Anda di halaman 1dari 11

Insektisida

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS KULIAH
Chemistry for Daily Life
yang dibina oleh Bapak Muntholib, M.Si

Oleh:
Kelompok 8
SOFIA NUR FADHILAH
SOFIANA NUR FADILAH
SITTI NURUL QAMARIYAH

(140331601151)
(140331604387)
(140331603734)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
Maret 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Insekta atau serangga merupakan kelompok hewan yang tersebar luas hampir
diseluruh permukaan bumi. Kita dapat menemukan serangga di permukaan tanah, di
dalam tanah, di antara semak-semak, pada daun-daun tanaman, dan sebagainya. Hewan
ini dapat menyebar ke berbagai tempat karena kemampuan adaptasinya yang tinggi
terhadap lingkungan hidupnya. Sebagai contoh, walaupun tanaman kesukaannya tidak
ada, serangga masih tetap bertahan hidup dengan memakan jenis tanaman di lahan
pertanian, tapi ada beberapa jenisnya yang menjadi hama gudang.
Serangga dapat berperan sebagai kawan maupun lawan bagi makhluk hidup yang ada
disekitarnya. Sebagai contoh, lebah madu dan ulat sutera adalah serangga yang
menguntungkan bagi lingkungan. Lebah madu dapat menghasilkan madu dan malam
lebah serta membantu proses penyerbukan tanaman, sedangkan ulat sutera dapat
menghasilkan benang-benang sutera.
Disamping itu, adapula serangga-serangga yang merugikan. Misalnya, rayap dan
wereng coklat. Rayap merugikan karena merusak kayu bahan bangunan, sedangkan
wereng coklat merusak tanaman padi. Oleh karena itu, untuk mengatasi serangga yang
merugikan maka dilakukan pengendalian terhadap jumlah populasi hama sehingga tidak
melebihi ambang ekonomi.
Pestisida adalah jenis bahan beracun untuk mengendalikan jasad pengganggu atau
biasa disebut organisme pengganggu tanaman. Pestisida sering digunakan sebagai pilihan
utama untuk memberantas organisme pengganggu tanaman. Hal ini disebabkan karena
pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, serta hasilnya
cepat diketahui. Pestisida memiliki beberapa jenis sesuai dengan sasaran yang akan
dikendalikan.
Jenis pestisida diantaranya yaitu fungisida (fungi/cendawan), herbisida (gulma),
bakterisida (bakteri), namatisida (nematode/cacing kecil), rodentisida (tikus), insektisida
(serangga), dan sebagainya. Akan tetapi, pada makalah ini hanya dibatasi pada insektisida
yaitu jenis pestisida yang berfungsi untuk menanggulangi hama serangga.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian insektisida?

2.
3.
4.
5.

Bagaimana jenis-jenis insektisida serta kajian struktur insektisida?


Bagaimana mekanisme kerja insektisida?
Bagaimana aturan penggunaan insektisida?
Bagaimana efek penggunaan insektisida secara berlebihan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INSEKTISIDA

Pengendalian serangga hama supaya tidak menimbulkan kerusakan secara ekonomi


pada suatu daerah atau tanaman dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti,
pengendalian dengan undang-undang atau peraturan, secara kultur teknik, secara fisik dan
mekanik, secara hayati (biologi), dan secara kimiawi. Akan tetapi, pengendalian yang
lebih sering digunakan adalah pengendalian secara kimiawi.
Pengendalian secra kimiawi adalah usaha pengendalian serangga hama dengan
menggunakan bahan kimia beracun. Bahan kimia ini diberikan (disemprotkan) langsung
ke tanaman makanan hama, umpan, atau dikenakan langsung pada serangga hama
sasaran. Bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama
disebut insektisida.
Insektisida secara harfiah berarti pembunuh serangga. Insektisida berasal dari kata
insecta yang berarti serangga, dan kata sida yang berarti pembunuh (asal katanya
ceado). Dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Insektisida, insektisida adalah semua zat kimia
dan bahan lain serta jasad renik, serta virus yang dipergunakan untuk memberantas atau
mencegah binatang - binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Sedangkan, menurut Wudianto (2002), insektisida adalah bahan yang mengandung
senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Insektisida
kesehatan masyarakat adalah insektisida yang digunakan untuk pengendalian vektor
penyakit dan hama permukiman seperti nyamuk, serangga pengganggu lain (lalat,
kecoak/lipas), tikus, dan lain-lain yang dilakukan di daerah permukiman endemis,
pelabuhan, bandara, dan tempat-tempat umum lainnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa insektisida adalah semua zat yang mengandung bahan
kimia yang digunakan untuk memberantas hama pengganggu.
B. JENIS-JENIS INSEKTISIDA (KAJIAN STRUKTUR)
Secara garis besar insektisida dapat digolongkan atas dasar formulasi, carakerja, dan
susunan kimianya.
1. Penggolongan Berdasarkan Formulasinya
Berdasarkan formulasinya, insektisida dibagi menjadi:
Bentuk Cairan Emulsi (Emulsifiable Contentrates/EC)
Insektisida jenis ini biasanya memiliki nama dagang yang dibelakangnya
diikuti

oleh

singkatan

ES

(Emulsifiable

Solution),

EC

(Emulsifiable

Concentrates), WSC (Water Soluble Concentrates), E (Emulsifiable), dan S


(Solution). Contohnya:

Basudin 60 EC (artinya insektisida pekat atau cairan pekat yang bisa dicampur

dengan air dan membentuk emulsi)


Diazinon 60 ES (artinya larutan yang bisa diemulsikan bila dicampur dengan

air)
Gusadrin 150 WSC (artinya insektisida pekat yang dapat dilarutkan dalam air
Dursban 155 E (artinya insektisida yang dapat diemulsikan)

Komposisi umum dari EC adalah bahan aktif, pelarut (xylene), dan bahan perata.
Bentuk Tepung Hembus (Dust/D)
Insektisida ini dalam penggunaannya harus dihembuskan dalam bentuk tepung
kering dengan alat penghembus. Contohnya: Sevin 5 D. Komposisi dust adalah
bahan aktif dan tepung (talk).
Tepung yang Harus Dibasahi (Wettable Powder/WP)
Insektisida dalam penggunaannya harus dibasahi dahulu dengan air sebelum
disemprotkan. Komposisi umum dari WP adalah bahan aktif, zat pembawa (tanah
liat, talk), dan bahan pembasah (wetting agent). Contoh: Mipcin 50 WP, Larvin 75
WP, Applaud 1 0 WP.
Tepung yang Dilarutkan dalam Air (Soluble Powder/SP)
Insektisida ini harus dilarutkan dahulu ke dalam air sebelum diaplikasikan.
Perbedaan dengan insektisida bentuk WP adalah pada bentuk WP tidak larut
dalam air, melainkan hanya terjadi pencampuran saja, sedangkan SP larut dalam
air. Contoh: Dicarzol 25 SP, Sematron 75 SP, dan Orthene 75 SP.
Bentuk Butiran (Granule/G)
Insektisida ini bentuknya berupa butiran padat dan cara penggunaannya cukup
dengan disebarkan atau ditaburkan saja di atas tanah. Komposisi granule adalah
bahan aktif, bahan pembawa (carrier) terdiri atas talk atau kwarsa, dan perekat.
Contoh: Furadan 3 G, Ekalux 5 G, Cuaterr 3 G, dan Basudin 10 G.
Bentuk Oil
Contohnya: Sevin 4 oil, Basudin 90 SCO (Soluble Councentrate Oil), artinya
konsentrasi yang telah dilarutkan dalam minyak. Biasanya insektisida ini

digunakan untuk penyemprotan ULV (Ultra Low Volume) dengan menggunakan


pesawat.
2. Penggolongan Berdasarkan Susunan Kimianya
Berdasarkan susunan kimianya, insektisida dibagi menjadi dua golongan, yaitu
insektisida anorganik dan insektisida organik. Insektida organic dibagi lagi menjadi
insektisida organic alami dan insektisida oganik sintetik.
Insektisida anorganik adalah insektisida yang berasal dari unsur-unsur alamiah
dan tidak mangandung karbon. Contohnya: asam borat, arsenat timbal, kalsium
arsenat, sulfat tembaga, dan kapur belerang.
Insektisida organik sintetik, adalah insektisida yang terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, fosfor, dan nitrogen. Kelompok ini merupakan hasil buatan pabrik
melalui proses sintetis kimiawi. Insektisida modern pada umumnya merupakan
insektisida organik sintetik ini. Kelompok organik sintetik ini dapat diklasifikasikan
lagi berdasarkan unsur utama yang dikandungnya, yakni senyawa-senyawa sebagai
berikut:
(a) Senyawa Organoklorin (OK)
Insektisida kelompok ini sering disebut hidrokarbon klor dan merupakan racun
perut dan racun kontak, efektif untuk mengendalikan larva, nimfa, imago, dan
kadang-kadang untuk pupa dan telur. Akan tetapi, senyawa ini memiliki sifat
persinstensi yang sangat lama dilingkungan baik, ditanah maupun dijaringan tanaman dan
dalam tubuh hewan. Contohnya adalah DDT, BHC, endrin, dieldrin, dan toksafena.
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organic dengan penambahan klorin.
Insektisida organoklorin bersifat sangat persisten, dimana senyawa ini masih tetap aktif
hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, kini insektisida golongan organoklorin sudah
dilarang penggunaannya.

(b) Senyawa Organofosfat (OP)


Memiliki variasi jenis dan sifat yang merupakan insektisida beracun bagi serangga
hama, baik sebagai racun kontak, perut maupun fumigan. Persistensi senyawa OP
dilingkunagan sedang dan cepat terdegradasi menjadi senyawa yang ridak beracun
dibandingkan senyawa OK. Contohnya: Malathion, Chlopyrifos, Diazinon, dan
Fenitrothion. Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan
penambahan fosfat.

(c) Senyawa Karbamat


Merupakan insektisida yang berspektrum lebar dan cepat terurai serta hilang daya
racunnya dari jaringan binatang, sehingga tidak terakumulai dalam jaringan ternak
dan susu seperti OK. Contohnya adalah BPMC, karbaril. Insektisida golongan
karbamat diketahui sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi
dan meninggalkan residu dalam jumlah sedikit. Namun, insektisida karbamat akan
terurai pada suasana yang terlalu basa.

Gambar : Struktur Karbamat


(d) Piretroid Sintetik (PS)
Merupakan senyawa yang struktur kimianya seperti piretrin yang berasal dari
tumbuhan. Senyawa ini meruakan tiruan dari bahan aktif insektisida botanic
piretru, yaitu sineri Iyang berasal dari bunga Chrysanthemum cineraiaefolium.
Senyawa PS terutama bekerja secara kontak dan tidak sistemik. Cintohnya:
fluvalinat
Insektisida golongan ini terdiri dari dua kategori, yaitubersifat fotostabil serta
bersifat non fotostabil namun kemostabil. Produknya sering dicampur dengan
senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik.
Insektisida Organik Alam adalah insektisida yang berasal dari bahan hidup seperti
tumbuhan dan mikrobia. Insektisida organik alam yang berasal dari tanaman disebut
insektisida botanis dan insektisida organik yang berasal dari mikrobia (seperti jamur,
bakteri, dan virus) disebut insektisida mikrobial. Beberapa jenis insektida botanis, seperti:

Nikotin, diperoleh dari ekstrak tumbuhan Nicotiana tabaccum.


Rotenone (rotenoid), diperoleh dari akar-akat jenis kacang-kacangan yaitu Derris dan

Lonchocarpus.
Ryania, diperoleh dari ekstrak bunga Chrysanthemum cinerariefolium.
Sabadila, diperoleh dari biji Schoenocaulon officinale.

Sedangkan beberapa jenis insektisida mikrobial, seperti:


Bacillus popilliae, untuk mengendalikan kumbang jepang.

Beauveria bassiana, adalah jamur yang digunakan untuk mengendalikan wereng


coklat, penggerek batang padi, dan lain-lain.

3. Penggolongan berdasarkan cara kerja


a. Insektisida lambung (perut)
b. Insektisida kontak
c. Insektisida fumigan
d. Insektisida sistemik
C. MEKANISME KERJA
Untuk membunuh serangga ,insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui lambung,
kontak, dan alat pernapasan
a. Insektisida Lambung (perut)
Insektisida dapat meracuni lambung (stomatch poison) bila insektisida masuk dalam
tubuh bersama bagian tanaman yang dimakannya. Akibatnya alat pencernaan akan
terganggu. Insektisida seperti ini akan sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang
mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah, misalnya jangkrik, ulat dan belalang.
b. Insektisida Kontak
Insektisida kontak akan meracuni serangga bila serangga hama tersebut menyentuh
insektisida. Racun atau bahan aktif akan meresap ke dalam tubuh serangga melalui kulit
luar (kutikula), kemudian bekerja di dalam tubuh sehingga serangga akan mati.
c. Insektisida Fumigan
Insektisida ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernapasan. Insektisida
jenis ini harus difumigasikan atau diuapkan dalam bentuk gas. Cara ini sangat efektif jika
digunakan dalam ruang tertutup, misalnya untuk mengendalikan serangga hama dalam
gudang atau di tempat penyimpanan.
d. Insektisida Sistemik
Insektisida ini dapat ditranslokasikan melalui jaringan tanaman. Serangga hama akan
mati apabila menghisap atau memakan jaringan tanaman tersebut.
D. ATURAN PENGGUNAAN
Insektisida merupakan sarana produksi pertanian yang mahal dan merusak lingkungan. Oleh
karena itu penggunaan insektisida dilakukan apabila populasi hama meningkat dan di atas ambang
ekonomi. Ambang Ekonomi (AE) adalah suatu tingkat dimana populasi hama dapat melakukan
kerusakan yang merugikan secara ekonomi. Andaikata populasi hama berada di bawah AE tidak
perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi, karena pada saat itu pengendalian hama mampu
dilakukan oleh kompleks musuh alami seperti predator, parasitoid, dan patogen.
Selain itu, dalam penggunaan insektisida harus dilakukan secara rasional dengan
mempertimbangkan sifat kimia dan sifat fisik insektisida, biologi, dan ekologi jasad

pengganggu, serta musuh alami. Terlebih

bila dikaitkan dengan program PHT

(Pengendalian Hama Terpadu), insektisida hanyalah salah satu cara pengendalian yang
diterapkan setelah cara lain tidak berhasil. Dalam penggunaan insektisida juga perlu

diperhatikan beberapa hal, seperti jenis dan merk dagang insektisida yang sesuai dengan
hama dan penyakit tanaman, formulasi yang sesuai dengan peralatan yang tersedia,
peralatan yang digunakan, cara penggunaan insektisida yang efektif dan efisien, cara
mengaplikasikan insektisida tersebut untuk memberantas jasad pengganggu.
E. BAHAYA PENGGUNAAN INSEKTISIDA BERLEBIHAN
Penggunaan insektisida dalam pengendalian serangga hama memiliki banyak
keuntungan, seperti efektif dan cepat dalam menurunkan populasi serangga hama, mudah
penggunaannya, dan relatif murah biayanya. Akan tetapi, para petani (pengguna)
seringkali menggunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani beranggapan
semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya.
Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak mudah
larut terbawa air hujan. Jika penggunaan insektisida tidak dilakukan secara bijaksana,
maka akan menimbulkan dampak negatif baik terhadap pengguna, hama sasaran, maupun
lingkungan.
Dampak negatif dari penggunaan insektisida secara berlebihan diantaranya:
a. Terjadinya resistensi pada serangga hama.
Resistensi insektisida merupakan suatu kenaikan proporsi individu dalam populasi
yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski terpapar satu atau
lebih senyawa insektisida. Peningkatan individu ini terutama oleh karena matinya
individu-individu yang sensitif insektida sehingga memberikan peluang bagi individu
yang resisten untuk terus berkembang biak dan meneruskan gen resistensi pada
keturunannya.
b. Adanya resurgensi serangga hama, yaitu populasi hama generasi berikutnya justru
meningkat setelah aplikasi insektisida. Kejadian ini merupakan akibat ikut
terbunuhnya musuh alami saat dilakukan aplikasi insektisida. Dapat juga karena
terjadinya perangsangan produksi telur hama akibat penggunaan insektisida tertentu
pada tingkat dosis tertentu.
c. Ledakan hama sekunder. Dengan dibasminya hama utama, musuh alami hama utama
dan bahkan musuh alami hama sekunder ikut terbunuh. Akibatnya hama sekunder
berkembang pesat dan malah berperan menjadi hama utama.
d. Pencemaran terhadap lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat
tersimpan didalam tanah selama bertahun-tahun. Setelah itu, insektisida ini dapat
merusak komposisi mikroba tanah. Selain itu, insektisida yang terbawa aliran air dan
mengalir ke sungai ataupun kali akan merusak ekosistem perairan tersebut.

e. Musnah atau matinya agensia pengendali hama seperti predator dan parasitoid.
Apabila penggunaannya berlebihan maka dimungkinkan tidak hanya hama (serangga)
sasarn yang akan terbunuh. Akan tetapi, organisme bukan sasaran seperti musuh alami
serangga hama juga akan terbunuh seperti burung dan makhluk hidup lainnya.
f. Residu pada tanaman. Penggunaan insektisida ini jika disemprotkan atau diberikan
pada tanama maka akan meninggalkan residu yang tertinggal pada bagian bagian
tanaman misalnya daun dan batang. Selain itu, penggunaan perekat oleh petani akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah residu pada hasil panen.
g. Keracunan insektida pada manusia dan hewan serta gangguan sistem jaringan tubuh.
Contohnya adalah kerusakan histologis insang pada ikan nila merah galur local
Cangkringan oleh insektisida Decis dan keracunan insektisida pada manusia karena
mengkonsumsi tanaman yang memiliki residu insektisida.
BAB III
PENUTUP
Ringkasan
Untuk mengendalikan serangga hama supaya tidak menimbulkan kerusakan secara
ekonomi pada suatu daerah atau tanaman dapat dilakukan dengan cara kimiawi yaitu
dengan menggunakan insektisida. Insektisida adalah semua zat yang mengandung
bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama pengganggu. Jenis-jenis
insektisida dibedakan berdasarkan formulasi, susunan kimia, dan cara kerja. Prinsip
kerja insektisida yaitu dengan cara masuk ke dalam tubuh serangga melalui lambung,
kontak, dan alat pernapasan. Sedangkan dilihat dari cara kerjanya, insektisida dibedakan atas
peracunan fisik, peracunan protoplasma, dan peracunan pernafasan.
Penggunaan insektisida dilakukan apabila populasi hama meningkat dan di atas ambang
ekonomi. Andaikata populasi hama berada di bawah AE tidak perlu dilakukan pengendalian
secara kimiawi, karena pada saat itu pengendalian hama mampu dilakukan oleh kompleks
musuh alami seperti predator, parasitoid, dan patogen. Selain itu, penggunaan pestisida
dilakukan berdasarkan konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Hal ini dilakukan karena
apabila insektisida tidak digunakan secara bijaksana makan akan menimbulkan dampak
merugikan yaitu, terjadinya resistensi pada serangga hama; adanya resurgensi serangga

hama; ledakan hama sekunder; pencemaran terhadap lingkungan; musnah atau


matinya agensia pengendali hama seperti predator dan parasitoid; residu pada
tanaman; serta keracunan insektida pada manusia dan hewan serta gangguan sistem
jaringan tubuh.

Saran
Dalam pengendalian hama mengguanakan pestisida sebaiknya pengguna mengetahui
sifat kimia dan sifat fisik dari insektisida, biologi, ekologi organisme pengganggu
tanaman, serta musuh akhirnya, prinsip yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Gunakan insektisida apabila setelah semua teknik pengendalian gagal dilakukan.
2. Gunakanlah insektisida apabila populasi serangga hama telah mencapai ambang
ekonomi.
3. Gunakanlah insektisida yang residunya pendek.
4. Gunakanlah insektisida pada saat hama berada pada titik terlemah.
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti, Utami Sri. 1984. Peranan Insekta Dalam Dunia Parasitisme. Malang:
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Indarmawan, dkk. 2013. Materi Pembelajaran Insecta untuk Penguatan Siswa
SMP Al Irsyad Purwokerto Dalam Ajang Olimpiade Tingkat Provinsi.
Purwokerto: Universitas Jenderal Sudirman.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Penggunaan
Insektisida (Pestisida) Dalam Pengendalian Vektor. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24 Tahun 2011 tentang Syarat dan Tatacara
Pendaftaran Pestisida. 2011. Jakarta: Kementerian Republik Indonesia.
Wudianto, Rini. 2002. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wulandari, Wahyuni, dkk. 2013. Efek Insektisida Decis terhadap Mortalitas dan
Struktur Histologis Insang Ikan Nila Merah Lokal Cangkringan, Th.
31, No. 2, Desember, hlm. 251-265.

Anda mungkin juga menyukai