankan
rotor dengan menekan tombol on sehingga spindel berputar kemudian tunggu hingga 30
detik. Setelah 30 detik matikan rotor lalu catat angka penunjuk viskometer. Angka
penunjuk viscometer tersebut kemudian dikalikan dengan angka pada tabel konversi
spindel yang terdiri dari no spindel dan kecepatan rotor. Setelah dikalikan angka penunjuk
viscometer dengan angka pada tabel konversi spindel, didapatkan nilai viskositas sampel
slurry batubara.
Perhitungan Viskositas dinamik
Viskositas Kinematik

= 370,5 mm2/s

Densitas

= 1,1345 gr/cm3

Temperatur (oC)
15
30
50
3.

Viskositas Kinematik
(mm2/s)
370,5
507,2
545,8

Densitas
(gr/cm3)
1,1345
1,1209
1,1182

Viskositas Dinamik
(Cp)
420,3323
568,5206
610,3136

Karbon Residu
Analisis karbon residu slurry batubara dengan cara menimbang berat cawan kosong.
Kemudian ditambahkan 5 gram sampel slurry batubara. Bakar diatas stand fire hingga
sampel hanya tersisa abu. Timbang berat cawan yang berisi sampel yang telah dibakar.
[(

CCR = Conradson Carbon Residue


Conradson Carbon Residue (CCR) adalah ukuran dari kecendrungan bahan bakar untuk
membentuk endapan karbin selama pembakaran dan menunjukan kecendrungan

21

membentuk kokas relatif dari heavy fuel. Nilai CCR adalah parameter penting untuk
mesin diesel.
Perhitungan kadar residu dengan temperatur 15oC
Berat sampel awal

=5

gram

Berat cawan kosong

= 32,6570

gram

Berat cawan dan sampel akhir

= 33,8125

gram

[(

[(

T
(oC)
15
30
50
100
150
4.

Sebelum Pembakaran
Cawan
Sampel
Cawan +
kosong (g)
(g)
sampel (g)
32,6570
5
37,6570
32,6570
5
37,6570
32,6570
5
37,6570
32,6570
5
37,6570
32,6570
5
37,6570

Sesudah Pembakaran
Cawan +
Sampel Karbon residu
sampel (g)
(g)
(%)
33,8125
1,1555
23,11
33,8305
1,1735
23,47
33,8560
1,1990
23,98
33,8775
1,2205
24,41
33,9295
1,2725
25,45

Kadar Air
Analisa kadar air dilakukan dengan menimbang cawan kosong. Kemudian menempatkan
sampel slurry batubara dalam cawan kosong, lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105
0

C selama 60 menit. Didinginkan pada suhu kamar dan ditimbang.


(

)
)

Perhitungan kadar air dengan temperatur 15oC


Berat sampel awal

= 5

gram

Berat cawan kosong

= 32,657

gram

Berat cawan dan sampel akhir

= 34,8172

gram

Berat setelah dikeringkan

= (Berat cawan + sampel akhir) - Berat cawan kosong


= (34,8172 32,657) gram
22

= 2,1602 gram
= berat sampel awal berat setelah dikeringkan

Kehilangan berat

= (5 - 2,1602) gram
= 2,8398 gram
(

(
(

Sebelum
T(oC)
15
30
50
100
150
5.

Cawan
Sampel
kosong
(gram)
(gram)
32,657
5
32,657
5
32,657
5
32,657
5
32,657
5

)
)

Sesudah

Cawan+sampel
(gram)

Cawan+sampel
(gram)

Sampel
(gram)

Kadar air

37,657
37,657
37,657
37,657
37,657

34,8172
34,8426
34,8809
37,3805
37,5915

2,1602
2,1856
2,2239
4,7235
4,9345

56,796
56,288
55,523
5,5296
1,3103

Nilai kalori
Hidupkan bomb calorimeter kemudian tekan tombol F1 untuk mengaktifkan pompa,
pemanas dan mengalirkan air pendingin. Selanjutnya timbang jumlah sampel

dan

masukkan sampel slurry batubara tersebut kedalam mangkok bomb calorimeter.


Hubungkan seutas kawat antara kedua ujung katoda/anoda dengan sampel. Masukkan
sampel ke dalam silinder kemudian tutup rapat. Alirkan gas nitrogen ke dalam silinder
tersebut hingga penuh. Masukkan silinderyang berisi sampel kedalam bomb calorimeter
yang sebelumnya uda diisi air, lalu tutup dengan rapat. Masukkan data berat sampel dan
panjang kawat pada bomb calorimeter. Tekan tombol start untuk memulai pembakaran.
Setelah pembakaran sempurna, alat akan secara otomatis memberikan preliminary
report. Buka penutup, keluarkan silinder beserta mangkuk sampel. Ukur sisa kawat yang
tidak terbakar. Inputkan data sisa kawat yang terbakar pada bomb calorimeter, secara
otomatis calorimeter akan memberikan final report yang merupakan data kalori sampel
yang di analisis.

23

Anda mungkin juga menyukai