FRAKTUR CRURIS
DWIPUTRI BAHARUDDIN
201201008
CI INSTITUSI
CI LAHAN
FRAKTUR CRURIS
KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang diakibatkan oleh trauma beberapa fraktur
sekunder dan proses penyakit seperti osteoforosis yang menyebabkan fraktur yang patologis
(Barbara Engram, 1999 ; 136)
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang mendapatkan stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner & Suddart, 2001).
2. Klasifikasi
2 tipe fraktur cruris, yaitu :
a. Fraktur intra capsuler : yaitu terjadi dalam tulang sendi panggul dan captula
Melalui capital fraktur, hanya dibawah kepala femur, melalui leher dari femur
b. Fraktur ekstra kapsuler
Terjadi diluar sendi dan kapsul melalui trokanter cruris yang lebih besar atau yang lebih kecil
pada daerah intertrokanter
Terjadi di bagian distal menuju leher cruris tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokanter
terkecil
Berdasarkan sifat fraktur:
a. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
b. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan
a.
b.
c.
tulang.
Berdasarkan kompli/tidak komplitnya fraktur:
Fraktur komplit : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
Fraktur tidak komplit: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme trauma:
Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkok.
Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil dibanding
d.
e.
f.
g.
h.
transversal)
Spiral: arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi
Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit paget,
a.
b.
b. Kekerasan tidak langsung: Terkena bukan pada bagian yang terkena trauma
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Menurut Barbara C Long (1996):
a. Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)
b. Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)
c. Patah karena letih
Penyebab dari fraktur cruris yaitu trauma, gerakan pintir mendadak, kontraksi otot ekstern,
keadaan patologis : osteoporosis,, neoplasma.
4. Patofisiologi
Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks, sumsum tulang dan
jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh darah ini merupakan keadaan derajat yang
memerlukan pembedahan segera sebab dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang
terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila di tekan atau
di gerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkn syok neurogenik. (Mansjoer Arief,
2002)
Sedangkan kerusakan pada system persyarafan akan menimbulkan kehilangan sensasi yang
dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi keterbatasan gerak oleh karena
fungsi pada daerah cidera. Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah, kedalam jaringan lemak tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan.Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa sisa sel mati di mulai. Di tempat patah terdapat fibrin
hematoma fraktur dan berfungsi sebagai jala-jala untuk membentukan sel-sel baru. Aktivitas
osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yg disebut callus.Bekuan fibrin direabsorbsi
dan sel-sel tuulang baru mengalmi remodelling untuk membentuk tulang sejati. (Mansjoer Arief,
2002)
Pathways
5. Manifestasi klinis
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma,
dan edema
Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah
8. Komplikasi
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih
lambat dari keadaan normal.
Keterbatasan mobilitas
Sirkulasi
Tachikardi
Kesemutan
kelemahan
Kenyamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal
Tekanan darahnormal
1. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
2. Monitor suhu tubuh
3. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
4. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
5. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
6. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
7. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
8. Kolaborasi emberian antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA